Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331125947

Analisis Kadar Tanin dalam Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta indica a. Juss)
dengan Pelarut Air dan Etanol

Article · December 2018


DOI: 10.22487/j24775185.2018.v7.i4.11941

CITATIONS READS

0 1,419

3 authors, including:

Purnama Ningsih
Universitas Tadulako
35 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Purnama Ningsih on 05 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


J. Akademika Kim. 7(4): 179-184, November 2018
ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

ANALISIS KADAR TANIN DALAM EKSTRAK DAUN MIMBA (AZADIRACHTA INDICA A.


JUSS) DENGAN PELARUT AIR DAN ETANOL
Analysis of Tannin Levels in Neem (Azadirachta Indica A. Juss) Leaves Extracts with Water and
Ethanol Solvents

*Mihra, Minarni Rama Jura, dan Purnama Ningsih


Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118
Received 30 August 2018, Revised 28 September 2018, Accepted 04 November 2018

Abstract
Neem plant is a widely used in agriculture as green fertilizer, pesticides and insecticides. People usually use the
leaves as for lowering blood sugar, skin diseases, preventing infection, and reducing itching. This study aims to identify
and determine tannins levels containing in neem leaves extracts. This study applied extraction by maceration method
using 2 different solvents, water and ethanol. Tannin is a metabolite secondary compound belong to phenolic
compound groups which oxidized easily by strong oxidization agent (potassium permanganate) so then its
determination utilized permanganate method (Lowenthal-Procter). The results showed that neem leaves in 250 mL
water solvent contains 0.55% of tannin, while in 250 mL ethanol solvent and concentration of 96% contains 0.27%
of tannin.
Keywords: Neem leaves, tannin, permanganometry method

(limonoid, protolimonoid dan kelompok gedunin).


Pendahuluan1 Minyak biji terdapat nimbolin a dan b, nimbin, dan
Indonesia sebagai negara tropis mempunyai gedunin. Tanin dan minyak atsiri terdapat pada kulit
keragaman flora dan fauna yang sangat berlimpah. kayu dan daun (Jesudoss, dkk., 2014). Daun mimba
Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu
memiliki keragaman pohon dan tanaman hias minyak atsiri dan tanin sehingga diduga senyawa aktif
(floriculture) yang cukup besar, namun keragaman tersebut dapat digunakan sebagai antibakteri,
tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal dan misalnya sebagai pengawet alami karena jumlahnya
belum ditangani dengan maksimal (Timothy, dkk., melimpah, tanaman ini juga sangat mudah
2011). didapatkan (Ummah, 2010).
Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Tanin merupakan senyawa aktif metabolit
Indonesia yang sebagian besar dapat digunakan sekunder yang diketahui mempunyai beberapa
sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak khasiat yaitu sebagai astrigen, antidiare, antibakteri,
digunakan oleh masyarakat secara turun temurun dan antioksidan (Malangngi, dkk., 2012). Tanin
untuk keperluan pengobatan guna mengatasi masalah dapat digunakan sebagai antibakteri karena
kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu diteliti dan mempunyai gugus fenol, sehingga tanin mempunyai
dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara sifat-sifat seperti alkohol yaitu bersifat antiseptik yang
optimal untuk peningkatan kesehatan masyarakat dapat digunakan sebagai komponen antimikroba.
(Desinta, 2015). (Rishika & Sharma, 2012) menyebutkan karena
Salah satu tumbuhan di Indonesia yang sangat adanya senyawa tanin yang terkandung dalam ekstrak
banyak mempunyai manfaat dalam bidang kesehatan daun jambu biji dapat menghambat aktivitas
yaitu tanaman mimba (azadirachta indica A. Juss). pertumbuhan antimikrobia terhadap organisme
Tanaman mimba banyak tumbuh di kelurahan (sarcina lu tea dan staphylococcus aureus dan
Tondo Kecamatan Mantikulore kota Palu Provinsi mycobacterium Phlei).
Sulawesi Tengah. Pohon ini mempunyai berbagai Hasil penelitian Handayani, dkk., (2012)
manfaat untuk pertanian dan kesehatan. Tanaman menunjukkan bahwa serbuk daun mimba pada fraksi
mimba, khususnya pada daun dan bijinya dapat etil asetat memiliki fraksi teraktif antibakteri terhadap
digunakan sebagai pupuk hijau, pestisida, dan S.epidermidis, B.cereus, dan S. flexneri. Senyawa aktif
insektisida. Pestisida alami yang terbuat dari biji yang diduga memiliki aktivitas antibakteri adalah
mimba merupakan alternatif pestisida kimia bagi flavonoid, tanin dan saponin, dan belum ada
petani (Agus & Rahayu, 2004). penelitian tentang apakah senyawa tanin dalam daun
Daun mimba digunakan untuk penambah mimba dapat digunakan sebagai antibakteri
nafsu makan, untuk menanggulangi disentri, borok, (Jayaraman, dkk., 2014). Daun mimba yang
malaria, dan antibakteri. Tangkai dan ranting mimba digunakan dalam penelitian ini adalah daun yang
mengandung senyawa triterpen dan tetraterpen masih muda dan segar karena dimungkinkan senyawa
tanin banyak terdapat dalam daun muda. Menurut
(Lailis, 2010) daun muda lebih rentan dari hama dari
*correspondence:
pada daun yang tua karena kandungan senyawa tanin
Mihra
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pada daun muda lebih banyak dari pada daun tua, hal
Pendidikan, Universitas Tadulako ini dikarenakan pada daun tua sebagian telah
e-mail: mihrausman@gmail.com
Published by Universitas Tadulako 2018
179
Mihra Analisis Kadar Tanin dalam ekstrak daun mimba……….

mengalami oksidasi, sehingga dalam penelitian ini Mengulangi cara kerja (2 dan 3) sebanyak 2 kali dan
digunakan daun mimba yang masih muda dan segar. masing-masing volume titrasi dicatat.
Pemisahan senyawa tanin salah satunya
dipengaruhi oleh pelarut, sehingga dalam penelitian Normalitas larutan standar KMnO4 dihitung dengan
ini digunakan pelarut air dan etanol, pelarut yang menggunakan persamaan (Taty, 2009):
digunakan adalah pelarut yang bersifat polar karena
tanin merupakan senyawa polar. Pemilihan metode W (mg)/BM x 2 x FP
Normalitas KMnO4 =
aktivitas tanin yang diekstrak dengan pelarut yang V (mL)
berbeda adalah untuk mengetahui pelarut yang dapat
mengekstrak tanin dengan kadar tertinggi (Lailis, dimana W adalah berat kristal asam oklasat yang
2010). ditimbang (mg); BM adalah Berat molekul kristal
Tulisan ini mendeskripsikan potensi senyawa asam oksalat; V adalah volume titrasi; FP adalah
tanin yang terdapat dalam daun mimba yang diduga faktor pengenceran (25/100); dan 2 adalah elektron
mempunyai kemampuan sebagai antibakteri. valensi asam oksalat.

Kadar air dihitung menggunakan rumus (Sudarmadji


Metode & Haryono, 2003):
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini a  b
K a d a r a ir =
meliputi: alat-alat gelas (gelas kimia, gelas ukur, a 100%
erlenmeyer, batang pengaduk, tabung reaksi, pipet
tetes, buret, corong, labu ukur, neraca digital, kertas dimana a adalah berat awal sampel dan b adalah berat
saring, penangas listrik, oven, termometer, kertas akhir sampel
saring, botol semprot, spatula, statif dan klem dan
penghancur elektronik penghalus. Kadar tanin menggunakan persamaan dari Atanassova
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini & Christova (2009):
adalah daun mimba, H2SO4 pekat 5 M (Merck),
gelatin (Merck), FeCl3 1% (Merck), indigocarmin (V - V0 ) x 0,004157 x FP
(Merck), KMnO4 0,1 N (Merck), asam oksalat % Tanin = x 100%
(Merck), etanol absolut 99% dan air. sampel (g)
dimana V adalah volume titrasi tanin (mL); V0 adalah
Pembuatan larutan pereaksi volume blanko; FP adalah faktor pengenceran
0,6 gram indigocarmin dimasukkan ke dalam
(250/25); dan 1 mL KMnO4 0,1 N adalah setara
gelas ukur 100 mL dan dilarutkan dengan 50 mL 0,004157 gram tanin.
aquades kemudian diaduk dan dipanaskan
menggunakan penangas listrik. Setelah itu,
didinginkan dan ditambahkan aquades hingga 100 Hasil dan Pembahasan
mL lalu disaring.
Sampel daun mimba dalam penelitian ini
Larutan KMnO4 0,1 N terlebih dahulu dipisahkan daun dari tangkainya, lalu
0,31 gram KMnO4 ditimbang kemudian dicuci menggunakan air bersih dengan tujuan untuk
dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL dan menghilangkan pengotor seperti debu yang
ditambahkan 100 mL aquades. Dididihkan menempel pada daun. Selanjutnya dikeringkan di
menggunakan penangas listrik selama 1 -15 menit, dalam oven dengan suhu berkisar 80 oC selama ± 8
kemudian disimpan selama satu malam. Setelah itu, jam. Fungsi pengeringan ini adalah untuk
disaring dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mengurangi kadar air yang terkandung dalam sampel
mL. Selanjutnya diencerkan hingga mencapai 250 dan mencegah terjadinya perubahan kimia. Sampel
mL. Larutan KMnO4 distandarisasi terlebih dahulu kemudian dihaluskan dengan maksud untuk
sebelum dipakai. memperbesar luas permukaan sentuh sehingga
mempermudah proses ektraksi berlangsung. Hal ini
Standarisasi larutan KMnO4 sesuai dengan prinsip laju reaksi bahwa semakin besar
0,63 gram kristal asam oksalat ditimbang dan luas permukaan sentuh suatu partikel maka laju reaksi
dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 mL dan semakin cepat, sehingga kontak antara zat aktif dan
ditambahkan 75 ± mL aquades sambil diaduk. pelarut semakin sering terjadi. Hasil yang diperoleh
Larutan tadi dipindah ke dalam labu ukur 100 mL dari tahap ini adalah berupa serbuk berwarna hijau
dan ditambahkan aquades hingga tanda batas. 25 ml tua dan sampel telah siap dianalisis lebih lanjut untuk
larutan asam oksalat ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat memperoleh hasil tanin secara uji kualitatif dan
lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 80 oC. kuantitatif.
Selanjutnya dalam keadaan panas dititrasi dengan
larutan KMnO4 sampai warna ungu dan sebelumnya Ekstraksi senyawa tanin dari daun mimba
tetesan larutan permanganat tidak hilang, lalu dicatat Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat
volume titrasi. berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua
cairan yang tidak saling larut (Mailoa, dkk., 2014).

180
Volume, 7, No. 4, 2018, 179-184 Jurnal Akademika Kimia

Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar pada ekstrak maka senyawa tersebut mengandung
dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam tanin (Moelyono, 1996). Hasil uji fitokimia antara
senyawa non polar (Lailis, 2010). Metode ekstraksi ekstrak daun mimba menggunakan pelarut air dengan
melibatkan pemisahan bagian aktif dari jaringan FeCl3 dalam penelitian ini yakni berwarna coklat
tanaman dengan menggunakan pelarut selektif. kemerahan. Hasil uji ini mengindikasikan bahwa
Selama ekstraksi, pelarut berdifusi ke dalam bahan ekstrak daun mimba menggunakan pelarut air
tanaman padat dan melarutkan senyawa dengan mengandung senyawa tanin.
polaritas yang sama (Tiwari, dkk., 2011). Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini pengujian tanin pada ekstrak daun mimba dengan
adalah ekstraksi maserasi. Maserasi adalah salah satu larutan gelatin dan hasil uji fitokimia menunjukkan
metode pemisahan senyawa dengan cara perendaman adanya endapan berwarna putih. Dimungkinkan
menggunakan pelarut organik pada temperatur ekstrak daun mimba mengandung senyawa tanin.
ruangan. Proses ekstraksi ini tidak dilakukan dengan Penetapan kadar tanin dalam ekstrak daun mimba
metode soxhlet karena dikhawatirkan ada golongan menggunakan metode Lowenthal-Procter
senyawa tanin yang tidak tahan panas, selain itu (permanganometri). Metode ini melibatkan proses
senyawa tanin mudah teroksidasi pada suhu yang oksidasi-reduksi atau redoks. Pada penelitian ini
tinggi yaitu 98,89 – 101,67 ℃. Proses maserasi sangat digunakan larutan KMnO4 sebagai larutan standar
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena termasuk oksidator kuat, umum digunakan,
karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan mudah diperoleh, dan tidak mahal (Ryanata, 2014).
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi Prinsip dari metode ini adalah mengukur volume
pemecahan dinding dan membran sel akibat KMnO4 yang dibutuhkan dalam proses titrasi sampel
perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sampai terjadi perubahan warna kuning keemasan.
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam Ekstrak tanin yang diperoleh sebelumnya
sitoplasma akan terlarut dalam pelarut (Ummah, dilarutkan dalam aquades lalu dipanaskan pada suhu
2010). 40-60 oC selama 30 menit dengan tujuan untuk
Menurut Wardani & Leviana (2010) bahwa mempercepat pelarutan, larutan sampel selanjutnya
cairan penyari yang digunakan untuk proses ekstraksi disaring untuk memisahkan antara filtrat dan residu.
berpengaruh terhadap rendemen ekstrak dan kadar Filtrat yang diperoleh kemudian diencerkan hingga
tanin, dimana semakin besar kepolaran cairan mencapai volume 250 mL. Selanjutnya ke dalam 25
penyari, semakin besar pula jumlah tanin yang dapat mL larutan sampel ditambahkan tetes demi tetes
diperoleh dari proses ekstraksi. Suhu dan waktu larutan indigocarmin dan dititrasi dengan larutan
sangat berperan penting dalam menentukan hasil KMnO4 yang sebelumnya telah distandarisasi.
tanin yang diperoleh dalam proses ekstraksi. Suhu Indigocarmin sendiri berfungsi sebagai indikator
ekstraksi dalam penelitian ini adalah 60 oC dan lama untuk mendeteksi terjadinya titik akhir titrasi. Warna
ekstraksi ± 5 jam. Suhu yang paling baik dalam proses larutan yang terbentuk sebelum titrasi adalah
ekstraksi tanin adalah 70 oC dikarenakan jumlah berwarna biru, selanjutnya titrasi dilakukan dengan
tanin yang diperoleh pada suhu tersebut paling ditambahkan sebanyak 1 mL KMnO4 hingga warna
banyak. Hasil ekstraksi yang diperoleh selanjutnya berubah dari biru menjadi hijau. Titrasi dilakukan
disaring dengan tujuan untuk memisahkan antara tetes demi tetes hingga warna hijau sebelumnya
filtrat dan residunya, filtrat yang didapat kemudian berubah menjadi warna kuning yang menandakan
dipekatkan dengan cara pemanasan untuk tercapainya titik akhir titrasi.
menghilangkan pelarut yang digunakan dalam proses Kalium permanganat berperan sebagai
ekstraksi (Kusumaningsih, dkk., 2015). oksidator yang akan mengoksidasi fenolat yang
Hasil ekstraksi menggunakan pelarut air terkandung dalam sampel. Untuk 1 mL KMnO4 0,1
berwarna coklat kemerahan dengan massa diperoleh N akan mengoksidasi tanin sebanyak 0,004157 gram
47,61 g. Nilai rendemen dari ekstrak tanin yang (Atanassova & Christova, 2009). Titrasi
diperoleh pada penelitian ini adalah 95,22%, hal ini permanganometri dilakukan sebanyak 3 kali untuk
diduga senyawa dalam daun mimba yang terekstrak mendapatkan hasil yang lebih akurat dan penetapan
dengan pelarut air memiliki kepolaran yang sesuai blanko juga dilakukan untuk mengetahui seberapa
sehingga dapat menghasilkan rendemen paling tinggi. banyak KMnO4 yang bereaksi dengan indigocarmin.
Rendemen ekstrak yang berbeda pada setiap Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 g
perlakuan bergantung pada kemampuan masing- sampel ekstrak daun mimba menggunakan pelarut
masing pelarut. Tanin merupakan senyawa polar air mengandung senyawa tanin sebesar 0,55%.
maka akan larut baik dalam pelarut-pelarut yang Sedangkan ekstrak daun mimba menggunakan
bersifat polar, sedangkan hasil ekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% mengandung senyawa tanin
pelarut etanol 96% berwarna hijau kehitaman dengan 0,27%.
massa diperoleh 27,3 g dan nilai rendemen dari
ekstrak tanin adalah 54,6%. Kadar air
Uji fitokimia senyawa tanin pada penelitian Pada penelitian ini menganalisis kadar air dalam
ini yaitu dengan menambahkan ekstrak dengan ekstrak daun mimba dengan menggunakan pelarut air
larutan FeCl3 hasil positifnya akan terbentuk warna dan etanol 96%. Hasil analisis kadar air dalam
hijau kehitaman dan yang kedua adalah dengan ekstrak daun mimba dengan berat awal sampel 10
menggunakan gelatin jika terbentuk endapan putih gram dan berat akhir 7,77 gram setelah proses

181
Mihra Analisis Kadar Tanin dalam ekstrak daun mimba……….

pengovenan dan penimbangan, maka diperoleh Kadar tanin dalam ekstrak daun mimba
persentase kadar air sebesar 22,3 %. Berdasarkan hasil ekstraksi dari daun mimba
dengan pelarut air dan pelarut etanol 96% diperoleh
hasil kadar tanin sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil penetapan kadar senyawa tanin pada daun mimba
Pelarut Sampel Filtrat Titran Massa Kadar Standar
(gr) V-V0 Tanin Tanin Deviasi
(mL)
0,2 0,55 %
Air 50 47,61 g 0,2 0,008314 0,55 % 0
0,2 0,55%
Etanol 0,1 0,27%
96% 50 27,3 g 0,1 0,004157 0,27% 0
0,1 0,27%

Handayani, Wartono, N. A., Murti, M. W. A., &


Persentasi kadar tanin dalam pelarut air lebih Kurnia, R. (2012). Identifikasi dan uji aktivitas
besar dibandingkan dalam pelarut etanol perbedaan
ini disebabkan karena air lebih polar dibandingkan antibakteri fraksi teraktif daun mimba
dengan etanol, sedangkan tanin juga bersifat polar (Azadirachta indica A. juss). ALCHEMY Jurnal
sehingga pada proses ekstraksi tanin lebih banyak Penelitian Kimia, 8(1), 57-69.
larut dalam air dibandingkan dalam etanol. Dengan Jayaraman, S., SenthilKumar, K., Ivakumar, R.,
kata lain pelarut memiliki peranan penting dalam Jagatheesh, K., & Arunachalam, G. (2014).
proses ekstraksi.
Evaluation of phytochemical and biological
Kesimpulan properties on strobilanthes ciliatus nees. An
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis International Journal of Advances in
kadar tanin dalam ekstrak air dan ekstrak etanol pada Pharmaceutical Sciences, 5(1), 1821-1828.
daun mimba (azadirachta indica A. Juss) Jesudoss, R. P. R., Vasanthi, N., & Gayathri, P.
menggunakan metode Lowenthal-Procter, maka
dapat disimpulkan bahwa kadar tanin pada daun (2014). Extraction and antifungal activity of
mimba (azadirachta indica A. Juss ) dengan ekstrak tannin from tamarind husk. International
air adalah 0,55% dan kadar tanin daun mimba Journal of Pharmacy and Bio Sciences, 5(2), 475-
dengan ekstrak etanol 96% adalah 0,27%. 483.
Ucapan Terima Kasih Kusumaningsih, T., Asrilya, N. J., Wulandari, S.,
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dewi Restu Tri Wardani, & Fatikhin, K.
Tasrik laboran laboratorium Fakultas Keguruan dan (2015). Pengurangan kadar tanin pada ekstrak
Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bimbingan stevia rebaudiana dengan menggunakan karbon
dan masukan dalam menyelesaikan penelitian ini. aktif. ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, 11(1),
Referensi 81-89.
Agus, F., dan Rahayu, S. (2004). Mimba (Azadirachta Lailis, S. A. (2010). Isolasi dan identifikasi senyawa
indica) dan manfaatnya. Bogor: World tanin dari daun belimbing wuluh (Avverhoa
Agroforestry Centre. bilimbi L.). Malang: Universitas Islam Negeri
Atanassova, M., & Christova, V. (2009). Maulana Malik Ibrahim.
Determination of tannins content by titrimetric Mailoa, M. N., Mahendradatta, M., Laga, A., &
method for comparison of different plant Djide, N. (2014). Effectiveness of tannins
species. Journal of the University of Chemical extract from leaf guava (Psidium guajava L) on
Technology and Metallurgy, 44(4), 413-415. the growth and damage of cell morphology
Desinta, T. (2015). Penentuan jenis tanin secara escherichia coli. International Journal of Advance
kualitatif dan penetapan kadar tanin dari kulit Research, 2(1), 908-914.
buah rambutan (Nephelium lappaceum. L) secara Malangngi, L. P., Paendong, J. J. E., & Sangi, M. S.
permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (2012). Penentuan kandungan tanin dan uji
Universitas Surabaya, 4(1), 1-10. aktivitas antioksidan ekstrak biji buah alpukat
Harborne, J. B. (1987). Metode fitokimia. Bandung: (Persea americana mill. L). Jurnal MIPA
Penerbit ITB. UNSRAT Online, 1(1), 5-10.

182
Volume, 7, No. 4, 2018, 179-184 Jurnal Akademika Kimia
Moelyono, M. W. (1996). Panduan Praktikum Timothy, S. Y., Goji, S. Y., A. B., Mava, Y., &
Analisis Fitokimia. Laboratorium Farmakologi Galadima, I. H. (2011). Antibacterial and
Jurusan Farmasi FMIPA. Bandung: Universitas phytochemical screening of the ethanolic leaf
Padjajaran. extract of azadirachta indica (Neem) (Meliceae).
Rishika, D., & Sharma, R. (2012). An update of International Journal of Applied Biology and
pharmacological activity of psidium guajava in Pharmaceutical Technology, 2(3), 194-199.
the management of various disorders. Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur, G., & Kaur,
International Journal of Pharceutical Science H. (2011). Phytochemical screening and
Research, 3(10), 3577-3584. extraction: A review. Internationale
Ryanata, E. (2014). Penentuan jenis tanin dan Pharmaceutica Sciencia, 1(1), 98-106.
penetapan kadar tanin dari kulit buah pisang Ummah, M. K. (2010). Ekstraksi dan pengujian
masak (Musa paradisiaca L.) secara aktivitas antibakteri senyawa tanin pada daun
spektrofotometri dan permanganometri. Jurnal belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.). Skripsi
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1- Sarjana Fakultas Sains dan Teknologi. Malang:
16. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Sudarmadji, S., & Haryono, B. S. (2003). Analisa Ibrahim.
bahan makanan dan pertanian. Yogyakarta: Wardani, A., & Leviana, F. (2010). Pengaruh cairan
Liberty. penyari terhadap rendemen dan kadar tanin
Taty, S. (2009). Analisis kadar tanin ekstrak air dan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.).
ekstrak etanol pada bji pinang sirih (Areca Jurnal Farmasi Indonesia, 7(2), 57-61.
catechu L.). Jurnal Chemica, 10(1), 59-63.

183

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai