Anda di halaman 1dari 13

Infeksi Jamur pada Sela Jari-Jari Kaki (Tinea Pedis)

Kelompok F4

Tari Erasti (102013279), Cornelia Tabita S (102014004), Rendy Cendranata


(102014017), Fanny Mariska S (102014045), Minati Puspawardani (102014149)
Julio Ludji P (102014183), Nur Ayuni Syahira Bt Rosli (102014238)

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Email: tari.erasti@yahoo.com

Abstract

Tinea pedis is a fungal disease that is most common and is caused by the attack, especially in
between the toes and soles of the feet. Most are found between the fingers to the 4th and 5th,
and often extends to the bottom of the finger and between the fingers of the other. Tinea pedis
can occur at any age group, but usually occurs in the productive age, the age group 20-50
years, and are more likely to suffer are men than women. Usually the socio-economic
conditions and lack of personal hygiene also plays an important role in fungal infections
(incidence of fungal diseases on socioeconomic lower more often than socioeconomic better,
it is associated with nutritional status affect the durability of a person's body against
disease). Personal hygiene less attention contributed to the growth of mold.

Keywords: Tinea pedis, fungus, personal hygiene

Abstrak

Tinea pedis merupakan penyakit akibat jamur yang paling sering terjadi dan disebabkan oleh
yang menyerang terutama pada sela jari kaki dan telapak kaki. Paling banyak ditemukan
diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela jari-jari lain. Tinea
pedis dapat terjadi pada golongan umur berapa saja, tetapi biasanya terjadi pada usia
produktif, yaitu usia 20-50 tahun, dan yang lebih banyak menderita adalah pria dibanding
dengan wanita. Biasanya kondisi sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan pribadi juga
memegang peranan penting pada infeksi jamur (insiden penyakit jamur pada sosial ekonomi

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 1


lebih rendah lebih sering terjadi daripada sosial ekonomi yang lebih baik, hal ini terkait
dengan status gizi yang mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit).
Kebersihan pribadi yang kurang diperhatikan turut mendukung tumbuhnya jamur.

Kata kunci : Tinea pedis, jamur, kebersihan pribadi

Pendahuluan

Tinea Pedis atau sering disebut Athlete’s foot = Ring Worm of the Foot merupakan
penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur (dermafitosis) yang sering menyerang orang-
orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah dan lembab seperti tukang cuci, petani,
atau pekerjaan yang mengunakan sepatu tertutup terus-menerus seperti tentara. Di daerah
dengan iklim tropis seperti Indonesia, hampir seluruh jenis tanaman tumbuh subur, termasuk
juga berbagai jenis jamur (fungi/fungal) yang dapat hidup dan berkembangbiak di makhluk
hidup lainnya seperti manusia, bukan hanya sebagai parasit di kulit manusia, jamur dapat
menyebabkan gatal yang hebat dan juga nyeri jika diikuti dengan infeksi sekunder. Kasus
penyakit yang diakibatkan oleh jamur di Indonesia cukup tinggi, karena parasit ini dapat
menyerang siapa saja tanpa terkecuali. Oleh sebab itu dibutuhkan kebersihan, gizi, dan
perlindungan yang memadai agar tidak terkena parasit ini.1,2

Anamnesis

Anamnesis memiliki pengertian memperoleh data atau keterangan tentang kehidupan


pasien yang diperoleh melalui wawancara kepada pasien itu sendiri atau orang yang paling
dekat dengan pasien tersebut, mengenai penyakit yang sekarang dideritanya ataupun penyakit
dahulu serta riwayat keluarganya untuk mempertimbangkan kondisi yang diwariskan dalam
keluarga pasien tersebut, anamnesis juga penting untuk membantu mendiagnosis penyakit
yang diderita pasien.3-4Pertanyaan dalam anamnesis meliputi :

- Identitas pasien (nama, umur, alamat, pekerjaan)


- Keluhan utama ( meliputi lokasi, onset, durasi, dan faktor pemberat )
- Keluhan penyerta
- Riwayat penyakit sekarang, dahulu, keluarga
- Riwayat sosial (kebersihan, pola makan)

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 2


Hasil anamnesis skenario ini adalah pasien seorang perempuan berusia 21tahun, pekerjaan
tukang cuci baju, dengan keluhan utama gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kirinya sejak
2 bulan yang lalu.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik5

