DISUSUN OLEH :
Yane Sukmawati
J.0105.20.075
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien
plasenta previa.
b. Mahasiswa dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa
keperawatan pada klien plasenta previa.
c. Mahasiswa dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu
mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien plasenta
previa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal yakni pada segmen bawah rahim, sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan ostium uteri internal
(OUI). (FK Unpad, 2012)
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak di
bagian atas uterus. (Sarwono Prawirohardjo. 2007)
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen
bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga perkembangan
plasenta yang sempurna menutupi os serviks. (Helen Varney. 2007)
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari plasenta previa dan terjadi
pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini.
Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik
dari plasenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia
dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut.
Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai
parah.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan
pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya
terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan
berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa
faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat
menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim
sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding
rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan
Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh
dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang
mungkin terjadi.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis
dari plasenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan
probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang
dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin
dilakukan, tergantung pada lokasi dari plasenta. Adakalanya kedua tipe-
tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa
pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis
pada wanita-wanita dengan plasenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvis mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih
jauh.
7. Komplikasi
a. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
b. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan
histerektomi (operasi pengangkatan rahim).
c. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
d. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
e. Kecacatan pada bayi
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah : hemoglobin, hematokrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servisitis,
polip, keganasan, laserasi/troma)
9. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:
a. Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum
optimal, kehamilan masih dapat dipertahankan karena perdarahan
pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya.
Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total dirumah sakit,
dengan persiapan transfuse darah dan operasi sewaktu-waktu. Akan
tetapi jika pada perdarahan pertama itu telah dilakukan pemeriksaan
dalam/ vaginal touch, kemungkinan besar akan terjadi perdarahan
yang lebih berat sehingga harus diterminasi
b. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan
mana yang akan dipilih:
1) jenis plasenta previa
2) banyaknya perdarahan
3) KU ibu
4) Keadaan janin
5) Pembukaan jalan lahir
6) Paritas
7) Fasilitas rumah sakit
10. Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu
karena plasenta previa rendah sekali atau tidak sama sekali. Sejak
diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal
berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini
kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan
utama.
Penanganan pasif maupun aktif memerlukan fasilitas tertentu ,
yang belum dicukupi pada banyak tempat di tanah air kita, sehingga
beberapa tindakan yang sudah lama ditinggalkan oleh dunia kebidanan
mutakhir masih terpaksa dipakai juga seperti pemasangan cunam Wiilett,
dan versi Braxton-Hicks. Tindakan ini juga sekurang-kurangnya masih
dianggap penting untuk menghentikan perdarahan dimana fasilitas seksio
sesarea belum ada. Dengan demikian tindakan-tindakan itu lebih banyak
ditujukan demi keselamatan ibu daripada janinnya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, dan medical record.
b) Keluhan utama: gejala pertama perdarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu atau trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang.
Sebab perdarahan; plasenta dan pembuluh darah yang
robek; terbukanya osteum manipulasi intravaginal atau
rektal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau
kecilnya robekan pembuluh darah dan plasenta.
c) Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak.
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang/floating.
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai
kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan
kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat
obstetri meliputi:
Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH).
Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi.
Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat
persalinan, dan penolong persalinan.
Jenis anetesi dan kesulitan persalinan.
Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
Komplikasi pada bayi.
Rencana menyusui bayi.
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap diperlukan untuk menetukan
taksiran persalinan (TP). TP ditentukan berdasarkan hari
pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus naegle, yaitu
hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada
janin, ibu atau keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap
harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual pada janin.
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu
hamil:
Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu
dan linea nigra.
Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen
dan paha.
Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
Mata : pucat, konjungtiva tampak anemis
Hidung
Gigi dan mulut
Leher
Payudara
Peningkatan pigmentasi areola puting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
Jantung dan paru
Volume darah meningkat
Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembulu darah pulmonal.
Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan
napas.
Diafragma meningkat.
Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
dada.
Abdomen
Menentukan letak janin.
Menentukan tinggi fundus uteri.
Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan (tanda Chandwick).
Hipertropi epithelium.
Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur.
Gaya berjalan yang canggung.
Terjadi pemisahan otot rektum abdominalis dinamakan
dengan diastasis rektal.
Aktifitas
Kemampuan Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan
dan kiri, kaki kanan dan kiri untuk menilai ada atau
tidaknya kelemahan, kekuatan atau spastis.
Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan dengan
tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring,
duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai
berikut:
b) Khusus
Tinggi fundus uteri.
Posisi dan persentasi janin.
Panggul dan janin lahir.
Denyut jantung janin.
Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung Janin) dilakukan sebagai
acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan
janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak
jantung janin normal permenit yaitu 120-160 x/menit.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu
hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu. Gambaran DJJ sebagai berikut:
Takikardi berat : detak jantung di atas 180 x/menit
Takikardi ringan : antara 160-180 x/menit
Normal : antara 120-160 x/menit
Bradikardi ringan : antara 100-119 x/menit
Bradikardi sedang : antara 80-100 x/menit
Bradikardi berat : kurang dari 80 x/menit
2. Diagnosis Keperawatan
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah
yang besar.
b. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek perdarahan dan menejemennya. ( Nanda 00146, hal.343)
c. Risiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah
abnormal, kerusakan system imun.
d. Intoleransi aktifitas b.d tirah baring. (Nanda 00092, hal. 241)
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan kardiak output Setelah dilakukkanya tindakan 1. Kaji dan catat TTV, TD serta
berhubungan dengan keperawatan 2 X 24 jumlah perdarahan.
perdarahan dalam jumlah jam diharapkan penurunan 2. Bantu pemberian pelayanan
yang besar kardiak output tidak terjadi atau kesehatan atau mulai sarankan
teratasi dengan kriteria hasil : terapi cairan IV atau terapi
1. Volume darah intravaskuler transfusi darah sesuai
dan kardiak output dapat kebutuhan.
diperbaiki sampai nadi,
tekanan darah, nilai
hemodinamik, serta nilai
laboratorium menunjukkan
tanda normal
2 Ansietas berhubungan NOC hal. 572. NIC 498, pengurangan kecamasan
dengan ancaman status Setelah dilakukan tindakan dengan intervensi sebagai berikut :
terkini.. ( Nanda 00146, keperawatan selama 3 x 24 hal. 319
hal.343) diharapkan ansietas klien dapat 1. Gunakan pendekatan yang
berkurang dengan kriteria hasil: tenang dan meyskinkan.
1. Klien dapat beristirahat 2. Nyatakan dengan jelas harapan
2. Klien tidak menunjukkan terhadap perilaku klien
perasaan gelisah. 3. Jelaskan semua prosedur
3. Wajah tegang klien termasuk sensasi yang akan
berkurang. dirasakan yang mungkin akan
4. Kesulitan dalam dialami klien selama prosedur.
menyelesaikan masalah 4. Pahami situasi krisis yang
menjadi ringan. terjadi dari perspektif klien.
5. Klien dapat 5. Berikan informasi faktual
mengungkapkan rasa cemas terkait diagnosis, perawatan
secara lisan menjadi ringan. dan prognosis.
6. TTV normal 6. Berada disisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan.
7. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
cara yang tepat.
8. Dengarkan klien
9. Kuatkan perilaku klien yang
baik secara tepat.
10. Dorong verbalisalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
11. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi.
12. Kaji untuk tanda verbal dan
non verbal kecemasan
13. Observasi TTV
3. Resiko tinggi cedera Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah yang hilang.
(janin) b/d hipoksia 1. Menunjukkan profil darah Pantau tanda/gejala syok.
jaringan/ organ,profil dengan hitung SDP, Hb, 2. Catat suhu, hitung SDP, dan
darah dan pemeriksaan koagulasi bau serta warna rabas vagina,
abnormal,kerusakan DBN normal. dapatkan kultur bila
system imun. dibutuhkan.
3. Catat masukan/haluaran urin.
Catat berat jenis urin.
4. Berikan heparin, bila
diindikasikan
5. Berikan antibiotic secara
parenteral
4. Intoleransi aktifitas b.d NOC hal. 582 Manajemen Energi, NIC 0180 hal.
tirah baring. (Nanda Setelah dilakukan tindakan 177
keperawatan 3x24 jam 1. Kaji status fisiologis pasien
diharapkan intoleransi aktifitas yang menyebabkan kelelahan
00092, hal. 241) klien dapat teratasi dengan sesuai dengan konteks usia
kriteria hasil: dan perkembangan.
1. Frekuensi nadi ketika 2. Anjurkan pasien
beraktifitas menjadi tidak mengungkapkan perasaan
terganggu. secara verbal mengenai
2. Frekuensi pernapasan keterbatasan yang dialami.
ketika beraktifitas menjadi 3. Gunakan instrumen yang valid
tidak terganggu. untuk mengukur kelelahan.
3. Tekanan darah diastolik 4. Tentukan jenis dan banyaknya
ketika beraktifitas menjadi aktivitas yang dibutuhkan
sedikit terganggu. untuk menjaga ketahanan.
4. Kekuatan tubuh bagian atas 5. Monitor intake asupan nutrisi
menjadi tidak terganggu. untuk mengetahui sumber
5. Kekuatan tubuh bagian energi yang adekuat.
bawahmenjadi tidak 6. Monitor waktu dan lama
terganggu. istirahat.
7. Anjurkan tidur siang bila
diperlukan.
8. Bantu pasien untuk untuk
menjadwalkan periode
istirahat.
9. Hindari kegiatan perawatan
selama jadwal istirahat pasien.
10. Bantu pasien identifikasi
pilihan aktivitas-aktivitas yang
akan dilakukan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran
kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi
embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan
kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan
memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu
yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga
meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka