Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU HAMIL DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi. Kebutuhan energi dan
zat gizi lainnya meningkat selama hehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ
kandungan, serta perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga
kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin
tumbuh tidak sempurna.
Kekurangan energi kronis atau yang selanjutnya disebut dengan KEK merupakan
suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk yang disebabkan kurangnya konsumsi
pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. KEK artinya kurang gizi pada ibu
hamil yang disebabkan rendahnya konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Kekurangan Energi Kronis
(KEK) pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang wanita atau ibu hamil mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein). Ibu hamil dikatakan menderita KEK bila LILA kurang
dari 23,5 cm (Winkjosastro, 2007).
Kebutuhan wanita akan meningkat dari biasanya jika pertukaran dari hampir
semua bahan itu terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Peningkatan jumlah
konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan sumber energi untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang mengkonsumsi kalori akan
menyebabkan malnutrisi. Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung
menahun (kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Helena, 2013).
Tiga faktor utama indeks kualitas hidup yaitu pendidikan, kesehatan dan
ekonomi. Faktor-faktor tersebut erat kaitannya dengan status gizi masyarakat yang
dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan ibu hamil. Kualitas bayi
yang dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat
gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai
konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya (Misaroh &
Praverawati, 2010).
Golongan yang paling rentan terhadap kekurangan gizi adalah bayi, balita, dan
ibu hamil. Ibu hamil yang menderita KEK dan anemia mempunyai resiko kesakitan yang
lebih besar terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil
normal. Akibatnya ibu hamil mempunyai resiko lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan BBLR, kematian saat persalinan, perdarahan, persalinan yang sulit karena lemah
dan mudah mengalami gangguan kesehatan (DepKes RI, 2004).
Pengetahuan ibu terhadap gizi dan permasalahannya sangat berpengaruh terhadap
status gizi keluarga. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu
memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik dari segi kuantitas
dan kualitas. Selain pengetahuan gizi, pengetahuan kesehatan kehamilan juga perlu bagi
ibu hamil. Dengan demikian, pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu
faktor protektif dalam mempertahankan kualitas kehamilan. Pengetahuan memiliki
pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan.

Kriteria Ibu Hamil yang KEK :


a. Pertambahan berat badan selama hamil kurang dari normal (kurang dari 9kg).
Pertambahan berat badan yang ideal selama hamil adalah 10-16 kg,dimana pada
trimester I = +1, trimester II = + 3 kg, trimester III = + 6kg. Pertambahan BB ini juga
sekaligus memantau pertumbuhan janin.
b. Pada pengukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) kurang dari 23,5 cm.
Pada kasus KEK pada batas 23,5 cm mempunyai resiko relative cukup tinggi.
Sedangkan ibu hamil dengan KEK pada batas 23 cm mempunyai resiko 2x lebih
banyak untuk melahirkan BBLR. BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak.
c. Pada pengukuran kadar Hb kurang dari normal (<11 gram %)
Dari penelitian menunjukkan bahwa, ada hubungan kadar Hb ibu hamil dengan BB
lahir, dimana semakin tinggi kadar Hb semakin tinggi berat badan bayi yang
dilahirkan ibu yang mempunyai riwayat anemia berat (<9gram %) mempunyai resiko
untuk melahirkan BBLR 4,2 lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak
menderita anemia.
2. Etiologi
a. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
1) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan
tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan untuk makan, sedangkan dengan tingkat ekonomi tinggi akan
berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling
menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang
berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi
penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk
membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan lainnya.
2) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur
penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat
pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/informasi tentang gizi yang dimiliki
menjadi lebih baik.
3) Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung
sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme
(nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang
merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
4) Factor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya
wanita lebih memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-
anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/hari
Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu dsb, maka status
gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya (Arisman, 2007).

