Makalah Kimfar Kelompok 3
Makalah Kimfar Kelompok 3
OBAT TRADISIONAL
Disusun Oleh :
Kelompok 3
PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kimia
farmasi ini.”obat tradisional dari daun kumis kucing dan daun jambu biji” dengan
tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
kerana itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
para pembaca apabila menemukan kesalahan atau kekurangan dalam penulisan
makalah kami, baik dari segi bahasanya maupun isinya demi lebih baiknya
makalah–makalah yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………. i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
Kesimpulan……………………………………………………………….. 24
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 26
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain
cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature Obat
tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama
dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak
orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau obat tradisional
relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Agar penggunaannya
optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang tanaman obat.
Informasi yang memadai akan membantu masyarakat lebih cermat untuk
memilih dan menggunakan suatu produk obat tadisional atau tumbuhan
obat dalam upaya kesehatan.
Tanaman kumis kucing dan daun jambu biji mudah sekali
ditemukan di seluruh nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh
sehingga mudah dikembangbiakan. Kumis kucing sudah digunakan
masyarakat untuk diuretik, pengobatan hipertensi, dan rematik. Pada
penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena inflamasi merupakan
manifestasi dari kerusakan jaringan. Sedangkan pada daun jambu biji
dipercaya memiliki khasiat sebagai anti oksidan dan juga dapat
menyembuhkan sembelit dan demam berdarah. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penulisan makalah ini ditujukkan untuk menjelaskan
senyawa apa yang dikandung oleh daun kumis kucing dan daun jambu biji
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemanfaatan tanaman kumis kucing dan daun jambu biji
sebagai obat tradisional?
2. Bagaimana teknik isolasi ?
3. Bagaimana uji bioaktivitas/efek farmakologis?
4. Bagaimana kandungan zat aktif pada tanaman kumis kucing dan daun
jambu biji?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemanfaatan tanaman kumis kucing dan daun
jambu biji sebagai obat tradisional.
2. Untuk mengetahui teknik isolasi pada tanaman kumis kucing dan daun
jambu biji.
3. Untuk mengetahui uji bioaktivitas atau efek farmakologis pada
tanaman kumis kucing dan daun jambu biji.
4. Untuk mengetahui kandungan zat aktif pada tanaman kumis kucing
dan daun jambu biji.
D.
2
BAB II
ISI
3
2. Teknik isolasi
Penapisan fitokimia
Ekstraksi
Pemekatan dan pemantauan ekstrak
Fraksinasi I
Pemantauan
Fraksinasi II
Pemurnian
Uji kemurnian
a. Prinsip
1) Penapisan fitokimia berdasarkan pada analisa kualitatif kandungan
kimia dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan terutama kandungan
metabolit sekunder yang bioaktif.
2) Ekstraksi berdasarkan pada perpindahan masa komponen zat ke
dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar
muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
3) Pemekatan berdasarkan pada peningkatan konsentrasi dengan
membuang sebagian pelarut.
4) Pemantauan (ekstrak, fraksi, subfraksi) berdasarkan pada
mekanisme adsorbsi (Kromatografi Lapis Tipis).
5) Fraksinasi I berdasarkan pada proses adsorpsi, desorpsi, elusi, dan
perbedaan tekanan.
6) Fraksinasi II berdasarkan pada proses adsorpsi, desorpsi, elusi, dan
gravitasi.
7) Pemurnian berdasarkan pada mekanisme adsorpsi (Kromatografi
Lapis Tipis Preparatif).
4
8) Uji kemurnian berdasarkan pada adsorbsi senyawa pada plat KLT
dengan beberapa perbandingan eluen pada tingkat kepolaran
tertentu untuk mempertegas adanya senyawa tunggal.
