Anda di halaman 1dari 13

ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No.

1, April 2015

ANALISIS KEANEKARAGAMAN DAN KEMELIMPAHAN


RELATIF ALGAE MIKROSKOPIS DI BERBAGAI EKOSISTEM
PADA KAWASAN INTERTIDAL PULAU MENJANGAN BALI
BARAT

Gede Ari Yudasmara


Jurusan Budidaya Kelautan, Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja-Bali

Email: ariyudasmara@gmail.com

Abstrak
Algae mikroskopis memiliki peranan yang penting karena merupakan organisme
autotrof yaitu organisme yang mampu menghasilkan makanan sendiri, sehingga
berperan sebagai produsen bagi konsumen yang hidup di lautan dan sangat erat
kaitannya dengan rantai makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
keanekaragaman dan kemelimpahan relatif algae mikroskopis serta tingkat
perbedaannya pada ekosistem Padang Lamun, Terumbu Karang dan Mangrove di
kawasan intertidal Pulau Menjangan Bali Barat. Penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif eksploratif dengan metode observasi lapangan. Populasi dari penelitian
ini adalah seluruh algae mikroskopis pada ekosistem Mangrove, Padang Lamun
dan Terumbu Karang, sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah algae
mikroskopis yang berhasil ditangkap pada sejumlah titik pengambilan sampel.
Analisis data menggunakan statistik ekologi. Hasil penelitian menunjukkan (1)
algae mikroskopis yang teridentifikasi pada ekosistem Mangrove sebanyak 20
jenis, ekosistem Padang Lamun 24 jenis, dan ekosistem Terumbu Karang 32 jenis;
(2) Indeks keanekaragaman pada ekosistem Mangrove dan Padang Lamun
tergolong sedang sedangkan ekosistem Terumbu Karang tergolong tinggi; (3)
Kemelimpahan relatif tertinggi pada Lamun adalah spesies Guinardia blavyana,
ekosistem Mangrove adalah Triceratium alternans dan ekosistem Terumbu karang
adalah Cocconeis scutelum; (4) terdapat perbedaan keanekaragaman dan
kemelimpahan relatif algae mikroskopis antara ketiga ekosistem di kawasan
intertidal Pulau Menjangan.

Kata kunci : algae mikroskopis, keanekaragaman, kemelimpahan relatif, zona


intertidal, Pulau Menjangan

Abstract
Sea grape (Caulerpa racemosa) is a macro green algae are often used as food for
people around the coast. But supply is still in very limited quantities and seasonal,
because it still depends on the nature and has not been properly cultivated. It
required the cultivation to support continuity of production. This study aims to
examine and analyze the effectiveness and efficiency of rigid quadrant nets made
from bamboo in cultivation of Caulerpa racemosa and assess the quality and
quantity obtained from the application of rigid quadrant nets made of bamboo in the

Jurnal Sains dan Teknologi |503


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

cultivation of Caulerpa racemosa. To achieve these goals through research


experiments conducted by the draft pre-test post-test control group design. The
results showed that the rigid quadrant nets made of bamboo is quite effective and
efficient in the cultivation of Caulerpa racemosa, nor in terms of quality and quantity
of the quadrant rigid substrate made of bamboo nets good enough quality and yield
as much as I was 2340.46 grams replay, replay II of 2003, the 60 grams and repeat
III was 2135.5 grams with the planting period for 42 days.
.
Keywords: aquaculture, Caulerpa racemosa, bamboo media

PENDAHULUAN Dinoflagelata, Trichodesmium dan


Zona intertidal merupakan zona Kokolitoforid.
yang dipengaruhi oleh pasang surut air Diatom merupakan golongan
laut dengan luas area yag sempit antara terpenting yang mendominasi
daerah pasang tertinggi dan surut fitoplankton dan paling banyak
terendah. Pada zona ini terdapat variasi ditemukan di laut terutama pada lokasi
faktor lingkungan yang cukup besar yang melimpah akan nutrisi. Diatom
seperti fluktuasi suhu, salinitas , digolongkan ke dalam kelas
kecerahan dan lain – lain. Variasi ini Bacillariophyceae, dapat hidup sebagai
dapat terjadi pada daerah yang hanya sel tunggal ataupun berkoloni dengan
berjarak sangat dekat saja misalnya kemampuan bereproduksi secara
beberapa cm. Zona ini dihuni oleh seksual maupun aseksual. Golongan
organisme yang keseluruhannya satu ini memiliki banyak sekali julukan
merupakan organisme bahari, salah karena merupakan produsen primer
satunya adalah algae mikroskopis atau yang sangat berpengaruh terhadap
lebih dikenal dengan sebutan keberlangsungan hidup biota laut
Fitoplankton. lainnya, salah satunya adalah “jewel of
Fitoplankton memiliki peranan the sea”. Julukan ini diberikan
yang paling penting karena berperan berdasarkan struktur morfologi dari
sebagai organisme autotrof yaitu diatom yakni mengandung silika
organisme yang mampu menghasilkan (struktur utama yang menyusun kaca),
makanan sendiri. Kemampuan ini dengan berbagai variasi bentuk yang
disebabkan oleh kandungan klorofil indah. Struktur khas inilah yang
pada fitoplankton, sehingga dengan membedakan diatom dengan golongan
bantuan cahaya matahari fitoplankton fitoplankton lainnya.
mampu melakukan proses fotosintesis Dinoflagelata digolongkan ke
di dalam tubuhnya. Dengan kata lain dalam kelas Dinophyceae, merupakan
fitoplankton berperan sebagai produsen golongan fitoplankton yang umum
bagi konsumen yang hidup di lautan dan ditemukan di laut setelah golongan
sangat erat kaitannya dengan rantai diatom. Dinoflagelata bereproduksi
makanan. Secara garis besar secara aseksual melalui pembelahan
fitoplankton dapat dibagi ke dalam sel. Dinding selnya tersusun atas
empat golongan yaitu Diatom, selulosa yang tebal dan kuat sebagai
perlindungan sel terhadap lingkungan
luar. Terdapat ciri khusus pada

