Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 17-24.

p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

PEMODELAN INVERSI DATA MAGNETOTELLURIK DAN GRAVITASI PADA STUDI


KASUS RESERVOIR SUB - VULKANIK
Muhammad Irsyad Hibatullah, Dwa Desa Warnana, Juan Pandu Gya Nur Rochman, Firman Syaifuddin
Departemen Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil Lingkungan dan Kebumian,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: hibatullah.geophysics@gmail.com

Abstrak. Reservoir sub-vulkanik merupakan salah satu hal menarik dalam dunia eksplorasi cadangan
migas di masa mendatang. Tantangan dalam eksplorasi pada reservoir sub vulkanik adalah keterbatasan
metoda seismik dalam melakukan pencitraan bawah permukaan pada reservoir sub-vulkanik, hal itu
dikarenakan keberadaan lapisan vulkanik yang terletak diatas reservoir sub-vulkanik memiliki kecepatan
yang kompleks dan dominasi komponen frekuensi rendah sehingga metode konvensional seperti Dix
Conversion tidak cukup akurat dalam memodelkan profil Vp di daerah sub-vulkanik. Oleh karena itu
dibutuhkan studi komparasi antara metoda gravitasi dan magnetotellurik dimana pada pengolahan
inversi secara terpisah metode MT 1.5D menunjukan bahwa MT sensitif terhadap kehadiran fasies
vulkanik tetapi tidak cukup sensitif terhadap keberadaan basement. Sedangkan metode gravitasi sensitif
terhadap keberadaan basement tetapi tidak cukup sensitif dalam menggambarkan fasies vulkanik.
Kata Kunci: gravitasi; magnetotellurik; reservoir sub vulkanik

Abstract. Sub volcanic reservoir is one of the interesting things in the world of reserves oil and gas
exploration in the future. The challenge in exploration in sub-volcanic reservoirs is the limitation of
seismic methods in conducting subsurface imaging of sub-volcanic reservoirs, this is because the presence
of volcanic layers that located above sub-volcanic reservoirs has complex speeds, so conventional
methods such as Dix Conversion are not accurate enough to model Vp profiles in the sub-volcanic area.
Therefore, it is necessary to have a comparative study between the gravity and magnetotelluric methods,
where in the separate inversion processing MT 1.5D method shows that MT is sensitive to the presence
of volcanic facies but is not sensitive enough to the presence of basements. Meanwhile the gravity
method is sensitive to the presence of basements but is not sensitive enough to describe volcanic facies.
Keywords: gravitation; magnetotelluric; sub volcanic reservoir

PENDAHULUAN menyebabkan sulitnya melakukan pencitraan model


Tantangan dalam eksplorasi pada reservoir sub- kecepatan interval melalui metode konvensional
vulkanik adalah keterbatasan metoda seismik dalam seperti Dix conversion (Dix, 1955) dimana metode
melakukan pencitraan bawah permukaan pada Dix conversion (Yilmaz, 2001) hanya dapat
reservoir sub-vulkanik (Satyana, 2015) hal itu diterapkan apabila daerah pengukuran memiliki
dikarenakan keberadaan fasies vulkanik model kecepatan yang sederhana. Sedangkan pada
menyebabkan buruknya penetrasi sinyal seismik daerah yang memiliki struktur geologi yang
sehingga event reflector di bawah fasies vulkanik kompleks atau variasi kecepatan yang kompleks
menjadi tidak jelas (blur). Sinyal seismik yang diperlukan pengolahan seismik pada domain
berhasil menembus lapisan vulkanik tersebut pada kedalaman dimana pengolahan seismik pada
umumnya di dominasi oleh komponen sinyal domain kedalaman membutuhkan informasi
berfrekuensi rendah yang berada pada rentang 2- kecepatan interval yang akurat sehingga dapat
6Hz (Ghazalli dkk., 2016). Dominasi frekuensi rendah menghasilkan citra posisi reflektor yang akurat dan
pada reservoir sub-vulkanik menyebabkan sulitnya representatif (Fagin, 1998). Berangkat dari sulitnya
membedakan data dengan noise (Sholehah, 2017) melakukan pencitraan pada reservoir sub-vulkanik
sehingga pemodelan kecepatan RMS memiliki apabila hanya mengandalkan metode seismik maka
akurasi yang rendah. Selain itu, kompleksitas model beberapa penelitian sebelumnya (Mardani dkk.,
kecepatan interval pada reservoir sub-vulkanik 2016; Sholehah, 2017) mencoba melakukan