Sinensetin
Sinensetin merupakan senyawa hasil metabolisme
sekunder. Senyawa yang disintesis mahkluk hidup (dalam hal in
tanaman) bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar melainkan
eksistensinya dalam berinteraksi dengan ekosistem (Sumaryono,
1994). keberadaan senyawa sinensetin dapat dijadikan sebagai
petunjuk adanya daun kumis kucing dalam campuran
(standarisasi), karena sinensetin merupakan golongan senyawa
yang paling stabil. Sinensetin merupakan golongan metoksiflavon,
salah satu jenis senyawa flavonoid yang terdapat didalam kumis
kucing (orthosiphon folium). Kandungan senyawa sinensetin
(3’,4’,5,6,7 pentametoksiflavon) didalam daun kumis kucing relatif
kecil sekitar 2,1 mikromol/ gram (bunga ungu) dan 2,9 mikromol/
gram (bunga putih). Sinensetin merupakan senyawa aglikon
5
flavonoid yang bersifat semipolar. Proses isolasi dan identifikasi
senyawa tersebut dengan menggunakan metode kromatografi
kolom dan KLT. Bahan penjerat silika gel, dan pelarut fase gerak
(eluen) yang dapat ditentukan dengan cara coba-coba dengan
metode KLT. Proses ekstraksinya dengan menggunakan maserasi
dan pelarut metanol-air (Sumaryono, 1994)
1) fitokimia
Sebelum dilakukan ekstraksi, perlu dilakukan penapisan fitokimia
untuk mengetahui senyawa golongan apa saja yang terdapat didalam
simplisia tersebut. Penapisan dilakukan terhadap beberapa golongan
senyawa, diantaranya alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, tanin,
saponin, dan kuinon. Berikut cara untuk melakukan penapisan
fitokimia :
a) Alkaloid
6
tabung reaksi yang berbeda ditambahkan pereaksi Dragendorf dan
pereaksi Mayer. Simplisia dikatakan mengandung alkaloid jika pada
pereaksi Mayer menghasilkan endapan putih dan pada pereaks
Dragendorff menghasilkan endapan jingga.
b) Flavonoid
7
Prinsip penapisan flavonoid adalah reaksi Cyanidin Willstatter yang
mendeteksi γ-benzopiron. Simplisia dilarutkan dalam air, disaring.
Filtrate ditambahkan bubuk Mg, HCl, dan amil alcohol. Jika terbentuk
warna merah, kuning atau orange pada lapisan amil alcohol, maka
simplisia tersebut positif mengandung Flavonoid. Warna yang
terbentuk tergantung jenis dan konsentrasi flavonoid dalam simplisia.
Warna yang terbentuk tidak harus merah, kuning atau jingga, cukup
bandingkan simplisia yang telah ditambahkan reagen dengan amil
alkolhol + air, jika terjadi perubahan warna, maka positif flavonoid.
Syarat agar dapat terdeteksi adalah adanya gugus γ-benzopiron dan
ikatan rangkap di C2 dan C3 agar dapat beresonansi dan dapat
membentuk rangka sianidin dengan H+
c) Saponin
8
d) Steroid/triterpenoid
e) Tannin
Simplisia dilarutkan dalam air, kemudian disaring. Filtrate dibagi
ke dalam 3 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambahkan
FeCl3 jika berwarna maka positif tannin. Namun FeCl3 tidak spesifik
untuk tannin, melainkan untuk semua senyawa golongan fenol. Pada
9
tabung kedua ditambahkan gelatin yang merupakan pereaksi spesifik
untuk tannin yang akan menghasilkan endapan putih jika mengandung
tannin. Jika didapatkan hasil yang negative tidak perlu dilanjutkan ke
tabung reaksi ketiga. Pada tabung reaksi ketiga ditambahkan Stiasny
(formaldehid:HCl=2:1) jika positif maka akan terbentuk endapan
merah muda (positif tannin katekat). Endapan disaring, filtrat
ditambahkan natrium asetat dan FeCl3 jika berwarna biru maka
merupakan positif tannin galat.
Asam galat yang direaksikan dengan HCl dan formaldehid, HCl
akan menghidrolisis menjadi asam galat+glukosa. Asam galat akan
bereaksi dengan FeCl3 yang akan membentuk warna biru. Tannin
katekat merupakan polimer dari flana-3-ol. HCl akan memutuskan
ikatan antar polimer menjadi polimer flavan-3-ol. Formaldehid
membentuk jembatan antar flavan-3-ol membentuk senyawa besar
menjadi flobaven yang membentuk endapan pink.
10
f) Kuinon
Simplisia dilarutkan dalam air, saring. Filtrate ditambahkan NaOH
jika warna menjadi merah maka positif kuinon. Kuinon memiliki 2
golongan senyawa yang dapat menghasilkan positif palsu yaitu
flavonoid dan tannin, terutama tannin yang memiliki monomer
flavan-3-ol dan flavonoid yang memiliki –OH di C 4’ Uji positif
palsu kuinon dapat dilakukan dengan pada penapisan flavonoid,
lapisan air diambil dan uji penapisan tannin dengan gelatin. Ketika
terjadi pengendapan, disaring sehingga larutan bebas dari flavonoid
dan tannin. Kemudian larutan tersebut diuji dengan NaOH.
2) Ekstraksi
Metode pembuatan ekstrak daun kumis kucing adalah dengan cara
maserasi dalam pelarut etanol 70 % yaitu :
Menyiapkan bejana untuk maserasi.
Menimbang sejumlah serbuk daun kumis kucing sebanyak
100 gram.
Memasukkan bahan ke dalam bejana maserasi, membasahi
dengan cairan penyari (10 bagian bahan dengan 75 bagian
penyari), aduk sampai rata, menutup dengan aluminium foil,
dan mendiamkan selama 5 hari dengan melakukan pengadukan
setiap harinya 2-3 kali/hari.
11
Menyaring rendemen dengan kertas saring, dan kemudian
menambahkan 250 ml etanol 70% pada bahan yang masih
terdapat pada bejana.
Memekatkan ekstrak pada rotary evaporator dengan suhu
60oC.
Mengeringkan dalam waterbath selama 1 hari (dengan
pemberian label, dan sebelumnya mencatat cawan kosong).
Menghitung filtrat kering.
Adapun kelebihan dari metode maserasi yaitu alat dan cara
pengerjaan yang digunakan sederhana dan mudah untuk
diusahakan, tidak membutuhkan pengawasan yang intensif, dan
kelemahanya yaitu tidak dapat menyari dengan sempurna,
membutuhkan waktu yang relative lama. Cairan pelarut yang
digunakan adalah etanol 70% karena lebih selektif, tidak beracun,
kuman sulit tumbuh, netral, absorpsinya baik, etanol dapat
bercampur dengan air pada segala perbandingan, panas yang
diperlukan untuk pemekatan lebih sedikit.
3. Efek Farmakologis
Tanaman kumis kucing mengandung berbagai senyawa kimia,
salah satunya adalah flavonoid. Penelitian terhadap flavonoid dari
beberapa tanaman Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal
terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat mikrobiologi. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk
menginaktivasi organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan
mengatur perbaikan jaringan (Mycek dkk, 2001). Tubuh mendapat
manfaat dari inflamasi ini yaitu dengan memperbarui jaringan, melakukan
pembersihan dan perbaikan, sehingga menyebabkan peningkatan aliran
darah dan pembangunan jaringan baru (Aslid and Schuld, 2001).Inflamasi
biasanya terbagi dalam 3 fase yaitu: inflamasi akut, respon imun dan
inflamasi kronis.
12
Obat antiinflamasi adalah obat yang memiliki aktivitas menekan
atau mengurangi peradangan. Tanaman kumis kucing secara empiris telah
dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati gout dan rematik (Barnes et
al., 1996). Pada penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena
inflamasi merupakan manifestasi dari kerusakan jaringan. Penelitian yang
dilakukan Anindhita (2007) menunjukkan infusa herba kumis kucing
mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar.
Berbagai zat kimia ada pada tanaman kumis kucing ini, salah satu zat yang
terdapat dalam tanaman ini adalah flavonoid, baik flavonoid hidrofilik
maupun flavonoid lipofilik. Flavonoid yang terdapat pada tanaman kumis
kucing antara lain sinensetin, tetrametil sculaterin dan tetrametoksiflavon,
eupatorin, salvigenin, circimaritrin, piloin, rhamnazin, trimetilapigenin,
dan tetrametilluteonin. Kadar flavonoid lipofilik ini berkisar antara 0,2-
0,3%,sedangkan kadar flavonoid glikosida yang bersifat hidrofilik juga
sekitar itu. Flavonoid diketahui mempunyai aktivitas antiinflamasi (Barnes
et al.,1996). Hasil penelitian pada beberapa tanaman, diketahui flavonoid
mempunyai aktivitas antiinflamasi. Aktivitas antiinflamasi ini bisa terjadi
karena cincin bensopiron yang ada pada sruktur flavonoid bisa berikatan
dengan enzim siklooksigenase dan lipooksigenase, selain itu jika flavonoid
mempunyai gugus hidroksil pada C5 dan C7maka gugus ini jugabisa
berikatan dengan enzim lipooksigenase (Narayana et al., 2001).
Kandungan flavonoid lipofilik yang bersifat non polar, dan flavonoid
glikosida yang bersifat polar pada tanaman kumis kucing ini. Etanol bisa
menyari zat tersebut karena etanol merupakan pelarut universal yang bisa
menarik zat dari yang mepunyai kepolaran relatif rendah sampai relatif
tinggi. Ekstrak etanol daun kumis kucing memungkinkan mempunyai efek
antiinflamasi karena sebagian zat yang terdapat pada ekstrak etanol daun
kumis kucing sama dengan yang tersari dalam infusa herba kumis kucing,
dan telah diketahui penelitian infusa herba kumis kucing menunjukkan
efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar.
13
4. Kandungan zat aktif
Menurut Dalimartha setiawan (2008) kadar sinensetin dalam daun
kumis kucing yang tertinggi terdapat dalam daun tua yang berbunga ungu
(0,365%), sedangkan yang terkecil berasal dari daun muda yang berbunga
putih (0,095%). Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia
secara kualitatif untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung
dalam suatu tumbuhan.
Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit sekunder yang
memiliki khasiat bagi kesehatan seperti alkaloid, glikosida, flavonoid,
terpenoid, tanin, dan saponin (Harborne,1987). Adapun tujuan dilakukan
penapisan fitokimia adalah untuk mengetahui kandungan-kandungan yang
terdapat dalam bahan alam yang memberikan gambaran kemungkinan
aktivitas biologisnya. Penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak
kental herba kumis kucing adalah golongan saponin, flavonoid, steroid,
tanin dan alkaloid. Dari ke lima golongan yang dilakukan penapisan
fitokimia, ekstrak herba kumis kucing positif mengandung flavonoid,
saponin, steroid, dan tanin dan negatif untuk uji senyawa alkaloid.
14
b. Asam rosmarinat yang merupakan senyawa polifenol yang
terkandung didalam Orthosiphone stamineus juga dapat mencegah
oksidasi LDL. Quersetin juga dapat menurunkan konsentrasi plasma
aterogenik LDL teroksidasi pada manusia (Almatar et al.,2013).
Sinensetin yang merupakan senyawa marker dari tanaman ini diduga
memiliki pengaruh besar dalam memberikan aktivitas farmakologi.
Sinensetin dilaporkan dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis
dengan meningkatkan jumlah cAMP dijaringan adiposit (Kang, S.I et
al.,2015). Lipolisis jaringan adiposa merupakan proses katabolik yang
berperan dalam pemecahan trigliserida yang disimpan dalam sel lemak
dan juga berperan dalam pelepasan asam lemak dan gliserol.
c. Selain flavonoid, saponin juga menunjukkan kemampuan
menurunkan kadar kolesterol darah. Penelitian tentang efek saponin
menunjukkan bahwa saponin yang tidak terhidrolisis dapat
menurunkan penyerapan kolesterol, sedangkan saponin yang
terhidrolisis asam dapat meningkatkan kemampuannya untuk
menurunkan penyerapan kolesterol (Malinow et al.,1977). Efek
penurunan kolesterol oleh saponin tersebut berhubungan dengan
kemampuan saponin untuk membentuk insoluble complexes (micelles)
dengan sterol.Cara saponin menurunkan kolesterol darah adalah secara
langsung maupun tidak langsung yakni dengan menghambat absorpsi
kolesterol dari usus halus dan menghambat reabsorpsi asam empedu
Saponin juga dapat berinteraksi dengan asam empedu yang dapat
meningkatkan metabolisme kolesterol dalam hati yang pada akhirnya
menurunkan tingkat kolesterol dalam serum
d. Tanin yang tergolong senyawa polifenol yang memiliki aktivitas
antioksidan juga mempunyai efek yang menguntungkan pada fungsi
endotel yaitu dapat menurunkan oksidasi LDL dan meningkatkan
produksi nitrit oksida (Umaruddin et al.,2012). Dalam literatur lain
tanin mampu menurunkan kolesterol total, low density lipoprotein
(LDL), dan dapat mencegah LDL. Efek hipokolesterolemik dari tanin
15
disebabkan aksi antioksidan, yang menghambat inisiasi dan propagasi
radikal bebas yang menyebabkan teroksidasinya kolesterol LDL
(Auger et al, 2002 yang dikutip dari Felipedan Maria.,2007). Efek lain
dari tanin terhadap kolesterol juga terkait dengan penghambatan 3-
hidroksi-3-metilglutaril KoA reduktase yang merupakan enzim yang
diperlukan untuk biosintesis kolesterol (Chang, 2001yang dikutip dari
Felipedan Maria.,2007).
e. Dalam penapisan fitokimia yang dilakukan, Orthosiphone stamineus
juga mengandung steroid. Steroid merupakan senyawa organik yang
larut dalam lemak yang ditemukan secara alami dalam organisme
hidup
16
h. Menurunkan kadar kolesterol
i. Mengatasi kembung pada anak
j. Mengobati sariawan
17
dan 0.0371 mg/g sampel. Teknik ekstraksi yang digunakan ialah
maserasi dengan bantuan sonikasi menggunakan metanol-air.
Ekstraksi daun jambu biji ada beberapa cara antara lain :
a. Teknik ekstraksi 1: Maserasi (Erosa-Rejon et al. 2010) Sampel daun
diekstraksi dengan etanol pada suhu ruang selama 1 minggu.
Ekstraksi dilakukan sebanyak 3 kali. Ekstrak selanjutnya
dipekatkan dengan penguap putar.
b. Teknik ekstraksi 2: Maserasi dengan sonikasi (Tang et al. 2001)
Sampel daun diekstraksi dengan metanol-air (85:15) dengan
bantuan sonikasi selama 3 jam. Ekstraksi diulang sebanyak 3 kali.
Ekstrak kemudian dipekatkan dengan penguap putar hingga bebas
pelarut.
c. Teknik ekstraksi 3: Refluks (Zang et al. 2011) Sampel daun
ditambahkan dengan metanol 70% kemudian direfluks pada suhu
60-70ºC selama 3 jam. Ekstrak yang didapatkan selanjutnya
dipekatkan dengan penguap putar.
d. Teknik ekstraksi 4: Soxhlet (Loizzo et al. 2007) Sampel daun
ditambahkan dengan metanol 70%. Sampel daun selanjutnya
disoxhlet. Ekstrak kemudian dipekatkan dengan penguap putar.
18
nilai probit 5 untuk menentukan nilai LC50. Analisis probit
merupakan salah satu analisis regresi untuk mengetahui hubungan
konsentrasi-respon (persentase kematian sel) agar diperoleh persamaan
garis lurus sehingga dapat digunakan untuk menentukan harga LC50
dengan lebih akurat (Nurrochmad 2001). Senyawa kimia berpotensi
bioaktif jika mempunyai nilai LC50 kurang dari 1000 ppm (Meyer et
al. 1982). Berdasarkan nilai LC50 yang ditunjukkan pada Tabel
berikut :
Tabel. Kadar Flavoniod Totol Ekstrak Daun jambu biji
19
sedangkan khusus daun jambu biji mengandung minyak atsiri, eugenol dan
damar disamping zat-zat mineral lain yang banyak terdapat didalam buah.
Daun jambu biji mempunyai zat aktif diantaranya adalah minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, tanin, dan pektin. Selain itu tanin juga dapat menyerap
racun dan menggumpalkan protein. Dalam penelitian terhadap daun kering
jambu biji yang digiling halus diketahui kandungan taninnya sampai
17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya,
senyawa itu bekerja sebagai astrengent yaitu melapisi mukosa usus,
khususnya usus besar (Winarno 1997).
20
tanaman. Hal ini memungkinkan untuk dapat memberikan keuntungan
yang signifikan di bidang kesehatan, karena senyawa asam ferulat
memiliki aktivitas antikanker dan antioksidan. Selain itu juga dapat
menjadi prekursor dalam pembuatan senyawa aromatik lain yang
bermanfaat. Sebagai antioksidan, asam ferulat kemungkinan
menetralkan radikal bebas, seperti spesies oksigen reaktif (ROS). ROS
kemungkinan yang menyebabkan DNA rusak dan mempercepat
penuaan. Dengan studi pada hewan dan studi in vitro, mengarahkan
bahwa asam ferulat kemungkinan memiliki hubungan dengan aktivitas
antitumor perlawanan kanker payudara dan kanker hati. Asam ferulat
memiliki kemungkinan sebagai pencegah kanker yang efektif, yang
disebabkan oleh paparan senyawa karsinogenik, sepertin benzopirene
dan 4-nitroquinoline 1-oksida.
