DALAM AL QUR’AN
Makalah
Oleh Kelompok 5
TIYANSI ASSING
NIM : 18 0201 0091
MUHAMMAD FADHLURRAHMAN SIWAN
NIM : 18 0201 0093
RAHWIL
NIM : 18 0201 0094
Dosen Pengampu
ISMAIL S.Pd.,M.Pd.
PROGRAM SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang
berjudul “Fase Perkembangan Pribadi Manusia Dalam Al Qur’an”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah” Tafsir
Tarbawi”
Dalam penulisan makalah penulis merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami dalam hal ini Ismail S.Pd,
M.Pd.yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Surah An-Nahl Ayat 78.............................................................................3
B. Surah Al-Mu’min Ayat 67.........................................................................4
BAB III : PENUTUP...........................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................8
B. Saran .........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi manusia lahir dengan keadaan lemah dan dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun yang kelak disusui ibu, dirawat, dibesarkan, dan
diberi pendidikan hingga menjadi kuat dan cerdas. Allah menurunkan QS. An
–Nahl (18): 78 untuk memberitahukan kepada manusia bahwa dalam dirinya
terdapat potensi-potensi yang besar. Dalam surat ini disebutkan bahwa
manusia dibekali alat indera untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, dalam artian
digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam ayat ini terdapat ajakan untuk mengembangkan potensi edukasi
yang kita miliki, dengan mengembangkan potensi-potensi yang kita miliki
maka kita akan lebih bersyukur kepada Allah dengan segala kemurahan-Nya.
Manusia diciptakan oleh Allah berasal dari sari pati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudghah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna, yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah. Adapun dalam
tahapan-tahapan selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Sesungguhnya manusia diciptakan oleh Allah adalah yang paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Termasuk diantaranya malaikat,
jin, iblis, binatang dan lain-lain.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai asal kejadian manusia ditinjau
dari perspektif islam, diantaranya dalam QS. Al-Mu’min (40): 67. Pentingnya
membahas siklus hidup manusia dikarnakan manusia itu makhluk sosial dan
selalu ingin hidup berkelompok , caa pembahasannya bagaimana agar
manusia itu hidup rukun , saling menyayangi satu dengan yang lain.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan beberapa
masalah, yaitu :
1
1. Bagaimana fase perkembangan pribadi manusia dalam Al-Qur’an
surah An-Nahl ayat 78
2. Bagaimana fase perkembangan pribadi manusia dalam Al-Qur’an
surah Al-Mu’min ayat 67
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas penulis dapat menentukan beberapa tujuan
dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui fase perkembangan pribadi manusia dalam Al-
Qur’an surah An-Nahl ayat 78
2. Untuk mengetahui fase perkembangan pribadi manusia dalam Al-
Qur’an surah Al-Mu’min ayat 67
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penyebutan beberapa indera pada ayat di atas mencerminkan tahap
perkembangan fungsi indera tersebut.
B. Al-Mu’min Ayat 67
1. Terjemahannya
Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani,
sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai
kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua,
di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian)
supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya).
2. Tafsiran Surah Al-Mu’min
a. Tafsiran Jalalayn
4
(Dialah Yang menciptakan kalian dari tanah) yang menciptakan bapak
moyang kalian yaitu Nabi Adam dari tanah liat (kemudian dari setetes
nuthfah) yakni air mani (sesudah itu dari segumpal darah) yakni dari
kental (kemudian dikeluarkan-Nya kalian sebagai seorang anak) lafal
Thiflan sekalipun bentuknya mufrad atau tunggal, bermakna jamak
(kemudian) dibiarkan-Nya kalian hidup (supaya kalian sampai kepada
masa dewasa) masa sempurnanya kekuatan kalian, yaitu di antara
umur tiga puluh sampai dengan empat puluh tahun (kemudian
-dibiarkan-Nya kalian hidup- sampai tua) dapat dibaca Syuyuukhan
atau Syiyuukhan (di antara kalian ada yang diwafatkan sebelum itu)
sebelum dewasa dan sebelum mencapai usia tua. Dia melakukan hal
tersebut kepada kalian supaya kalian hidup (dan supaya kalian sampai
pada ajal yang ditentukan) yakni waktu yang telah dibataskan bagi
hidup kalian (dan supaya kalian memahami) bukti-bukti yang
menunjukkan keesaan-Nya, kemudian kalian beriman kepada-Nya.
5
pengertian kata nuthfah lebih sempit lagi: 'bagian dari sperma'. Ilmu
pengetahuan modern membuktikan bahwa bagian dimaksud adalah
spermatozoa yang terdapat di dalam sperma laki-laki. Spermatozoa
itulah yang membuahi sel telur. Kata 'alaqah, dari segi etimologi,
mengandung arti 'darah kental' atau 'darah encer yang berwarna sangat
merah'. Tetapi, kalau dilihat dari perspektif ilmu pengetahuan, kata
'alaqah berarti 'sel-sel janin yang menempel pada dinding rahim
setelah terjadi pembuahan spermatozoa terhadap ovum'. Sel-sel itu
pada mulanya adalah satu, kemudian terpecah menjadi beberapa sel
yang semakin lama semakin bertambah banyak, kemudian bergerak ke
arah dinding rahim dan tenggelam, untuk selanjutnya menimbulkan
pendarahan di sekitarnya. Sedangkan kata mudlghah berarti janin
yang telah melewati fase 'alaqah, yaitu setelah sel-sel janin itu
menempel dan menyebar pada dinding rahim secara acak dan
diselimuti selaput. Fase mudlghah ini berlangsung beberapa pekan
untuk selanjutnya memasuki fase 'izham. Mudlghah itu sendiri, secara
garis besar, terdiri atas sel-sel berbentuk manusia yang kelak menjadi
janin, dan sel-sel yang tidak berbentuk manusia yang melapisi sel-sel
pertama tadi. Sel-sel kedua ini bertugas melindungi bakal janin dan
memberi suplai makanan. Terakhir, kata 'izhâm berarti 'tulang'. Akhir-
akhir ini, dunia geneologi membuktikan bahwa pusat pembentukan
tulang terdapat di lapisan tengah sel mudlghah, yaitu fase sebelum
'izhâm. Dengan demikian, sel tulang mempunyai pusat pembentukan
tersendiri yang terpisah dari sel-sel pembentukan otot.
6
perut ibunya, yaitu dari mani, lalu menjadi alaqah (segumpal darah),
kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging), lalu dijadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu dibungkus dengan daging (lihat Al
Mu’minuun: 14).
BAB III
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Q.S An-Nahl (18): 78 diterangkan bahwa manusia ketika
dilahirkan pertama kali awalnya tidak mengerti apa-apa, dan kondisinya
sangat lemah sehingga membutuhkan orang lain untuk menolongnya
seperti dokter, bidan, perawat, dan orang tua kita. Pada ayat tersebut Allah
menegaskan bahwa sejak manusia lahir telah dibekali tiga kemampuan
dasar. Yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Ketiga bekal
tersebut Allah berikan agar manusia dapat mengembangkan dirinya sesuai
dengan petunjuk Allah dalam Al Qur’an sehingga dapat menjadi manusia
yang sempurna, yang dapat mengemban tugas sebagai khalifah di bumi
dengan baik.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-78#tafsir-jalalayn
https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-78#tafsir-quraish-shihab
https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-78#diskusi
https://tafsirq.com/40-al-mumin/ayat-67#tafsir-jalalayn
https://tafsirq.com/40-al-mumin/ayat-67#tafsir-quraish-shihab
https://tafsirq.com/40-al-mumin/ayat-67#diskusi
https://ashabul-muslimin.blogspot.com/2016/11/penjelasan-nahl-ayat-78-
manusia.html
http://ghufron-dimyati.blogspot.com/2017/02/tt2-c-1c-siklus-hidup-manusia-qs-
al.html