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 14 Februari 2019, Online 30 April 2019
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903 17
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 1-4. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

pendekatan dengan mengintegrasikan metode dan densitas. Terkadang dalam ekplorasi parameter
seismik dengan metode gravitasi dan beberapa ini didapatkan maka dari itu perlu persamaan yang
penelitian lainnya (Hoversten dkk., 2015; Panzner menunjukan hubungan antara parameter fisis.
dkk., 2016) melakukannya dengan Persamaan hubungan antara kecepatan dan
densitas sering digunakan dalam industri minyak
mengintegrasikan metode seismik dengan metode
dan gas. Persamaan gardner tersebut adalah
magnetotellurik. Proses integrasi dilakukan dengan sebagai berikut
memanfaatkan konversi parameter fisis densitas- 𝜌 = 𝑎 (𝑉𝑝 )𝑏 (1)
kecepatan interval dan resistivitas-kecepatan dengan:
interval dengan menggunakan persamaan empirik 𝜌 : nilai densitas (g/cm3)
yang telah dikemukakan oleh Faust dan Gardner Vp : nilai kecepatan interval (m/s)
(Faust, 1951; Gardner dkk., 1974). Maka untuk
meningkatkan pencitraan pada daerah sub-vulkanik
maka dilakukan pemodelan kecepatan interval
dengan menggunakan inversi terpisah metode
gravitasi dan magnetotellurik.

METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian secara umum pada
penelitian ini ditunjukan oleh Gambar 1 yang
merupakan diagram alir pada penelitian ini.
A. Rekonstruksi Model Geologi dan Parameter
Fisis
Tahap pertama pada penelitian ini adalah studi
literatur mengenai model geologi beserta
parameter fisis yang merepresentasikan kondisi
reservoir di lingkungan vulkanik. hasil rekonstruksi
model geologi ditunjukan oleh gambar 4(a) dan
parameter fisis Vp ditunjukan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Parameter fisis model geologi


Lapisan Tipe Lapisan Vp(m/s)
1 Soil 1000 - 1800
2 Batuan Pasir 2000
3 Basalt 6000
4 Fasies Vukanik 3000 - 5000
5 Fasies Vukanik 4000 - 5000
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
6 Sandstone 2000 - 3000
7 Basement Vulkanik 7000 dan nilai a dan b ditentukan oleh fitting regresi.
C. Hubungan Resistivitas dengan Kecepatan
B. Hubungan Kecepatan dan Densitas Persamaan parameter fisis lainnya yang
Parameter fisis yang digunakan pada penelitian dibutuhkan pada penelitian ini adalah parameter
ini adalah parameter Kecepatan gelombang P atau resistivitas dimana parameter resistivitas
Vp dimana selanjutnya parameter Vp tersebut akan didapatkan dengan persamaan Faust (Faust, 1951).
di konversi menjadi parameter Densitas dengan Persamaan Faust adalah sebuah persamaan yang
menggunakan persamaan Gardner (Gardner dkk., menguhubungkan sifat kecepatan gelombang (Vp)
1974). Persamaan Gardner menerangkan bahwa dengan sifat resistivitas. Hubungan keduanya adalah
parameter fisis batuan merupakan nilai karakter fisis sebagai berikut:
yang dimilki batuan, seperti kecepatan, ressistivitas 𝑉𝑝 = 𝑎(𝑅𝑑)𝑐 (2)

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 20 Februari 2019, Online 30 April 2019
18 http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 17-24. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

𝐿𝑜𝑔 (𝑉𝑝) = log(𝑎) + 𝑐𝑙𝑜𝑔 (𝑅𝑑 ) (3) dengan γ sebagai konstanta gravitasi (Last dan
dengan: Kubik, 1983).
R : resistivitas (ohm.m) E. Forward Modelling Magnetotellurik
d : kedalaman (m) Berdasarkan model resistivitas tersebut maka
Vp : kecepatan interval (m/s) selanjutnya dilakukan pemodelan kedepan atau
dan nilai a dan c ditentukan oleh fitting regresi. forward modelling data kurva apparent resistivity
D. Forward Modelling Gravitasi sintetik dan fasa sintetik. Secara umum, formulasi
Berdasarkan model densitas tersebut maka untuk menyelesaikan forward modelling
selanjutnya dilakukan forward modelling data magnetotellurik 1D di selesaikan secara iteratif dari
gravitasi untuk mendapatkan data G observasi basement (apabila ada n-lapisan, maka dimulai dari
sintetik. Apabila terdapat model 2D seperti Gambar lapisan ke-n) (Grandis, 1999). hal itu di tunjukan oleh
2 maka persamaan forward modelling gravitasi nya Gambar 3. Proses perhitungan dimulai dengan
adalah menyelesaikan persamaan impedansi pada lapisan
𝑔𝑖 = ∑𝑀 𝑗=1 𝑎𝑖𝑗 𝑣𝑗 + 𝑒𝑖 (4) tak terhingga. Impedansi dapat dihitung dengan
dimana: rasio antara 𝐸𝑥 dan 𝐻𝑦 yaitu
𝐸𝑥
gi : nilai gravitasi ke-i 𝑍𝑥𝑦 = = √𝑖𝜔𝜇0 𝜌 (7)
𝐻𝑦
vj : densitas pada setiap grid-j
dimana:
ei : noise yang berasosiasi dengan data titik i
𝑍 : impedansi di permukaan
aij : matrix yang merepresentaskan pengaruh
𝜔 : frekuensi angular dalam radian (𝜔 = 2𝜋𝑓)
gravitasi dari blok j pda nilai gravitasi i.
𝐸𝑥 : komponen X dari medan listrik
Maka, persamaan matematis untuk aij adalah
𝑑 𝑟2 𝑟3 𝐻𝑦 : komponen Y dari medan magnet
𝑎𝑖𝑗 = 2𝛾[(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 + ) 𝑙𝑜𝑔 ( ) 𝜇0 : permeabilitas magnet pada ruang angkasa
2 𝑟1 𝑟4
𝑟4 ℎ (4𝜋 × 10 −7 )
+𝑑 𝑙𝑜𝑔 ( ) − (𝑧𝑗 + ) (𝜃4 − 𝜃2 ) 𝜌 : resistivitas tiap lapisan
𝑟3 2

+ (𝑧𝑗 + ) (𝜃3 − 𝜃1 ) (5)
2

Gambar 2. Model 2D, menunjukkan data poin i dan


blok j . d dan h adalah dimensi horizontal dan
Gambar 3. Model 1D, menunjukan lapisan dengan
vertical dari dasar blok persegi panjang
properti resistivitas
)
dimana, Maka, perhitungan dimulai dari basement (atau
ℎ 2 𝑑 2
𝑟12 = ( 𝑧𝑗 − ) + (𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 + ) layer ke-n) 𝑍𝑥𝑦 menjadi 𝑍𝑛 , persamaan 1 menjadi
2 2
ℎ 2 𝑑 2 𝑍𝑥𝑦 = √𝑖𝜔𝜇0 𝜌𝑛 (8)
𝑟22 = ( 𝑧𝑗 + ) + (𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 + ) dengan 𝑍𝑛 adalah bilangan kompleks dan dapat
2 2
ℎ 2 𝑑 2 diasumsikan sebagai secara teori sebagai impedansi
𝑟32 = ( 𝑧𝑗 − ) + (𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 − )
2 2 dari lapisan basement.
ℎ 2 𝑑 2
𝑟42 = ( 𝑧𝑗 + ) + (𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 − ) Sehingga apabila tidak ada lapisan diatasnya,
2 2
𝑑 ℎ maka dapat diasumsikan sebagai impedansi yang
𝜃1 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 + )/(𝑧𝑗 − )
2
𝑑
2
ℎ terukur. Untuk menghitung impedansi lapisan
𝜃2 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 + )/(𝑧𝑗 + ) diatasnya, dibutuhkan informasi energi yang
2 2
𝑑 ℎ terefleksi dan yang di transmisikan untuk setiap
𝜃3 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 − )/(𝑧𝑗 − )
2 2 batas lapisan.
𝑑 ℎ
𝜃4 = 𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑛(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 − )/(𝑧𝑗 + ) (6)
2 2

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 14 Februari 2019, Online 30 April 2019
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903 19
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 1-4. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

(a) (b) (c)

Gambar 4. (a) Model Vp Reservoir Sub-Vulkanik ; (b) Model densitas Reservoir Sub-Vulkanik ; (c)
Model Resistivitas Reservoir Sub-Vulkanik
(a) (b) (c)

Gambar 5. (a) Data anomali gravitasi ; (b) Pseudosection kurva phase semua titik ; (c) Pseudosection
kurva apparent resistivity semua titik
Hal. ini dapat diselesaikan dengan menghitung F. Inversi Non Linier
koefisien refleksi 𝑅𝑗 , dimana untuk menghitung Tahap selanjutnya adalah inversi pada setiap
koefisien refleksi diperlukan untuk menghitung domain metode. Pemodelan inversi ini diselesaikan
parameter induksi 𝛾𝑗 , exponential faktor 𝐸𝑗 , dan dengan persamaan forward modelling gravitasi yang
impedansi intrinsik 𝑤𝑗 . telah di jelaskan pada persamaan 4 dan untuk
𝛾𝑗 = √𝑖𝜔𝜇0 𝜎𝑗 (9) metode magnetotellurik dijelaskan pada persamaan
𝐸𝑗 = exp(−2𝛾𝑗 ℎ𝑗 ) (10) 15 dan 16. Tahap ketiga adalah konversi parameter
fisis ke domain kecepatan interval dengan
𝑤𝑗 = 𝛾𝑗 𝜌𝑗 (11)
persamaan 1 dan 2.
dengan
Untuk memperoleh solusi inversi atau model
j = adalah urutan ke lapisan-j
optimum diperlukan perturbasi secara iteratif suatu
𝜎 = konduktivitas lapisan
model awal m0. dengan demikian pada iterasi ke-
Sehingga koefisien refleksi dapat dihitung dengan
𝑤𝑗 −𝑍𝑗 +1
𝑅𝑗 = (12)
𝑤𝑗 +𝑍𝑗 +1
Dengan impedansi setiap layer dihitung dari refleksi
koefisien tersebut dengan persamaan
1−𝑅𝑗 𝐸𝑗
𝑍𝑗 = 𝑤𝑗 (13)
1−𝑅𝑗 𝐸𝑗
Setelah berhasil menghitung impedansi semua
lapisan(lapisan j=1,2,3……n) sampai ke lapisan paling
atas (lapisan j=1), maka selanjutnya dihitung nilai
apparent resistivity(𝜌𝑎 ), dan phase(𝜑).
𝐼𝑚𝑎𝑔(𝑍1 )
𝜑 = 𝑡𝑎𝑛−1 (14)
𝑅𝑒𝑎𝑙(𝑍1 )
1
𝜌𝑎 = |𝑍 |2 (15)
𝜔 1

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 20 Februari 2019, Online 30 April 2019
20 http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 17-24. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 6. (a) True Density model; (b) Hasil inversi metode gravitasi 2D; (c) True Resistivity model; (d) Hasil inversi
magnetotellurik 1,5D

(n+1) perturbasi dilakukan terhadap model hasil Gelombang P) sehingga dibutuhkan sebuah konversi
iterasi dengan ketentuan bahwa m = m0 + Δm. untuk mendapatkan parameter fisis dari densitas
[𝐽0𝑇 𝐽0 ]∆𝑚 = 𝐽0𝑇 (𝑑 − 𝑔 (𝑚0 )) (16) dan resistivitas. Konversi parameter Vp ke
Hal ini dikarenakan mengingat sifat non linier dari parameter densitas parameter fisis dilakukan pada
fungsi yang menghubungkan data dengan software MATLAB 2018b dengan menggunakan
parameter model (pemodelan kedepan) maka persamaan Gardner yang ditunjukan oleh
pendekatan orde pertama tersebut tidak dapat persamaan 2 dan konversi parameter Vp ke
langsung menghasilkan model optimum. Oleh parameter resistivitas parameter fisis dilakukan
karena itu proses perturbasi model dilakukan pada software MATLAB 2018b dengan
terhadap model awal m0 secara iteratif menggunakan persamaan Faust yang ditunjukan
menggunakan persamaan diatas sampai diperoleh oleh persamaan 2. Hasil konversi parameter fisis
konvergensi menuju solusi optimum (Grandis, ditunjukan oleh Gambar 3(b) untuk model densitas
2009). dan Gambar 3(c) untuk model resistivitas.
Selanjutnya tahap terakhir pada penelisian ini Proses forward modelling metode gravitasi
adalah melakukan analisa kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan persamaan 4 dengan jumlah titik
untuk melihat hasil rekonstruksi model kecepatan sebanyak 30 titik dan jarak titik adalah sebesar
pada daerah sub-vulkanik. 600m, lokasi titik observasi di tunjukan oleh gambar
3(b). hasil dari forward modelling metode gravitasi
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah kurva anomali gravitasi yang di tunjukan oleh
A. Rekonstruksi Model Geologi dan Parameter gambar 4(a). Forward modelling metode
Fisis magnetotellurik dilakukan dengan persamaan 15
Model sintetis pada Gambar 1 dibuat dan 16 dengan jumlah titik sebanyak 20 titik dan
berdasarkan rekonstruksi model geologi daerah jarak antar titik 1000m. Gambar 3(c) menunjukan
Cekungan Serayu Utara yang didapat dari referensi model resistivitas beserta titik pengukuran.
penelitian sebelumnya (Ghazalli dkk., 2016). Model Frekuensi yang di ukur adalah dalam rentang 10 -8 –
rekonstruksi geologi ditunjukan oleh Gambar 3(a) 103. Hasil dari forward modelling metode
serta informasi parameter fisisnya ditunjukan oleh magnetotellurik berupa apparent resistivity dan
Tabel 1. Parameter fisis yang direkonstruksi pada phase.di tunjukan oleh gambar 4(b) dan 4(c).
penelitian ini hanya parameter fisis Vp (Kecepatan Selanjutnya dilakukan pemodelan inversi secara

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 14 Februari 2019, Online 30 April 2019
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903 21
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 1-4. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

(a) (b)
Gambar 7. (a) Distribusi absolute error dari inversi gravitasi; (b) Distribusi absolute error dari inversi
magnetotellurik

Gambar 8. (a) Model kecepatan interval hasil dix conversion; (b) Model kecepatan interval hasil inversi
gravitasi 2D; (c) Model kecepatan hasil magnetotellurik 1,5D
terpisah, pemodelan inversi metode gravitasi adalah untuk merekonstruksi model kecepatan
dilakukan dengan persamaan forward modelling interval dimana pada pengolahan data seismik
yang telah dijelaskan pada persamaan 4 dan khusunya koreksi Normal Move Out dan Migrasi,
pemodelan inversi metode magnetotellurik 1,5D pemodelan kecepatan interval merupakan suatu hal
dilakukan dengan persamaan forward modelling yang sangat krusial dimana dibutuhkan model
yang telah dijelaskan pada persamaan 14 dan 15. kecepatan interval yang akurat untuk dapat
Hasil dari pemodelan inversi secara terpisah di menghasilkan data seismik yang akurat (Fagin, 1998;
tunjukan oleh gambar 5(a) untuk metode gravitasi Yilmaz, 2001).
dan 5(b) untuk metode magnetotellurik. Model kecepatan interval dari pemodelan
Secara kualitatif metode gravitasi cukup sensitif inversi magnetotellurik ditunjukan oleh gambar 7(a)
dengan kehadiran kontras densitas tinggi sehingga dan model kecepatan interval dari pemodelan
hasil pemodelan inversi metode gravitasi tidak gravitasi di tunjukan oleh gambar 7(b). Sedangkan
dapat mencitrakan kehadiran fasies vulkanik hasil dari analisa kuantitatif didapatkan nilai rata-
sedangkan metode magnetotellurik yang sensitive rata absolute error sebesar 0.233 pada hasil inversi
terhadap anomali kontras resistivitas dapat gravitasi dan 0.2112 pada hasil inversi
mencitrakan kehadiran fasies vulkanik dan magnetotellurik dan distribusi absolute error dapat
basement, tetapi secara geometri model basement dilihat pada gambar 6(a) untuk metode gravitasi dan
dari magnetotellurik masih tidak sesuai dengan true gambar 6(b) untuk metode magnetotellurik.
model. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan Berdasarkan analisa kualitatif dan kuantitatif
perhitungan absolute error pada setiap model dalam dari rekonstruksi model kecepatan dengan
domain kecepatan interval, hal ini dikarenakan menggunakan metode gravitasi dan magnetotellurik
tujuan dari pemodelan inversi secara terpisah memiliki kelebihan dan kekurangannya pada setiap

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 20 Februari 2019, Online 30 April 2019
22 http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 17-24. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

metode. Kelebihan dan kekurangan dikarenakan DAFTAR PUSTAKA


oleh non-uniqueness dari masing-masing metode.
Secara umum proses interpretasi dengan De Stefano, M., Golfré Andreasi, F., Re, S., Virgilio, M. dan
mengintegrasikan kedua hasil pemodelan inversi Snyder, F.F. (2011), "Multiple-domain,
tersebut sudah cukup untuk mengetahui kondisi simultaneous joint inversion of geophysical data
bawah permukaan di daerah sub-vulkanik akan with application to subsalt imaging", Geophysics,
tetapi apabila ingin mengetahui lebih akurat Vol.76, No.3, hal. R69–R80.
http://doi.org/10.1190/1.3554652.
mengenai bentuk dan properti bawah permukaan
maka diperlukan metode yang dapat mereduksi non
Dix, C.H. (1955), "Seismic Velocities From Surface
uniqueness tersebut seperti Simultaneous Joint
Measurements", Geophysics, Vol.20, No.1, hal.
Inversion (Heincke dkk., 2014; Moorkamp dkk., 68–86. http://doi.org/10.1190/1.1438126.
2011; De Stefano dkk., 2011).
Fagin, S.W. (1998), Model-Based Depth Imaging, Society
of Exploration Geophysicists, Tulsa.
PENUTUP
Simpulan dan Saran Faust, L.Y. (1951), "SEISMIC VELOCITY AS A FUNCTION OF
Secara kualitatif pemodelan kecepatan dengan DEPTH AND GEOLOGIC TIME", GEOPHYSICS,
menggunakan inversi magnetotellurik menunjukan Vol.16, No.2, hal. 192–206.
bahwa metode magnetotellurik dapat mencitrakan http://doi.org/10.1190/1.1437658.
fasies vulkanik tetapi belum dapat mencitrakan
basement dengan akurat sedangkan metode Gardner, G.H.F., Gardner, L.W. dan Gregory, A.R. (1974),
gravitasi dapat mencitrakan lapisan basement tetapi "Formation Velocity and Density—the
tidak dapat mencitrakan fasies vulkanik dengan baik, Diagnostic Basics for Stratigraphic Traps",
kelebihan dan kekurangan pada setiap domain Geophysics, Vol.39, No.6, hal. 770–780.
metode disebabkan oleh sifat non uniqueness dari http://doi.org/10.1190/1.1440465.
metode inversi. Sedangkan secara kuantitatif
Ghazalli, M., Widodo, A. dan Syaifuddin, F.S. (2016),
metode gravitasi memiliki absolute error sebesar
"Pemodelan Data Seismik Lingkungan Vulkanik",
0.2333 untuk metode magnetotellurik dan 0.2112 Jurnal Geosaintek, Vol.2, No.2, hal. 113.
sehingga secara kuantitatif metode magnetotellurik http://doi.org/10.12962/j25023659.v2i2.1925.
merupakan metode yang dapat menghasilkan profil
properti reservoir sub-vulkanik dengan baik. Grandis, H. (1999), "An alternative algorithm for one-
Pada penelitian ini masih terdapat ruang untuk dimensional magnetotelluric response
dikembangkan lebih lanjut seperti mereduksi calculation", Computers & Geosciences, Vol.25,
uncertainty dan sifat non uniqueness dari metode No.2, hal. 119–125.
inversi dengan memberikan a-priori berupa model http://doi.org/10.1016/S0098-3004(98)00110-
referensi dan petrophysical simultaneous joint 1.
inversion dimana pendefinisian a-priori dari metode
joint inversi sebaiknya tidaklah bersifat bias Grandis, H. (2009), "Pengantar pemodelan inversi
sehingga pendekatan cross gradient simultaneous geofisika", Jakarta: Himpunan Ahli Geofisika
joint inversion dapat menjadi alternatif. selain itu, Indonesia (HAGI),.
pendekatan metode inversi global seperti algoritma
Heincke, B., Geomar, M.J., Moorkamp, M. dan Hobbs,
genetik, simulated annealing, dan particle swarm
R.W. (2014), "Joint-inversion of magnetotelluric,
optimization dapat menjadi alternatif dan
gravity and seismic data to image sub-basalt
memberikan solusi inversi yang paling minimum sediments offshore the Faroe-Islands", SEG
secara global. Technical Program Expanded Abstracts, Vol.33,
No.March 2016.
Ucapan Terima Kasih http://doi.org/10.1190/segam2014-1401.1.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan kepada
Civitas Academia Departemen Teknik Geofisika ITS Hoversten, G.M., Myer, D., Key, K., Alumbaugh, D.,
yang telah menyediakan ruang dan memberikan Hermann, O. dan Hobbet, R. (2015), "Field test
of sub-basalt hydrocarbon exploration with
motivasi bagi penulis untuk riset dan berkarya.

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 14 Februari 2019, Online 30 April 2019
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903 23
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 1-4. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

marine controlled source electromagnetic and


magnetotelluric data", Geophysical Prospecting,
Vol.63, No.5, hal. 1284–1310.
http://doi.org/10.1111/1365-2478.12278.
-------------------
Last, B.J. dan Kubik, K. (1983), "Compact gravity
inversion", GEOPHYSICS, Vol.48, No.6, hal. 713–
721. http://doi.org/10.1190/1.1441501.

Mardani, T., Surya, A., Utama, W., Syaifuddin, F. dan


Novitasari, L. (2016), "Aplikasi Metode Join
Inversi Seismic Gravity", Jurnal Geosaintek,
Vol.02, No.03, hal. 145–150.

Moorkamp, M., Heincke, B., Jegen, M., Roberts, A.W. dan


Hobbs, R.W. (2011), "A framework for 3-D joint
inversion of MT, gravity and seismic refraction
data", Geophysical Journal International,
Vol.184, No.1, hal. 477–493.
http://doi.org/10.1111/j.1365-
246X.2010.04856.x.

Panzner, M., Morten, J.P., Weibull, W.W. dan Arntsen, B.


(2016), "Integrated seismic and electromagnetic
model building applied to improve subbasalt
depth imaging in the Faroe-Shetland Basin",
Geophysics, Vol.81, No.1, hal. E57–E68.
http://doi.org/10.1190/geo2015-0137.1.

Satyana, A.H. (2015), "Subvolcanic Hydrocarbon


Prospectivity of Java: Opportunities and
Challenges", Indonesian Petroleum Association
Exhibition and Convention, hal. 13–16,.

Sholehah, Z. (2017), Integrasi Data Seismik dan Data


Gayaberat dalam Pemodelan Kecepatan Interval
Pre-Stack Depth Migration.

De Stefano, M., Golfré Andreasi, F., Re, S., Virgilio, M. dan


Snyder, F.F. (2011), "Multiple-domain,
simultaneous joint inversion of geophysical data
with application to subsalt imaging", Geophysics,
Vol.76, No.3, hal. R69–R80.
http://doi.org/10.1190/1.3554652.

Wibisono, B., Utama, W. dan Syaifuddin, F. (2018),


"Desain Akuisisi Seismik Laut 3D Untuk
Eksplorasi Hidrokarbon Dengan Menggunakan
Metode Enhanced Static", Jurnal Geosaintek,
Vol.4, No.3, hal. 75-80–80.
http://doi.org/10.12962/j25023659.v4i3.4509.

Yilmaz, Ö. (2001), Seismic Data Analysis.


http://doi.org/10.1190/1.9781560801580.

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 20 Februari 2019, Online 30 April 2019
24 http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903
Jurnal Geosaintek, Vol. 5 No. 1 Tahun 2019. 17-24. p-ISSN: 2460-9072, e-ISSN: 2502-3659

Artikel diterima 6 Februari 2019, Revisi 14 Februari 2019, Online 30 April 2019
http://dx.doi.org/10.12962/j25023659.v5i1.4903 25

Anda mungkin juga menyukai