Namun perlu menjadi catatan, bahwa hal itu tidak diuji coba
kontrol random pada manusia, sehingga hasilnya kemungkinan pula
tidak dapat dimanfaatkan untuk manusia. Jika ditambahkan pada asam
askorbat dan vitamin E, asam ferulat kemungkinan dapat mengurangi
stress oksidasi dan pembentukan dimer timidine dalam kulit. Dengan
pentosan arabinoxilan dan hemiselulosa, sehingga dinding sel tidak
mudah dihidrolisis secara enzimatis selama proses perkecambahan.
Asam ferulat banyak ditemukan dalam padi (terutama beras merah),
gandum, kopi, buah apel, nanas, jeruk dan kacang tanah. Dalam
perindustrian, asam ferulat memiliki kelimpahan dan dapat
dimanfaatkan sebagai prekursor dalam pembuatan vanilli, agen perasa
sintesis yang sering digunakan dalam ekstrak vanilla alami.
b. Flavonoid
Flavonoid, juga dikenal sebagai bioflavonoid adalah kelas
phytochemical yang hanya bisa disintesis oleh tanaman. Flavonoid
merupakan pigmen penting yang bertanggung jawab pada pigmentasi
21
kelopak bunga.Terdapat enam kelas utama flavonoid atau bioflavonoid
yang meliputi flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, flavonol, dan
anthocyanin. Flavonoid yang paling sering ditemukan dalam makanan
adalah quercetin, epicatechin, oligomeric proanthocyanidin, myricetin,
catechin, dan xanthohumol Flavonoid mampu bertindak sebagai
antioksidan dan berfungsi menetralisir radikal bebas dan dengan
demikian meminimalkan efek kerusakan pada sel dan jaringan tubuh.
Radikal bebas adalah molekul yang sangat reaktif dan tidak stabil
akibat telah kehilangan elektron. Untuk menstabilkan diri, radikal
bebas memerlukan elektron dan untuk mencapai tujuan ini kemudian
mengoksidasi sel-sel sehat tubuh sehingga menyebabkan kerusakan.
22
virus parainfluenza, dan adenovirus. Flavonoid mampu menekan
penggumpalan trombosit yang berhubungan dengan penyakit seperti
aterosklerosis dan pembentukan trombosit akut trombus. Beberapa
penelitian juga mengungkapkan bahwa flavonoid seperti quercetin dan
epicatechin memiliki efek antidiare. Flavonoid diyakini pula mampu
meningkatkan respon kekebalan alami tubuh untuk melawan penyebab
alergi dan juga karsinogen.
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
24
5. Adapun senyawa didalam daun kumis kucing yang diduga memiliki
potensi manurunkan kadar kolesterol adalah antara lain flavonoid,
saponin, tanin, dan steroid serta asam rosmarinat, quersetin dan
sinensetin. Sedangkan bioaktifitas zat aktif pada daun jambu biji yaitu
asam firufat dan flavanoid
25
DAFTAR PUSTAKA
Prayoga, sigit .2008, efek antiinflamasi ekstrak etanol daun kumis kucing pada
tikus putih jantan galur wistar, Surakarta, universitas muhamadiyah
Surakarta
Wulandari, Sri N., 2014 , Teknik Ekstraksi Terbaik untuk Isolasi Kaempfenol dan
Kuersetin dari Daun Jambu Biji , Bogor , Institut Pertanian Bogor.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kumis_kucing
https://nonositimaesaroh.wordpress.com/2017/02/18/isolasi-kumis-kucing/
http://www.sehatmu.com/2014/09/11-manfaat-daun-jambu-biji-bagi-kesehatan-
dan-kecantikan.html
https://www.webkesehatan.com/jambu-biji-kandungan-gizi-dan-manfaatnya-
untuk-kesehatan/
http://umatussdw.blogspot.co.id/2012/12/makalah-manfaat-daun-jambu-biji-
untuk.html?m=1
https://www.amazine.co/18672/khasiat-antioksidan-manfaat-flavonoid-untuk-
kesehatan/
26