1
sukarelawan ataupun tokoh masyarakat yang berfungsi sebagai pengawas menelan obat
(PDPI, 2011).
1. Persyaratan PMO (PDPI, 2011)
a. Seorang PMO bersedia untuk membantu pasien tuberkulosis dengan sukarela selama
pengobatan dengan OAT sampai sembuh.
b. Mampu menjaga kerahasiaan penderita TB dengan HIV/AIDS.
c. Seorang PMO diutamakan berasal dari petugas kesehatan, tetapi dapat juga dari
kader kesehatan, kader dasawisma, atau anggota keluarga yang disegani pasien.
2. Tugas PMO (PDPI, 2011)
a. Bersedia diberikan penjelasan di poliklinik.
b. Melakukan pengawasan dalam hal minum obat.
c. Mengingatkan pasien dalam hal pemeriksaan ulang sputum sesuai jadwal.
d. Memberikan motivasi kepada pasien agar teratur dalam hal berobat hingga selesai.
e. Memahami efek samping ringan obat dan memberi penjelasan pada pasien agak tetap
menelan obat. Jika efek samping semakin berat, maka pasien harus dirujuk.
f. Melakukan kunjungan rumah dan menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa
dahak yang melakukan pemeriksaan sputum jika ditemui gejala TB.
3. Informasi yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan ke keluarga dan pasien
(Kemenkes RI Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan lingkungan, 2014):
a. Tuberkulosis disebabkan oleh kuman.
b. Tuberkulosis dapat disembuhkan apabila minum obat teratur.
c. Beritahu tentang cara penularan, gejala, dan pencegahan TB.
d. Cara pemberian obat kepada pasien.
e. Pengawasan supaya pasien minum obat secara teratur.
f. Beritahukan kemungkinan terjadi efek samping obat dan segera minta pertolongan ke
fasilitas layanan kesehatan.
2
2. Zat Gizi Mikro
Vitamin A, C, D, B6, Fe, Zinc dan kalsium adalah zat gizi mikro yang penting bagi
pasien tuberkulosis (Kemenkes RI, 2014).
3. Prinsip Diet (Kemenkes RI, 2014):
a. Makanan tinggi energi dan tinggi protein.
b. Bentuk makanan sesuaikan dengan kondisi pasien.
c. Bila asupan kurang dari 50%, perlu kombinasi makanan.
d. Pemberian makanan dapat diberi sampai 6 kali dengan porsi kecil.
e. Makanan sebaiknya berkuah.
f. Memberi makanan dengan hidangan yang menarik dan mengundang selera.
g. Konsumsi susu 2-3 gelas/hari.
h. Konsumsi sayur dan buah sebanyak 5-6 porsi/hari.
i. Hindari alkohol, makanan yang digoreng, terlalu manis, terlalu asam, es, dan
makanan yang pedas.
2.2.2 Terapi Pembedahan
1. Indikasi Operasi Mutlak (PDPI, 2011):
a. Telah diberikan OAT namun dahak tetap positif.
b. Batuk darah masif yang tidak dapat diatasi dengan cara konservatif.
c. Ditemukan fistula bronkopleura dan empisema yang tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif.
2. Indikasi Operasi Relatif (PDPI, 2011):
a. Penderita dengan dahak negatif namun batuk berdarah berulang.
b. Didapatkan kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan.
c. Sisa kaviti yang menetap.
3
a. Fungsi Afektif
Proses penyembuhan penderita TB akan berjalan dengan lancar dan cepat jika
keluarga saling menyayangi dan peduli terhadap angoota keluarga yang sakit TB.
b. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi
Tidak ada batasan dalam bersosialisasi bagi penderita dengan keluarga atau
lingkungannya dapat mempengaruhi kesembuhan penderita namun penderita harus
tetap memperhatikan kondisinya.
c. Fungsi Ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk penderita TB
diharapkan keluarga tetap memberi kebutuhan makan, pakaian dan tempat
berlindung.
d. Fungsi Perawatan
Keluarga harus dibekali dengan ilmu tentang TB sehingga mampu merawat pasien
dengan TB.
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga berpengaruh dalam penentuan keyakinan dan nilai kesehatan juga
penentuan program pengobatan yang akan dijalani oleh pasien. Dukungan keluarga terkait
dengan ekonomi yang merupakan tingkat finansial untuk kebutuhan hidup. Jika ada pasien
TB yang sudah pensiun dan tidak bekerja dapat mencari sumber keuangan lain untuk
membiayai semua program pengobatan dan perawatan sehingga belum tentu semua tingkat
ekonomi kebawah akan mengalami ketidakpatuhan dan belum tentu juga semua tingkat
ekonomi yang baik patuh dalam pengobatan (Marsinta, 2012).
Keberhasilan pengobatan penderita TB juga dipengaruhi oleh dukungan keluarga
dengan selalu mengingatkan penderita agar makan obat secara teratur, memberi pengertian
bahwa penderita sedang sakit namun tetap memberikan semangat agar teratur dalam berobat
sehingga mampu mengurangi kecemasan (Amira, 2005).
4
2.3 Farmakologis
2.3.1 Tahapan Pengobatan Tuberkulosis
1. Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Diberikan pada semua pasien baru selama 2 bulan
(Kemenkes RI Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan lingkungan, 2014).
2. Tahap Lanjutan
Merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa kuman yang masih berada di
dalam tubuh (Kemenkes RI Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan
lingkungan, 2014).
2.3.2 Pengelompokan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Tabel 2.1 Pengelompokan OAT
5
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah:
1. Kategori 1: 2(HRZE)/ 4(HR)3
Paduan OAT ini diberi untuk pasien baru TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis,
terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra paru.
Tabel 2.2 Dosis Paduan OAT KDT Kategori-1
Tahap Intensif setiap
hari selama 56 hari Tahap Lanjutan 3 kali seminggu
Berat Badan
RHZE selama 16 minggu RH (150/150)
(150/75/400/275)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Dikutip dari: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis h 24, 2014
6
(150/150) + E
(400)
Berat badan
Selama 20
Selama 65 hari Selama 28 hari
minggu
2 tab 4KDT +
2 tab 2KDT + 2
30 – 37 kg 500 mg 2 tab 4KDT
tab Etambutol
Streptomisin inj.
3 tab 4KDT +
2 tab 2KDT + 3
38 – 54 kg 750 mg 3 tab 4KDT
tab Etambutol
Streptomisin inj.
4 tab 4KDT + 1000
4 tab 2KDT + 4
55 – 70 kg mg Streptomisin 4 tab 4KDT
tab Etambutol
inj.
5 tab 4KDT + 1000
5 tab 2KDT + 5
71 kg mg Streptomisin 5 tab 4KDT
tab Etambutol
inj.
Dikutip dari: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis h 25, 2014
3. Resisten obat
Untuk kasus resisten obat diberikan OAT lini kedua yaitu, Kanamisin, Kapreomisin,
Levofloksasin,Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, OAT lini pertama yaitu,
Pirazinamid dan Etambutol (Kemenkes RI Dirjen Pengendalian penyakit dan Penyehatan
lingkungan, 2014).
7
2.3.5 Efek Samping OAT dan Penatalaksanaannya
Tabel berikut ini menjelaskan efek samping ringan dan efek samping berat dari
penggunaan obat anti tuberkulosis serta penatalaksanaannya.
Tabel 2.6 Efek Samping Ringan OAT
Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Tidak ada nafsu makan, H, R, Z OAT diminum sebelum tidur. Apabila
mual, sakit perut keluhan tetap ada, OAT diminum dengan
sedikit makanan. Apabila keluhan lebih
parah disertai muntah, waspada efek
samping berat, rujuk ke dokter.
Nyeri sendi Z Beri Aspirin, PAracetamol atau obat anti
radang non steroid.
Kesemutan, rasa terbakar H Beri vitamin B6 (piridoxin) 50-75 mg/hari
di telapak kaki atau tangan
Warna kemerahan pada R Tidak berbahaya dan tidak perlu diberi
urin obat, beri penjelasan pada pasien.
Flu like syndrome R dosis Pemberian Rifampisin diubah dari
intermitten intermittern jadi setiap hari.
Dikutip dari: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis h 35, 2014
8
Ikterus tanpa penyebab H, R, Z Hentikan semua OAT sampai ikterus
lain hilang
Bingung, mual, dan Semua jenis Semua OAT dihentikan, periksa fungsi
muntah OAT hati
Gangguan penglihatan E Hentikan Etambutol
Purpura, syok, gagal ginjal R Hentikan Rifampisin
akut
Penurunan produksi urin S Hentikan Sterptomisin
Dikutip dari: Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis h 36, 2014
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Pelayanan Gizi Pada Pasien
Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
9
Pasaribu, Marsinta. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Karakteristik Penderita Tb
Paru Dengan Kesembuhan Pada Pengobatan Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Polonia Medan. Medan. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33967.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Permatasari, Amira. 2005. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS. Medan.
Diakses dari: http://library.usu.ac.id/download/fk/paru-amira.pdf.
10