Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ariska

Nim : 2018310315

Fakultas : FKIP

Prodi : Pendidikan Biologi

A. Bahan Organik dan Anorganik Tanah Sebagai Faktor Pembatas


I. Bahan Organik
Bahan organik tanah merupakan penimbunan sisa-sisa tanaman dan hewan yang
sebagian telah mengalami pelapukandan pembentukan kembali. Bahan organik tanah
biasanya menuyusun 5% bobot total tanah dan memegang peran pentingdalam
menentukan kesuburan tanah yang juga berpengaruh secara langsung
terhadapperkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Adapun sumber dari bahan organik adalah:
 Sumber primer diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting,
daun, bunga, dan buah. Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan akan
terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan tanah.
 Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula
bahan organik.
Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan
pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan
komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam
setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi
yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah
hujan, suhu, dan pengelolaan tanah.
Bahan organik tanah memiliki peranan penting dalam penilaian suatu tanah. Bahan
organik tanah berperan secara fisik, kimia, dan biologi.
Fungsi fisik yaitu meningkatkan kemampuan tanah menahan air, warna tanah coklat
menjadi hitam, serta menurunkan plastisitas, kohesi fungsi kimia yaitu perubahan
terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa
yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa
tanaman, hewan atau mikroorganisme tanah serta enzim-enzim lainnya. Selain itu
fungsi kimia juga sebagai peningkatan biomassa organisme dan akumulasi serta
pelepasan akhir, akumulasi residu tanaman sebagai bahan organik dalam tanah terdiri
dari karbohidrat, lignin, dan lain-lain sehingga hal-hal tersebut dapat menambah unsur-
unsur hara dalam tanah yang sangat di butuhkan tumbuhan dalam melakukan
pertumbuhan. Adapun fungsi biologis yaitu meningkatkan populasi organisme dalam
tanah, meningkatkan aktivitas organisme tanah, serta meningkatkan keragaman
organism tanah.
II. Bahan anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang
berasal dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut
diakibatkan oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik dan
kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan
induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk yaitu : kerikil atau batu-batuan,debu dan
tanah liat. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau
kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai
media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit dan
perlit. Komponen anorganik menempati lebih dari 90 % komponen padat dalam tanah.
Komponen anorganik dalam tanah meliputi mineral primer dan sekunder
(dijelaskan di bawah) yang memiliki ukuran (diameter partikel) berkisar dari lempung
(< 0,002 mm atau < 2 mm) sampai pasir kasar (> 2mm) dan batuan.
B. Manusia Sebagai Faktor Pembatas
Dari ke empat unsur (tumbuhan, hewan, mikroorganisme, dan manusia) yang
mempengaruhi keberadaan tumbuh-tumbuhan di alam, maka yang memiliki peran paling
dominan adalah manusia. Disebut dominan, karena manusia merupakan mahluk yang
memiliki keunggulan secara ekologik (lebih kompetitif dan lebih inovatif ) dibanding
mahluk yang lain.
Keunggulan secara ekologik ditunjang oleh struktur tubuh yang memudahkan untuk
melakukan mobilitas, dan kemampuan berikir untuk melakukan perubahan terhadap
ekosistem.
Proses untuk menghasilkan produk pertanian seperti saat ini dilakukan dengan
memodiikasi berbagai atribut tanaman yang dilakukan selama ratusan generasi sehingga
diperoleh bentuk yang stabil. Namun, terus meningkatnya kebutuhan terhadap tumbuh-
tumbuhan untuk pangan dan perumahan, telah memaksa dilakukannya ekstensiikasi lahan
pertanian secara massal. Dampak negatifnya adalah terjadinya alihfungsi hutan untuk
berbagai peruntukan, terutama untuk areal pertanian, perkebunan, dan juga pemukiman.
C. Hewan Sebagai Faktor Pembatas
Interaksi antara tumbuhan dan hewan dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Secara
umum, interkasi di antara keduanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu: herbivora, simbiosis
dan non-simbiosis.
1. Herbivora

Herbivori merupakan proses pemangsaan (predasi) tumbuh- tumbuhan oleh hewan

(Hadisubroto, 1990). Dalam proses tersebut, hewan dapat memakan sebagian atau

seluruh bagian tanaman, sehingga dampaknya tidak saja merusak tetapi juga

menghabiskan seluruhnya

2. Simbiosis dan non-simbiosis

Interaksi antara tumbuhan dan hewan dilakukan untuk memperoleh keutungan di

antara keduanya, atau juga salah satu darinya. Interaksi yang sangat erat disebut

simbiosis mutualisme, dan interkasi yang renggang disebut mutualisme non-simbiosis.

D. Mikroorganisme Sebagai Faktor Pembatas

Secara umum, mikroorganisme menjadikan tumbuhan sebagai inangnya, dengan tujuan

untuk digunakan sebagai tempat hidup, dan tempat mendapatkan makanan. Dalam interaksi

tersebut, ada yang kedua-duanya diuntungkan, tetapi ada juga yang hanya salah satu yang

diuntungkan.
Beberapa interaksi antara mikroorganisme dengan tumbuhan adalah:

a. Simbiosis yang terjadi antara bakteri dan tumbuhan

b. Simbiosis fungi atau jamur dengan tumbuhan

Contoh mikrobiota yang punya manfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman, diantaranya:

 Bakteri rhizobium, sebagai penyedia hara untuk tanaman terutama dalam

menyediakan nitrogen untuk tanaman.

 Azospirillum yang bisa dikembangkan untuk pupuk hayati.

 Azospirillum dan azotobacter bisa membantu meningkatkan penyerapan nitrogen

dalam tanah.

 Bacillus, yaitu mikroba pelarut fosfat dari dalam tanah atau dari pupuk agar dapat

diserap oleh tanaman.

 Mikoriza sebagai pembantu dalam meningkatkan terserapnya fosfat oleh akar.

 Bakteri pereduksi sulfat sebagai perombak bahan organik pada sedimen anaerob dan

mineralisasi sulfur organik.

 Trichoderma, mikroba perombak bahan organik untuk mempercepat proses

pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos. Dengan lebih cepatnya

perombakan dari sisa hasil tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara tanah juga

kandungan bahan organik.

Anda mungkin juga menyukai