Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan pada Narapidana

Dosen Pembimbing
Ns. Uji Kawuryan, M.Kep

Disusun Oleh :
Dian Puspita
Christoforus Pratama
Indra Romario
Roy Sandi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REG SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat

dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Narapidana”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak

mendapatkan bantuan, saran, dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini

dapat terselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada dosen pembimbing ibu Ns. Uji Kawuryan, M.Kep.

Keluargaku tercinta yang telah banyak memberikan doa, motivasi dan dukungan.

Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan serta semua pihak yang telah memberikan

masukan dan dukungan dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i
STIK Muhammadiyah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Pontianak, Februari 2019

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................................................................1

A.Latar Belakang...............................................................................................................................................................................1

B.Rumusan Masalah......................................................................................................................................................................3

C.Tujuan.....................................................................................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................................................4

A.Pengertian..........................................................................................................................................................................................4

B.Etiologi...................................................................................................................................................................................................4

C.Masalah Kesehatan Narapidana....................................................................................................................................7

D.Klasifikasi............................................................................................................................................................................................8

E.Penatalaksanaan..........................................................................................................................................................................9

BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................................................12

A. Konsep Askep pada Narapidana..............................................................................................................................12

B. Asuhan Keperawatan pada Narapidana............................................................................................................16

BAB IV.......................................................................................................................................................................................................26

PENUTUP................................................................................................................................................................................................26

A.Kesimpulan.....................................................................................................................................................................................26

B.Saran.....................................................................................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................................................27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kunci keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup adalah ketika seseorang mampu

mempertahankan kondisi fisik, mental dan emosionalnya dalam suatu kondisi yang optimal

melalui pengendalian diri, peningkatan aktualisasi diri serta selalu menggunakan

mekanisme koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah. Setiap individu memiliki

kekuatan, martabat, tumbuh kembang, kemandirian dan merealisasikan diri, potensi untuk

berubah, kesatuan yang utuh mulai dari bio psiko sosial dan spiritual, perilaku yang berarti,

serta persepsi, pikiran, perasaan dan gerak. Keseluruhannya merupakan suatu rangkaian

yang tidak terpisahkan (Jaya, 2015).

Menurut WHO kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang

kesehatan jiwa dalam pasal 1 menyebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi dimana

seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja

secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk kelompoknya.

Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera dikaitkan dengan kebahagiaan,

kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme, atau harapan. Kesehatan jiwa melibatkan

sejumlah kriteria yang terdapat dalam suatu rentang. Kriteria sehat jiwa yaitu, sikap positif

terhadap diri sendiri, berkembang aktualisasi diri dan ketahanan diri, integrasi, otonomi,

persepsi sesuai realitas, dan penguasaan lingkungan (Stuart, 2017).

Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh
individu yang menyebabkan distres, disfungsi, dan menurunkan kualitas
kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan bukan sebagai
akibat dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (Stuart, 2017).
Menurut Purnama, Yani, & Titin (2016) mengatakan gangguan jiwa adalah seseorang

yang terganggu dari segi mental dan tidak bisa menggunakan pikirannya secara normal.

1
2

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS

(Lembaga Permasyarakat). Narapidana bukan saja objek melainkan subjek yang tidak

berbeda dari manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan atau

kekilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Oleh karenanya,

yang harus diberantas adalah factor, factor yang dapat menyebabkan narapidana berbuat

hal-hal yang bertentangan dengan hokum, kesusilaan, agama, atau kewajiban- kewajiban

sosial lain yang dapat dikarenakan pidana (Malinda, Anggun 2016:26).

Seseorang yang terpaksa tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani

hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Mereka akan mengalami kesulitan

untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap

mengikuti aturan-aturan yang berlaku di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga

harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk

tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Hal tersebut akan menyebabkan

seseorang mendapatkan tekanan karena hidup di dalam lembaga pemasyarakatan yang

mengakibatkan mereka menjadi stres. Jika seseorang sudah mengalami stres berat, ia akan

beresiko untuk membahayakan diri sendiri maupun orang lain bahkan dapat terjadi

percobaan bunuh diri.

Stres merupakan hal yang menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres juga

merupakan tanggapan atau reaksi tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya

yang bersifat non spesifik. Namun, di samping itu stres dapat juga merupakan faktor

pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau penyakit. Faktor-faktor

psikososial cukup mempunyai arti bagi terjadinya stres pada diri seseorang. Kehidupan

narapidana di lembaga pemasyarakatan juga selalu dijaga oleh petugas. Seluruh aktivitas

akan selalu diawasi oleh para petugas sehingga mereka merasa kesulitan untuk beraktivitas

dan selalu merasa dicurigai karena dipantau oleh petugas. Para narapidana ini merasa

dirinya tidak berguna ketika hidup di lembaga pemasyarakatan karena tidak dapat berbuat

apa-apa. Mereka juga memikirkan kehidupan setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan.

Mereka berpikir bahwa dirinya sudah dianggap penjahat oleh orang-orang sekitar sehingga

tidak mau untuk bersosialisasi dengan komunitas. Mereka juga akan merasa dirinya sulit

mendapatkan pekerjaan karena masa lalunya yang pernah ditahan di lembaga

pemasyarakatan dan sudah dianggap penjahat. Ini dapat mengakibatkan mereka merasa

dirinya tidak berguna lagi sehingga akan berdampak pada psikologisnya berupa penurunan

harga diri.
3

Stres dan harga diri rendah sangat berhubungan dan harus segera ditangani. Apabila

stres dan harga diri rendah sudah terjadi pada seorang individu, ini akan mempengaruhi

seseorang dalam berpikir dan akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut

sehingga menjadi tidak efektif. Bila kondisi seorang individu dengan stres dan harga diri

tidak ditangani lebih lanjut, akan menyebabkan individu tersebut tidak mau bergaul dengan

orang lain, yang menyebabkan mereka asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga

dapat muncul risiko perilaku kekerasan. Selain dapat membahayakan diri sendiri,

lingkungan, maupun orang lain juga dapat terjadi percobaan bunuh diri pada individu yang

mengalami stres dan harga diri rendah.

Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam
memberikan pelayanan kesehatan di LP dalam bentuk “Correctional setting” .
perawat memberikan pelayanan secara menyeluruh. Warga binaan memiliki hak
untuk mendapatkan kesejahteraan kesehatan baik fisik mauapun mental selama
masa pembinaan. Namun hal tersebut kurang mendapatkan perhatian. Kenyataannya
banyak narapidana yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress,
depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pada narapidana ?
2. Apa faktor penyebab pada narapidana ?
3. Bagaimana klasifikasi pada narapidana
4. Apa masalah kesehatan pada narapidana
5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada narapidana ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pada narapidana
2. Untuk mengetahui faktor penyebab pada narapidana
3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana?
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada narapidana
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau


sanksi lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang
menjalani hukuman karena tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga

pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima atau

masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib dilapor yang

prosesnya meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan uang yang dibawa,

pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari dan pembuatan berita

acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang sudah

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang ditahan dirutan dengan

cara tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana

(KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan untuk

disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah Penyidik, Penuntut Umum,

Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP Penahanan hanya dapat dilakukan

terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana termasuk pencurian. Batas waktu

penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110 hari sesuai kasus dan ketentuan

yang berlaku.

B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan


bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara

4
11

bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan


dan lain sebagainya.
3. Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB

Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill dengan

pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan

yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan

rekreatif. Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan

keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja.Ketrampilan

khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa ketrampilan

hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,

kerajinan sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.


BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Konsep Askep pada Narapidana


a. Pengkajian
1. Identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Tanggal dirawat
5) Tanggal pengkajian
6) Nomor rekam medis
2. Faktor predisposisi
1) Genetik

2) Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan


sistem neurotransmiter.
3) Teori virus dan infeksi
3. Faktor presipitasi
1) Biologis
2) Sosial kutural
3) Psikologis
4. Penilaian terhadap stress
5. Sumber koping
1) Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )
2) Pencapaian wawasan
3) Kognitif yang konstan
4) Bergerak menuju prestasi kerja
6. Mekanisme koping

1) Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses


informasi dan pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam
upaya mengelola anxietas)

12
13

2) Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang


membingungkan dengan menetapkan tanggung jawab
kepada orang lain)
3) Menarik diri
4) Pengingkaran

b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada narapidana


1. Harga Diri Rendah

c. Harga Diri Rendah

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang


diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya
dengan ideal diri. (Gail. W. Stuart, 2007).
Tanda dan gejala dari HDR meliputi DS dan DO yaitu :
DS:
1. Mengejek dan mengkritik diri.

2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri


sendiri.
3. Menunda keputusan.

4. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk


mengakhiri hidup.
5. Perasaan tidak mampu.
6. Pandangan hidup yang pesimitis.
7. Tidak menerima pujian.
8. Penurunan produktivitas.
9. Penolakan tehadap kemampuan diri.

1. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan


penggunaan zat.
2. Kurang memperhatikan perawatan diri.
3. Berpakaian tidak rapi.
4. Berkurang selera makan.
5. Tidak berani menatap lawan bicara.
6. Lebih banyak menunduk.
14

7. Bicara lambat dengan nada suara lemah.


8. Merusak atau melukai orang lain.
9. Sulit bergaul.
10. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.

11. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan
halusinasi.

1. Faktor yang mempengaruhi harga diri


2. Faktor yang mempengaruhi peran.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
4. Faktor biologis

Faktor presipitasi dalam HDR yang mana stressor


pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal, yaitu:
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

2. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang


diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
Rentang Respon

Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :


25

2019 Pendekatan dengan dengan perawat


Jam baik ,menerima klien O :
15.30 apa adanya - Klien mampu berbincang – bincang
Mengidentifikasi dengan perawat
perasaan dan reaksi -Klien mampu merespon tindakan
perawatan diri sendiri perawat.
Menyediakan waktu A : SP 2 tercapai
untuk bina hubungan P :
yang sopan Lanjutkan SP 3 adakan
Menberikan kontrak waktu pertemuan
kesempatan untuk berikutnya.
merespon
Anjurkan klien mampu

berkomunikasi,mampu
memulai berbicara dan
tidak janggung.
20 3. Mengidentifikasi S:
Februari kemampuan dan aspek Klien mengatakan cara penilaian
2019 positif yang dimiliki positif tidak boleh berfikir jelek
Jam dengan : terhadap orang lain,sopan santun dan
17.00 Membantu ramah yang diutamakan.
mengidentifikasi O:
dengan aspek yang Klien dapat mengungkapkan
positif perasaannya
Mendorong agar A : SP 3 teratasi sebagian
berpenilaian positif P :
Membantu lanjutkan SP 1 keluarga
mengungkapkan
perasaannya Anjurkan klien untuk

mempertahankan hubungan

saling percaya berinteraksi


secara terarah.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga

pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa

tinggal di lembaga pemasyarakatan karena menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi

psikologisnya. Mereka akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di

lembaga pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan-aturan yang berlaku

di lembaga pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya,

kehilangan barang dan jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan

pola seksualitasnya.

Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah faktor


ekonomi, faktor mental, dan faktor pribadi. Masalah kesehatan yang muncul pada
narapidana yang berada di lapas yaitu kesehatan mental dan fisik. Kebanyakan
masalah kesehatan terjadi pada narapidana wanita dan remaja karena adanya
koping tidak efektif. Penatalaksanaan pada narapidana yang mengalami gangguan
jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan, terapi kerja.
Perawat sebagai profesi yang berorientasi pada manusia mempuyai andil dalam

memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan kepada semua masyarakat

bahkan narapidana sekalipun, karena banyak narapidana yang mengalami gangguan

psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat (Butler, dkk. 2005).

B. Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan

khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang

dilakukan harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya

diberikan secara komprehensif, biopsikososial cultural dan spiritual.

26
DAFTAR PUSTAKA

Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking Terhadap Perempuan

dan Anak di Jawa Timur . Yogyakarta : Lappera Pustaka Utama.

Sumardi. Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok . Jakarta: Rajawali.

Halfiah. Fikri. (2009). Perdagangan Manusia. .


http://kubil.blogspot.com/2009/06/perdagangan- manusia.html.

Karundeng, Narwasti Vike.2005.Sosialisasi Penyadaran Isu Trafiking : APA ITU

TRAFIKING.[terhubung berkala] http://osdir.com/ml/culture.region.

indonesia.ppi- india/2005-03/msg01095.html(24 Februari 2011)

Anda mungkin juga menyukai