Jurnal Sains dan Teknologi |504


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

golongan ini karena memiliki alat gerak mangrove. Ekosistem padang lamun
berupa bulu cambuk atau flagella dan merupakan suatu ekosistem yang
kandungan pigmen dalam selnya yang berada diantara kawasan ekosistem
sangat spesifik. Selain mengandung mangrove dan terumbu karang. Sama
klorofil-a dan klorofil-c, juga terdapat seperti ekosistem lain, dalam ekosistem
pigmen β-carotenedan lamun juga terbentuk rantai makanan
xanthophylls sehingga memberikan (food chain) dimana yang berperan
warna coklat kekuningan. sebagai produsen adalah lamun, alga
Golongan ketiga yang banyak makrobentos, dan fitoplankton. Sebagai
dijumpai di lautan adalah tempat mencari makan bagi beberapa
Trichodesmium. Nama Trichodesmium biota laut, padang lamun mengandung
berasal dari bahasa Yunani yaitu „tricho‟ material hayati dan non hayati baik yang
= rambut dan “desmus” = jalinan. bersumber dari lamun itu sendiri
Golongan ini termasuk ke dalam Divisi maupun dari biota-biota laut yang
Cyanobacteria (memiliki kekerabatan berasosiasi.
dekat dengan bakteri). Sel-selnya tidak Sebagai bagian dari ekosistem
memiliki inti sel yang jelas, dan biasanya laut, ekosistem terumbu karang
hidup dengan cara membentuk rantai merupakan ekosistem yang memiliki
berupa filament yang mengelompok sejumlah kekhasan dan nilai yang
dalam agregat koloni berbentuk seperti penting ditinjau dari sudut ekologi
jalinan rambut. maupun ekonomi. Kekhasan yang
Golongan keempat dari dimaksud adalah: 1) ekosistem terumbu
fitoplankton yang umumnya dijumpai karang hanya dijumpai di lautan tropis
adalah Kokolitoforid, yang tergolong dan tidak dijumpai di lautan dingin; 2)
dalam kelas Prymnesiophyceae atau ekosistem terumbu karang biasanya
Haptophyceae. Warna tubuhnya coklat terdapat pada kedalaman laut yang
keemasan dan hidup secara uniselular. relatif dangkal yaitu 0-70 meter; 3)
Golongan ini memiliki kemampuan untuk ekosistem terumbu karang merupakan
berfotosintesis dan warna coklat ekosistem dengan tingkat keragaman
keemasan pada tubuhnya disebabkan dan produktivitas yang tinggi; dan 4)
oleh kandungan pigmen β-carotene, ekosistem terumbu karang merupakan
fucoxanthin, diadinoxanthin dan ekosistem yang penuh dengan biota
diatoxanthine. Ciri khusus yang dimiliki yang berwarna-warni serta bentuk
oleh kokolitoforid adalah cocolith pada pertumbuhan yang indah (Nybakken,
sel tubuhnya yang bentuknya 1988 dan Nontji, 1986 dalam Swasta,
menyerupai perisai atau sisik sebagai 2010).
alat proteksi terhadap lingkungan luar. Mangrove merupakan kawasan
Jika cocolith merupakan pelindungnya, hutan yang tersusun atas komunitas
maka sel yang memiliki cocolith disebut tumbuhan halofit (tanaman yang mampu
dengan kokolitofor. bertahan hidup di daerah dengan kadar
Fitoplankton banyak dijumpai pada garam tinggi). Hutan mangrove
kawasan pesisir yang didominasi atas merupakan ekosistem yang umumnya
tiga corak ekosistem yakni ekosistem ditemukan di wilayah tropis serta terdiri
padang lamun, terumbu karang dan atas berbagai jenis biota yang sangat

Jurnal Sains dan Teknologi |505


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik yang padang lamun, terumbu karang dan
ada disekitarnya, antara lain: susunan hutan bakau (mangrove), yang mana
zat kimia air, aliran dan pergerakan arus diketiga ekosistem ini terdapat
serta proses-proses alam yang terjadi di komunitas plankton yang perlu diteliti
laut. Dilihat dari posisinya, hutan termasuk komunitas fitoplanktonnya.
mangrove pada umumnya tumbuh di Permasalahannya adalah hingga saat
zone pasang surut pada pantai yang ini belum ada penelitian yang
berteluk dengan topografi yang landai membandingkan keanekaragaman dan
(Boaden dan Seed, 1985 dalam Swasta, kemelimpahan fitoplankton antara
2010). ekosistem padang lamun, terumbu
Dalam setiap ekosistem terdapat karang dan mangrove di kawasan Pulau
komponen biotik dan abiotik yang saling Menjangan Bali Barat. Dengan
berinteraksi satu sama lain, begitu pula melakukan pendekatan statistik ekologi
pada ekosistem pesisir. Komponen akan diketahui struktur komunitas
biotik merupakan bagian dari ekosistem fitoplankton yang hidup di kawasan
yang terdiri dari seluruh tingkatan tersebut.
makhluk yang ada di wilayah ekosistem Tujuan dari penelitian ini adalah:
tersebut seperti tumbuhan, hewan, (1) mengetahui komposisi spesies
jamur dan bakteri. Komponen biotik ini fitoplankton yang hidup pada ekosistem
akan membentuk suatu hubungan padang lamun, terumbu karang dan
memakan dan dimakan yang disebut mangrove di kawasan intertidal Pulau
dengan rantai makanan. Sedangkan Menjangan Bali Barat; (2)
komponen abiotik adalah bagian dari mengidentifikasi besar indeks
ekosistem yang terdiri atas unsur fisika keanekaragaman fitoplankton yang
dan kimia (non-hidup). Unsur fisika dan hidup pada ekosistem padang lamun,
kimia akan membentuk lingkungan. terumbu karang dan mangrove di
Lingkungan memegang peranan penting kawasan intertidal Pulau Menjangan Bali
bagi keberlangsungan hidup komponen Barat; (3) mengidentifikasi
biotik dalam suatu ekosistem. Faktor- kemelimpahan relatif spesies
faktor lingkungan yang banyak fitoplankton yang hidup pada ekosistem
mempengaruhi kehidupan dalam padang lamun, terumbu karang dan
ekosistem pesisir antara lain: gerakan mangrove di kawasan intertidal Pulau
air, salinitas, suhu, dan cahaya Menjangan Bali Barat; (4) mengetahui
matahari. tingkat perbedaan keanekaragaman
Pulau Menjangan merupakan fitoplankton yang hidup pada ekosistem
pulau kecil yang terletak di area Taman padang lamun, terumbu karang dan
Nasional Bali Barat yang secara mangrove di kawasan intertidal Pulau
administratif terletak di Kabupaten Menjangan Bali Barat; (5) mengetahui
Jembrana dan Kabupaten Buleleng. tingkat perbedaan kemelimpahan
Area Pulau Menjangan merupakan fitoplankton yang hidup pada ekosistem
kawasan pelestarian yang terdiri dari padang lamun, terumbu karang dan
wilayah daratan dan perairan. Perairan mangrove di kawasan intertidal Pulau
pantainya memiliki tiga corak ekosistem Menjangan Bali Barat.
yang saling berkaitan yaitu ekosistem

Jurnal Sains dan Teknologi |506


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

METODE rumus indeks keanekaragaman dari


Penelitian ini termasuk penelitian Shanon-Wiener sebagai berikut.
deskriptif eksploratif. Menggunakan
rancangan penelitian lapangan (field
ni ni
H'   (
study) yang kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan identifikasi di ln )
laboratorium. Pengambilan data N N
dilaksanakan ketika laut dalam keadaan
pasang. Lokasi penelitian adalah Keterangan :
kawasan intertidal Pulau Menjangan Bali H‟ = Indeks diversitas
Barat. Pada masing-masing ekosistem Ni = Cacah individu spesies ke-i
tersebut akan ditentukan 15 titik N = Total individu dalam komunitas
pengambilan sampel dan selanjutnya
akan dilakukan identifikasi jenis Adapun kriteria tentang tingkat
fitoplankton di Laboratorium Jurusan keanekaragaman menurut Basmi (1999)
Pendidikan Biologi Universitas dalam Fachrul (2007), sebagai berikut:
Pendidikan Ganesha. H‟< 1 = stabilitas komunitas biota
Metode pengumpulkan data rendah
dilakukan melalui observasi lapangan 1 < H‟<3 = stabilitas komunitas biota
dengan penentuan titik pengambilan sedang
sampel dengan membentangkan tali H‟ > 3 = stabilitas komunitas biota
transek. Sampel yang telah diambil tinggi
kemudian ditampung dan disimpan Tingkat kekayaan spesies dapat
dalam botol flakon yang telah berisi dihitung melalui rumus yang ditemukan
larutan formalin 4% sebagai bahan oleh Margalef (1958) dalam Swasta
pengawet. Sampel kemudian (2003) sebagai berikut:
diidentifikasi dengan bantuan
mikroskop, dan identifikasi sampel
s 1
dilakukan dengan buku identifikasi
plankton. Selain itu juga dilakukan
R ( )
pengukuran variabel lingkungan meliputi lnN
salinitas, suhu, turbiditas dan pH yang
dilakukan menggunakan Water Quality Keterangan :
Checker dan diukur secara langsung R = Indeks kekayaan spesies
pada setiap titik pengambilan sampel. S = Jumlah spesies dalam komunitas
Analisis data keanekaragaman N = Total individu dalam komunitas
dan kemelimpahan fitoplankton antara
yang hidup di ekosistem padang, lamun, Dengan kriteria indeks kekayaan jenis
terumbu karang dan mangrove ini yang digolongkan dalam 3 kategori
dilakukan dengan melakukan berdasarkan odum (1994), yaitu: Jika
pendekatan statistik ekologi untuk nilai R < 3.5 maka kekayaan jenis yang
mengetahui struktur komunitasnya. tergolong rendah, jika nilai R = 3.5 – 5.0
Nilai indeks keanekaragaman maka kekayaan jenis tergolong sedang,
fitoplankton dapat dihitung dengan

Jurnal Sains dan Teknologi |507


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

dan jika nilai R > 5.0 maka kekayaan atau struktur komunitas dalam
jenis tergolong tinggi. keadaan stabil
Tingkat kemerataan spesies C = 1, berarti terdapat spesies yang
merupakan gambaran sebaran individu mendominasi spesies lainnya atau
dalam komunitas dan dapat dihitung struktur komunitasnya labil, karena
dengan memakai rumus tingkat terjadi tekanan ekologis
kemerataan yang ditemukan oleh Pielou
dalam Swasta (2003). Adapun Untuk nilai kemelimpahan relatif
rumusnya sebagai berikut. dapat dihitung dengan rumus berikut:

' Cacah Individu Spesies A


KR   100%
H
E(
Total Individu Komunitas x
)
ln s Kemudian untuk membandingkan
Keterangan : indeks keanekaragaman pada masing-
masing ekosistem digunakan uji t
E = Indeks kemerataan spesies ekologis. Indeks keanekaragaman
H‟ = Indeks diversitas dihitung untuk mencad nilai thitung.
S = Jumlah spesies di dalam Selanjutnya dicari nilai derajat bebas
komunitas dengan persamaan berikut:
S = Jumlah spesies di dalam
komunitas (Var H 1'  Var H 1' ) 2
DB 
(Var H 1' ) 2 / N1  (Var H 1' ) 2 / N 2
Dominansi jenis tertentu di
perairan dapat digunakan indeks
dominansi dari Simpson dengan Dengan menghitung derajat bebas
persamaan berikut: kits dapat mengetahui nilai thitung
Kemudian dilihat perbandingan antara
ekosistem padang lamun, terumbu
ni
C  ( N ) 2 karang dan mangrove dengan indikator
jika nilai thitung > ttabel maka terdapat
perbedaan keanekaragam fitoplankton.
Jika nilai thitung > ttabel maka tidak
Keterangan: terdapat perbedaan keanekaragam
C = Indeks Dominansi fitoplankton. Untuk mengetahui
ni = Cacah individu spesies ke-i perbandingan kemelimpahan
N = Total individu dalam komunitas fitoplankton antara ekosistem satu
dengan lainnya dapat dianalisis
Dengan Indeks Dominansi antara menggunakan Anava yang dibantu
0-1 dengan program SPSS versi 16.0.
C = 0, berarti tidak terdapat spesies
yang mendominasi spesies lainnya

Jurnal Sains dan Teknologi |508


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian dapat dilihat dalam Perbandingan Kekayaan
bentuk gambar dan tabel sebagai Spesies
berikut.
1
Perbandingan Indeks 0.9497
0.95 0.9338
Diversitas
1 0.9
0.9497
0.95 0.9338 0.85 0.8303

0.9 0.8
0.85 0.8303
0.75
0.8 P. Lamun T. Karang Mangrove

0.75 Gambar 3. Perbandingan Kekayaan


P. Lamun T. Karang Mangrove Spesies (R) pada Ekosistem Padang
Lamun, Terumbu Karang dan Mangrove
Gambar 1. Perbandingan Indeks
Diversitas (H‟) pada Ekosistem Padang
Lamun, Terumbu Karang dan Mangrove Perbandingan
Kemerataan Spesies
Perbandingan Indeks 1
0.9497
Dominansi 0.95 0.9338

1 0.9
0.9497
0.95 0.9338 0.85 0.8303

0.9 0.8
0.85 0.8303 0.75
P. Lamun T. Karang Mangrove
0.8
0.75
P. Lamun T. Karang Mangrove Gambar 4. Perbandingan Tingkat
Kemerataan Spesies (E) pada
Gambar 2. Perbandingan Indeks Ekosistem Padang Lamun, Terumbu
Dominansi (C) pada Ekosistem Padang Karang dan Mangrove
Lamun, Terumbu Karang dan Mangrove
Kemudian berdasarkan analisis
yang dilakukan menggunakan uji t (t
test), maka diperoleh nilai thitung dan ttabel
yang dirangkum dalam matriks berikut
ini.

Jurnal Sains dan Teknologi |509


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

Tabel 1. Rangkuman Hasil Uji t Keanekaragaman Fitoplankton Pada Ketiga Ekosistem


Padang Lamun Terumbu Karang Mangrove

Padang
Lamun
thitung = 15,0110
Terumbu
ttabel = 1,9600
Karang
berbeda signifikan
thitung = 21,1395
thitung = 5,7917
ttabel = 1,9600
Mangrove ttabel = 1,9600
berbeda
berbeda signifikan
signifikan

Dengan analisis menggunakan lamun dan terumbu karang, terumbu


program SPSS maka akan muncul karang dan mangrove, serta padang
indeks kemelimpahan fitoplankton yang lamun dan mangrove yang dirangkum
dibandingkan antara ekosistem padang dalam tabel berikut.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Kemelimpahan Fitoplankton Pada Ketiga


Ekosistem
Perbandingan
Taraf F
kemelimpahan db Nilai α Fhitung Simpulan
Signifikansi tabel
Fitoplankton
Padang Lamun
2 2 3 Ada perbedaan
Terumbu karang 0,000 5%
42 2,884 ,23 kemelimpahan
Mangrove

Dari identifikasi yang telah penulis jumlah 107, Guinardia balvyana dengan
lakukan tampak beberapa spesies jumlah 77, Triceratium alternans dengan
fitoplankton yang menonjol pada jumlah 77, dan Licmophora flabellata
ekosistem padang lamun, terumbu dengan jumlah 74. Sedangkan pada
karang dan mangrove. Pada ekosistem ekosistem mangrove ditemukan spesies
padang lamun spesies fitoplankton yang fitoplankton yang menonjol antara lain
paling banyak ditemukan adalah Triceratium alternaus dengan jumlah
Guinardia balvyana dengan jumlah 321, 134, Cocconeis scutelum dengan jumlah
Tintinnopsis beroidea dengan jumlah 129, Coscinodiscus excentricus dengan
283, Tintinnopsis lobiancoi dengan jumlah 121, dan Navicula elegana
jumlah 169, Rhizosolenia styliformis dengan jumlah 100.
dengan jumlah 196, dan Coscinodiscus Jika dilihat dengan cermat dari
excentricus dengan jumlah 188. Pada ketiga ekosistem tersebut, terdapat
ekosistem terumbu karang beberapa beberapa spesies fitoplankton yang
spesies yang menonjol yakni Cocconeis menonjol dan ditemukan tidak hanya
scutelum dengan jumlah 149, pada satu ekosistem saja yaitu
Coscinodiscus excentricus dengan Guinardia blavyana, Tintinnopsis

Jurnal Sains dan Teknologi |510


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

beroidea, Coscinodiscus excentricus, mendukung kemampuan diatom untuk


Tintinnopsis lobiancoi, Biddulphia surita, mengapung secara bebas di permukaan
Triceratium alternans, Leptocylindris air.
danicus, Ceratium extensum dan Berdasarkan hasil perhitungan
Melosira nommuloides. Secara garis yang telah penulis lakukan, didapatkan
besar spesies yang menonjol dan sering nilai indeks keanekaragaman (H‟)
dijumpai tersebut tergolong ke dalam fitoplankton pada ekosistem padang
golongan Diatom. Berdasarkan kajian lamun sebesar 2,6390, pada ekosistem
pustaka, golongan Diatom merupakan terumbu karang sebesar 3,2915 dan
golongan yang paling umum dan banyak pada ekosistem mangrove sebesar
ditemukan di laut. Sehingga 2,7970. Dengan nilai tersebut dapat
menonjoinya spesies-spesies tersebut dikatakan bahwa pada ekosistem
merupakan hal yang normal karena padang lamun dan mangrove kondisi
struktur selnya yang sederhana komunitas biotanya sedang atau dengan
sehingga memudahkan golongan ini kata lain kualitas air pada ekosistem
dalam melakukan adaptasi terhadap tersebut sedang (belum terdapat
lingkungannya. Oleh karena itu indikasi pencemaran). Pada ekosistem
golongan diatom ditemukan secara padang lamun terdapat dermaga tempat
melimpah di semua bagian lautan. berlabuhnya kapal (boat) yang
Adaptasi diatom secara morfologi merupakan sarana penyebrangan.
dilakukan dengan menyesuaikan bentuk Terdapat kemungkinan bahwa
tubuhnya menyerupai kantong (seperti penggunanaan kapal-kapal bermotor ini
Coscinodiscus excentricus), menyerupai memberikan pengaruh pada kondisi
jarum (seperti Ceratium extensum) dan perairan. Di kawasan mangrove
menyerupai pita. Hal ini dilakukan terdapat pula dermaga sebagai tempat
sebagai usaha untuk melawan gravitasi kapal berlabuh dan teramati juga
bumi sehingga memudahkan plankton banyak terdapat sampah diseputaran
untuk mengapung di permukaan air dan area ini, hal ini dikhawatirkan
proses tenggelamnya menjadi memberikan dampak buruk bagi
terhambat. Pada sel diatom biasanya keseimbangan lingkungan hutan
dijumpai dinding sel yang terbuat dari mangrove.
silika (seperti pada Coscinodiscus Pada ekosistem padang lamun
excentricus, Navicula elegana dan kemelimpahan relatif teringgi adalah
Cocconeis scutelum), struktur ini Guinardia blavyan sebesar 16,4363%,
menjadi karakteristik utama yang pada ekosistem terumbu karang
membedakan golongan diatom dengan Cocconeis scutelum sebesar 10,2901%
golongan fitoplankton lainnya. dan pada ekosistem mangrove
Disamping itu, diatom juga melakukan Triceratium altemans sebesar
adaptasi fisiologis dengan cara 11,5917%. Spesies yang menonjol pada
menimbun minyak yang ringan di dalam masing-masing ekosistem tersebut
selnya sebagai salah satu hasil dari merupakan golongan diotom yang
fotosintesis. Minyak ini tidak larut dalam keberadaannya ditemukan paling
air, dan membantu diatom mengurangi banyak di lautan. Jadi nilai
berat jenis selnya. Hal ini akan kemelimpahan relatif masing-masing

Jurnal Sains dan Teknologi |511


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

spesiesies di atas masih dianggap maka terdapat perbedaan


wajar. keanekaragaman fitoplankton yang
Berdasarkan perhitungan nilai signifikan antara ekosistem padang
indeks dominansi fitoplankton pada lamun dan terumbu karang. Selanjutnya
ekosistem padang lamun adalah 0,0967, adalah perbandingan keanekaragaman
pada ekosistem terumbu karang 0,0438 fitoplankton antara ekosistem terumbu
dan pada ekosistem mangrove 0,0707. karang dan mangrove, nilai thitung adalah
Nilai-nilai tersebut menyatakan bahwa 21,1395 dan ttabel adalah 1,9600 yang
tidak ada salah satu spesies fitoplankton berarti 21,1395 > 1,9600. Maka
yang mendominasi speseis fitoplankton berdasarkan kriteria dapat dinyatakan
lainnya pada ketiga ekosistem. Artinya bahwa terdapat, perbedaan
struktur komunitas pada masing-masing keanekaragaman fitoplankton yang
ekosistem dalam keadaan stabil. signifikan antara ekosistem terumbu
Nilai tingkat kekayaan spesies karang dan mangrove. Perbandingan
pada ekosistem padang lamun adalah yang terakhir adalah antara ekosistem
3,0350, pada ekosistem terumbu karang padang lamun dan mangrove, dimana
4,2600 dan pada ekosistem mangrove nilai thitung adalah 5,7917 dan ttabel adalah
sebesar 2,6940. Nilai-nilai ini 1,9600 yang berarti 5,7917 > 1,9600.
menunjukkan bahwa kekayaan jenis Jadi dapat dinyatakan bahwa terdapat
fitoplankton pada ekosistem padang perbedaan keanekaragaman
lamun dan mangrove termasuk kategori fitoplankton yang signifikan antara
rendah, sedangkan kekayaan jenis ekosistem padang lamun dan
fitoplankton pada ekosistem terumbu mangrove.
karang tergolong sedang. Terdapat perbedaan
Kemerataan spesies fitoplankton kemelimpahan fitoplankton antara
pada ekosistem padang lamun ekosistem padang lamun, terumbu
menunjukkan nilai 0,8303, ekosistem karang dan mangrove. Untuk analisa
terumbu karang sebesar 0,9497 dan perbandingan kemelimpahan dilakukan
ekosistem mangrove sebesar 0,9338. dengan anava, sehingga hasil
Berdasarkan kriteria tingkat kemerataan perhitungan menghasilkan Fhitung yang
spesies maka kemerataan spesies kemudian dibandingkan dengan Ftabel
fitoplankton pada ketiga ekosistem berdasarkan derajat bebas. Apabila
tergolong tinggi. Hal ini sejalan dengan Fhitung> Ftabel maka artinya terdapat
pendapat Hasrun, dkk (2013) yang perbedaan kemelimpahan fitoplankton
menyatakan bila indeks kemerataan antara masing-masing ekosistem.
mendekati 1, menunjukkan bahwa Namun jika Fhitung> Ftabel berarti tidak ada
penyebaran individu dalam satu spesies perbedaan kemelimpahan fitoplankton
tidak ada perbedaan mencolok. antara masing-masing ekosistem.
Pada perbandingan Berdasarkan data pada tabel 2 Fhitung
keanekaragaman fitoplankton antara menunjukkan nilai 22,884 sedangkan
ekosistem padang lamun dan terumbu Ftabel sebesar 3,23. Nilai ini sesuai
karang, nilai thitug adalah 15,0110 dan dengan kriteria pertama yaitu 22,884 >
ttabel adalah 1,960 yang berarti 15,0110 > 3,23. Hal ini didukung pula dengan hasil
1,9600. Sesuai dengan kriteria yang ada perbandingan nilai signifikansi. Telah

