Tugas 01 Tekbor - 073001800019
Tugas 01 Tekbor - 073001800019
NIM : 073001800019
Tugas 01 : Prinsip dan Peralatan Pemboran
2. Pola Pemboran
Selain arah pemboran lubang tembak, pola pada pemboran juga sangat
penting dalam tahap pelaksanaan kegiatan peledakan. Pemboran
lubang tembak dilakukan dengan suatu pola yang dirancang untuk
mengetahui jumlah batuan yang akan diperoleh per meter pemboran.
Pola pemboran ini dilakukan dengan cara menempatkan titik – titik
yang mempunyai jarak burden dan spacing pada daerah yang akan
diledakan, yang selanjutnya pada titik – titik tersebut dilakukan
pemboran. Pola pemboran yang umum digunakan pada tambang
terbuka ada 3 jenis pola, yaitu :
a. Square Drill Pattern
Jarak burden dan spasi yang sama dimiliki pada pola pemboran
ini.
b. Reactangular Drill Pattern
Jarak spasi pada suatu baris lebih besar dari burden pada pola
pemboran ini.
c. Staggered
Pola pemboran yang mempunyai rancangan selang – seling atau
zig – zag, baik pada square drill pattern ataupun pada
reactangular drill pattern.
tinggi jenjang. Penggunaan ukuran diameter lubang ledak yang kecil akan
besar maka menghasilkan stemming yang besar juga, hal ini dilakukan
Peledakan (blasting)
Peledakan dalam kegiatan industri pertambangan adalah
bersifat kompak atau masif dari batuan induknya, sehingga dapat dengan
untuk meledakan batuan yang bersifat keras dan tidak dapat dilakukan
1. Fase I
2. Fase II
3. Fase III
1. Burden ( B )
terhadap bidang bebas terdekat atau arah yang akan dituju batuan
diameter lubang ledak, bobot isi batuan, dan struktur geologi dari
𝐾𝑏𝑥𝐷𝑒
B=
39,3
Keterangan :
B = Burden
Kb = Burden ratio
De = Diameter lubang ledak (inchi)
39,3 = Faktor pengubah ke dalam satuan meter
Untuk menentukan burden, R.L Ash (1967) mendasarkan acuan dibuat
secara empirik, adanya batuan standar dan bahan peledak standar, yaitu :
yang beda juga, maka nilai Kb juga akan berubah. Untuk mengatasi angka
perubahan Kb, maka perlu dihitung terlebih dahulu harga faktor penyesuaian
pada kondisi batuan dan bahan peledak yang berbeda. Berikut ini merupakan
1
SG .Ve 2
AF 1=
(
SGstd .Ve std 2 ) 3
Keterangan:
Dstd 13
AF 2= ( ) D
Keterangan :
2. Spasi ( S )
Spasi merupakan jarak antar lubang ledak dirangkai dalam satu
baris dan diukur sejajar dengan bidang bebas. Spasi yang lebih
kecil akan menyebabkan ukuran batuan hasil peledakan terlalu
hancur, tetapi jika spasi lebih besar akan menyebabkan terjadi
banyak bongkah atau boulder dan tonjolan atau stump diantara
dua lubang ledak setealah peledakan. Berikut adalah persamaan
untuk menghitung spasi, yaitu :
S = Ks x B
Keterangan:
Ks = Spacing ratio (1,0-2,0)
B = Burden (meter)
3. Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak
diisi bahan peledak, melainkan dengan material lain seperti tanah
liat atau material batuan hasil pemboran.Fungsi dari stemming
adalah menyeimbangkan tekanan di dalam lubang ledak,
mengontrol kemungkinan terjadinya airblast atau flyrock, serta
meningkatkan conffining pressure dari gas hasil peledakan.Untuk
menghitung panjang stemming perlu di tentukan terlebih dahulu
stemming ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming
dengan burden. Biasanya Kt standar yang digunakan sebesar 0,70
angka ini cukup untuk mengontrol airblast dan flyrock dan stress
balance.
