Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

KARATERISTIK TAUHIDULLAH &TAUHIDUL RASUL

Dosen Pengampu :Idris, M.pd

Disusun Oleh :
Raehani (200102109)

KELAS C
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2020
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan berbagai rahmat, karunia, dan 

hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas individu ini

dengan materi tentang Karateristik Tauhidullah dan Tauhidul Rasul.Semoga sholawat

dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para

sahabatnya.

Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini

adalah Allah SWT, bukan sekedar mengetahui bukti bukti rasional tentang kebenaran

wujud keberadaannya, dan wahdaniyah keesaannya, dan bukan pula sekedar

mengenal asma’ dan sifatnya.

Semoga Tugas Individu ini diterima oleh bapak atau ibu dosen .

Pancor, 9 okt 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tauhid secara bahasa berasal dari kata “wahhada – yuwahhidu” yang artinya

menjadikan sesuatu satu/tunggal/esa (menganggap sesuatu esa). Secara istilah syar’i, tauhid

berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai, Mengatur dan

mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan

kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang Bagus) dan Shifat

Al-Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa karateristik Tauhidullah & Tauhidul Rasul


BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 KARATERISTIK TAUHIDULLAH & TAUHIDUL RASUL

Ketahuilah tauhid memiliki karakteristik dan keutamaan berlimpah yang

menunjukkan bahwa tauhid memiliki kedudukan yang mulia. Saya menyebutkan sepuluh

karakteristik di antaranya adalah:

1) Tauhid merupakan tujuan penciptaan manusia dan menerapkannya merupakan alasan

manusia berada di muka bumi ini. Itulah yang ditunjukkan Allah dalam firman-Nya,

C‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن َسإِاَّل ِليَ ْعبُد‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

beribadah kepada-Ku.” [adz-Dzariyat: 56].

Frasa “beribadah kepada-Ku” berarti “menauhidkan-Ku”.

Dengan begitu tauhid adalah tujuan penciptaan kita dalam kehidupan ini. Allah ta’ala

tidaklah menciptakan makhluk dengan sia-sia dan meninggalkannya begitu saja,

namun Allah menciptakan makhluk agar mereka menghamba dan menauhidkan-Nya.

Hal ini cukup sebagai indikator akan keagungan dan kemuliaan tauhid.

2) Tauhid adalah inti dakwah para nabi dan rasul sehingga dakwah setiap nabi

yang diutus Allah ta’ala berpusat dan berporos pada tauhid. Dalil akan hal ini

sangatlah banyak, di antaranya adalah:

َ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُكلِّ أُ َّم ٍة َر ُسواًل أَ ِن ا ْعبُدُوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغوت‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk

menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.“ [an-Nahl:

36].
Allah ta’ala berfirman,

‫ك ِم ْن َرسُو ٍل إِاَّل نُو ِحي ِإلَ ْي ِه أَنَّهُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل أَنَا فَا ْعبُدُو ِن‬
َ ِ‫َو َما أَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل‬

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami

wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan

Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” [al-Anbiya: 25].

Allah ta’ala berfirman,

َ‫ك ِم ْن ُر ُسلِنَا أَ َج َع ْلنَا ِم ْن دُو ِن الرَّحْ ٰ َم ِن آلِهَةً يُ ْعبَ ُدون‬


َ ِ‫َواسْأَلْ َم ْن أَرْ َس ْلنَا ِم ْن قَ ْبل‬

“Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum

kamu: “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah

Yang Maha Pemurah?.” [az-Zukhruf: 45].

Allah ta’ala berfirman,

َ ‫ت النُّ ُذ ُر ِم ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خَ ْلفِ ِه أَاَّل تَ ْعبُدُوا إِاَّل هَّللا‬ ِ َ‫َو ْاذ ُكرْ أَ َخا عَا ٍد إِ ْذ أَ ْن َذ َر قَوْ َمهُ بِاأْل َحْ ق‬
ِ َ‫اف َوقَ ْد َخل‬

‫َظ ٍيم‬ َ ‫إِنِّي أَ َخافُ َعلَ ْي ُك ْم َع َذ‬


ِ ‫اب يَوْ ٍم ع‬

“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan

kepada kaumnya di al-Ahqaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa

orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan

mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku

khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar.” [al-Ahqaf: 21].

‫ النُّ ُذ ُر‬adalah para rasul, yang berarti segenap rasul yang diutus sebelum dan sesudah

Hud memiliki tujuan yang sama, yaitu menyeru agar umat tidak menyembah kecuali

kepada Allah semata. Dengan demikian tauhid merupakan inti dakwah para nabi dan

rasul, sehingga kata yang pertama kali didengar oleh mereka dari para nabi dan yang

menjadi prioritas dalam berdakwah kepada Allah adalah seruan untuk menauhidkan

Allah karena tauhid adalah pondasi, di atasnya agama ini terbangun. Agama layaknya
seperti pohon yang memiliki akar dan dahan. Sebagaimana diketahui pohon tak akan

tegak berdiri kecuali memiliki akar yang kuat. Demikian pula dengan agama yang

tidak akan tegak kecuali berpijak di atas pondasinya, yaitu tauhid.

Allah ta’ala berfirman,

ٌ ِ‫ب هَّللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة طَيِّبَ ٍة أَصْ لُهَا ثَاب‬
‫ت َوفَرْ ُعهَا فِي ال َّس َما ِء‬ َ َ‫أَلَ ْم ت ََر َك ْيف‬
َ ‫ض َر‬

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan

kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya

(menjulang) ke langit.” [Ibrahim: 24].

Suatu pohon yang akarnya tercerabut, niscaya akan mati, maka demikian pula dengan

agama yang tidak tegak di atas tauhid, niscaya tidak akan bermanfaat. Kedudukan

tauhid bagi agama layaknya akar suatu pohon atau pondasi suatu bangunan.

Dan salah satu dalil yang menunjukkan bahwa tauhid merupakan inti dakwah dan

risalah para nabi dan rasul adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ت َوأُ َّمهَاتُهُ ْم َشتَّى َو ِدينُهُ ْم َوا ِح ٌد‬


ٍ َّ‫األَ ْنبِيَا ُء إِ ْخ َوةٌ ِم ْن َعال‬

“Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan

agama mereka adalah satu.”[1]

Artinya, akidah mereka satu dan mereka semua adalah da’i yang menyeru untuk

menauhidkan Allah. Dan maksud “ibu mereka berlainan” adalah syari’at mereka

berbeda sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala,

‫لِ ُكلٍّ َج َع ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِشرْ َعةً َو ِم ْنهَاجًا‬

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang

terang.” [al-Maidah: 48].
3) Tauhid merupakan kewajiban yang pertama kali dibebankan pada hamba.

Kewajiban yang harus dilaksanakan bagi seorang yang masuk ke dalam agama Islam

adalah tauhid. Itulah mengapa ketika berdakwah kepada Allah, tauhid menjadi

prioritas pertama.

Sejumlah dalil mendukung hal di atas. Di antaranya adalah sabda Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam,

َ َّ‫ت أَ ْن أُقَاتِ َل الن‬


ُ‫اس َحتَّى يَ ْشهَ ُدوْ ا أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللا‬ ُ ْ‫أُ ِمر‬

“Aku diperintahkan memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak

ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah.”[2]

Demikian pula sabda beliau kepada Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu ketika

mengutusnya ke Yaman,

ِ ‫ب فَ ْليَ ُك ْن أَ َّو َل َما تَ ْدعُوهُ ْم إِلَ ْي ِه ِعبَا َدةُ هَّللا‬


ٍ ‫إِنَّكَ تَ ْق َد ُم َعلَى قَوْ ٍم أَ ْه ِل ِكتَا‬

“Sesungguhnya engkau akan datang kepada kaum Ahli Kitab, maka

hendaklah yang pertama kali kau serukan, adalah supaya mereka beribadah

kepada Allah.”[3]

dalam satu riwayat tercantum,

‫ب فَ ْليَ ُك ْن أَ َّو َل َما تَ ْدعُوهُ ْم إِلَى أَ ْن يُ َو ِّحدُوا هَّللا َ تَ َعالَى‬


ِ ‫ك تَ ْق َد ُم َعلَى قَوْ ٍم ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا‬
َ َّ‫إن‬

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab. Maka

jadikanlah dakwah engkau pertama kali pada mereka adalah supaya mereka

mentauhidkan Allah ta’ala.”[4]

dalam satu riwayat tercantum,

‫دا‬CC‫ه إال هللا و أن محم‬CC‫إنك ستأتي قوما من أهل كتاب فإذا جئتهم فادعهم إلى أن يشهدوا أن ال إل‬

‫رسول هللا‬

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab. Lalu

jika engkau telah mendatangi mereka, maka dakwahilah mereka kepada


syahadat (persaksian) bahwasanya tiada ilah yang pantas disembah selain

Allah dan bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah.”[5]

Tauhid adalah kewajiban pertama yang dibebankan kepada setiap hamba. Hal itulah

yang menjadi pokok dakwah mereka dan hal pertama yang menjadikan seseorang

dinamakan sebagai muslim. Semua itu dikarenakan agama Islam tegak berdiri di atas

tauhid yang merupakan pondasi agama seperti yang telah dijelaskan pada poin

sebelumnya.