b. Faktor Biologis
1) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang
dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri
yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling
baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan
status gizi ibu hamil akan lebih baik
2) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak
antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak
dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Agus Wilopo, 2004 : 5). 
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu
memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan
anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi
ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
3) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable).(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:
 Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali
dengan janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya
hidup atau mati pada waktu lahir.
 Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
 Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau
lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin telah
mencapai batas kehamilan. Kehamilan dengan jarak pendek dengan
kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun / kehamilan yang terlalu sering
dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti sebelum
masa kehamilan (Departemen Gizi dan KesmasFKMUI,2007).
4) Berat badan saat hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata
untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan
yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju
pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan
gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ). Pertambahan berat badan selama  hamil
sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan kurang dari 1 kg,
trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan
ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
 
3. Manifestasi Klinis
a. Tanda-tanda KEK menurut sediaoetomo (2002), meliputi:
1) Lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm
2) Badan kurus
3) Rambut kusam
4) Turgor kulit kering
5) Conjungtiva pucat
6) Tensi kurang dari 100 mmHg
7) Hb kurang dari normal (<11 gr%)
b. Gejala KEK menurut winkjosastro (2002), meliputi:
1) Nafsu makan kurang
2) Mual
3) Badan lemas
4) Mata berkunang-kunang

4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Antropometri antara lain: pengukuran LILA(Lingkar Lengan Atas) < 23,5
cm, IMT < 18,5, kenaikan berat badan ibu kurang dari 1 kg pada trimester pertama,
kurang dari 3 kg pada trimester kedua, dan kurang dari 6 kg pada trimester ketiga.
b. Pemeriksaan Klinis yaitu tampak lemah dan pucat, conjungtiva pucat, nadi lemah
atau lambat, keringat dingin.
c. Pemeriksaan Laboratorium yaitu serum albumin (gr/100ml) wanita hamil <3,0
(kurang), 3,0-3,4 (criteria margin), 3,5+(cukup) dan serum protein (gr/100ml) wanita
hamil 5,5 (kurang), 5,5-5,9(criteria margin), 6,0+ (cukup).
d. Pemeriksaan Dietetik digunakan food recall 24 jam. Metode ini dapat memberikan
gambaran asupan zat gizi yang lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih
besar tentang intake ibu hamil (individu). Hasil dibandingkan dengan AKG yakni 1900
kkal ditambah 180 kkal pada trimester I, 300 pada trimester II dan III.
e. Sensitivity dan Specifity dalam penelitian ini pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek melainkan jangka
panjang (kronis) karena mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot
yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. LILA hanya sensitif untuk mereka
wanita usia subur dan ibu hamil. Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya
sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahapan saatseorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadapa anggota keluarga yang di binannya. Pengkajian
merupakan syarat utama untu mengidentifikasi masalah, pengkajian keperawatan
bersifat dinamis, interaktif, dan fleksibel data dikumpulkan secara sitematis dan terus
menerus dengan menggunakan alat pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga
dapan menggunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya
2009).
Dalam melakukan pengkajian keluarga hal-hal yang perlu dikaji berdasarkan teor /
model family canter nursing, (Fridmen 2014) mengungkapkan terdapat 7 komponen
pengkajian yaitu :
a. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga (KK)
Meliputi nama kepala keluarga, umur, pendidikan kepala keluarga,
pekerjaan kepala keluarga dan alamat.
2) Komposisi anggota keluarga
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan KK, pendidikan,
pekerjaan, dan keterangan.
3) Genogram
Genogram harus mencakup minimal 3 generasi, harus tertera nama, umur,
kondisi kesehatan tiap keterangan gambar. Terdapat keterangan gambar
dengan simbol berbeda seperti :
Laki-laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Tinggal serumah : --------
Klien :

4) Tipe keluarga
Menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap kepala keluarga.
5) Suku bangsa
Identifikasi asal suku bangsa keluarga, bahasa yang dipakai keluarga, dan
kebiasaan keluarga yang dipengaruhi suku yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
6) Agama
Identifikasi agama yang dianut keluarga dan kepercayaan yang
mempengaruhi kesehatan.
7) Status sosial ekonomi keluarga
Identifikasi rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga, jenis
pengeluaran keluarga tiap bulan, tabungan khusus kesehatan, dan barang
(harta benda) yang dimiliki keluarga (perabot, transfortasi).
8) Aktivitas rekreasi keluarga
Identifikasi aktivitas rekreasi yang biasa di lakukan oleh keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Identifikasi tahap perkembangan keluarga di tentukan dengan anak tertua
yang terdapat dalam keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Identifikasi tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kaji
adanya hubungan antara tugas perkembangan yang belum terpenuhi
dengan penyakit yang di alami oleh pasien.
3) Riwayat keluarga inti
Identifikasi terbentuknya keluarga inti dan penyakit yang diderita keluarga
orangtua (adanya penyakit menular dan keturunan).
Identifikasi riwayat penyakit keturunan, menular di keluarga dan riwayat
kebiasaan atau gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Identifikasi ukuran rumah (luas rumah), kondisi dalam dan luar rumah,
kebersihan rumah, ventilasi rumah, saluran pembuangan air limbah (SPAL),
air bersih, pengelolaan sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi dan
daerah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunikais Rw
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat di
dalamnya meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan dan kesepakatan
penduduksetempat serta budaya yang dapat mempengaruhi status
kesehatan keluarga.
3) Mobilitas geografis keluarga
Menjelaskan tentang apakah keluarga sering pindah rumah serta dampak
pindah rumah terhadap kondisi keluarga.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhmana keluarga berinteraksi
dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga
Sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat,
fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas
mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungajn dari masyarakat
setempat.
6) Struktur keluarga
a) Pola kumonikasi keluarga
Menjelaskan bagaimana pola antar keluarga. Pola komunikasi fungsional
bila komunikasi dilakukan secara efektif, proses komunikasi berlangsung
dua arah dan saling memuaskan kedua belah pihak. Komunikasi
disfungsional bila komunikasi tidak fokus pada satu ide pembicaraan
sehingga pesan yang di sampaikan tidak jelas.
b) Struktur kesehatan keluarga
Respon keluarga bila ada anggota keluarga yang sakit, kekuatan yang
digunakan keluarga dalam menangani masalah.
c) Struktur pesan
Peran seluruh anggota keluarga baik formal maupun informal
d) Nilai dan norma keluarga
Menjelaskan nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dalam keluarga.
e) Fungsi keluarga
 Fungsi afektif
Dalam fungsi afektif di jelaskan bagaimana cara keluarga
mengekspresikan perasaan kasih sayang, perasaan saling memiliki,
saling mendukung terhadap anggota keluarga, saling menghargai
anatara anggota keluarga serta menjaga kehangatan dalam anggota
keluarga.
 Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga memperkenalkan
anggota keluarga dengan dunia luar serta bagaimana interaksi dan
hubungan dalam keluarga.
 Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit, serta sejauh mana pengetahuan
keluarga dalam memahami sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam
melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu keluarga mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan,
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat.
f) Stres dan koping keluarga
 Stresor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga.
 Respon keluarga terhadap stress.
 Strategi koping yang digunakan.
 Strategi adaptasi yang disfungsional (adakah cara keluarga
mengatasi masalah secara maladaptif).
g) Pemeriksaan fisik keluarga
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga pemeriksaan
fisik mulai penampilan umum, kesdaran, vital sign, rambut, kepala, mata,
hidung, telinga, mulut, leher, dada, abdomen, genetalia, ekstermitas atas
dan bawah.
Pemeriksaan fisik dan fokus
 Identitas klien
 Riwayat kesehatan, meliputi : keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan yang lalu, riwayat kesehatan keluarga.
 Riwayat obstetric dan ginekologi, meliputi : riwayat menstruasi,
riwayat kontrasepsi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan,
riwayat persalinan.

Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
Penampilan umum, kesadaran, penampilan fisik.
 Tanda-tanda vital
 Antropometri
Berat badan, tinggi badan, LLA.
 Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bagaimana apakah ada benjolan ata tidak,
warna rambut, distribusi rambut merata, terjadinya rontok/tidak,
kebersihannya tergantung ibu hamil
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak.
 Wajah
Inspeksi : pada wanita hamil kulit muka biasanya terjadi cloasma
gravidarum (peningkatan pigmentasi) yang diakibatkan karena adanya
stimulasi hormone melanosit terutama pada daerah batang hidung dan
pipi, namun setelah melahirkan biasanya cloasma gravidarum ini
berangsur-angsur akan menghilang, biasanya pada ibu hamil terjadi
edema pada wajah.
Palpasi : terdapat nyeri tekan atau tidak.
 Mata
Inspeksi :kesimetrisan mata, konjungtiva, sklera, pupil, reflek kornea,
gerakan bola mata, fungsi penglihatan.
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak pada daerah kelopak mata.
 Hidung
Inspeksi : bentuk, mukosa, kebersihan, ada polip/tidak, fungsi
penciuman
Palpasi : ada nyeri sinus frontalis/maksiliaris atau tidak.
 Gigi danMulut
Inspeksi: kebersihan, warna mukosa bibir, kebersihan gigi, caries gigi,
pembesaran tonsil, pembengkakan dan perdarahan gusi, warna lidah,
fungsi pengecapan.
 Telinga
Inspeksi : bentuk telinga, kebersihan, fungsi pendengaran
Palpasi : nyeri telinga/ tidak
 Leher
Inspeksi : ada tidaknya pembesaran JVP, ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening, reflek menelan.
Palpasi: ada atau tidaknya pembesaran tiroid, ada atau tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening akibat peradangan dan peningkatan
vaskularis.
 Dada dan Punggung
Inspeksi : kesimetrisan bentuk dan pergerakannya
Auskultasi : bunyi paru-paru atau suara nafas dan jantung perkusi:
pada daerah paru
 Jantung
Inspeksi : adanya pembesaran jantung atau tidak
Auskultasi : apakah bunyi jantung teratur atau tidak, irama, suara
jantung
Perkusi : apakah terdengar suara murmur atau gallops
Palpasi : terdapat pembengkakan atau tidak
 Payudara
Inspeksi :kesimetrisan antara payudara yang kiri dan kanan,
kebersihan payudara, dilatasi vena, ada tidaknya pembengkakan pada
payudara, hiperpigmentasi pada areola dan putting, keadaan putting
susu menonjol atau tenggelam.
Palpasi : ada/tidak nyeri tekan pada payudara, ada tidaknya
benjolan di payudara, teraba panas atau tidak.
 Abdomen
Inspeksi : apakah adanya line anigra, striae gravidarum dan bekas
luka
Auskultasi : bising usus dengan normal 6-12 kali per menit
Palpasi :
Leopod I
Pemeriksaan untuk menentukan tuanya kehamilan dari tinggi fundus
uteri dan untuk menentukan bagian apa yang terdapat di fundus uteri.
Sebelum bulan ketiga fundus uteri belum teraba dari luar, pada saat
umur kehamilan 12 minggu tinggi fundus 1-2 jari diatas simpisis, 16
minggu tinggi fundus per ½ jari diatas simpisis dan pusat, 20 minggu
tinggi fundus 3 jari jari dibawah pusat, 28 minggu tinggi fundus 3 jari
diatas pusat, 32 minggu tinggi fundus per ½ an prosesus xipoideus, dan
40 minggu tinggi fundus per ½ an prosesus xipoideus dan pusat.
Leopold II
Untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana
letaknya bagian-bagian kecil dari janin. Apabila teraba bagian keras
melintang berarti punggung, apabila teraba keras dan bundar berarti
kepala, apabila teraba bundar dan agak lembek berarti bokong. Kadang-
kadang disamping terdapat kepala atau bokong ialah pada letak lintang.
Leopod III
Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah, apakah kepala
atau bokong dan untuk menentukan apakah bagian yang terbawah dari
janin sudah masuk PAP atau belum.
Leopod IV
Untuk menentukan seberapa besar masuknya bagian terbawah dari
janin masuk ke dalam rongga panggul. Divergent yaitu ukuran yang
terbesar kepala sudah melewati PAP, sedangkan convergent yaitu
ukuran terbesar kepala belum melewati PAP.
 Genitalia
Inspeksi : distribusi rambut pubis, vulva (adakah edema, varises,
selaput lender, keadaan perineum, ganda cheadwick, secret vagina,
perdarahan, volume, bau, dan ada massa atau tidak, ada haemoroid
atau tidak).
 Ekstermitas atas dan bawah
Inspeksi : fungsi ekstermitas, LLA normal pada ibu hamil yaitu
minimal 23,5 cm, varises, edema, ada luka atau tidak, kekuatan otot .
Palpasi : CRT, turgor kulit
Perkusi : reflek patella
 Pemeriksaan penunjang
Lab : Hb (Normal: 11,5 -16 gr/dl)
USG :melihat hasil konsepsi, jenis kelamin janin dan usia
kehamilan.
Rontgent :gambaran skelet (¿21mg )

Amniosentesis :visualisasi janin secara langsung menggunakan


teleskop kecil melalui dinding abdomen dan uterus
mengambil contoh darah janin. (Kurnaesih, 2014).

Pemeriksaan fisik keluarga


Tabel 2.2
Contoh Pemeriksaan Fisik Keluarga
No Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga
Tn. X
1. Tanda-tanda vital
1.1 Tekanan Darah 120/80 mmHg
1.2 Nadi 82 x/menit
1.3 Suhu 36,2◦C
1.4 Respirasi 20 x/menit
2. Tinggi Badan dan Berat Badan TB : 160 cm
BB : 60 kg
3. Rambut Kepala Bersih, tidak ada ketombe,distribusi merata.
4. Mata, telinga, mulut, hidung, tenggorokan Tidak di temui gangguan mata,telinga,
mulut dan gigi bersih, hidung dan
tenggorokan normal.
5. Leher Tidak ada kaku leher, pembesaran kelenjar
tidak ada, pembesaran kelenjar
jugularis tidak ada.
6. Thorax Simetris, bunyi jantung normal, tidak ada
kelainan, suara nafas vesIkuler.
7. Abdomen Tidak ada pembengkakan hepar, ginjal,
limpa, tidak teraba benjolan, bising usus
positif, tidak ada nyeri tekan.
8. Ekstermitas atas dan bawah, Tidak ada kelainan pergerakan,
persendian kekakuan sendi, kekakuan otot
5, ROM aktif

555 555
5555

9. System genitalia Tidak dikaji

Harapan Keluarga
Di akhir pengkajian perawat menanyakan apa harapan keluarga terhadap petugas kesehatan.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisa untuk dapat dilakukan
perumusan diagnosa keperawatan. Analisa data dibuat dalam bentuk matriks seperti
table. Diagnose keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian.
Tipologi dari diagnosis keperawatan:
a. Diagnosis actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan, dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan
bantuan untuk segera ditangani dengan cepat. Secara umum faktor-faktor yang
berhubungan atau etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan persepsi)
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara berikut.
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.
2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot

Skor x bobot

Angka tertinggi

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan
seluruh bobot.

Diagnosa keperawatan (Riasmini, 2017) yang mungkin muncul pada klien dengan
kehamilan resiko tinggi adalah sebagai berikut:
a) Aktual
(1) Gangguan rasa aman cemas.
(2) Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh.
(3) Gangguan rasa nyaman dan nyeri pinggang.
(4) Defisiensi pengetahuan (perubahan dan ketidaknyamanan terkait
kehamilan).
b) Resiko
(1) Resiko terjadi anemia
(2) Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.
(3) Resiko terjadi perdarahaan saat kehamilan atau persalinan.
(4) Resiko terjadi konflik peran pada keluarga.
c) Potensial
Perilaku sehat (persiapan untuk persalinan)

3. Intervensi
Merupakan rencana tindakan yang disusun berdasarkan prioritas masalah, yang
meliputi :
a) Aktual
Intervensi Diagnosa Aktual

No. Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Gangguan rasa aman
Klien dan keluarga tidak 1.Kaji pengetahuan keluaga
cemas cemas dan mengetahui tentang pengertian, tanda dan
masalah kehamilan gejala ibu hamil dengan resiko
resiko tinggi. tinggi.
2.Kaji pengetahuan keluarga
tentang nyaman cemas pada
ibu hamil dengan resiko tinggi.
3.Berikan penyuluhan tentang
pengertian, tanda dan gejala
dari ibu hamil resiko tinggi.
2. Gangguan kebutuhan
Kebutuhan nutrisi klien 1.Kaji pengetahuan keluarga
nutrisi kurang dari terpenuhi. mengenai manfaat nutrisi bagi
kebutuhan. ibu hamil.
2.Diskusikan dengan keluarga
tentang makanan yang bergizi
bagi ibu hamil.
3.
makanan yang bergizi.
4.Berikan penyuluhan
mengenai cara pemberian
makanan bergizi.
3. Gangguan rasa
Nyeri sedikit berkurang 1.
nyaman nyeri ahat.
pinggang. 2.
ik.
3.
hangat pada pinggang.
4. Gangguan konsep diriKlien
: dapat memahami 1.Jelaskan perubahan tubuh
body image tentang perubahan selama kehamilan
pada badannya 2.
klien untuk mendiskusikan
perasaan mengenai
perubahan bentuk tubuh.
5. Defesiensi Adanya peningkatan 1.Ajarkan tindakan
pengetahuan pemahaman dan keperawatan diri untuk
(perubahan dan pengetahuan. mengatasi ketidaknyamanan
ketidaknyamanan umum pada kehamilan
terkait kehamilan). trimester 3
2.Anjurkan untuk
mengosongkan kandung
kemih secara teratur.
3.Anjurkan untuk membatasi
asupan cairan sebelum tidur.
4.Kenalkan bahwa keadaan ini
adalah wajar.

2. Resiko
Intervensi Diagnosa Resiko

No. Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Resiko terjadi anemia Tidak terjadi anemia 1.Kaji pengetahuan
keluarga tentang
pengertian, tanda
dan gejala ibu hamil
dengan resiko
anemia
2.Berikan
penyuluhan tentang
pengertian, tanda
dan gejala ibu hamil
dengan resiko
anemia
3.Anjurkan ibu
untuk banyak
mengonsumsi
makanan yang
mengandung zat
besi.
2. Resiko pemenuhan
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi 1.Kaji pengetahuan
kebutuhan nutrisi keluarga mengenai
kurang dari manfaat nutrisi bagi
kebutuhan ibu hamil
2.
keluarga tentang
makanan yang
bergizi bagi ibu
hamil.
3. Resiko terjadi
Perdarahan tidak terjadi 1.
perdarahan saat mana tingkat
kehamilan atau pengetahuan
persalinan keluarga tentang
perdarahan ibu
hamil dengan resiko
tinggi.
2.
mana tingkat
pengetahuan
keluarga tentang
penyebab pada ibu
hamil resiko tinggi.
3.Anjurkan untuk
melahirkan ditolong
oleh tenaga
kesehatan.
4.Anjurkan untuk
memeriksakan
golongan darah.
5.Anjurkan untuk
mempersiapkan
donor darah.
N k4. Resiko terjadi konflik
Tindakan terjadinya konflik dalam 1.Beri penyuluhan
peran pada keluarga keluarga tentang alat KB yang
efektif setelah
melahirkan.
2.Beri alternative
keluarga untuk
memutuskan
penggunaan alat KB
setelah melahirkan.
3.Beri kesempatan
keluarga untuk
memilih KB yang
efektif dan sesuai.

3. Potensial
Intervensi Diagnosa Potensial

No. Dignosa Tujuan Intervensi


1. Perilaku sehat
Selama kehamilan kesejahteraan 1.Kaji tingkat
(persiapan untuk ibu hamil meningkat pengetahuan
persalinan) mengenai tanda
persalinan.
2.Tanyakan tentang
persiapan yang telah
dilakukan untuk
persalinan.
3.Jelaskan tentang
tanda persalinan
4.Ajarkan ibu untuk
melakukan senam
hamil.
5.Berikan informasi
lisan dan tertulis
mengenai tanda
persalinan dan
perbedaan antara
persalinan palsu dan
sebenarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K. A. H. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Sagung Seto. Jakarta: EGC.


Friedman, M.M. (2014). Buku Ajar Keperaatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Mubarak, W. I., et al. (2006). Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.
Riasmini, dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok da Komunitas
dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai