Anda di halaman 1dari 21

KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

Makalah

Diajukan kepada dosen pengampu


Mata kuliah Tafsir Tarbawih 1
dalam rangka penyelesaian studi semester tiga
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh : Kelompok I

 Arda
 Andi Elfira H
 Wina
 Mutmainnah

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt.
atas rahmat dan karunia-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Konsep Manusia dalam al- Qur’an” ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada baginda Rasulullah
Muhammad saw. beserta keluarga dan yang senantiasa mengikuti ajaran beliau. Dan
terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah ikut serta
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun baik dan rapih.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun, terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Palopo, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

BAB II KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

A. QS. al-Insan ayat 2…………………………………………………… 3


B. QS. al-Baqarah ayat 255 …………………………………………….. 4
C. QS. ar-Rahman ayat 14 ………..…………………………………… 6
D. QS. al-Qiyamah ayat 37……………………………………………… 7
E. QS al- Mu‘minun ayat 1-8 …………………………………………… 8
F. QS. al-Tin ayat 1-8……………………………………………………. 10
G. QS. al-Ikhlas ayat 1-4………………………………………………… 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………….. 16
B. Saran………………………………………………………………….. 16

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini.
Berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat.
Keberadaan manusia dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.
Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat:“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka
bumi...” (QS. Al-Baqarah:2:30). Sebagai seorang khalifah, maka tugas manusia
dimuka bumi ini adalah memakmurkan alam semesta ini “Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS. Hud:11:61)
Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dan
rupa yang seindah-indahnya, dilengkapi dengan berbagai organ psikofisik yang
istimewa seperti panca indera dan hati agar manusia bersyukur kepada Allah yang
telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Secara lebih rinci,
keistimewaan-kesitimewaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain
ialah kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta dan dirinya sendiri.
Timbul pertanyaan siapakah manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat
sederhana, tetapi tidak mudah memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang
menjawab pertanyaan tersebut menurut latar belakangnya, jika seseorang yang
menitik beratkan pada kemampuan manusia berfikir, memberi pengertian manusia
adalah “animal rasional, hayawan nathiq” (hewab berfikir). Orang yang menitik
beratkan pada pembawaan kodrat manusia hidup bermasyarakat, memberi pengertian
manusia adalah “zoom politicon, homo sicus” (makhluk sosial).

1
Orang yang menitik beratkan pada adanya usaha manusia untuk mencukupi
kebutuhan hiup, memberi pengertian manusia adalah“homo economicus” (makhluk
ekonomi). Orang yang menitik beratkan pada kesitimewaan manusia menggunakan
simbol-simbol, memberi pengertian manusia adalah “animal simbolicum”. Orang
yang memandang manusia adalah makhluk yang selalu membuat bentuk-bentuk baru
dari bahan-bahan alam untuk mencukupkan kebutuhan hidupnya, memberi pengertian
manusia adalah “homo faber”.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara
rinci mengenai konsep manusia menurut Al-Qur’an yang meliputi:
1. Bagaiman konsep manusia dalam QS. al-Insan ayat 2?
2. Bagaiman konsep manusia dalam QS. al-baqarah ayat 255?
3. Bagaiman konsep manusia dalam QS. al-ar-rahman ayat14?
4. Bagaiman konsep manusia dalam QS. al-Qiyamah ayat 37?
5. Bagaiman konsep manusia dalam QS al- mu ‘minun ayat 1-8?
6. Bagaiman konsep manusia dalam QS. al-tin ayat 1-8?
7. Bagaiman konsep manusia dalam QS al-Ikhlas ayat 1-4?

2
BAB II

KONSEP MANUSIA DALAM AL-QUR’AN

A. Dalam QS. Al-Insan Ayat 2

ِ َ‫اج نَّ ۡبتَلِ ۡي ِه فَ َج َع ۡل ٰنهُ َس ِم ۡي ۢ ًعا ب‬ ۡ ‫ۡ اۡل‬


‫ص ۡيرًا‬ ٍ ۖ ‫اِنَّا خَ لَقنَا ا ِ ۡن َسانَ ِم ۡن نُّطفَ ٍة اَمۡ َش‬

1. Terjemahan
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami
jadikan dia mendengar dan melihat.
2. Tafsiran Surah al-Insan ayat 2
a. Tafsiran Jalalayn
(Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya, jenis manusia (dari
setetes mani yang bercampur) yang bercampur dengan indung telur, yaitu air
mani laki-laki bercampur menjadi satu dengan air mani perempuan (yang
Kami hendak mengujinya) dengan membebankan kewajiban-kewajiban
kepadanya; jumlah ayat ini merupakan jumlah Isti`naf yakni kalimat
permulaan; atau dianggap sebagai Hal dari lafal yang diperkirakan. Yaitu,
Kami bermaksud hendak mengujinya ketika Kami mempersiapkan
kejadiannya (karena itu Kami jadikan dia) Kami menjadikan dia dapat
(mendengar dan melihat.)
b. Tafsiran Quraish Shihab
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari nutfah yang memiliki
berbagai unsur. Lalu Kami menguji dan mencobanya dengan berbagai perintah
dan larangan. Karena itu, ia Kami jadikan memiliki pendengaran dan
penglihatan agar dapat mendengarkan ayat-ayat dan menyaksikan bukti-bukti
kekuasaan Kami.

3
Maksudnya, bercampur antara benih lelaki dengan perempuan. Ada pula
yang menafsirkan mengujinya dengan asal penciptaannya, yaitu dari mani. Yakni
agar Kami mengetahui secara nyata apakah ia ingat kepada keadaan pertamanya dan
sadar akhirnya mengikuti kebenaran dan tidak sombong ataukah ia lupa sehingga
terpedaya oleh dirinya.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewujudkannya, menciptakan kemampuan


luar dan dalam seperti pendengaran dan penglihatan serta anggota badan yang lain,
lalu Allah menyempurnakannya dan menjadikannya tidak cacat sehingga ia dapat
mencapai maksudnya. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus rasul dan
menurunkan kitab kepadanya untuk menunjukkan jalan kepada Allah, mendorongnya
serta memberitahukan tentang apa yang akan diperolehnya ketika sampai kepada
Allah. Demikian pula Allah memberitahukan jalan yang mengarah kepada
kebinasaan, menakut-nakutinya dan memberitahukan tentang apa yang akan
didapatkannya ketika jalan itu ditempuhnya. Dia menguji manusia dengan dua jalan
itu, maka manusia terbagi menjadi dua; ada yang bersyukur kepada nikmat Allah itu
sehingga ia pun melaksanakan hak-hak-Nya yang dibebankan kepadanya, dan ada
pula yang kufur kepada nikmat Allah itu baik nikmat agama maupun dunia, ia
menolaknya, kafir kepada Tuhannya dan malah menempuh jalan yang mengarah
kepada kebinasaan.

B. Dalam QS. Al-Baqarah Ayat 255

ُ‫ض ۗ َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْشفَ ُع ِع ْن َده‬ِ ْ‫ت َو َما فِي اأْل َر‬ ِ ‫هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل ه َُو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم ۚ اَل تَأْ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َواَل نَوْ ٌم ۚ لَهُ َما فِي ال َّس َما َوا‬
ِ ‫إِاَّل بِإ ِ ْذنِ ِه ۚ يَ ْعلَ ُم َما بَ ْينَ أَ ْي ِدي ِه ْم َو َما خ َْلفَهُ ْم ۖ َواَل يُ ِحيطُونَ بِ َش ْي ٍء ِم ْن ِع ْل ِم ِه إِاَّل بِ َما َشا َء ۚ َو ِس َع ُكرْ ِسيُّهُ ال َّس َما َوا‬
‫ت‬
‫ض ۖ َواَل يَئُو ُدهُ ِح ْفظُهُ َما ۚ َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َع ِظي ُم‬
َ ْ‫َواأْل َر‬

1. Terjemahan
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak

4
tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi
syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan
mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu
Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.
2. Tafsiran QS. al-Baqarah ayat 255
a. Tafsiran Jalalayn
(Allah, tak ada Tuhan), artinya tak ada ma`bud atau sembahan yang sebenarnya
di alam wujud ini, (melainkan Dia Yang Maha Hidup), artinya Kekal lagi
Abadi (dan senantiasa mengatur), maksudnya terus-menerus mengatur
makhluk-Nya (tidak mengantuk) atau terlena, (dan tidak pula tidur. Milik-
Nyalah segala yang terdapat di langit dan di bumi) sebagai kepunyaan, ciptaan
dan hamba-Nya. (Siapakah yang dapat), maksudnya tidak ada yang dapat
(memberi syafaat di sisi-Nya, kecuali dengan izin-Nya) dalam hal itu
terhadapnya. (Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka), maksudnya di
hadapan makhluk (dan apa yang di belakang mereka), artinya urusan dunia atau
soal akhirat, (sedangkan mereka tidak mengetahui suatu pun dari ilmu-Nya),
artinya manusia tidak tahu sedikit pun dari apa yang diketahui oleh Allah itu,
(melainkan sekadar yang dikehendaki-Nya) untuk mereka ketahui melalui
pemberitaan dari para Rasul. (Kursinya meliputi langit dan bumi) ada yang
mengatakan bahwa maksudnya ialah ilmu-Nya, ada pula yang mengatakan
kekuasaan-Nya, dan ada pula Kursi itu sendiri yang mencakup langit dan bumi,
karena kebesaran-Nya, berdasarkan sebuah hadis, "Tidaklah langit yang tujuh
pada kursi itu, kecuali seperti tujuh buah uang dirham yang dicampakkan ke
dalam sebuah pasukan besar (Dan tidaklah berat bagi-Nya memelihara
keduanya), artinya memelihara langit dan bumi itu (dan Dia Maha Tinggi)
sehingga menguasai semua makhluk-Nya, (lagi Maha Besar).

5
b. Tafsiran Quraish Shihab
(Allah, tak ada Tuhan), artinya tak ada ma`bud atau sembahan yang sebenarnya
di alam wujud ini, (melainkan Dia Yang Maha Hidup), artinya kekal lagi abadi
(dan senantiasa mengatur), maksudnya terus-menerus mengatur makhluk-Nya
(tidak mengantuk) atau terlena, (dan tidak pula tidur. Milik-Nyalah segala yang
terdapat di langit dan di bumi) sebagai kepunyaan, ciptaan dan hamba-Nya.
(Siapakah yang dapat), maksudnya tidak ada yang dapat (memberi syafaat di
sisi-Nya, kecuali dengan izin-Nya) dalam hal itu terhadapnya. (Dia mengetahui
apa yang di hadapan mereka), maksudnya di hadapan makhluk (dan apa yang di
belakang mereka), artinya urusan dunia atau soal akhirat, (sedangkan mereka
tidak mengetahui suatu pun dari ilmu-Nya), artinya manusia tidak tahu sedikit
pun dari apa yang diketahui oleh Allah itu, (melainkan sekadar yang
dikehendaki-Nya) untuk mereka ketahui melalui pemberitaan dari para Rasul.
(Kursinya meliputi langit dan bumi) ada yang mengatakan bahwa maksudnya
ialah ilmu-Nya, ada pula yang mengatakan kekuasaan-Nya, dan ada pula Kursi
itu sendiri yang mencakup langit dan bumi, karena kebesaran-Nya, berdasarkan
sebuah hadis, "Tidaklah langit yang tujuh pada kursi itu, kecuali seperti tujuh
buah uang dirham yang dicampakkan ke dalam sebuah pasukan besar (Dan
tidaklah berat bagi-Nya memelihara keduanya), artinya memelihara langit dan
bumi itu (dan Dia Maha Tinggi) sehingga menguasai semua makhluk-Nya, (lagi
Maha Besar).

C. Dalam QS. ar-Rahman Ayat 14

ِ ‫صا ٍل َك ْالفَ َّخ‬


‫ار‬ َ ‫ص ْل‬
َ ‫ق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن‬
َ َ‫خَ ل‬

Terjemahan : Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti terbakar.

6
1. Tafsiran Jalalayn
(Dia menciptakan manusia) yakni Nabi Adam (dari tanah kering) tanah kering
yang apabila diketuk akan mengeluarkan suara berdenting (seperti tembikar)
seperti tanah liat yang dibakar.
2. Tafsiran Quraish Shihab
Dia menciptakan bangsa manusia dari tanah kering yang tidak dibakar seperti
tembikar. Sedangkan bangsa jin diciptakan-Nya dari nyala api yang murni.

Termasuk nikmat-nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya adalah Dia


memperlihatkan kepada mereka atsar (pengaruh) dari qudrah (kekuasaan)-Nya dan
indahnya ciptaan-Nya. Bapak manusia yaitu Adam âalaihis salam. Yaitu tanah yang
basah, yang dikokohkan sehingga menjadi kering dan berbunyi seperti suara tembikar
yang dibakar diatas api.

D. Surat Al-Qiyamah Ayat 37

ْ ُ‫ك ن‬
‫طفَةً ِم ْن َمنِ ٍّي يُ ْمن َٰى‬ ُ َ‫أَلَ ْم ي‬

Terjemahan : dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim).

1. Tafsiran Jalalayn
(Bukankah dia dahulu) sebelum itu (setetes mani yang ditumpahkan) ke dalam
rahim; lafal Yumnaa dapat pula dibaca Tumnaa.
2. Tafsiran Quraish Shihab
Bukankah manusia berasal dari setetes air mani yang dikokohkan untuk dibentuk
di dalam rahim, lalu menjadi 'alaqah (segumpal darah kental) dan akhirnya
diciptakan dan disempurnakan oleh Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya?

7
E. Dalam QS. Al-Mu’minun : 1-8

‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِل َّز َكا ِة‬٣( َ‫ْرضُون‬ ِ ‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم َع ِن اللَّ ْغ ِو ُمع‬٢( َ‫صالتِ ِه ْم َخا ِشعُون‬ َ ‫) الَّ ِذينَ هُ ْم فِي‬١( َ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُون‬
‫) فَ َم ِن‬٦( َ‫ت أَ ْي َمانُهُ ْم فَإِنَّهُ ْم َغ ْي ُر َملُو ِمين‬
ْ ‫) إِال َعلَى أَ ْز َوا ِج ِه ْم أوْ َما َملَ َك‬٥( َ‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم لِفُرُو ِج ِه ْم َحافِظُون‬٤( َ‫اعلُون‬ ِ َ‫ف‬
َ ِ‫ا ْبتَغَى َو َرا َء َذلِكَ فَأُولَئ‬
)٨( َ‫) َوالَّ ِذينَ هُ ْم أل َمانَاتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعون‬٧( َ‫ك هُ ُم ْال َعا ُدون‬

poiujkl

1. Terjemah QS.al-Mu’minun ayat 1-8

a) Sungguh beruntung orang-orang yang beriman.


b) (yaitu) orang yang khusyu' dalam shalatnya.
c) dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna.
d) dan orang yang menunaikan zakat.
e) dan orang yang memelihara kemaluannya.
f) Kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki;
maka sesungguhnya mereka tidak terceIa.
g) Tetapi barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas.
h) dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan
janjinya.

2. Tafsiran QS. al-Mu’minun ayat 1-8

Ayat ini merupakan peninggian dari Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang


mukmin, menyebutkan keberuntungan dan kebahagiaan mereka, dan menyebutkan
sesuatu yang dapat menyampaikan mereka kepada keberuntungan, sekaligus
mendorong manusia agar memiliki sifat-sifat itu. Oleh karena itu, hendaknya seorang

8
hamba menimbang dirinya dengan ayat ini dan setelahnya, di mana dengannya
mereka dapat mengetahui sejauh mana keimanan mereka, bertambah atau kurang,
banyak atau sedikit. Yakni berbahagia, sukses dan berhasil mendapatkan apa yang
diinginkan. Kepada Allah dan Rasul-Nya. Khusyu’ artinya hadirnya hati dan diamnya
anggota badan. Khusyu’ merupakan ruhnya shalat, semakin besar kekhusyu’an
seseorang, maka semakin besar pahalanya.

Yakni yang tidak ada kebaikan dan faedahnya. Jika perbuatan yang tidak
berguna mereka jauhi, maka perbuatan yang haram lebih mereka jauhi lagi. Oleh
karena itulah, apabila seseorang mampu mengendalikan anggota badan yang paling
ringan digerakkan (lisan), maka sudah tentu dia dapat mengendalikan anggota badan
yang lain, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin
Jabal, “Maukah kamu aku beritahukan penopang semua itu?” Mu’adz berkata, “Ya,
wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jagalah ini.” Yakni lisanmu. Nah, orang-orang
mukmin, karena sifat mereka yang terpuji, mereka jaga lisan mereka dari perkataan
sia-sia dan hal-hal haram. Mereka berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah, yaitu
dengan berbuat khusyu’ dan berbuat ihsan kepada manusia dengan membayar zakat.
Dari yang haram, seperti zina, homoseksual, dsb. Menjaga kemaluan dapat menjadi
sempurna ketika seseorang menjauhi semua yang dapat mendorong kepada zina,
seperti memandang wanita, menyentuhnya, dan sebagainya.

Maksudnya, budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan


orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan
dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan
kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah
suatu yang diwajibkan. Imam boleh melarang kebiasaan ini. Kata-kata, “Hamba
sahaya yang mereka miliki” menunjukkan, bahwa untuk halalnya budak wanita harus
dimiliki semua jasadnya. Oleh karena itu, jika ia hanya memiliki sebagiannya, maka
belum halal, karena budak itu miliknya dan milik yang lain. Sebagaimana tidak boleh

9
dua orang laki-laki berserikat (bersama-sama) menikahi seorang wanita, maka tidak
boleh pula dua orang majikan berserikat (bersama-sama) terhadap seorang budak
wanita. Karena Allah telah menghalalkannya. Maksudnya, selain istri dan budak.
Keumuman ayat ini menunjukkan haramnya nikah mut’ah, karena wanita itu bukan
istrinya yang hakiki yang maksudnya adalah tetap langgeng. Mereka berusaha
melaksanakan dan memenuhinya. Baik amanah yang di dalamnya terdapat hak Allah
maupun yang di dalamnya terdapat hak manusia. Apa yang Allah wajibkan kepada
hamba merupakan amanah, sehingga seorang hamba wajib melaksanakannya, seperti
shalat lima waktu, zakat, puasa di bulan Ramadhan, dsb. Sedangkan amanah yang di
sana terdapat hak manusia adalah apa yang dipercayakan atau dibebankan mereka
kepada kita, seperti menjaga harta yang mereka titipkan, melaksanakan tugas yang
dibebankan mereka, dsb. Baik antara mereka dengan Allah, maupun antara mereka
dengan sesamanya.

F. Dalam QS. at-Tiin (Buah Tin)

Manusia diciptakan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam bentuk yang sebaik-baiknya,


yang menjadi pokok kemuliaan manusia adalah iman dan amal saleh, dan
menetapkan adanya kebangkitan.

ُ‫) ثُ َّم َر َد ْدنَاه‬٤( ‫) لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا اإل ْن َسانَ فِي أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬٣( ‫) َوهَ َذا ْالبَلَ ِد األ ِمي ِن‬٢( َ‫ور ِسينِين‬ ِ ُ‫) َوط‬١( ‫ين َوال َّز ْيتُو ِن‬ ِ ِّ‫َوالت‬
َ ‫) أَلَي‬٧( ‫ِّين‬
ُ ‫ْس هَّللا‬ ِ ‫ك بَ ْع ُد بِالد‬ ¼َ ُ‫) فَ َما يُ َك ِّذب‬٦( ‫ت فَلَهُ ْم أَجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمنُو ٍن‬
ِ ‫)إِال الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬٥( َ‫أَ ْسفَ َل َسافِلِين‬
)٨( َ‫بِأَحْ َك ِم ْال َحا ِك ِمين‬

1. Terjemah Surat at-Tiin ayat 1-8

a. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun

b. demi gunung Sinai

10
c. dan demi negeri (Mekah) yang aman ini

d. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya

e. kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)

f. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka mereka
akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya

g.

h.

i. Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari


p22222222222222222222222222222embalasan setelah (adanya keterangan-
keterangan) itu?

j. Bukankah Allah hakim yang paling adil?

2. Tafsiran QS. at-Tiin :1-8

a. Yang dimaksud dengan Tin menurut sebagian mufassir ialah tempat tinggal
Nabi Nuh, yaitu Damaskus yang banyak pohon Tin; dan Zaitun ialah Baitul
Maqdis yang banyak tumbuh pohon Zaitun. Allah Subhaanahu wa Ta'aala
bersumpah dengan kedua pohon itu karena banyaknya manfaat pada pohon
dan buahnya, dan karena biasa tumbuh di negeri Syam; negeri tempat
kenabian Isa putera Maryam’alaihis salam.

11
b. Bukit Sinai adalah tempat Nabi Musa ‘alaihis salam diajak bicara oleh Allah
Subhaanahu wa Ta'aala dan menerima wahyu dari-Nya. Sinin artinya yang
diberkahi atau indah karena pohon-pohon yang berbuah.

c. Yang merupakan negeri tempat kenabian Muhamad shallallahu 'alaihi wa


sallam. Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan tempat-tempat yang
mulia tersebut yang dari sana dibangkitkan nabi-nabi yang utama dan mulia.
Isi sumpahnya adalah apa yang disebutkan dalam Yakni sempurna dan
seimbang fisiknya serta sesuai letak anggota badannya. Namun sayang,
nikmat yang besar ini tidak disyukuri oleh kebanyakan manusia. Kebanyakan
mereka berpaling dari sikap syukur, sibuk dengan permainan dan yang
melalaikan, dan lebih senang dengan perkara yang hina dan rendah, sehingga
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengembalikan mereka ke tempat yang paling
rendah, yaitu neraka yang merupakan tempat para pelaku maksiat yang
durhaka.

d. Ada pula yang menafsirkan dengan masa tua, pikun dan lemah.

e. Mereka memperoleh kenikmatan yang penuh, kegembiraan yang berturut-


turut, kesenangan yang banyak selama-lamanya.

f. Yakni setelah mereka tahu bahwa manusia diciptakan Allah dalam bentuk
yang sebaik-baiknya, lalu dikembalikan-Nya kepada keadaan yang paling
rendah dimana pada semua itu terdapat dalil yang menunjukkan bahwa Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berkuasa membangkitkan.

g. Yakni bukankah hikmah (kebijaksanaan)-Nya menghendaki untuk tidak


membiarkan makhluk ciptaan-Nya begitu saja tanpa diperintah dan tanpa
dilarang serta tanpa diberikan balasan? Bukankah Allah Subhaanahu wa
Ta'aala yang menciptakan manusia secara bertahap dan mengirimkan berbagai

12
kenikmatan yang tidak dapat mereka jumlahkan serta mengurus mereka
dengan pengurusan yang sebaik-baiknya pasti akan mengembalikan mereka
ke tempat terakhir mereka menetap? Dan bukankah Allah Subhaanahu wa
Ta'aala hakim yang paling adil dan tidak pernah berbuat zalim kepada seorang
pun? Ya, benar kami menjadi saksi terhadap hal itu.

G. Dalam QS. al-Ikhlas : 1-4

٤﴿ ‫﴾ َولَ ْم يَ ُكن لَّهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬٣﴿ ‫﴾ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬٢﴿ ‫ص َم ُد‬
َّ ‫﴾ هَّللا ُ ال‬١﴿ ‫﴾قُلْ ه َُو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬

1. Terjemahannya : Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha esa. Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”
2. Tafsirannya
a. Ayat pertama
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yakni: Dia Yang pertama dan Esa,
tidak ada tandingan dan pembantu, tidak ada yang setara dan tidak ada yang
menyerupai-Nya, dan tidak ada yang sebanding (dengan-Nya). Kata ini tidak
digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allâh Subhanahu wa
Ta’ala , karena Dia Maha Sempurna dalam seluruh sifat-sifat-Nya dan perbuatan-
perbuatan-Nya”. [Tafsir Ibnu Katsir]
Para Ulama penyusun Tafsir al-Muyassar berkata, “Katakanlah wahai Rasul,
‘Dia-lah Allâh Yang Esa dengan ulûhiyah (hak diibadahi), rubûbiyah (mengatur
seluruh makhluk), asma’ was shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya), tidak ada
satupun yang menyekutui-Nya dalam perkara-perkara itu”. [Tafsir al-Muyassar,
11/96]
b. Ayat kedua
Ash-Shamad adalah satu nama di antara Asmaul Husna yang dimiliki Allâh Azza
wa Jalla . Penjelasan para Ulama Salaf tentang makna ash-Shamad berbeda-beda,
tetapi semua perbedaan itu bisa diterima, karena maknanya tidak kontradiksi,

13
bahkan saling melengkapi. Oleh karena itu  semua arti itu dapat ditetapkan pada
diri Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Inilah keterangan para Ulama tentang makna
ash-Shamad:
1) (Rabb) yang segala sesuatu menghadap kepada-Nya dalam memenuhi semua
kebutuhan dan permintaan mereka. Ini pendapat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu
dari riwayat ‘Ikrimah.
2) As-Sayyid (Penguasa) yang kekuasaan-Nya sempurna; as-Syarîf (Maha Mulia)
yang kemuliaan-Nya sempurna; al-‘Azhîm (Maha Agung) yang keagungan-Nya
sempurna; al-Halîm (Maha Sabar) yang kesabaran-Nya sempurna; al-‘Alîm
(Mengetahui) yang ilmu-Nya sempurna; al-Hakîm (Yang Bijaksana) yang
kebijaksanaan-Nya sempurna. Dia adalah Yang Maha Sempurna dalam seluruh
sifat kemuliaan dan kekuasaan, dan Dia adalah Allâh Yang Maha Suci. Sifat-
Nya ini tidak layak kecuali bagiNya, tidak ada bagi-Nya tandingan dan tidak
ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Maha Suci Allâh Yang Maha Esa dan
Maha Perkasa. Ini pendapat Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu dari riwayat ‘Ali
bin Abi Thalhah Radhiyallahu anhu.
3) Yang Maha Kekal setelah semua makhluk-Nya binasa. Ini pendapat al-Hasan
dan Qatâ
4) Al-Hayyu al-Qayyûm (Yang Maha Hidup, Maha berdiri sendiri dan mengurusi
yang lain), yang tidak akan binasa. Ini pendapat al-Hasan.
5) Tidak ada sesuatupun yang keluar dari-Nya dan Dia tidak makan. Ini pendapat
‘Ikrimah.
6) Ash-Shamad adalah yang tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Ini
pendapat ar-Rabi’ bin Anas.
7) Yang tidak berongga. Ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Sa’id bin
Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ‘Atha
bin Abi Rabbah, ‘Athiyah al-‘Aufi, adh-Dhahhak, dan as-Suddi.
8) Yang tidak memakan makanan dan tidak minum minuman. Ini pendapat asy-
Sya’bi.

14
9) Cahaya yang bersinar. Ini pendapat Abdullah bin Buraidah

Imam Thabarani rahimahullah berkata, “Semua makna ini benar, dan ini
semua merupakan sifat Penguasa kita ‘Azza wa Jalla. Dia adalah tempat menghadap
di dalam memenuhi semua kebutuhan, Dia adalah yang kekuasaan-Nya sempurna,
Dia adalah ash-Shamad, yang tidak berongga, dia tidak makan dan tidak minum, 
Dia adalah Yang Maha Kekal setelah makhlukNya (binasa)“.

Dan imam al-Baihaqi juga berkata seperti ini. [Lihat semua keterangan di
atas di dalam Tafsir Ibnu Katsir surat al-Ikhlas] Syaikh Musa’id ath-Thayyâr
hafizhahullah menyebutkan lima makna ash-Shamad, lalu berkata, “Perselisihan ini
termasuk ikhtilaf tanawwu’ (perselisihan jenis) dalam ungkapan, bukan perselisihan
dalam makna. Karena semua pendapat ini kembali kepada satu makna, yaitu sifat
Allâh yang tidak membutuhkan perkara yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya, karena
kesempurnaan kekuasaan-Nya. Dan janganlah merisaukanmu pengingkaran sebagian
khalaf terhadap sebagian makna-makna yang diriw

ayatkan dari Salaf ini, demikian juga anggapan mereka (khalaf) bahwa
perkataan-perkataan Salaf ini tidak didukung oleh lughah (bahasa Arab). Karena itu
adalah perkataan orang yang tidak memahami (kedudukan-pen) tafsir Salaf, dan dia
tidak mengambil faedah ketetapan makna-makna lafazh lughah (bahasa Arab) dari
tafsir salaf, Wallahu a’lam.” [Tafsir Juz ‘Amma, 1/201, Syaikh Musa’id ath-Thayyâr]

c. Ayat ketiga
Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah berkata, “Yaitu: (Allah) ini Yang
berhak diibadahi, Dia tidak dilahirkan sehingga akan binasa. Dia juga bukan suatu
yang baru yang didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada. Bahkan Dia adalah al-

15
Awwal yang tidak ada sesuatupun sebelum-Nya, dan al-Âkhir yang tidak ada
sesuatupun setelah-Nya.” [Tafsir Juz ‘Amma, 1/77, Syaikh Musa’id ath-Thayyaar]
d. Ayat keempat
Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada seorangpun yang
menyamai-Nya dalam seluruh sifat-sifat-Nya”. [Syarh Aqîdah Wasitiyah, hlm.
114, penerbit. Dar Ibnu Haitsam]
Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah berkata, “Dan tidak ada tandingan
yang menyamai-Nya dalam nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.”
[Tafsir Juz ‘Amma, 1/77, Syaikh Musa’id ath-Thayyâr]

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia merupakan salah satu makhluk Tuhan yang ada dimuka bumi ini.
Berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang, tumbuhan dan malaikat.
Keberadaan manusia dimuka bumi menempati posisi utama sebagai khalifah.
Sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat:“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka
bumi...” (QS. Al-Baqarah:2:30). Sebagai seorang khalifah, maka tugas manusia
dimuka bumi ini adalah memakmurkan alam semesta ini “Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS. Hud:11:61)
Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk raga yang sebaik-baiknya dan
rupa yang seindah-indahnya, dilengkapi dengan berbagai organ psikofisik yang
istimewa seperti panca indera dan hati agar manusia bersyukur kepada Allah yang
telah menganugerahi keistimewaan-keistimewaan itu. Secara lebih rinci,
keistimewaan-kesitimewaan yang dianugerahkan Allah kepada manusia antara lain
ialah kemampuan berfikir untuk memahami alam semesta dan dirinya sendiri.
B. Saran
Saran yang dapat di sampaikan yaitu makalah ini masih jauh dari sempurna,
Jadi, diharapkan kritikan dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

17

Anda mungkin juga menyukai