4) Tauhid merupakan sebab untuk memperoleh keamanan dan petunjuk di dunia

dan akhirat.

Allah ta’ala berfirman,

َ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلبِسُوا إِي َمانَهُ ْم بِظُ ْل ٍم أُو ٰلَئ‬
َ‫ك لَهُ ُم اأْل َ ْمنُ َوهُ ْم ُم ْهتَ ُدون‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka

dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan

mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”  [al-An’am: 82].

Keamanan berada di Tangan Allah dan Dia tidak akan memberikannya kecuali

kepada ahli tauhid yang beribadah dengan ikhlas kepada-Nya. Ketika ayat ini

diturunkan, kandungannya terasa berat oleh para sahabat. Mereka pun datang kepada

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bertanya,

ْ َ‫أَيُّنَا الَ ي‬
‫ظلِ ُم نَ ْف َسهُ؟‬

“Wahai Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak menzalimi dirinya

sendiri?”

Mereka mengatakan demikian karena pada dasarnya setiap orang pasti pernah berbuat zalim

pada diri sendiri dengan dosa. Dari teks ayat, para sahabat menganggap bahwa mereka tidak

memperoleh keamanan dan petunjuk karena setiap orang pernah berbuat zalim.

Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun meluruskan dengan bersabda,


َّ َ‫ا بُن‬Cَ‫ ِه ي‬Cِ‫انَ اِل ْبن‬C‫وْ ِل لُ ْق َم‬Cَ‫ َمعُوا ِإلَى ق‬C‫ أَ َولَ ْم ت َْس‬،‫ك‬
  َ‫ي ال‬ ٍ ْ‫ر‬C‫انَهُ ْم بِظُ ْل ٍم} بِ ِش‬C‫وا إِي َم‬C‫ونَ {لَ ْم يَ ْلبِ ُس‬Cُ‫ا تَقُول‬C‫ْس َك َم‬
َ ‫قَا َل لَي‬

‫تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ إِ َّن ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬

 “Maksud ayat tersebut tidak seperti anggapan kalian, tetapi maksudnya bahwa kata

kezaliman pada redaksi  “Tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman”

adalah kesyirikan seperti ucapan Luqman kepada anaknya, “Wahai Anakku janganlah kamu

menyekutukan Allah, karena menyekutukan Allah itu adalah kezaliman yang

besar.” [Luqman: 13].

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menafsirkan kezaliman pada ayat di atas dengan kesyirikan

sehingga redaksi ayat tersebut menjelaskan bahwa setiap orang yang beriman dan tidak

berbuat kesyirikan, niscaya akan memperoleh keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat.

Inilah salah satu karakteristik tauhid bahwa setiap ahli tauhid niscaya akan dianugerahi

keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat oleh Allah ta’ala.

5) Tauhid adalah keyakinan yang terbebas dari cacat dan kontradiksi, berbeda

dengan berbagai agama dan keyakinan yang lain. Allah menerangkan hal itu dalam

firman-Nya,

ْ ‫أَفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ ۚ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬
‫اختِاَل فًا َكثِيرًا‬

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al

Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang

banyak di dalamnya.”  [an-Nisa: 82].

Agama dan keyakinan yang difabrikasi dan diadakan manusia tentu akan banyak

mengandung cacat dan kontradiksi. Sedangkan keimanan yang shahih, keyakinan yang salim,

dan tauhid yang kokoh dan bertopang pada kitabullah dan sunnah nabi-Nya shallallahu ‘alaihi

wa sallam terbebas dari itu semua.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tauhid dari segi bahasa ‘mentauhidkan sesuatu’ berarti ‘menjadikan sesuatu itu esa’.

Dari segi syari’ tauhid ialah ‘mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah sendiri

tetapkan melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma’ Was

Sifat’.

mengetahui serta mengenal at  tauhid itu adalah kewajiban yang paling pokok & utama

sebelum mengenal yang lainya serta beramal  ( karena suatu amalan itu akan di terima jika

tauhidnya  benar ).

 
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: E-Book Pedoman-Pedoman Tauhid (dapat diunduh


di: bit.ly/pedoman-pedoman-tauhid)

Anda mungkin juga menyukai