Oleh
1813023027
PENDIDIKAN KIMIA
UNVERSITAS LAMPUNG
2020
TEORI
Protein merupakan polimer dari asam amino. Asam amino membentuk polimer
rantai lurus dengan ikatan peptida, sehingga polimer ini disebut denganpeptid atau
polipeptida. Polipeptida mengalami pelipatan karean reaksi gugus fungsi dan sisi reaktif
molekul penyuunnya, sehingga tebentuklah molekul besar polipeptida yang dinaman
protein. Protein secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu protein sederhana yang
hanya tersusun oleh asam amino dan protein konjugasi yang tersusu tidak hanya oleh
asam amino namun juga bahan lain seperti karbohidrat (glikoprotein), asam nukleat
(nukleoprotein), lipid (lipoprotein), logam (metaloprotein) dan fosfat (fosfoprotein)
(Handito, dkk, 2014).
Protein berfungsi sebagai katalisator, sebagai pengangkut dan penyimpan molekul
lain seperti okseigen, mendukung secaramekanis sstem kekbalan (imunitas) tubuh,
menghasilka pergerakkan tubuh, sebagai transmitor gerak syaraf dan mengendalikan
pertumbuhan dan perkembangan. Analisa diameter protein menghasilkan unsur-unsur C,
H, N dan O dan sering juga S. Disamping itu beberapa protein juga mengandung unsur-
unsur lain terutama P, Fe, Zi dan Cu (Katili, 2009).
Protein merupakan komponen itama dalam semua hal hidup, baik tumbuhan
maupun hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen
terbesa setelah air. Kira-kira dari 50% berat yang terdidi atas unsur-unsur karbon (50-
55%), hidrogen (± 7%), oksigen (± 13%) dan fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%).
Ada beberapa protein lainnya yang mengandung unsur logam seperti tembaga dan besi
(Sirajuddin, 2012).
Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia
dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzi, suatu protein berfungsi
sebagai biokatalis. Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau
erittrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh, adalah
salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri
penyakit atau yang disebut antigen juga suatu protein (Poedjiadi, 2009).
Protein dalam tubuh berguna sebagai zat pembangun atau pertumbuhan karena
protein merupakan pembentuk jaringan baru dalam tubuh terutama pada bayi, anak-anak,
ibu hamil, ibu menyusui dan orang yang baru sembuh dari penyakit. Protein juga
berfungsi sebagai pengatur dalam metabolisme tubuh. Selain itu protein juga merupakan
komponen pembentuk antibodi untuk mempertahankan daya tahan tubuh (Andayani,
2011).
Beberapa uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein dalam larutan basa biuret memberikan warna violet
dengan CuSO4 karena aka terbentuk kompleks dengan gugus CO dan gugus NH dari
rantai peptida dlam suasana basa. Pengendapan dengan logam diketahui bahwa protein
mempunyai daya untuk menawarkan racun. Pengendapan dengan alkohol, penambahan
pelarut organik seperti aseton atau alkohl akan menurnkan kelarutan protein pada
kedudukan dan distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofon pola di dalam molekul
hingga menghasilkan protein yang dipol (Tim Dosen Kimia, 2011).
Beberapa reaksi uji terhadap protein, tes biuret merupakan salah satu cara untuk
mengidentifikasi adanya protein, dalam larutan basa biuret memberikan warna
violet dengan CuSO4 karena akan terbentuk kompleks Cu2+ dengan gugus CO dan
gugus NH dari rantai peptida dalam suasana basa. Pengendapan dengan logam
diketahui bahwa protein mempunyai daya untuk menawarkan racun. Salting out,
apabila terdapat garam-garam anorganik alam presentase tinggi dalam larutan
protein, maka kelarutan protein akan berkurang, sehingga mengakibatkan
pengendapan. Pengendapan dengan alkohol, penambahan pelarut organik seperti
aseton atau alkohol akan menurunkan kelarutan protein pada kedudukan dan
distribusi dari gugus hidrofil polar dan hidrofob polar di dalam molekul hingga
menghasilkan protein yang dipol (Amstrong, Frank., 1995).
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat
gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu
gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang
membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya. Atom C pusat
tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus
karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh
karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan
asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia
rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat
asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik
jika nonpolar (Salirawati et al.2007).
Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus pada tiap
molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil, yang digambarkan sebagai
struktur ion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua
gugus tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang yang mencirikan
gugus-gugusnya. Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi. Asam
amino juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat sebagai asam dan memberikan
proton kepada basa kuat, atau dapat bersifat sebagai basa dan menerima proton
dari basa kuat. Semua asam amino yang ditemukan pada protein mempunyai ciri
yang sama, gugus karboksil dan amino diikat pada atom karbon yang sama.
Masing-masing berbeda satu dengan yang lain pada gugus R-nya, yang bervariasi
dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air. Beberapa asam
amino mempunyai reaksi yang spesifik yang melibatkan gugus R-nya. Melalui
reaksi hidrolisis protein telah didapatkan 20 macam asam amino yang dibagi
berdasarkan gugus R-nya, berikut dijabarkan penggolongan tersebut : asam amino
non-polar dengan gugus R yang hidrofobik, antara lain Alanin, Valin, Leusin,
Isoleusin, Prolin, Fenilalanin, Triptofan dan Metionin. Golongan kedua yaitu
asam amino polar tanpa muatan pada gugus R yang beranggotakan Lisin, Serin,
Treonin, Sistein, Tirosin, Asparagin dan Glutamin. Golongan ketiga yaitu asam
amino yang bermuatan positif pada gugus R dan golongan keempat yaitu asam
amino yang bermuatan negatif pada gugus R. Dari ke-20 asam amino yang ada,
dijumpai delapan macam asam amino esensial yaitu valin, leusin, Isoleusin,
metionin, Fenilalanin, Triptofan, Treonin, dan Lisin. Asam amino essensial ini
tidak bisa disintesis sendiri oleh tubuh manusia sehingga harus didapatkan dari
luar seperti makanan dan zat nutrisi lainnya (Girindra, 1986).
PROSEDUR PERCOBAAN
CARA KERJA
A. Komposisi Elementer
1. Masukkan 2 mL larutan putih telur ke dalam sebuah tabung reaksi yang bersih
dan kering, panaskan tabung sampai tercium bau rambut yang terbakar.
Catatlah bau khas yang tercium dan amati perubahan warna dalam tabung
serta apa yang terjadi pada dinding tabung?
2. Masukkan 1 mL larutan putih telur ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 kali
volume kristal NaOH dan panaskan hati-hati. Letakan kertas lakmus merah
yang telah dibasahi air di mulut tabung dengan menggunakan penjepit/pinset..
Catatlah bau yang tercium dari uap yang terbentuk. .Apa yang terjadi pada
kertas lakmus?
3. Masukkan 1 mL larutan putih telur ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 mL
NaOH 10%. Didihkan campuran itu, kemudian tambahkan 10 tetes larutan Pb-
asetat 2%.. Apakah wama yang terjadi pada larutan? Kemudian dengan hati-
hati' tambahkan 10 tetes HCI pekat dan amati bau khas yang keluar apa?
B. Pengendapan Protein oleh Logam-logam Berat
1. Masukkan 1 mL larutan sampel protein (larutan putih telur) dalam tabung
reaksi yang pHnya telah disesuaikan kira-kira 7 (dengan menambahkan
Na2CO3 1% sebanyak 3 tetes). T
2. tambahkan tetes demi tetes pereaksi larutan AgNO 3 2% sampai 0,5 mL-1 mL
sambil dikocok hati-hati dan perhatikan tiap tetes penambahan.
3. Perhatikan apakah terbentuk endapan yang tetap atau melarut kembali.
4. Ulangi cara kerja dengan menggunakan pereaksi lain sebagai pengganti
AgNO3, yaitu: Pb-asetat 2%, CuSO4 2%, HgCl2 2%, FeCl3 2%.
C. Pengaruh Asam-Asam Mineral Kuat dan Dasar Uji Heller
1. Masukkan 1 mL larutan putih telur ke dalam tabung reaksi ditambahkan
beberapa tetes HCl pekat. Campurkan baik-baik dan perhatikan apakah ada
endapan yang ter-bentuk akan larut kembali dengan penambahan asam yang
lebih banyak. Ulangi dengan penambahan asam sulfat pekat (H2SO4) danasam
nitrat pekat (HNO3) sebagai pengganti HCl.
2. Uji Heller
Ke dalam tabung reaksi masukkan 1 mL larutan putih telur.Tuangkan dengan
hati-hati 1 mL HNO3 pekat melalui dinding tabung yang dimiringkan sampai
horizontal supaya tidak tercampur. Ujilah kepekaan reaksi ini dengan
mengencerkan larutan putih telur hingga hanya menghasilkan reaksi dengan
endapan yang sangat tipis.
D. Kelarutan Protein
1. Larutan sedikit protein di atas tabung reaksi yang berbeda dengan
menggunakan pelarut akuades, HCl, etanol 95%, NaCI, (NH4)2SO4 jenuh,
NaCl jenuh.
2. Catat hasil pengamatan dalam bentuk table. Apakah ada endapan yang ter-
bentuk. Lakukan uji kelarutan dalam air dari sedikit endapan yang terbentuk.
E. Uji Biuret
1. Ke dalam tabung reaksi yang berbeda masukkan 2 ml larutan protein di atas.
2. Tambahkan 5 tetes larutan CuSO4 lalu 2 ml larutan NaOH.
3. Kocok larutan di atas sampai tercampur sempurna.
4. Amati perubahan yang terjadi.
5. Catatlah hasil pengamatan saudara dalam bentuk Label
F. Denaturasi Protein oleh Suhu dan Ph
1. menentukan pH dari semua larutan di atas sebanyak 2 mL dalam tabung reaksi
yang berbeda dengan menggunakan kertas pH universal.
2. memasukkan masing-masing 2 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi
yang berbeda-beda. Kemudian uji dengan menggunakan 5 larutan dengan pH
berbeda dan juga uji dengan 5 akuades dengan suhu yang berbeda.
3. Bandingkan hasil yang anda peroleh terhadap protein pada larutan pH yang
berbeda, demikian juga pada suhu yang berbeda.
4. Buat grafik dari hasil pengamatan anda.
HASIL PENGAMATAN
A. Komposisi Elementer
D. Kelarutan Protein
E. Uji Biuret
Berikut merupakaan tabel hasil pengamatan dari uji biuret:
No Perlakauan Hasil
No Perlakauan Hasil
PEMBAHASAN
Uji kelarutan
Dengan menggunakan sampel albumin dengan pelarut air, HCl, NaOH, etanol dan
kloroform CH3Cl, di mana hasil pengamatan menunjukkan bahwa albumin larut
dalam air, HCl, NaOH dan tidak larut dalam etanol dan kloroform CH3Cl. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa protein bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi dengan
air, asam, dan basa. Sementara albumin tidak darut dalam etanol dan CH3Cl, hal
ini dikarenakan sifat protein yang sukar larut dalam etanol dan ketika dipanaskan
proteinnya akan menggumpal/ terkoagulasi. Sementara kloroform CH3Cl
termasuk ke dalam pelarut organic non polar.
Uji Heller
Pada uji helller bahan yang digunakan adalah sample urin dan larutan asam nitrat.
Larutan asam nitrat itu ditambahkan dengan beberapa tetes sample urin. Setelah
penambahan sample urin, ternyata terbentuk cincin (menunjukkan dalam urin
terdapat albumin). asam nitrat menyebabkan denatirasi protein dengan
pembentukan endapan putih saat cincin yang mengandung albumin bersentuhan
dengan asam nitrat membentuk cincin putih pada titik kontak.
Uji Biuret
Pada uji biuret yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan, kemudian
memasukkan pada masing-masing tabung
Tabung 1: 1 ml albumin 2% + 1 ml larutan NaOH 10% + 1 tetes larutan CuSO4
Tabung 2: 1 ml larutan pepton 2% + 1 ml larutan NaOH 10% + 1 tetes larutan
CuSO4
Tabung 3: 1 ml larutan kasein + 1 ml larutan NaOH 10% + 1 tetes larutan CuSO4
Tabung 4: 1 ml gelatin+ 1 ml larutan NaOH 10% + 1 tetes larutan CuSO4
Tabung 5 : akuades sebagai pembanding.
Ternyata setelah penambahan larutan NaOH 10% dan 1 tetes larutan CuSO 4 warna
larutan albumin, pepton, dan gelatin menjadi berwarna ungu lembayung (uji
positif) sementara kasein tidak membentuk warna ungu lembayung (uji negative).
Hasil ini dipengaruhi oleh adanya ikatan peptida yang mengindikasikan adanya
protein. Ikatan peptide tersebut akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan
perubahan warna. Reaksi positif pada uji biuret ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna menjadi ungu atau merah muda akibat adanya persenyawaan
antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida dan O dari air.
Sebaliknya uji biuret akan menunjukan hasil negatif pada asam amino bebas karena
asam amino bebas tidak memilki ikatan peptida.
KESIMPULAN
TUGAS
1.
2. Karena pada suatu pH tertentu (asam atau basa) protein akan bermuatan negatif
(anion) sehingga dapat bereaksi dengan ion logam berat yang ditandai dengan
terbentuknya endapan.
Himaniarwati, dkk. 2016. Buku penuntun praktikum biokimia. STIKES Mandala STIKES
Waluya. Kendari