Berikut adalah persamaan untuk menghitung stemming :
T = Kt x B
Keterangan :
Kt = Stemming ratio (0,7 – 1,0)
B = Burden (meter)
SUMBER :
http://repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/digital/00000000000000093559/2018_TA
_TB_073001300040_Bab-3.pdf
c) Pemboran Perminyakan
Pemboran Eksplorasi Minyak
Tujuan pengeboran eksplorasi ini adalah untuk membuktikan ada
tidaknya suatu cekungan mengandung minyak dan atau gas bumi. Pada
permulaan pengeboran ini, data-data pengeboran yang akurat belum tersedia
sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dengan memperhitungkan
kemungkinan-kemungkinan masalah yang terjadi selama proses operasi
pengeboran. Selain itu diperlukan pengamatan yang teliti selama proses
pengeboran dilakukan karena kedalaman lapisan batuan yang memiliki sifat-
sifat batuan berbeda yang ditembus oleh mata bor belum diketahui, data-data
sifat-sifat batuan yang diamati perlu dicatat sesuai kedalamannya. Pada
kenyataannya kedalaman akhir (target) yang dituju dalam pengeboran masih
berubah hal ini bias diamati pada data serbuk bor serta data logging. Oleh
karenanya konstruksi sumur yang meliputi desain casing, penyemenan,
lumpur, bit dan material lainnya menyebabkan biaya pengeboran lebih mahal.
Sumur eksplorasi sering disebut sebagai sumur “Wild Cat”, artinya selama
operasi pengeboran akan didapati banyak masalah pengeboran yang akan
ditemukan yang mengakibatkan waktu lebih lama dan biaya lebih mahal
dikarenakan tujuan pengeboran eksplorasi adalah untuk mendapatkan data
seakurat mungkin. Pada umumnya pengeboran eksplorasi dilakukan pertama
kali, titik lokasinya berada di atas puncak suatu perangkap reservoir yang
berbentuk Antiklin. Gambaran pengeboran eksplorasi yang pertama dapat
dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.
2. Pengeboran Eksplorasi
Pada gambar 3.2. terlihat bahwa pada reservoir terdapat tiga lapisan
fluida yang tersusun dari atas ke bawah sesuai dengan densitasnya yaitu gas
yang memiliki densitas paling ringan berada di atas kemudian di bawahnya
minyak dan di bawah minyak terdapat air. Pertama kali pengeboran
menembus reservoir akan melalui zona mengandung gas dan kemudian
melalu zona minyak di bawahnya, dan akan menembus zona air.. Secara
umum dibawah lapisan minyak terdapat air sebagai batas bawah suatu
reservoir minyak. Batas-batas antara ketiga fluida reservoir tersebut sering
disebut dengan Gas Oil Contact(GOC) untuk batas antara gas dengan minyak
dan Water Oil Contact (WOC) untuk batas antara minyak dan air. Bila
pengeboran pada puncak perangkap tidak menemukan hidrokarbon, reservoir
tersebut kosong atau yang disebut dengan dry hole.
Pemboran Delinasi Minyak
Jenis pengeboran ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran
reservoir, mencari batas-batas, serta ketebalan reservoir. Pada pengeboran ini
sudah ada data sumur dari hasil data-data pengeboran yang dilakukan pada
pengeboran eksplorasi sehingga biaya pengeboran dan konstruksi sumur
sudah dapat diperhitungkan secara relatif.
Gambar 3.3. Pengeboran Deliniasi
Sumber :
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repositori.kemdikbud.go.id/10405/1/DASAR-DASAR
%2520TEKNIK
%2520PENGEBORAN.pdf&ved=2ahUKEwiFjdvcluPrAhVDzjgGHeWUDm4QFjAFegQIB
RAB&usg=AOvVaw1DkyRbjzyztB-siw4HbOUC
Bor ini seperti penutup tutup botol dan dapat diputar dengan tank yg hanya dapat
mencapai kedalaman beberapa meter saja.
Bor Bangka
Alat bor ini dikembangkan di indonesia, dimana suatu alat sehubung atau casing
diberi platform dan diatasnya beberapa orang tetapi bor bangka sama dengan
prinsip bor spiral atau tumbuk.
Sumber :
https://www.slideshare.net/mobile/seed3d/mengidentifikasi-alat-alat-pemboran
b) Alat Pemboran Peledakan
Drilltech D55SP
Tamrock Pantera 1500
Tipe : Rotary Blast Hole Drill
Panjang Stang Bor : 19 ft (5,791 meter), 14 ft (4,267 meter) dan 12ft (3,657 meter)
Diameteri Bit: 3,5” – 6” (89 mm –152 mm)
FMesin : CAT Diesel
Sumber :
https://id.scribd.com/doc/305012052/Spesifikasi-Alat-Bor
Bor Jeckleg
Bor jackleg (jackleg drill) adalah mesin bor pneumatic yang dilengkapi kaki
hidraulik yang dapat diatur menyesuaikan dengan arah pemboran. Mesin ini
umumnya digunakan untuk mengebor batuan keras (hard rock). Kaki hidraulik
memungkinkan operator melakukan pemboran dalam berbagai sudut. Panjang
batang bor (drill steel) bervariasi mulai dari 60 cm hingga 4.8 m. Mata bor (drill
bit) yang dipasang diujung batang bor dibuat dari baja kualitas tinggi. Mata bor
ini perlu diganti secara berkala akibat aus setelah digunakan melubangi batuan
keras. Berat bor dengan kakinya dapat mencapai bobot 50 kg.
Sumber :
https://id.scribd.com/doc/292580860/Makalah-Alat-Pengeboran-Tambang-Bawah-
Tanah
3. Makalah Pemboran untuk Peledakan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah
yang berjudul “Kajian Teknis Operasi Peledakan untuk Meningkatkan Nilai
Perolehan Hasil Peledakan di Tambang Batubara Kab. Kutai
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur” dapat terselesaikan.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk menjadi acuan bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.
Semoga makalah kegiatan ini dapat menambah wawasan para pembaca dan
dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................
B. TUJUAN
PENELITIAN...............................................................................................
C. METODE PENELITIAN.............................................................................................
D. KEADAAN LOKASI PENELITIAN..........................................................................
E. PELAKSANAAN PENELITIAN................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan penambangan batubara, salah satu kegiatan awal yang
dilakukan dan penting baik dari sisi teknis maupun ekonomis adalah kegiatan
pengupasan tanah penutup (overburden). Untuk menunjang kelancaran proses
pengupasan tanah penutup tersebut, dapat menggunakan metode pengeboran dan
peledakan untuk membongkar batuan. Berhasil atau tidak suatu kegiatan peledakan
akan mempengaruhi kegiatan selanjutnya terutama kegiatan pemuatan material hasil
peledakan itu sendiri.
Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa nilai perolehan yang
didapat setelah kegiatan pemuatan hanya sebesar 89,87 % dari volume yang
seharusnya terbongkar berdasarkan perhitungan teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa
target perolehan yang ditetapkan yaitu sebesar 95% tidak tercapai.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dan menganalisis perolehan hasil peledakan berdasarkan
geometri yang diterapkan.
2. Menganalisis distribusi fragmentasi hasil peledakan.
3. Melakukan analisis dari data-data yang diperoleh.
4. Menarik suatu kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan.
C. METODE PENELITIAN
E. PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB II PEMBAHASAN
Berdasrkan nilai bobot isi dan kuat tekan batuan, maka jenis batuan di daerah penelitian
dapat di katagorikan sebagai batuan yang sangat lunak.
