Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi peradangan sistemik
(inflammatory sytemic rection) yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri,
virus, jamur atau parasit. Selain itu, sepsis dapat juga disebabkan oleh adanya
kuman-kuman yang berproliferasi dalam darah dan osteomyelitis yang
menahun. Efek yang sangat berbahaya dari sepsis adalah terjadinya kerusakan
organ dan dalam fase lanjut akan melibatkan lebih dari satu organ.
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis
neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali tidak terpantau, tanpa
pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48jam.
(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku kedoktoran, jakarta : EGC)
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara
1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2005)..
B. ETIOLOGI
Mayoritas dari kasus-kasus sepsis disebabkan oleh infeksi-infeksi
bakteri gram negatif (-) dengan persentase 60-70% kasus, beberapa disebabkan
oleh infeksi-infeksi jamur, dan sangat jarang disebabkan oleh penyebab-
penyebab lain dari infeksi atau agen-agen yang mungkin menyebabkan SIRS.
Agen-agen infeksius, biasanya bakteri-bakteri, mulai menginfeksi hampir
segala lokasi organ atau alat-alat yang ditanam (contohnya, kulit, paru, saluran
pencernaan, tempat operasi, kateter intravena, dll.). Agen-agen yang
menginfeksi atau racun-racun mereka (atau kedua-duanya) kemudian
menyebar secara langsung atau tidak langsung kedalam aliran darah. Ini
mengizinkan mereka untuk menyebar ke hampir segala sistim organ lain.
Kriteria SIRS berakibat ketika tubuh mencoba untuk melawan kerusakan yang
dilakukan oleh agen-agen yang dilahirkan darah ini. Sepsis bisa disebabkan
oleh mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik,
anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus
Bakteri gram negative yang sering menyebabkan sepsis adalah E. Coli,
Klebsiella Sp. Pseudomonas Sp, Bakteriodes Sp, dan Proteus Sp.
Bakteri gram negative mengandung liposakarida pada dinding selnya
yang disebut endotoksin. Apabila dilepaskan dan masuk ke dalam aliran darah,
endotoksin dapat menyebabkan bergabagi perubahan biokimia yang merugikan
dan mengaktivasi imun dan mediator biologis lainnya yang menunjang
timbulnya shock sepsis.
Organisme gram positif yang sering menyebabkan sepsis adalah
staphilococus, streptococcus dan pneumococcus. Organime gram positif
melepaskan eksotoksin yang berkemampuan menggerakkan mediator imun
dengan cara yang sama dengan endotoksin.

C. PATH WAY

Injuri langsung Embolisme mikrovaskular Agregasi Edema paru neurogenik trauma ,


paru seluler mikrovaskular : platelet dan
hipoksia , dan intoksikasi
glanulosit

Embolisme mikrovaskular
Henti simpatik hipotalamus

Pelepasan dari febrinopeptida


dan asam amino
Vasokontriksi sistematis Venokonstriksi paru

Kerusakan endothelial dan


epitelium
Perubahan volume darah
menuju paru

Peningkatan permeabilitas
kapiler paru

Peningkatan tekanan hidrostatik

Edema paru

Peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan, penggunaan obat


Ketidakseimbangan ventilasi - bantu pernafasan
perfusi

Peningkatan kerja pernapasan, Respon sistemik dan psokologis


hipoksemia secara reversible

Gangguan pertukaran gas Intake nutrisi tidak Kecemasan keluarga,


adekuat, kelemahan, dan ketidakefektifan koping
keletihan fisik keluarga, dan ketidaktahuan
akan prognisis

Perubahan pemenuhan Kecemasan koping keluarga


nutrisi kurang dari tidak efektif ketidaktahuan
kebutuhan Gangguan informasi
pemenuhan ADL

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala umum dari sepsis adalah:
a. demam atau hypothermia
b. berkeringat
c. sakit kepala
d. nyeri otot
Pada pasien sepsis kemungkinan ditemukan:
a. perubahan sirkulasi
b. penurunan perfusi perifer
c. Tachycardia
d. Tachypnea
e. pyresia atau temperature <36oC
f. hypotensi
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi sepsis
secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi lumbal, analisis dan
kultur urin, serta foto dada. Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya
kuman pada biakan darah. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan
neutropenia dengan pergeseran ke kiri (imatur:total seri granulosit>0,2). Selain
itu dapat dijumpai pula trombositopenia. Adanya peningkatan reaktans fase
akut seperti C-reactive protein (CPR) memperkuat dugaan sepsis. Diagnosis
sebelum terapi diberikan (sebelum hasil kultur positif) adalah tersangka sepsis
(Mansjoer,2000:509).
F. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian menggunakan pendekatan ABCDE
1. Airway : yakinkan kepatenan jalan napas, berikan alat bantu napas jika
perlu (guedel atau nasopharyngeal), jika terjadi penurunan fungsi
pernapasan segera kontak ahli anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU.
2. Breathing: kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan, kaji saturasi oksigen, periksa gas darah arteri untuk
mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis, berikan 100%
oksigen melalui non re-breath mask, auskulasi dada, untuk mengetahui
adanya infeksi di dada, periksa foto thorak.
3. Circulation : kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan, monitoring tekanan darah, tekanan darah, periksa waktu
pengisian kapiler, pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar,
berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel, pasang kateter, lakukan
pemeriksaan darah lengkap, siapkan untuk pemeriksaan kultur, catat
temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36Oc, siapkan pemeriksaan urin dan sputum, berikan antibiotic spectrum
luas sesuai kebijakan setempat.
4. Disability: Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
kesadaran dengan menggunakan AVPU.
5. Exposure : Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d penurunan perfusi jaringan,
odema, syok, hemoragia
2. Tidak efektifnya perfusi jaringan b/d vasodilatasi ,penurunan curah
jantung dan defisit volume cairan.
3. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman
oksigen kedalam jaringan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual,
muntah, metabolisme meningkat.
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya perfusi jaringan b/d vasodilatasi ,penurunan curah
jantung dan defisit volume cairan.
Tujuan: Perfusi jaringan adekuat.
Intervensi :
 Observasi status cardiovascuker :frekuensi denyut jantung ,irama.
 Observasi status hemodinamik : vital sigh,CVP.
 Pantau intake output dan balance cairan.
 Kaji warna kulit ,suhu,sianosis, capilary refill.
 Pantau asidosis dan koreksi ketidakseimbangan
 Kolaborasi medis : pemberian cairan dan obat-obatan.
2. Risiko terhadap kerusakan integritas kulit b.d penurunan perfusi jaringan,
odema, syok, hemoragia
Tujuan : Integritas kulit dapat dipertahankan
Intervensi :
 Lakukan personal hygiene : mandi, oral hygiene dll
 Cegah tekanan dengan kasur anti dekubitus
 Lakukan alih baring tiap 2 jam
 Masage area yang tertekan
 Hindari efek membekas dari linen
3. Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas b/d terganggunya pengiriman
oksigen kedalam jaringan
Tujuan :
Intervensi :
I: Pertahankan jalan nafas dengan posisi yang nyaman atau semi fowler
R : meningkatkan ekspansi paru-paru
I: Pantau frekuensi dan kedalaman jalan nafas
R :pernapasan cepat dan dangkal terjadi karena hipoksemia, stress dan
sirkulasi endotoksin
I: Auskultasi bunyi nafas, perhatikan krekels, mengik
R : kesulitan bernafas dan munculnya bunyi adventisius merupakan
indikator dari kongesti pulmonal/ edema intersisial
I: Catat adanya sianosis sirkumoral
R : menunjukkna oksigen sistemik tidak adequate
I: Selidiki perubahan pada sensorium
R : fungsi serebral sangat sensitif terhadap penurunan oksigenisasi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual,
muntah, metabolisme meningkat
Tujuan :
Intervensi :
 Kaji BB dalam hubungannya dengan usia gestasi dan ukuran.
Dokumentasikan pada grafik pertumbuhan. Timbang BB setiap
hari.
 Pertahankan lingkungna termonetral, termasuk penggunaan
incubator sesuai indikasi. Pantau suhu pemanas bayi dan
lingkungan dengan sering.
 Lakukan pemberian makan awal dan sering serta lanjutkan sesuai
toleransi.
 Kaji toleransi terhadap makanan. Perhatikan warna feses,
konsistensi dan frekwensi, adanya penurunan subtansi, lingkar
abdomen, muntah dan residu lambung.
 Pantau masukan dan haluaran. Hitung konsumsi kalori dan
elektrolit setiap hari.
 Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, BJ urine,
kondisi membran mukosa dan fluktuasi BB.
 Pantau kadar Dextrosix segera setelah kelahiran dan secara rutin
sampai glukosa serum distabilkan.
 Kaji tanda-tanda hipoglikemia.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E.dkk. 2000. Rencana Perawatan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius FK UI.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan. Jakarta : Info
Medika Jakarta.
Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Pernapasan : Salemba

Anda mungkin juga menyukai