Jurnal Sains dan Teknologi |512


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

ditentukan bahwa taraf signifikansi lamun berkisar antara 27 – 28 °C,


dalam penelitian ini adalah 5% atau sedangkan pada ekosistem terumbu
0,05. Berdasarkan analisis karang antara 26 – 27 °C dan pada
menggunakan anava, maka didapat nilai ekosistem mangrove antara 27 – 28 °C.
signifikansi kemelimpahannya adalah Hasil pengukuran suhu pada ketiga
0,000. Jika nilai signifikansi ekosistem tersebut masih tergolong
kemelimpahan lebih kecil dari taraf suhu optimum yang memungkinkan bagi
signifikansi (0,000<0,05) maka hal ini fitoplankton untuk hidup dan
mendukung hasil perbandingan nilai F berkembang dengan baik. Sehingga
diatas. Jadi dapat disimpulkan bahwa fitoplankton dapat ditemukan secara
terdapat perbedaan kemelimpahan melimpah pada perairan di ekosistem
fitoplankton yang signifikan antara padang lamun, terumbu karang dan
ekosistem padang lamun, terumbu mangrove. Selain itu waktu pengukuran
karang dan mangrove. juga mempengaruhi hasil pengukuran
Dari hasil perhitungan air. Pengukuran dilakukan pada sore
keanekaragaman dan kemelimpahan menjelang malam hari saat matahari
fitoplankton di atas terdapat sudah terbenam. Oleh karena itu rata-
beberapafaktor yang mempengaruhi rata suhu yang didapat ketika
perbedaan tersebut. Faktor-faktor pengukuran mungkin akan sedikit
tersebut antara lain: 1) faktor fisika dan berbeda dengan suhu air pada siang
kimia perairannya, 2) aktivitas manusia hari.
di sekitar ekosistem, dan 3) kandungan Salinitas merupakan takaran bagi
unsur hara pada masing-masing keasinan air laut. Salinitas air pada
ekosistem. ekosistem padang lamun berkisar
Selain melakukan pengamatan antara 30 – 31 ppt, kemudian salinitas
terhadap faktor biotik, perlu juga air pada ekosistem terumbu karang
dilakukan pengamatan faktor abiotik antara 30 – 32 ppt dan salinitas air pada
perairan. Dengan mempelajari aspek ekosistem mangrove antara 28 – 29 ppt.
saling ketergantungan antara organisme Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dengan faktor abiotik akan diperoleh Yuliana, dkk (2012) salinitas optimum
gambaran tentang kualitas perairan. bagi fitoplankton antara 28 hingga 33
Berdasarkan pengukuran terhadap ppt dan faktor salinitas ini bukan
kondisi perairan pada ekosistem padang merupakan faktor pembatas. Sehingga
lamun, terumbu karang dan mangrove di kisaran salinitas pada ketiga ekosistem
kawasan Taman Nasional Bali Barat tersebut masih terbilang optimum bagi
terdapat faktor-faktor berikut. kehidupan komunitas fitoplanktonnya.
Tinggi rendahnya suhu suatu Secara alami kandungan garam terlarut
badan perairan sangat mempengaruhi dalam air dapat meningkat apabila
kehidupan organisme air, termasuk populasi fitoplankton menurun. Hal ini
plankton. Suhu air di permukaan laut dapat terjadi karena melalui aktivitas
biasanya dipengaruhi oleh lintang. Pada respirasi dari hewan dan bakteri air akan
saat pengukuran parameter lingkungan meningkatkan proses mineralisasi yang
di lokasi penelitian didapatkan hasil menyebabkan kadar garam air
bahwa suhu pada ekosistem padang meningkat. Salinitas juga dapat

Jurnal Sains dan Teknologi |513


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

dipengaruhi oleh pasang surut, curah fotosintesis untuk menghasilkanoksigen.


hujan, penguapan, presipitasi dan Pada ekosistem padang lamun kisaran
topografi suatu perairan. turbiditasnya antara 11 – 12 mg/lt, pada
Nilai pH menggambarkan ekosistem terumbu karang antara 9 – 10
intensitas keasaman dan kebasaan mg/lt dan pada ekosistem mangrove
suatu perairan yang ditunjukkan oleh antara 11 – 13 mg/lt. Secara umum
keberadaan ion hidrogen. Sebagian batas turbiditas yang diperbolehkan
besar biota akuatik sensitif terhadap dalam suatu perairan adalah kurang dari
adanya perubahan pH dan dapat 30 mg/lt. Jadi kisaran turbiditas pada
bertahan hidup pada pH sekitar 7 - 8,5. ketiga ekosistem masih tergolong
Bila pH suatu perairan terlalu tinggi atau memenuhi syarat bagi keberlangsungan
terlalu rendah, maka akan hidup fitoplankton. Dari tiga ekosistem,
mengakibatkan kematian bagi turbiditas pada ekosistem mangrove
organisme yang menghuni perairan memiliki angka tertinggi.
tersebut karena sistem metabolismenya
terganggu. Pada ekosistem padang PENUTUP
lamun kisaran pH antara 8 – 8,5. Pada 1. Komposisi spesies fitoplankton yang
ekosistem terumbu karang kisaran pH berhasil diidentifikasi pada ekosistem
antara 7,8 –8,5 dan pada ekosistem padang lamun sebanyak 24 jenis,
mangrove antara 7,8 – 8,1. Nilai pH air pada ekosistem terumbu karang 32
pada kawasan ekosistem padang jenis dan ekosistem mangrove
lamun, terumbu karang dan mangrove sebanyak 20 jenis
tergolong pH yang optimum bagi 2. Indeks keanekaragaman spesies
keberlangsungan hidup fitoplankton. fitoplankton pada ekosistem terumbu
Turbiditas (kekeruhan) merupakan karang tergolong tinggi yakni bernilai
salah satu indikator pengujian kualitas 3,2915 sedangkan pada ekosistem
air. Tingkat kekeruhan air dalam suatu padang lamun dan mangrove
ekosistem dipengaruhi oleh kandungan tergolong sedang dengan nilai 2,6390
bahan orgaik dan anorganiknya, dimana dan 2,7970
kandungan ini nantinya akan 3. Kemelimpahan relatif tertinggi pada
mempengaruhi kehidupan organisme ekosistem padang lamun adalah
yang menempati wilayah tersebut. spesies Guinardia blavyana
Menurut Fitri (2011) kekeruhan air (16,4363%), pada ekosistem terumbu
disebabkan oleh tingginya kandungan karang adalah spesies Cocconeis
bahan organik dan anorganik scutelum (10,2901%) dan pada
tersuspensi seperti lumpur, pasir halus, ekosistem mangrove adalah spesies
maupun bahan organik dan juga dapat Triceratium altemans (11,5917%)
disebabkan oleh bahan-bahan 4. Terdapat perbedaan
tersuspensi berupa lapisan permukaan keanekaragaman fitoplankton antara
tanah. Bagi fitoplankton, tingkat ekosistem padang lamun, terumbu
kekeruhan akan mempengaruhi karang dan mangrove
intensitas cahaya matahari yang masuk 5. Terdapat perbedaan kemelimpahan
ke dalam perairan dan dapat fitoplankton antara ekosistem padang
menghambat berlangsungnya proses

Jurnal Sains dan Teknologi |514


ISSN: 2303-3142 Vol. 4, No. 1, April 2015

lamun, terumbu karang dan Nybakken, 1998. Biologi Laut. Suatu


mangrove Pendekatan Ekologis. Gramedia,
Perlu penelitian lebih lanjut Jakarta
dengan cakupan yang lebih luas dengan Odum, E.P. 1994. Dasar-dasar Ekologi
maksud perlu juga nantinya diteliti (terjemahan). Yogyakarta:
mengenai keberadaan komunitas Gadjah Mada University
zooplanktonnya karena di perairan fito Swasta, Ida Bagus Jelantik. 2003. Diktat
maupun zooplankton ada secara Ekologi Hewan. Singaraja: IKIP
bersama-sama. Negeri Singaraja
Swasta, Ida Bagus Jelantik. 2010.
DAFTAR PUSTAKA Bioekologi Perairan Laut dan
Payau. Jogja: Jogja Mediautama
Asriyana., Yuliana. 2012. Produktivitas Odum, E.P. 1971. Fundamental of
Perairan. Jakarta: Bumi Aksara Ecology. W.B. Sounders
Dawes, C.J. 1987. The Biology of Company. Philadelphia. 574 hal.
Commercial Important Tropical Perry, R. 2003. A Guide to the Marine
Marine Algae dalam Bird. K.T. Phytoplankton of Southern
dan P.H. Benson (ed.) Seaweed California. Dipublikasikan: www.
Cultivation For Renewable msc. Ucla/oceanglobe/pdf/guide.
Resources. Elsevier. 23 hlm. 25 Mei 2013.
Amsterdam. Romimohtarto dan Juwana, 2001.
Fachrul, Melati Frianita. 2007. Metode Biologi Laut. P3O LIPI, Jakarta.
Sampling Bioekologi. Jakarta:
Bumi Aksara

Jurnal Sains dan Teknologi |515

Anda mungkin juga menyukai