! " # $ %
Sonny Ogawa
'
Populer Post
Home Pendekar Rajawali Sakti Pesanggrahan Telaga Warna
Pendekar Buta
"Aaaaaa...!"
Zing! Zing!
Trang! Trang!
Desss...! Desss...!
"Heaaat!"
Dar! Dar!
"Ugkh...!" "Uhhh...!"
Tang! Tang!
Seketika gelang terbang milik Eyang Tantular mental tak
tentu arah. Bersamaan mentalnya senjata gelang terbang, Ki
Demong bergerak cepat menjatuhkan diri. Langsung
diserang Eyang Tantular dengan tendangan seperti baling-
baling.
Bed! Bed!
"Hiaaa...!"
"Kalau begitu mari kita cari dia.... Siapa tahu masih ada di
sekitar sini...!" ajak Wisnupati, penuh semangat.
DUA
Wuttt...!
Dugkh!
"Sheaaat...!"
Trang...!
"Fruhhh...!"
Blarrr...!
Desss...!
"Hugkh...! Fhruuuh...!"
Wuuttt...!
"Fruhhh...!" Wussst...!
"Chiaaat...!" Bletakkk!
Desss...!
"Sheaaa...!"
Werrrt...!
"Greeengh...!"
"Aaaghrrrh!"
"Baiklah....."
"Aaakh...!" "Aaa...!"
"Aaakh...!
Wusss...!
"Aaakh...!"
Set! Set!
Dengan memutar pedang bagaikan baling-baling, laki-laki
setengah baya itu berusaha membabati binatang beracun.
Bahkan tiba-tiba tubuhnya melenting ke atas. Setelah
membuat putaran beberapa kali, tubuhnya meluruk dengan
pedang menderu-deru mengancam ke seluruh tubuh si
Manusia Tengkorak. Walau mendapat serangan berbahaya,
si Manusia Tengkorak yang sebenarnya bernama Rara
Wulan itu masih dapat menangkis dengan melecutkan
selendang hijau yang sebelumnya melilit pinggang.
Ctar! Ctar!
"Yeaaat!"
TIGA
"Kau selalu ingin jadi muridku saja...! Bodohnya kau ini! Aku
ini hanya orang pemabukan yang tidak memiliki apa-apa....
Apa yang kau harap dariku....? Ilmu yang kumiliki hanya pas-
pasan. Cari guru yang lain saja, supaya kau jadi orang besar
kelak...," ujar Pemabuk Dari Gunung Kidul santai.
"Sialan kau, Jaka Tawang! Jalan ini, mati.... Yang itu, mati
juga...," omel laki-laki tua itu.
Bletaks!
"Adhauuu...!"
"Hadaaawww...!"
"Geglug..!"
"Fruuhhh...!"
Wuuuttt!
Wuuttt..!
Begkh...!
"Wadauuh...!"
"Heyaaat!"
Tang! Tang!
Gdebuk! Blugk!
********************
EMPAT
"Sheaat...?!"
"Yeaaat...!"
Des...! Desss...!
"Aaakh...!"
Akibatnya, para tokoh persilatan itu berpelantingan kesana
kemari bagaikan daun kering dihempas badai. Beberapa
tokoh kelas tinggi yang menyaksikan sampai berdecak
kagum.
********************
Blammm...!
"Aaa...!"
Dua buah perahu kontan terpecah belah oleh hantaman
benda bulat kecil yang ternyata bahan peledak yang cukup
dahsyat. Penumpangnya langsung terlempar tanpa
bernyawa lagi dalam keadaan sangat menyedihkan. Tubuh
mereka hancur berkeping-keping. Air telaga seketika
berubah merah.
LIMA
"Ha ha ha...! Lucu sekali orang tua pikun ini.... Dia agaknya
belum kenal siapa kita...," ejek salah seorang.
"Tidak perlu banyak cakap...! Singkirkan saja orang tua tak
tahu diri itu...!" seru seorang laki-laki setengah baya
berpakaian serba hitam sambil menuding Ki Demong
dengan pedangnya.
"Heaaat!"
"Ciaaat!"
"Wuaaa...!"
Byur! Jebyurr!
"Serbuuu...!"
"Fruuhhh...!"
"Wuayaaa...!"
Crap...!
Trang!
Trang!
"Shaaat!"
Wusss...!
Blarrr...!
Byurrr...!
Brakkk..!
Tap! Tap!
Wuttt!
Tap!
Byurr! Byuuurrr!
"Ha ha ha...!"
********************
"Heaaat...!"
Trang! Trang!
Beberapa bentrokan keras terjadi. Ada dua bilah pedang
yang terlepas dari genggaman pemiliknya. Bisa
dibayangkan, betapa besar tenaga dalam si Lutung
Pancasona. Sebelum mereka sadar, dua bilah pedang
pendek yang tajam milik Ki Samba telah berkelebat cepat
menemui sasaran.
Bret! Bret!
"Wuaaa...!"
Tap!
Sayang, justru gerakan itu ternyata hanya tipuan dari Ki
Samba. Karena mendadak saja pedang pendeknya yang
satu lagi berkelebat dari bawah menuju sikut tangan Tosa
yang tengah mencengkeram tangan Ki Samba. Dan....
Crasss...!
"Ciaaat!"
Crasss...!
Blesss...!
"Aaa...!" Dan tanpa dapat dicegah lagi, pedang pendek itu
menembus dada penyerangnya yang kontan ambruk di
belakang Lutung Pancasona. Ketika pedang dicabut
kembali, pembokong itu jatuh bermandikan darahnya
sendiri.
Zing...! Creb...!
Trang!
"Ciaaat...!"
Pada saat yang gawat bagi Sri Kundalini, Sri Agni Kumala,
Sri Padmi, tahu-tahu muncul laki-laki tua dengan senjata
guci dan seorang pemuda bersenjata clurit perak. Dua orang
yang tak lain Ki Demong dan Wisnupati membantu gadis-
gadis ini menahan serangan orang-orang persilatan
golongan hitam. Dengan bantuan guru dan murid itu
keadaan jadi berimbang kembali. Bahkan ketiga gadis itu
mengamuk dengan pedang di tangan.
"Yeaaat!"
Brebet!
"Aaa...!"
"Fruhhh...!"
Wusss!
"Waaa...!"
ENAM
"Ciaaat...!"
Trang! Trang!
"Haaat!"
Trang!
Cras! Cras!
"Aaakh...!"
Crasss...!
"Hiaaa...!"
Trang!
"Heaaa...!"
Wuuut! Wuuut!
Plak!
Wuuuttt...!
Desss...!
Prakkk...!
"Yeaaa...!"
Trak! Trak!
Desss...!
"Aaakh...!"
Cras! Crass...!
"Aaakh..,!"
Trak! Trak!
Gerakan guru dan murid yang acak-acakan dan lucu ini telah
membuat kedua orang cebol itu jadi hilang akal. Nyatanya
memang kepandaian Sepasang Iblis Cebol itu masih di
bawah Ki Sabda Gendeng dan Jaka Tawang.
"Wuaaa...!"
"Aaa...!"
Set! Set!
"Hiih...!"
Wuttt...!
Tes! Tesss...!
Ctar!
Set! Set!
Blug! "Hegh...!"
TUJUH
Bret!
"Sheaaat...!"
Des...! Desss...!
"Aaakh...!"
"Adauuwww...!"
"Fruuhhh...!"
Tetapi, orang tua yang gila catur itu tidak akan mau diatur.
Dengan berteriak keras, serangannya malah diperhebat.
Dikeroyok tiga orang yang memiliki kepandaian tinggi. Rara
Wulan jadi terdesak hebat. Permainan selendangnya tidak
dapat berkembang. Malah semakin lama jangkauan
serangannya jadi semakin kecil.
Brebet!
Diegkh...!
Diejek seperti itu, Rara Wulan jadi kalap. Dia juga sadar,
walaupun ingin lari, jalan keluar telah tertutup. Maka
bagaikan seekor harimau yang terpojok, si Manusia
Tengkorak ini mengamuk dengan terpincang-pincang.
Ditepaskannya satu tendangan lurus ke arah Ki Demong.
Namun....
Crab!
"Aaakh...!"
Cras...!
Bug!
Desss...!
"Ughhh...!" Tak dapat ditahan lagi, tubuh Rara Wulan kembali
jatuh terjengkang dan langsung pingsan. Ki Demong yang
mempunyai dendam, bermaksud menghabisinya. Namun...
"Tahaaan...!"
Ctrakk!
"Ohhh...!"
"Mengapa...?"
********************
DELAPAN
Brebet...!
"Waaa...!"
"Aaah...!"
"Tidak...!"
"Jangan tertalu memaksakan diri. Kalau lelah, biar kita
istirahat dulu...," ujar Rangga.
"Aku memang tidak sakit. Tentu saja kau tidak kenal aku,
karena aku murid baru.... Kedua saudara kami inilah yang
sakit...," sahut Rangga sambil menepuk bahu Wismoyo dan
Panjalu.
"Heaat...!"
"Ciaaat!"
Kedua orang Perguruan Rajawali Perak menyerang sekuat
tenaga pada Tabib Kwe Ceng Kian. Tetapi, ketujuh pengawal
tabib itu segera melindungi dengan jalan menahan semua
serangan. Bahkan mereka mengadakan serangan balik.
Wusss...!
Bruakkk...!
Cras! Bret!
"Waaa..!"
Werrr!
"Wuaaa...!"
Plak! Trak!
"Aaa...!"
Werrr...!
"Haaat!"
Bret!
"Aaakh...!"
Rangga berhasil menyambar wajah tabib itu. Ternyata wajah
Tabib Kwe Ceng Kian menggunakan topeng karet. Tampak
wajahnya yang masih muda dengan mata sipit. Rangga
semakin yakin dengan dugaannya kalau Tabib Kwe Ceng
Kian adalah tokoh persilatan dari daratan Cina. Melihat ini,
Rangga teringat kata-kata Rara Wulan, tentang orang yang
telah mencuri pedang pusaka miliknya.
Tak!
Pedang Kwe Ceng Kian kontan putus. Pada saat yang sama,
Pendekar Rajawali Sakti telah merubah jurusnya menjadi
'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa. Tangannya terus
berkelebat sambil meluruk deras. Dan....
Prak!
SELESAI
0 3 0 0 0
) Previous Next (
Geger Di Telaga Warna Penghuni Kuil Emas