Digunakan untuk memeriksa tubuh pasien untuk menemukan gejala klinis pada
penyakit tersebut. Pemeriksaan fisik seharunya dilakukan secara sistematis dari kepala hingga
ke kaki agar tidak ada gejala klinis yang terlewat.Pada pemeriksaan fisik untuk Tinea Pedis
dapat di lihat dari macam-macam lesi yang ditimbulkan oleh parasit ini, apakah ada antara
lain :
- Kerak yang kering / bersisik putih - Eritema dengan papul
- Maserasi - Kerak putih
- Pengelupasan kulit - Hiperkeratosis
- Hiperhidrosis yang biasanya terjadi - Vesikel atau bula yang diisi dengan
pada sela jari kaki ke 4 dan ke 5 cairan bening
- Celah pada toe webs
Hasil Pemeriksaan fisik pada skenario ini adalah terdapat fissura pada sela jari kakinya dan
tampak maserasi.

Pemeriksaan Penunjang6

Diagnosis dari tinea pedis biasanya dilakukan secara klinikal dan berdasarkan
pemeriksaan dari daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan
mengerok kulit untuk preparat KOH, biopsi kulit, atau kulture dari daerah yang terinfeksi

* KOH
Pemeriksaan langsung dengan preparat KOH dengan mengunakan mikroskop
dianggap kurang sensitive karena dapat menimbulkan hasil 15% negative palsu,
tergantung dari beberapa hal. Tapi pemeriksaan mikroskop dengan preparat KOH ini
dapat ditemukan hifa septate atau hifa yang bercabang, athrospore, atau dalam
beberapa kasus, ada sel budding yang menyediakan bukti adanya infeksi jamur.

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 3


Gambar 1. Tes KOH Positif ; Tes KOH Positif Palsu.1

* Kultur
Kultur untuk Tinea pedis di lakukan pada agar Subouraud’s dextrose(DSA), pH dari
medium ini (5,6) mematikan banyak bakteri, sehingga hasil yang didapatkan bisa
lebih spesifik walau hanya terbukti sekitar 60% dan pemeriksaan ini memerlukan
waktu yang lama 2-4 minggu.
* Periodic Acid Schiff Stain/ PAS Reaction Test
Tes PAS ini paling sering digunakan karena menghasilkan hasil yang spesifik untuk
Tinea Pedis sebanyak 98,8% dalam waktu yang singkat yaitu 15 menit. Tes PAS ini
mencari dinding polisakarida dan ikatan glikoprotein dari jamur penyebab Tinea
Pedis tersebut.

Working Diagnosis
Work diagnosis adalah suatu kesimpulan yang dibuat oleh dokter mengenai
kemungkinan penyakit yang diderita pasien.7 Dilihat dari hasil pemeriksaan dermatologis
pada pasien di skenario ini, diagnosis yang diambil adalah pasien menderita penyakit yang
disebabkan oleh infeksi jamur (dermafitosis) yaitu Tinea Pedis tipe interdigitalis.

Differential Diagnosis 2,5,8


1. Candidiasis intertriginosa
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur spesies candida, yaitu Candida
albicans yang menyerang kulit manusia, secara umum tidak menular. Dapat menyerang
lipatan kulit ketiak, lipatan paha, lipatan payudara, interdigitalis. Memiliki ciri-ciri lesi
maserasi berwarna putih yang berbentuk oval di sela-sela jari dan melebar sampai ke pinggir
jari. Biasanya ditengah dari lesi akan terdapat satu atau dua fisura yang kemerahan seiring

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 4


dengan kondisi progesifitas dari pengelupasan kulit yang maserasi meninggalkan bekas yang
sakit dan kemerahan

Gambar 2. Candidiasis kutan.5

2. Dermatitis intertriginosa
Tinea pedisharus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya batas tidak jelas, bagian
tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah. Predileksinya pada bagian yang terkena kontak
dengan sepatu, kaos kaki, dsb. Yang menjadi pembeda adalah tidak ditemukannya jamur
pada pemeriksaan kultur, tetapi hanya tanda-tanda peradangan.

Gambar 3. Dermatitis pada Tangan.5

3. Eritrasma
Eritrasma merupakan infeksi bakteri yang kronis disebabkam oleh Corynebacterium
minutissimum yang menyerang bagian tubuh seperti jari-jari kaki, sekitar paha dan kemaluan,
ketiak, dan lainnya, dan gejalanya mirip dengan infeksi dematopita epidermal. Bagian tubuh

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 5


yang terkena bisa terdapat maserasi, erosi, atau fisura. Sering simetris dan terkana pada
banyak sela-sela jari.

Gambar 4. Eritrasma pada Sela-Sela Jari.5

Etiologi
Beberapa jenis jamur dapat berkembang biak di kulit (dermatomikosis, jamur yang
menyerang kulit). Sedangkan, dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita, golongan jamur ini dapat mencerna jaringan yang mengandung
zat tanduk (keratin), misalnya pada stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.
Dermatofitosis sering disebut dengan tinea, ringworm, kurap, dan lainnya. Setiap spesies
dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu, yaitu:
a. Zoofilik : Terutama menyerang binatang
b. Geofilik : yang hidup di tanah
c. Antrofilik : Menyerang manusia
Golongan dermatofitosis diklasifikasi berdasarkan lokasinya. Disebut Tinea kapitis
jika menyerang kulit kepala, rambut, alis, dan bulu mata. Tinea korporis, jika menyerang
badan dan anggota badan, termasuk Tinea kruris yang khusus menyerang lipat paha, daerah
bawah perut, dan sekitar anus. Tinea barbae menyerang daerah dagu, jenggot dan jambang.
Tinea manum menyerang tangan dan telapak tangan Tinea pedis menyerang sela-sela kaki
dan telapak kaki, dan Tinea unguinum menyerang kuku.9
Tinea pedis merupakan penyakit akibat jamur yang paling sering terjadi dan
disebabkan oleh `yang menyerang terutama pada sela jari kaki dan telapak kaki. Paling
banyak ditemukan diantara jari ke-4 dan ke-5, dan seringkali meluas ke bawah jari dan sela
jari-jari lain. Oleh karena daerah kaki sering lembab, maka sering terlihat maserasi, yaitu

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 6


berupa kulit putih dan rapuh dan jika bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan
terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang jamur.
Pada umumnya, jamur tumbuh pada kulit kaki karena faktor kelembaban. Hal itu
dapat disebabkan kaki yang sering berkeringat, kaos kaki kurang dijaga kebersihannya, atau
sepatu terlalu tertutup, dan sering berhubungan dengan air. Jari-jari kaki sangat rentan
terinfeksi jamur Tinea pedis, terutama pada orang yang sering memakai sepatu tertutup pada
kesehariannya, karena bertambahnya kelembaban karena keringat, pecahnya kulit karena
mekanis, dan paparan terhadap jamur di gedung olah raga atau kolam renang. Selain itu
pemakaian kaus kaki dengan bahan yang tidak dapat menyerap keringat dapat menambah
kelembaban di sekitar kaki yang cenderung mendukung jamur dapat tumbuh subur. Kondisi
sosial ekonomi serta kurangnya kebersihan pribadi juga memegang peranan penting pada
infeksi jamur (insiden penyakit jamur pada sosial ekonomi lebih rendah lebih sering terjadi
daripada sosial ekonomi yang lebih baik, hal ini terkait dengan status gizi yang
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit). Kebersihan pribadi (mencuci
kaki setiap hari, menjaga kaki selalu kering) yang kurang diperhatikan turut mendukung
tumbuhnya jamur.6,8-9

Epidemiologi

Tinea pedis dapat terjadi pada golongan umur berapa saja, tetapi biasanya terjadi pada usia
produktif, yaitu usia 20-50 tahun, dan yang lebih banyak menderita adalah pria dibanding
dengan wanita (Beberapa faktor dalam tubuh hospes juga berperan dalam menghambat
patogenitas. Progesteron dapat menghambat pertumbuhan jamur golongan dermatofita,
karena itu insidens dermatofitosis lebih banyak di alami oleh pria).10 Adapun beberapa faktor
yang mempengaruhi seperti panas, kelembapan, keringat yang berlebihan, dan pemakaian
sepatu tertutup terus-menerus. 5

Patofisiologi
Pada jamur hidup di lapisan tanduk kulit manusia, dapat melepaskan toksin yang bisa
menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa
bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula
infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Hal itu tergantung pada jenis jamur
yang menyerang. Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui:
a) Luka kecil atau aberasi pada kulit, misalnya golongan dermatofitosis,
kromoblastomikosis.

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 7


b) Melalui saluran pernafasan, dengan mengisap elemen-elemen jamur, seperti pada
histoplasmosis
c) Melalui kontak, tetapi tidak perlu ada luka atau aberasi kulit, seperti golongan
dermatofitosis.9

Jamur golongan dermatofita selain mengeluarkan enzim kreatinase yang mampu mencerna
kreatin pada stratum kroneum kulit, rambut, dan kuku, patogenitasnya juga meningkat karena
produksi mannan yaitu suatu komponen dinding sel yang bersifat immunoinhibitory. Mannan
juga memiliki kemampuan untuk menghambat eleminasi jamur oleh hospes dengan menekan
kerja cell mediated immunity.10

Manifestasi Klinis5,8-9
Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada Tinea pedis adalah
1. Bentuk interdigitalis yang merupakan kelainan berupa maserasi, skuamasi serta erosi
di celah-celah jari terutama jari ke-4 dan 5. Kulit terlihat putih, dapat berbentuk fisura
dan sering tercium bau yang tidak enak. Lesi dapat meluas ke bawah jari dan telapak
kaki. Ada 2 bentuk, yang pertama adalah interdigitalis yang kering dapat ditemukan
kerak putih pada sela-sela jari kaki, dan yang lembab dapat ditemukan maserasi.

Gambar 5. Tinea Pedis: Interdigitalis yang Kering5

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 8


Gambar 6. Tinea Pedis: Interdigitalis yang Basah / Tipe Maserasi.5
2. Bentuk hiperkeratosis menahun yaitu terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama
pada tumit, telapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Lesi dapat berupa bercak
dengan skuama putih sedikit mengkilat, melekat, dan relative tidak meradang. Lesi
umumnya setempat, akan tetapi dapat bergabung sehingga mengenai seluruh telapak
kaki, sering simetris dan disebut moccasin foot.

Gambar 7. Tinea Pedis: Tipe yang Moccasin.5

3. Bentuk vesikular/bulla subakut yaitu kelainan timbul pada daerah sekitar jari
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki, disertai rasa gatal yang hebat.
Bila vesikel/bulla pecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut koloret.
Bila terjadi infeksi akan memperberat keadaan sehingga terjadi erysipelas.

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 9


Gambar 8. Tinea Pedis: Tipe Vesikular/Bulla.5
4. Bentuk ulcerative, merupakan perpanjangan dari tipe interdigitalis yang sudah
menyerang dermis karena maserasi dan infeksi sekunder oleh bakteri.

Penatalaksanaan

Medika Mentosa

Untuk penatalaksanaan secara medika mentosa biasanya akan diberikan obat anti
jamur secara topikal karena dianggap merupakan pengobatan yang adekuat di infeksi Tinea
Pedis . obat-obatan yang membunuh jamur (seperti terbinafine, butenafine, dan naftifine)
sering digunakan karena pemakaiannya yang setiap hari dalam seminggu memiliki angka
kesembuhan yang tinggi, berikut adalah tabel obat topikal untuk mengatasi Tinea pedis.9

Tabel 1. Macam-macam Obat Topikal untuk Tinea Pedis.9

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 10


Dalam kasus yang lebih berat, penggunaan obat secara oral dapat diberlakukan, contoh obat-
obat untuk Tinea Pedis secara oral, antara lain :

- Grisefulvin, dengan dosis dewasa 500-1000mg/hari, untuk anak-anak 10-


20mg/kgBB/hari
- Terbinafine, dengan dosis 250mg/hari selama 1-2 minggu.
- Itraconazole, dengan dosis 200mg, dua kali sehari dalam 1 minggu.
- Fluconazole, 150mg/minggu selama 4 minggu.8

Non-medika Mentosa

Penyakit Tinea pedis sering kambuh sehingga untuk menghindari faktor risiko dapat
melakukan hal, seperti kaus kaki yang digunakan, hendaknya dapat menyerap keringat dan
diganti tiap hari, kaki harus bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup, sepatu
sempit, sepatu olah raga, dan sepatu plastik, terutama yang digunakan sepanjang hari.Tidak
bertelanjang kaki atau selalu memakai sandal sehingga dapat menghindari kontak dengan
jamur penyebab Tinea pedis. pencucian kaki setiap hari diikuti dengan pengeringan yang baik
di daerah sela jari. Untuk mencegah penularan juga harus selalu memakai sepatu/sendal jika
ke fasilitas umum seperti wc umum, kolam renang. Memakai bedak anti jamur pada kaki dan
sepatu atau kaus kaki untuk membunuh jamur dan mencegah pertumbuhan jamur baru. 8-9

Komplikasi1-2.8

Bila penyakit Tinea pedistidak ditangani dengan baik, kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi menjadi tinggi, kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

- Tinea unguinum
Jamur Tinea pedis, yaitu, T. rubrum juga dapat menyebabkan penyakit jamur pada
kuku, kemungkinan besar jamur akan menjalar dari sela-sela jari ke kuku yang akan
mengakibatkan kerusakan pada kuku seperti tampak menebal, dan pecah-pecah.
- Selulitis
Selulitis dapat terjadi akibat dari infeksi sekunder pada lesi yang di sebabkankan oleh
jamur T. rubrum, pada keadaan lembab, kulit akan mudah mengalami maserasi dan
fissura yang menyebabkan pertahanan dari kulit akan menurun dan menyebabkan
bakteri beta-hemolytic streptoccoci (group A, B, C, F, dan G), S. aureus, S.
pneumonae, dan lainnya akan mudah masuk ke dalam tubuh.

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 11


Pencegahan

Pencegahan pada Tinea pedisdapat dengan melakukan beberapa cara yang sederhana
seperti menjaga kebersihan diri, pakaian yang digunakan, penggunaan sepatu sebaiknya
jangan terlalu tertutup dan sering di cuci atau jemur, memakai sepatu boot untuk orang-orang
yang bekerja di bidang perairan, menjaga agar kaki tetap bersih, menggunakan kaus kaki
yang menyerap keringat, dan lainnya.9

Prognosis

Untuk kasus Tinea pedisyang ringandan segera ditangani, prognosisnya adalah baik,
tetapi apabila kasusnya sudah berat, dapat menimbulkan komplikasi seperti limfangitis dan
selulitis, apalagi pada orang-orang yang sebelumnya pernah menjalani pemasangan kateter
dari pembuluh darah vena pada kakinya ke jantung, hal ini bisa mengubah prognosis menjadi
buruk.5

Kesimpulan

Daerah tropik seperti Indonesia yang memiliki kelembapan yang tinggi merupakan
tempat yang cocok untuk berbagai jenis jamur tumbuh, jamur bukan hanya dapat hidup di
tanah, tetapi juga dapat di makhluk hidup lainnya seperti juga manusia, jamur yang dapat
hidup di manusia memiliki suatu enzim yang dinamakan kreatinase yang mampu melisiskan
kreatin pada lapisan stratum korneum kulit manusia dan meninggalankan rasa gatal dan perih,
salah satunya adalah T. pedis. Penyakit T. pedis biasanya menyerang orang-orang yang
bekerja dengan air seperti pemancing, tukang cuci baju, atau yang selalu menggunakan
sepatu tertutup seperti tentara. Dalam kasus yang ringan penyakit ini dapat disembuhkan
dengan menggunakan obat-obatan topikal dan memiliki angka kesembuhan yang tinggi walau
dapat kembali lagi jika kebersihannya tidak terjaga, tapi dalam kasus berat, pengobatan
secara oral atau sistemik mungkin akan dibutuhkan.

Daftar Pustaka

1. Boel T. Mikosis Superfisial. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fkg/fkg-


trelia1.pdf pada 14 April 2016

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 12


2. Budimulja U. Mikosis. Dalam : Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke
6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010.h.93
3. Nn. Anamnesis. diunduh dari http://kamuskesehaan.com/arti/anamnesis. pada 14
April 2016
4. Nn. Anamnesis. diunduh darihttp://kbbi.web.id/anamnsis. Pada 14 April 2016
5. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatrick’s color atlas & synopsis of clinical
dermatology. 5th edition. New york : McGraw-hill; 2005.p.18-23, 580-2, 692-7, 718-9
6. Kumar V, Tilar R, Prakash P, et al. Tinea pedis. Asian Journal of Medical Sciences 2.
2011; 134-8
7. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu kedokteran. Jakarta: Gramedia ; 2006.h.51
8. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s diseases of the skin clinical
dermatology.10th edition. Canada: Saunders Elsevier; 2006.p.303-5
9. Kurniawati RD. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tinea pedis pada
pemulung di TPA Jatibarang Semarang. Diunduh dari
https://core.ac.uk/download/files/379/11715767.pdf pada 14 April 2016
10. Mulyati, Sjarifuddin PK, Susilo J. Dermatofitosis. Dalam: Buku ajar parasitologi
kedokteran, edisi ke-4. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2013.h.319-26

PBL BLOK 15 SKEN 11 Page 13

Anda mungkin juga menyukai