Seperti di atas, maka lapisan tanah penutup memiliki indeks peledakan dan faktor
batuan sebagai berikut:
Indeks Peledakan (BI)
= 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)
= 0,5 x (20 + 20 + 30 +(-9) + 1,5)
= 0,5 x (62,5)
= 31,25
Target produksi pembongkaran tanah penutup pada PT. MTN pada bulan april tahun
2011 sebesar 2.300.000 BCM, sedangkan pembong- karan yang dilakukan dengan
menggunakan pemboran dan peledakan sebesar 85 % dari target produksi pembongkaran
tanah penutup.
Untuk menghitung target produksi pembong- karan tanah penutup menggunakan
pemboran dan peledakan per hari, maka harus diketahui perin- cian hari kerjanya, yaitu:
Jumlah hari di bulan April: 30 hari
Di bulan April terjadi 2 kali pergantian shift: 2 hari
Jumlah hari kerja dalam satu tahun
= 30 hari – 2 hari
= 28 hari
Target produksi pembongkaran tanah penutup dengan metode pemboran dan peledakan
setiap harinya, adalah :
= 2.300.000 BCM/bulan x 0.85
= 1.960.000 BCM/bulan
1.960.000BCM / bulan
=
28hari / bulan
= 70.000BCM/hari
Jumlah volume peledakan untuk setiap peledakan berbeda tergantung pada geometri
yang diterapkan dan juga kondisi cuaca pada saat itu.
Selain menetapkan target produksi peledakan, PT. MTN juga menetapkan target
perolehan hasil peledakan untuk mengontrol keberhasilan kegiatan peledakan yang
dilakukan.
Perolehan = x 100%
Total Volume survey =1.154.687,3 BCM Total Volume Teori =1.282.215,2 BCM
Bahan peledak yang digunakan oleh PT. MTN adalah Blasting agent jenis ANFO yaitu
campuran Ammonium Nitrate dengan Fuel Oil. Amonium nitrat yang digunakan adalah
Porous Prilled Ammonium Nitrate buatan orica dengan kemasan
120 kg. Ammonium Nitrate tesebut kemudian dicampurkan dengan Fuel Oil menggunakan
MMU (Mobile Mixer Unit) sehingga terbentuk bahan peledak yang disebut ANFO. Anfo
tersebut mempunyai densitas 0,8 gr/cc dengan VOD (velocity of detonation) sebesar 3700
m/s.
Loading density adalah jumlah bahan peledak per meter panjang kolom isian. Adapun
perhitungan Loading density dalam penelitian ini adalah:
de = 0,508 x De2 x SG
= 0,508 x (7,875)2 x 0,8
= 25,20 kg/m
Pada lubang tembak yang basah, pengisian bahan peledak menggunakan plastik tahan
air (liner) yang berdiameter 6,5 inch. Sehingga loading density pada lubang basah akan
berbeda dengan lubang kering. Loading density pada lubang tembak basah sebagai berikut
:
de = 0,508 x De2 x SG
= 0,508 x (6,5)2 x 0,8
= 17,17 kg/m
Powder factor adalah perbandingan antara jumlah bahan peledak dengan batuan yang
diledakkan. Adapun contoh perhitungan rata-rata powder factor peledakan pada penelitian
ini adalah:
PF =
= 0,24 kg/m3
Powder factor ditentukan berdasarkan perhitungan teknis dan ekonomis sehingga PT. MTN
menetapkan batasan powder factor tidak boleh lebih dari 0,28 kg/m3. Pada saat penelitian
diperoleh data bahwa penggunaan bahan peledak di lapangan tidak pernah melebihi batasan
yang ditetapkan. Powder factor berkisar antara 0,19-0,28 kg/m3. Powder factor di
lapangan sangat dipengaruhi oleh jumlah lubang basah.
Ukuran
Batuan Persen Tidak
(cm) Lolos Lolos
0 0,00% 100,00%
10 17,94% 82,06%
20 33,83% 66,17%
30 47,01% 52,99%
40 57,77% 42,23%
50 66,47% 33,53%
60 73,45% 26,55%
70 79,03% 20,97%
80 83,47% 16,53%
90 86,99% 13,01%
100 89,78% 10,22%
a. Kedalaman Lubang Ledak Tidak Sesuai dengan Kemampuan Alat Gali Muat
Kemampuan alat gali muat dalam untuk melakukan kegiatan pemuatan dan
pengangkutan dipengaruhi oleh tinggi lantai kerja (front) alat tersebut. Dari hasil
pengamatan diketahui bahwa alat gali muat dapat bekerja optimal dengan tinggi lantai
kerja setinggi 4 m. Dari data survey diperoleh persentase perolehan tiap peledakan
berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena rata-rata kedalaman lubang ledak yang berbeda-
beda disesuaikan dengan target elevasi yang dituju tetapi setelah dilakukan pemuatan
terhadap material hasil peledakan perubahan elevasi tidak sesuai dengan tinggi jenjang
yang di harpkan.
Pada hasil perhitungan prediksi fragmentasi dengan rumus Kuz-Ram nenunjukkan bahwa
diper- oleh bahwa rata-rata ukuran fragmentasi lebih dari 100 cm sebesar 12,35% sehingga
dapat dikatakan bahwa target fragmentasi yang diharapkan sudah tercapai.
Distribusi fragmentasi dipengaruhi oleh besar- nya powder factor. Dimana semakin besar
powder factor maka persentase fragmentasi kurang dari 100 cm akan semakin besar
(Gambar 7). Karena powder factor yang digunakan setiap kali peledakan berbeda maka
distribusi fragmentasi juga berbeda. Penggunaan bahan peledak yang sangat dipengaruhi
oleh banyak sedikitnya lubang basah secara langsung akan mempengauhi fragmentasi
yang dihasilkan.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, analisa dan pembahasan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1). Perolehan hasil peledakan dari tanggal 11 april 2011 sampai dengan 30 April 2011 sebesar
89,87 %, sehingga dapat dikatakan bahwa target perolehan sebesar 95% tidak tercapai.
2). Besarnya nilai perolehan dipengaruhi oleh kedalaman pengeboran dan distribusi
fragmentasi hasil peledakan.
3). Hasil prediksi ukuran fragmentasi dengan metode Kuz-Ram menunjukkan bahwa target
fragmentasi tercapai dengan ukuran fragmentasi hasil peledakan saat ini pada overburden
di lokasi penambangan PT. Madhani Talatah Nusantara dengan rata-rata powder factor
0,24 kg/m3, boulder (≥ 100 cm) kurang dari 15 % yaitu 12,35 %.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hustrulid W., 1999, Blasting Principles For Open Pit Mining. Colorado School of Mines,
Golden, Colorado, USA.
2. Jimeno C.L. and Jimeno E.L., 1995, Drilling and Blasting of Rocks, Balkema/ Rotterdam/
Brookfield.
3. Koesnaryo. S., 1988, Bahan Peledak dan Metode Peledakan, Fakultas Tambang UPN
“Veteran” Yogyakarta.
4. Koesnaryo. S., 2001, Rancangan Peledakan Batuan, Fakultas Tambang UPN “Veteran”
Yogyakarta.
5. Konya C.J., 1995, Blast Design, Intercontinental Departement, Montville, Ohio.
6. Konya C.J. and Walter E.J., 1990, Surface Blast Design, Prentice Hall, Englewood Cliffs,
New Jers.
7. PT. Kayan Putra Utama Coal, 2002, Laporan Akhir PT. Kayan Putra Utama Coal.
8. Saptono Singgih, 2006, Teknik Peledakan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
SUMBER : file:///C:/Users/acer/Downloads/229076073.pdf