Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pencemaran Udara

a. Pengertian Pencemaran Udara

Udara merupakan salah satu campuran gas yang terdapat pada

lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tidaklah

konstan udara di atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan

bersih. Beberapa gas seperti Sulfur Dioksida (SO2), Hidrogen Sulfida

(H2S) dan Karbonmonoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai

produk samping dari proses alami seperti aktivitas vulkanik,

pembusukan sampah, kebakaran hutan, dan sebagainya (Kristanto,

2013).

Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang

Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran

Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia

seperti pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor,

pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti

kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas,

dan awan panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara

adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain


ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien

tidak dapat memenuhi fungsinya.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak

Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukkannya zat, energi, atau komponen lain ke dalam udara oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan

atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan

komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran

bahan atau zat asing tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka

waktu tertentu akan dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan

manusia, hewan, maupun tumbuhan (Wardhana, 2004).

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam udara dan berubahnya

tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam

sehingga kualitas udara menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi

lagi dengan sesuai peruntukannya (Kristanto, 2013).

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia,

8
sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia (Depkes, 2001).

Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan komponen lain ke dalam udara ambien oleh

kegiatan manusia. Sehingga mutu udara ambien turun ke tingkat

tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi

fungsinya (PP Tahun 1999). Sedangkan menurut Dewi (2004),

menyatakan bahwa pencemaran udara adalah adanya bahan atau zat

asing yang terdapat di udara dalam jumlah yang dapat menyebabkan

perubahan komposisi atmosfer dari keadaan normal. Pencemaran udara

yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil

/aerosol ke dalam udara. Masuknya zat pencemaran udara ke dalam

udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat

gunung berapi, debu meteoroid, dan pancaran garam dari laut, juga

sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya

transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses

dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga

(Soedomo, 2001).

b. Sumber Pencemaran Udara

Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara

diawali oleh adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau

pencemar yang dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat

disebabkan oleh proses alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat

9
proses alam disebut biogenic emissions, contohnya yaitu dekomposisi

bahan organik oleh bakteri pengurai yang menghasilkan gas metan

(CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia disebut anthropogenic

emissions. Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran

bahan bakar fosil, pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara,

dan sebagainya. Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran

udara dengan istilah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal terjadi secara alamiah. Sedangkan faktor eksternal merupakan

pencemaran udara yang diakibatkan ulah manusia.

Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:

1) Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor

2) Sumber tidak bergerak, seperti:

a) Sumber titik, contoh: cerobong asap

b) Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah

pemukiman (Soemirat, 2002)

c. Jenis-Jenis Pencemaran Udara

Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):

1) Berdasarkan bentuk

a) Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair

karena dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO,

SOx, NOx.

b) Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal

dari zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa

10
padatan, cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama-

sama. Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain.

2) Berdasarkan tempat

a) Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang

disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik,

bioskop, sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya

zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur

tradisional ketika memasak, dan lain-lain.

b) Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang

disebut juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun

kendaraan bermotor.

3) Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan

a) Iritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi

jaringan tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.

b) Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan

tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut

seperti CO, H2S, NH3, dan CH4.

c) Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan

biasanya merupakan pencemaran udara dalam ruang.

Contohnya; Formaldehide dan Alkohol.

d) Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat

penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.

11
4) Berdasarkan susunan kimia

a) Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung

karbon seperti asbestos, ammonia, asam sulfat, dan lain-lain.

b) Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon

seperti pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-

lain.

5) Berdasarkan asalnya

a) Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung

ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan

membahayakan. Contohnya: CO2, yang meningkat di atas

konsentrasi normal.

b) Sekunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari

hasil reaksi anatara zat polutan primer dengan komponen

alamiah. Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN).

d. Partikel

Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama

dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan

secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk

padatan (Mulia, 2005). Partikel merupakan campuran yang sangat

rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di

udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron

sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikel debu tersebut akan

berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan

12
melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui

saluran pernafasan. Partikel pada umumnya mengandung berbagai

senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai ukuran dan bentuk yang

berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya

Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di

atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah

oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran

partikel, misalnya dalam bentuk partikel-partikel debu dan asbes dari

bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari

proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber

partikel yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari

sumbernya diikuti oleh proses-proses industri (Fardiaz, 1999).

Pengaruh partikel debu bentuk padat maupun cair yang berada di

udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikel debu yang

membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0, 1 mikron

sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikel debu sekitar

5 mikron merupakan partikel udara yang dapat langsung masuk ke

dalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Namun, bukan berarti

bahwa ukuran partikel yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya

karena partikel yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan

bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih

bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang

terdapat di udara juga. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap

13
kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang

mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara

(Agusgindo, at.al 2007).

2. Kapasitas Fungsi Paru

a. Pengertian Kapasitas Fungsi Paru

Kapasitas fungsi paru adalah jumlah oksigen yang dimasukan

kedalam tubuh atau paru-paru seseorang secara maksimal yang

ditentukan oleh kemampuan kembang kepisnya saluran pernapasan.

Semakin baik sistem pernafasan berarti volume oksigen yang diperoleh

semakin banyak (Guyton, 2008). Ada empat macam volume paru :

1) Volume tidal adalah volume udara yang masuk dan keluar paru

pada pernafasan biasa.

2) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang masih dapat

dikeluarkan dari paru sesudah inspirasi biasa.

3) Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara yang masih dapat

dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa.

4) Volume residu adalah volume udara yang masih tertinggal didalam

paru sesudah ekspirasi maksimal. Volume residu ini mengakibatkan

paru akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Udara sisa ini

berperan sebagai udara cadangan serta mencegah perubahan kondisi

udara alveoli.

14
b. Jenis-jenis Kapasitas Paru

Menurut Syaifuddin (2009), dalam penguraian peristiwa-peristiwa

sirkulasi paru kadang-kadang diperlukan untuk menyatukan dua

volume atau lebih. Kombinasi seperti disebut sebagai kapasitas paru.

Menurut Guyton(2008), kapasitas paru dapat dibedakan menjadi

empat yaitu :

1) Kapasitas inspirasi, penjumlahan antara volume tidal dengan

volume cadangan inspirasi.

2) Kapasitas residu fungsional, penjumlahan antara volume residu

dengan volume cadangan inspirasi.

3) Kapasitas vital, penjumlahan antara volume cadangan inspirasi tidal

dan volume cadangan ekspirasi.

4) Kapasitas paru total penjumlahan dari seluruh volume paru yang

meliputi volume tidal, volume cadangan inspirasi, volume residu,

volume cadangan ekspirasi.

c. Gangguan Fungsi Paru

Menurut Guyton ( 2008), gangguan fungsi paru ada 2 yaitu :

1) Gangguan paru obstruktif

Penurunan kapasitas paru yang diakibatkan oleh

penimbunan debu sehingga menyebabkan penurunan dan

penyumbatan saluran pernafasan.

15
2) Gangguan paru restriktif

Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan

bersifat alergi seperti debu, spora, jamur yang menganggu saluran

pernafasan dan saluran paru-paru.

d. Cara Mengukur Kapasitas Fungsi Paru

Gangguan fungsi paru pada pedagang dapat diukur menggunakan

alat yang bernama Spirometer. Cara mengukuran fungsi paru pada

pedagang adalah sebagai berikut :

1) Probandus dalam posisi berdiri dan pakaian longgar

2) Tahap persiapan

a) Hidupkan alat, biarkan kurang lebih 10 menit

b) Tekan tombol ID

c) Masukan data pasien ID, umur, tinggi badan, berat badan, jenis

kelamin

3) Pengukuran vital capasity

a) Pakai penjepit hidung

b) Pasang mouthpiece kemulut dengan posisi bibir rapat pada

mouthpiece

c) Lakukan pernapasan biasa melalui alat (pernapasan melalui

mulut)

d) Tekon tombol VC, tekan start

e) Probandus bernapas biasa setelah kurang lebih 3-4 detik akan

terdengar bunyi “tit”, probandus diminta mengambil napas

16
sedalam-dalamnya dan kemudian membuang napas secara

perlahan.

f) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan.

g) Tekan tombol display, catat data VC, %VC.

4) Pengukuran Force Vital Capasity

a) Pakai penjepit hidung.

b) Pasang mouthpice kemulut, dengan posisi bibir rapat pada

mouthpice.

c) Lakukan pernapasan biasa melalui alat (pernapasan melalui

mulut).

d) Tekan tombol VC, tekan Start

e) Probandus bernapas biasa setelah kurang lebih 3-4 detik akan

terdengar bunyi “tit”, probandus diminta mengambil napas

sedalam-dalamnya dan kemudian membuang napas secara

cepat dan dihentakkan.

f) Tekan tombol Stop untuk mengakhiri pemeriksaan.

g) Tekan tombol display, catat data FVC, %FEV1

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Paru

a. Faktor Internal

1) Usia

Usia berhubungan dengan proses penuaaan atau bertambahnya umur,

semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi

penurunan fungsi paru. Usia produktif seseorang yaitu umur 18-40

17
tahun. Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya

menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga

tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik (Sugeng, 2003).

2) Kebiasaan merokok

Rokok adalah produk tembakau yang dibakar atau di hisap atau dihirup

asapnya, baik rokok kretek maupun rokok putih ataupun rokok cerutu

dan bentuk lainya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana, tambacum,

rustica, dan spesies lainnya dan asapnya mengandung nikotin dan tar

dengan atau tanpa bahan tambahan (PT RI NO109, 2012). Rokok

meningkatkan sekresi mukus disaluran nafas dan memperlambat gerak

sinea yang terdapat di dinding saluran nafas akibatnya kemampuan

sinea mengeluarkan benda asing dan mukus menjadi berkurang,

dinding saluran nafas akan mengalami iritasi dan menyebabkan

gangguan dalam proses pengambilan udara untuk bernafas.

b. Faktor eksternal

1) lama paparan debu

Menurut (Kuswana, 2014), semakin tinggi konsentrasi partikel debu

dalam udara dan semakin lama paparan berlangsung, debu akan

tertimbun di dalam paru-paru sehingga membentuk jaringan ikat pada

paru.

18
B. Kerangka Teori
Pencemaran Udara

Zat Pencemar

Particulat Debu

Total Suspended Total Suspended


Particulate (TSP) 0-75 Particulate (TSP) 261-375
(Baik) (Tidak sehat )

Gangguan Fungsi Paru

Gambar 1. Kerangka Teori

19
C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Total Suspended Particulate
(TSP) Gangguan Fungsi Paru

Variabel Pengganggu
1. Usia
2. Kebiasaan merokok

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ada pengaruh Total Suspended Particulate (TSP) terhadap gangguan fungsi

paru pada pedagang di Pasar Sidodadi Surakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai