Anda di halaman 1dari 8

Analisis Dampak Lingkungan Terhadap Pengolahan Pertambangan Pasir Besi di Pantai Glagah Kulon

Progo

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keadaan lingkungan untuk sekarang ini patut di perhatikan, dimana masalah yang dihadapi manusia
untuk tahun terakhir ini adalah terkait dengan kerusakan lingkungan. Akibat dari kerusakan
lingkungan itu sendiri bisa berdampak untuk generasi masa depan. Kerusakan lingkungan sering kali
dikarenakan ulah tangan manusia bahkan dari instrumen perusak lingkungan yang lain. Kejadian
tersebut sering kali menimbulkan rasa kesal akan keadaan lingkungan yang kian hari makin rusak
oleh golongan yang tidak bertanggung jawab. Dan biasanya golongan tersebut tidak menyadari
dampak dari lingkungan yang dirusak.

Fokus utama yang menjadi perhatian dikalangan lokal maupun internasional adalah terkait dengan
masalah lingkungan. Keseriusan dari dampak lingkungan ini lah yang kemudian melahirkan beberapa
konsep untuk beberapa negara terkait dengan perencanaan pengolahan lingkungan yang baik,
efiesiensi, efektif serta berkelanjutan. Menurut Brundtland dalam (Purnomo, 2016) pembangunan
berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip
“memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah
bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan
ekonomi dan keadilan sosial. Ada 3 aspek dalam menunjang sustainable development yaitu
lingkungan, sosial dan ekonomi. Konsep ini muncul sebagai acuan dalam mengolah sebuah
pembangunan dan tetap mengedepankan generasi yang akan datang. Konsep ini juga bertujuan
untuk melihat kebutuhan sekarang tanpa merusak kebutuhan yang akan datang.

Manusia sadar maupun tidak sadar terkadang memberikan dampak rusak bagi lingkungan. Bahkan
kaum bawah hingga kaum elit pun bisa melakukan kerusakan bagi lingkungan. Contoh saja
penambangan pasir yang dilakukan kaum wirausaha dan memanfaatkan pasir dengan cara
mengeruk sebanyak-banyaknya demi keuntungan pribadi maupun perusahaan tanpa
memperhatikan dampak yang akan datang dan masyarakat di sektiar. Mereka hanya mementingkan
personal maupun perusahaan dalam mencari keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini yang kemudian
dapat menghancurkan lingkungan sekitar dan ekosistem yang ada

Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang terkenal dan memiliki berbagai
kekayaan lingkungan dan alam yang sangat berlimpah. Kekayaan lingkungan tersebut dimanfaatkan
masyarakat sekitar dan pemerintah untuk membangun berbagai wisata. Selain itu Yogyakarta
terkenal dengan keindahan alamnya, namun seiring berjalannya waktu kekayaan dan keindahan di
DIY akan semakin teriris dan beralih fungsi menjadi pusat perekonomian bagi kaum inverstor -
investor, baik lokal maupun luar. Perubahan tersebut bisa dikarenakan oleh para pengusaha yang
ingin memanfaatkannya dengan mencari keuntungan belaka. Salah satu kawasan yang di perhatikan
para investor adalah kawasan pantai selatan, kawasan ini terkenal dengan kandungan pasirnya yang
mengandung besi yang berlimpah. Lebih sempitnya adalah Pantai Glagah yang terletak di desa
Temon, Kulon Progo menjadi salah satu lokasi yang terancam akan ekosistem lingkungannya karena
banyak pihak yang akan mengambil alih keuntungan dari kandungan pasir besi tersebut.
Pasir besi adalah salah satu sumber daya mineral yang mengandung Fe203, SIO2,Mg0 dan ukuran
beton 80-200 mesh sangat berpotensi digunakan sebagai penganti semen dalam produk beton yang
berkelanjutan (Utami, 2009) . Pasir besi ini jika diolah mampu menghasilkan bahan pembuatan
semen. Penelitian membuktikan bahwa kegunaan pasir besi sebesar 80% dapat memberikan
kekuatan lebih pada beton sebanyak 28,41% jika dibandingkan dengan beton normal. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan sifat filler dan kimiawi pasir besi yang mengandung sio2 sehingga memperkuat
semen sebagai bahan pengikat. (Utami, 2009)

Pertambangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 1 tentang
pertambangan mineral dan batubara adalah seluruh atau sebagian tahapan sebuah kegiatan dalam
rangka pengelohan dan pembongkaran yang meliputi eksplorasi, pengembangan, konstruksi,
produksi, dan pengolahan. Pertambangan merupakan sektor yang strategis dimana di beberapa
daerah kegiatan ini menjadi salah satu tulang punggung untuk pendapatan daerah . ekploitasi,
pembongkaran dsb kemudian diangkut dari suatu endapan mineral berdasarkan ketentuan secara
efektif dan ekonomis dengan memanfaatkan Tekhnologi mekanik dan alat lain yang mendukung
kinerja dengan tekhnologi yang semakin berkembang (Sulton, 2011)

Perkembangan pembangunan di dalam sektor pertambangan adalah mendapatkan sumberdaya


mineral dan energi yang digunakan sebaikbaiknya, dalam artian adalah mampu menghemat dalam
menggunakan sehingga mampu berguna untuk kepentingan kesejateraan masyarakat. Hal tersebut
karena sumberdaya mineral dapat digolongkan sebagai sumber daya yang tidak dapat diperbarui.
Oleh sebab itu, pengguna harus memperhatikan kelestarian lingkungan yang nantinya dapat
digunakan di generasi yang akan datang (Sulton, 2011).

Salim (dalam Sulton 2011) mengemukakan pandanganya terkait paradigma baru kegiatan
Perindustrian tambang adalah lebih mengacu kepada sebuah cara maupun strategy pertambangan
yang tetap memperhatikan lingkungan yang berkelanjutan yang meliputi: pertama, Penyelidikan
secara umum. kedua, Ekspolrasi yang terbagi menjadi dua bagian yaitu eksplorasi pendahuluan dan
eksplorasi secara rinci. ketiga, Studi kelayakan yang terdiri dari studi kelayakan teknis, ekonomi dan
lingkungan termasuk di dalamnya adalah studi tentang AMDAL, keempat, Persiapan produksi.
kelima, Kegiatan pernambangan seperti pembongkaran, penimbunan, pengangkutan, pemuatan dll.
Keenam. Melakukan reklamasi dan tata kelola lingkungan. Ketujuh, Pengolahan.

Kedelapan Melakukan ekstraksi atau pensterilan hasil tabang. Kesembilan Pemasaran. Sepuluh,
Penyelesaian.

Dari pembahasan dari latar belakang diatas, penulis ingin mencari tahu bagiamana penyalahgunaan
lingkungan dalam pengolahan tambang pasir besi di wilayah pantai glagah Kulon Progo. Tulisan ini
akan merinci apakah pengelolaan pasir besi ini mengedepanlan suistebelity development dengan
memunuhi 3 aspek dari lingkungan, sekonomi dan sosialnya. Kemudian penulis akan menambahkan
peran pemeritah dalam mengelola pasir besi di pantai Glagah ini.

2. TEORI

a. Pertambangan

1. Pengertian pertambangan

Pertambangan menurut Kementrian Tahun 2014 adalah sebagian atau tahapan kegiatan yang
berisikan penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang didalamnya ada
eksplorasi, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pengangkatan serta kegiatan pascatambang.
Pertambangan itu sendiri merupakan sektror yang strategis, dimana dibeberapa daerah
pertambangan dijadikan tulang punggung pendapatan daerah. Sedangkan mineral adalah sebuah
senyawa organik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu dengan
gabungan dan membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun padu (Hasyim, 2007)

2. Karakter perusahaan pertambangan

a. Ekspoitasi, sebuah usaha mencari, menemukan dan mengevaluasi bukti pada suatu wilayah
tambang dalam jangka tertentu seperti diatur dalam UU yang berlaku.

b. Pengembangan dan kontruksi, semua kegiatan untuk mengembangkan bahan cadangan


sampai diproduksi secara komersial. Sedangkan konstruksi adalah fasilitas untuk melaksanakan dan
mengkung sebuah kegiatan produksi.

c. Produksi, lebih kepada pengangkatan bahan baku galian yang kemudian di pasarkan dan
kemudian di olah.

d. Pengolahan, kagiatan yang ada disuatu daerah yang kemudian muncul dampak terhadap
lingkungan di sekitar lokasi, meliputi :

1. Pencemaran lingkungan, yaitu masuknya zat-zat, makhluk hidup dan komponen lainnya ke
dalam lingkungan dan adanya perubahan tatanan lingkungan sehingga keadaan lingkungan tersebut
menjadi tidak memiliki fungsi yang baik.

2. Perusakan lingkungan, suatu keadaan dimana lingkungan menjadi rusak akibat kegiatan
makhluk hidup yang tidak berkesinambungan dan melihat dampak yang ada.

b. Pasir Besi

Pasir besi adalah sejenis pasir yang memiliki warna abu-abu gelap lebih kehitaman dan memiliki
kandungan sejumlah titanium, siliki, mangan, kalsium dan vanadium. Pasir besi ini lebih banyak
menguntungkan karena cenderung mampu memanas di sinar matahari langsung. Namun dalam
pemanfaatanya masih belum maksimal. Di indonesia tidak banyak daerah yang memiliki kandungan
Pasir besi, hanya daerah tertentu seperti di Kulon Progo. Pasir besi tersebut mampu digunakan
bahan baku pembuatan semen. Sedangkan di luar negeri sudah mampu memanfaatkan pasir besi
dan sdiguanakn sebagai bahan baku baja.

c. Lingkungan

Lingkungan atau sering di sebut dalam bahasa Inggris (Environtment) dalam jurnal Eko Priyono
mengatakan bahwa lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau
organisme dan berpengaruh pada kehidupannya (Purnomo, 2016). Penyebab dari kerusakan
lingkungan biasanya dikarenakan ulah tangan manusia yang kemudian terjadinya bencana alam.

Upaya dalam menghindari terjadinya bencana dapat dilakukan dengan cara menurut (Hakim, 2014)
adalah :

1. Menanam kembali hutan yang gundul

2. Memperbanyak area hujau


3. Mengatur pembuangan, pengolahan dan daur ulang sampah

4. Menggunakan konsep “green building” ketika membangun bangunan.

5. Menghentikan dan menghindari eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam.

6. Memberikan sanksi yang tegas terhadap pelaku pencemaran dan pengrusakan lingkungan.

7. Melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

8. Mengajarkan dan mengkampanyekan pola hidup ramah lingkungan kepada masyarakat.

3. PEMBAHASAN

3.1 Aspek Lingkungan

Pertambangan pasir besi dapat digunakan sebagai aktifitas dalam memperoleh kebutuhan material
bahan bangunan yang diambil dari pesisir pantai. Aktifitas disini lebih kepada dampak negaif, dimana
kebanyakan aktifitas tambang pasir besi ini akan merusak ekosistem yang ada seperti terumbu
karang, pohon mangrove dan kehidupan laut lainnya. Dampak yang muncul dari pengolahan
tambang pasir besi ini perlu dikaji supaya damak negatif dapat di minimalisir. Tidak hanya kajian
dalam lingkup ekonomi dan sosial nya saja, tetapi harus memperhatikan lingkungan yang ada.

Pemerintah daerah kulon progo lebih melihat profit yang diperoleh dari pertambangan pasir besi,
namun tidak melihat dampak yang ada setelah pengolahan tambang besi ini. Padahal dampak
negatif lebih banyak khusunya bagi masyarakat di area pertambangan tersebut. Belum ada kebijakan
dari pemerintah terkait perbaikan lingkungan ekosistem laut dan pesisir pantai yang telah dirusak
oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dan hanya mencari keuntungan semata. Hal ini
dapat membuktikan bahwa perjanjian terkait reklamasi lahan hanya perjanjian diatas kertas putih.
Karena pemikiran kebanyakan para kaum kapitalis adalah mendapatkan untung sebanyak-banyaknya
tetapi tidak melihat kondisi lingkungan untuk kedepannya.

Keadaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah termasuk kawasan yang sering kali terkena
bencana alam. Menurut SER PWNU Jawa Timur, ada 11 masalah lingkungan yang muncul akibat
pertambangan besi di wilayah peisisr pantai yang akan mengalamin bencana alam dalam kurun
tahun belakangan ini. Jika proses pengolahan tambang Pasir besi ini terus dilakukan, maka dampak
buruk dari proses ini lebih besar daripada manfaat yang didapatkan oleh masyarakat sekitar pesisis
pantai. Ditambah lagi bahwa di Indonesia belum memiliki tekhnologi canggih terkait proses tambang
besi yang ramah akan lingkungan.

Kejadian yang ada di daerah lain seperti Pulau Ransang, Pulang Karimun dsb menjadi cermin bagi
masyararakat di Kulon Progo. Meskipun pertambangan ini mendapatkan untung yang besar namun
bagi lingkungan kedeoan sangat berdampak buruk, baik di lingkungan fisik, kimia, sosial ekonomi
maupun kebudayaan. Banyak kontra di berbagai daerah mengenai pembangunan pengolahan
tambang besi ini.

Dampak yang terjadi akibat aktifitas pengolahan tambang pasir besi yaitu:

1. Degradasi lingkungan pesisir dan abrasi pantai

Kabupaten Kulon Progo merupakan area yang kaya akan gumuk pasirnya, namun memiliki kondisi
rawan akan tsunami. Jika penambangan dilakukan dengan mine coast are maka pesisir ini beresiko
juga mengalami degradasi, padahal keadaan pasir besi ini seharusnya mampu meredam gelombang
air laut ketika terjadi tsunami. Hal itulah yang kemudian menjadi dampak negatif. Ketika dilakukan
pengolahan tambang pasir besi terus menerus maka akan terjadi tsunami dan menimbulkan korban
jiwa.

2. Air disekitar pesisir pantai menjadi keruh dan mengandung racun, apabila pengolahan
dilakukan dengan terus menerus dengan mengalirkan limbah air tambang langsung ke sungai maka
ekosistem akan mati. Selain itu juga akan berdampak dengan kesehatan masyarakat sekitarnya
karena pengolahan limbar air tersebut.

3. Terganggunya peningkatan ekonomi rakyat yang bermata pencaharian petani, sebagian


besar warga kulon progo memiliki matapencaharian sebagai petani. Namun sekarang ini lahan
mereka terancam karena pengolahan tambang pasir besi sehinga berpengaruh akan produksi petani
dan pendapatan petani.

4. Jika dikelola dalam jangka panjang, akan memicu lahan tersebut menjadi kritis dan susah
untuk dikembalikan kepada fungsi lahan sebelumnya. (Hidayat, 2016)

3.2 Aspek Sosial

Kepedulian dari lingkup masyarakat kemudian lahirlah komunitas yaitu WTT (Wahana Tri Tunggul)
sama dengan namanya, komunitas ini memiliki tiga komponen masyarakat di dalamnya. Unsur
tersebut adalah lingkup petani, pemilik lahan dan penggarap lahan. Mereka adalah orang-orang yang
menolak perngolahan pertambangan pasir besi ini. Mereka menuntut kepada pemerintah, tuntutan
tersebut adalah ketika pemprov menyampaikan visi misinya dari Bupati terkait konflik yang hampir 5
tahun belum terselesaikan. Pemprov menawarkan penyelesaian nya lewat jalur mediasi, namun
dengan waktu yang lama belum menemukan titik temu antara warga, investor dan pemerintah.
Selain itu iming-iming dari pemerintah yang akan memperkerjakan para petani namun hanya
omongan belaka, karena pemerintah menganggap bahwa pendidikan para petani rendah. Dari
beberapa dampak lingkungan yang terjadi, kemudian muncul dampak sosial yang terjadi dari
pengolahan tambang pasir besi.

Dampak sosial yang terjadi adalah:

1. Tergesernya kepentingan rakyat maka akan memicu muculnya konflik masyarakat dengan
perusahaan tambang.

Menurut Wasisto Raharjo, kepentingan yang ditarik ulur yang memicu adanya konflik antara
pemerintah provinsi dengan masyarakat. Tidak hanya tambang besi yang dijadikan isu namun juga
konflik agraria. Kemudian dapat di petakan bahwa munculnya konflik di kulon progo dan konflik
agraria. Jika konflik pasir besi lebih kepada perebutan kontestasi mineral antara penambang pasir
besi dan petani sekitar. Sedangkan konflik agraria, perebutan hak milik antara petani dengan
pemerintah.

(Hidayat, 2016)

2. Beralihnya metapencaharian petani menjadi pekerja tambang sehingga kebiasaan petani


harus beralih dengan terbiasanya bekerja secara fisik dan harus mendaptkan hasil yang maksmial,
bukan lagi masalah bercocok tanam.
3.3 Aspek Ekonomi

Dalam pengolahan Pasir besi di Yogyakarta ini menuai banyak pro dan kontra, seperti yang
diungkapkan Gubernur Provinsi DIY ketika di wawancarai oleh Tempo. Beliau memaparkan bahwa
proyek ini dalam jangka panjang akan menghasilkan perekonomian yang tinggi. Namun banyak juga
yang beranggapan bahwa Gubernur Provinsi DIY ini lebih disebabkan karena kepentingan ekonomi
dan politik. (Penambangan Pasir Besi dan Bandara Adisutjipto Harus Terealisasi, 2009).

Pertanyaan besar bagi masyarakat, apakah pendirian mega proyek pabrik penambangan pasir besi di
pesisir pantai mampu menaikan perekonomian masyarakat sekitar, atau mungkin memperkaya
kaum kapitalis?. Sudah hampir puluhan tahun, petani di sekitar penambangan ini menggarap sawah
dikawasan ini, namun tentang kepemilikannya belum jelas. Kebijakannya bahwa tanah disana
terangnya milik negara dan pemerintah juga mengkalim bahwa tanah di daerah pesisir selatan milik
keraton dan pakualaman. Dilihat dari indikatornya bahwa pembangunan tambang ini sangat
menggiurkan, karena proyek ini besar dan bisa untung besar. Namun di lapangan berbeda, karena
perekonomian pertambangan ini hanya untuk kaum elitis saja. Karena transaksi publik yang terjadi
hanya dilakukan dalam kekuasaan semata, sehingga hanya mensejahterakan kaum elit tidak
mensejahterakan kaum petani dan nelayan. Dampak dari aspek ekonomi adalah:

1. Meningkatnya pendapatan daerah hasil pengelolaan tambang pasir besi bagi pemerintah.
Hasil dari pengolahan pasir besi yang digunakan untuk bahan pembuatan semen ini berpotensi
dengan nilai jual yang tinggi sehingga keuntungan dari pemerintah maupun swasta jika mampu
mengelola tambang pasir besi ini dengan baik.

2. Menambah hasil pendapatan bagi petani yang bekerja di tambang besi ini.

3. Membuka lahan jual pedagang kecil di daerah pengolahan tambang besi.

4. PERAN PEMERINTAH

Pemerintah Kulon Progo bekerja sama dengan PT Jogja Magasa Iron (JMI) yang merupakan sebuah
perusuhaan patungan dengan perusahaan asal Australia (Indo Mines Limited). Investasi ini
diharapkan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan peluang kerja serta meningkatkan
kesejahteraan perekonomian masyarakat. Investasi ini disetujui karena jika proyek ini berhasil maka
indonesia akan mengurangi impor bahan baku baja (diperoleh dari data instansi pertambangan
Pemda Kulon Progo).

Pemerintah kabupaten Kulon Progo melakukan sosialisasi dengan tahapan pertama. Tahapan ini
awal dengan cara menyebarkan surat edaran kepada Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo.
kemudian diberikan kepada pemerintah Desa dan mengarahkan kepada masyarakat langsung
kepada penambang pasir besi di area pesisir pantai glagah. (Widodo, 2009) Untuk sosialisasi tahap
kedua, dengan cara pengambilan sempel besi untuk mengetahui kandungan biji untuk di tambang.
Namun dalam pelaksanaan tahap ini menuai banya pro dan kontra masyarakat, sehingga dibutuhkan
informasi yang jelas terkait AMDAL. Sosialisasi Pemkab juga dilakukan melalui face to face dengan
masyarakatnya dengan alat bantu LCD, brosur, maupun majalah. Namun cara ini belum mampu
meimplementasikan dengan baik, sehingga Pemkab melakukan sosialisasi melalui individual, yaitu
kepada tokoh masyarakat yang memerlukan.
Meskipun terkendala oleh waktu namun lebih komperehensif dengan cara ini. (Widodo, 2009)

Sosialisasi beberapa tahap yang dilakukan oleh Pemkab Kulon Progo dengan di bantu beberapa
elemen diharapkan mampu berjalan dengan rencana kerja, yaitu menyampaikan dan langsung
berasa efeknya dari masyarakat. Sehingga tidak ada lagi pertentangan antara pemerintah dengan
masyarakat.

KESIMPULAN

Masalah lingkungan merupakan masalah yang dapat berdampak untuk keberlangsungan di masa
depan. Seperti masalah yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo pantai
Glagah. Saat dibangun menuai banyak pro dan kontra, antara pihak pemerintah dengan masyarakat
khusunya petani dan nelayan di sekitar pantai. Karena dampak untuk kedepannya akan
mempengaruhi ekosistem dan kehidupan ekonomi yang sebelumnya bermata pencaharian sebagai
petani dan nelayan.

Dari ketiga aspek sustainable development, pembangunan tambang pasir besi yang akan di pakai
sebagai bahan pembuatan semen ini terbilang tidak sustainable. Karena dilihat dari ke tiga aspek
yaitu, ekonomi, lingkungan dan sosial sangat berpengaruh. Jika dari aspek ekonomi, masyarakat
sekitar akan kehilangan pekerjaan sebagai petani. Dari aspek sosial masih adanya konflik antara
masyarakat dengan pemerintah terkait dengan hak milik tanah. Sedangkan dari aspek lingkungan
jelas jika terus terusan di ekpolitasi akan berdampak pada kondisi alam sekitar. Seperti perusakan
ekosistem bawah laut.

Pemerintah sudah semestinya berhenti dari jeratan kaum kapitalis dan beranjak memperdulikan
masyarakat yang tidak di untungkan dengan kegiatan-kegiatan yang menguntungkan kalangan elitis
saja. Kebijakan pemerintah akan sangat menentukan bagaimana masyarakat di Indonesia khususnya
di jogja akan dibentuk maka dari itu kebijakan yang ada harus simetris dan berjalan lurus dengan
upaya mensejahterakan masyarakat. Segala aktivitasnya tidak lain adalah untuk masyarakat semata.

Segala elemen baik dari elemen masyarakat, LSM, peerintah, Perusahaan harus tetap berjalan
berdampingan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan bukanya ada beberapa pihak yang
membelot dan memilih jalur untuk merusak lingkungan demi sesuatu yang tidak sebanding
harganya, sinergisitas antar elemen adalah kunci untuk menjaga bumi agar tetap dalamkondisi yang
nyaman bagi para penguninya

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam tulisan dan mohon
maaf sebesar- besarnya apabila ada kata-kata yang tidak pantas. Terimakasih juga terucapkan bagi
segala elemen yangudah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini dan harapanya tulisan ini dapat
menginspirasi bersama. Mohon apabila ada kritik dan saran disampaikan. Trimakasih.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi. 2012. Hukum Pertambangan. Jakarta: Sinar Grafika

Hakim. (2014). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Faktor Recovery Ekonomi.

Hasyim, D. (2007). Hukum Lingkungan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Surakarta: Sebelas
Maret University Press.

Hidayat, T. (2016). Perencanaan Pengelolaan Tambang Pasir Besi di Kabupaten Kulon

Progo dalam Perspektif Good Governance. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), 108-109.

Penambangan Pasir Besi dan Bandara Adisutjipto Harus Terealisasi. (2009, maret senin).

Retrieved from Tempointeraktif:

www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/03/30/brk.20090330-167337.id.html

Purnomo, E. P. (2016). Implementasi CRS( C o r p o r a t e S o cial R e s p o n sibilit y )


PT.AgungPerdana DalamMengurangi DampakKerusakan Lingkungan (StudyKasus DesaPadangLoang,
Seppangdan DesaBijawangKec. UjungLoeKab. Bulukumba). Journal of Governance and Public Policy,
213.

Sulton, A. (2011). Dampak Kegiatan Pertambangan Bahan Galian Golongan Terhadap Kondisi
Kehidupan Masyarakat Desa. 18.

Utami, N. (2009). Kajian Sifat Fisik, Sifat Kimia dan Sifat Biologi Tanah Paka Tambang Galian C Pada
Tiga Penutupan Lahan (Studi Kasus Pertambangan Pasir (Galian C) di Desa Gumulung, Kecamatan
Astanjapura, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. 12.

Widodo, H. B. (2009). PERAN HUMAS PEMERINTAH DAERAH DALAM KASUS

PENAMBANGAN PASIR BESI DI KABUPATEN KULON PROGO. Jurnal Ilmu Komunikasi, 193.

Yunianto, B. (2009). Kajian Permasalahan Lingkungan Dan Sosial Ekonomi Rencana Penambangan
Dan Pengolahan Pasir Besi Di Pantai Selatan KulonProgo. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara,
5(13).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai