Anda di halaman 1dari 31

8

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan

kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase

kehidupannya (WHO, 2016). WHO juga memberi batasan yaitu usia

pertengahan (middle age) antara 45 - 59 tahun, usia lanjut (elderly) antara

60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (old) antara 75 – 90 tahun, serta usia

sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sementara Kementerian Kesehatan RI

(2016), lansia atau lanjut usia adalah kelompok yang memasuki usia 60

tahun keatas.

Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh”

dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu

yang penuh manfaat (Sarwono, 2015). Lansia yaitu bagian proses tumbuh

kembang dimana manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi

berkembang mulai dari bayi, anak, remaja, dan menjadi tua (Pujianti, 2016).

Lansia adalah tahap dari siklus hidup manusia paling akhir, yaitu bagian

dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh

setiap orang. Pada tahap tua ini individu mengalami banyak perubahan baik

8
9

secara fisik maupun psikis, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi

dan kemampuan yang pernah dimilikinya (Soejono, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa usia lanjut atau lansia adalah suatu periode penutup dalam rentang

hidup seseorang yang tidak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap

individu.

2. Batasan-batasan Lansia

WHO memberi batasan yaitu usia pertengahan (middle age) antara 45

sampai dengan 59 tahun, usia lanjut (elderly) dari 60 sampai dengan 74

tahun, dan usia lanjut tua (old) dari 75 sampai dengan 90 tahun, serta usia

sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun (Nugroho, 2016). Menurut

Departemen Kesehatan RI (dalam Darmojo, 2014), batasan lansia terbagi

dalam beberapa kelompok yaitu:

a. Pralansia (Prasenilis) yaitu masa persiapan usia lanjut yang mulai

memasuki antara 45 – 59 tahun.

b. Lansia (Lanjut Usia) yaitu kelompok yang memasuki usia 60 tahun

keatas.

c. Lansia resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau

kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti,

menderita penyakit berat, atau cacat.

3. Status Sehat pada Lansia di Indonesia

Status kesehatan para lansia di Indonesia, penyakit atau keluhan yang

sering didengar yaitu penyakit hipertensi. Banyak lansia wanita yang


10

menderita atau mengeluhkan penyakit hiperensi tersebut (Kementerian

Kesehatan RI, 2014).

2. Proses Penuaan

Penuaan terjadi baik secara fisiologis dan patologis. Bila seseorang

telah mengalami penuaan fisiologis, mereka tua dalam keadaan sehat

(healthy aging). Penuaan sesuai dengan kronologis seperti usia, dipengaruhi

oleh faktor endogen, perubahan dimulai dari sel-jaringan-organ-sistem pada

tubuh (Pudjiastuti dan Utomo, 2016).

Penuaan banyak dipengaruhi oleh fakor seperti faktor eksogen, yaitu

berupa lingkungan, sosial budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder.

Penuaan itu tidak sesuai, dengan kronologis usia dan patologis. Faktor

eksogen juga dapat memengaruhi faktor endogen, sehingga dikenal dengan

faktor risiko. Faktor risiko tersebut yang menyebabkan terjadinya penuaan

patologis (Pudjiastuti dan Utomo, 2016).

B. Konsep Hipertensi

1. Pengertian

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Jantung atau tekanan darah bisa berkisar antara maksimum yang biasa

disebut sistolik dan minimum yang biasa disebut diastolik. Tekanan sistolik

adalah jumlah yang biasanya muncul di bagian atas dan dikenal dengan

tekanan darah sistolik. Angka yang ditunjukan oleh tekanan darah sistolik

yang normal yaitu 120 mmHg kebawah, sedangkan jika lebih dari 140
11

mmHg dapat disebut hipertensi atau biasa disebut juga tekanan darah tinggi

(Smeltzer dan Bare, 2014).

Tekanan darah diastolik, angka bawah yang ditunjukkan oleh alat

monitor tekanan darah merupakan angka yang menunjukkan tekanan darah

didalam arteri. Diastolik disebut normal jika angkanya 80 atau kebawah,

sedangkan jika angkanya 90 atau lebih tinggi dapat disebut hipertensi

(Utami, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem

peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas

nilai normal, yaitu melebihi 140 / 90 mmHg (Marliani, 2016). Menurut Sani

dalam Jafar (2014), hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan

darah tinggi dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

banyak diderita di dunia termasuk di Indonesia.

Tekanan darah yang tinggi atau juga disebut penyakit hipertensi

merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi tengah-tengah masyarakat

kita. Hupertensi terjadi karena tekanan darah pada arteri utama didalam

tubuh meningkat. Hipertensi banyak dijumpai pada kelompok lansia

(Shanty, 2014).

Dengan demikian maka dapat disimpulkan hipertensi yaitu penyakit

yang terjadi pada sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan

tekanan darah di atas nilai normal yaitu melebihi batas normal 140 / 90

mmHg.
12

2. Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi dapat dibagi menjadi dua yaitu penyebab yaitu

hipertensi essensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial yaitu

hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena

faktor keturunan atau genetik. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan

hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga

dapat berhubungan dengan pola hidup yang kurang baik. Faktor makanan

yang dapat berpengaruh yaitu kelebihan lemak, konsumsi garam dapur yang

tinggi, merokok dan minum alkohol (Saraswati, 2014).

Berdasarkan etiologinya, menurut Indrayani (2014), hipertensi dibagi

dua yaitu:

a. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah

hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi

termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada

hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab

hipertensi esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan

lingkungan.

b. Hipertensi sekunder, sekitar 5-8 % dari seluruh penderita hipertensi.

Hipertensi sekunder ini, disebabkan karena penyakit ginjal, penyakit

endokrin, obat, dan lain-lain. Hipertensi renal dapat berupa hipertensi

renovaskular, adalah hipertensi akibat lesi pada arteri ginjal sehingga

menyebabkan hipoperfusi ginjal dan hipertensi akibat lesi pada parenkim

ginjal yang dapat menimbulkan gangguan fungsi dari ginjal.


13

3. Klasifikasi dan Patofisiologi Hipertensi

Penggolongan hipertensi menurut JNC 7 (Joint National Commitee

on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood

pressure) dalam Kementerian Kesehatan RI (2016) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7


Penggolongan TD Sistolik TD Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg
Stadium 2 > 160 mmHg (atau) > 100 mmHg
Sumber : JNC 7 (Kementerian Kesehatan RI, 2016)

Tekanan darah pada manusia, dipengaruhi curah jantung dan tahanan

perifer. Dalam tubuh ada sitem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah. Sistem tersebut yang bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah

dan juga bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem

yang cepat tersebut antara lain reflek kardiovaskular, melalui baroreseptor,

reflek kemorereptor, respon iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang

berasal dari atrium, arteri pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang juga

kurang cepat merespon perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal

dengan pengaturan seperti hormon angiotensin dan vasopressor

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Hipertensi dapat dimulai dari adanya pengerasan arteri. Penimbunan

lemak terdapat pada dinding arteri, mengakibatkan berkurangnya volume

cairan darah ke jantung. Penimbunan tersebut akan membentuk plak yang

kemudian menimbulkan penyempitan dan penurunan elastisitas arteri

sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang artinya beban jantung
14

bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang mengakibatkan

hipertensi.

4. Tanda Gejala pada Hipertensi

Tanda gejala pada penderita hipertensi menurut Nurarif dan Kusuma

(2016) adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada gejala, seringkali hal ini mengakibatkan banyak penderita

hipertensi mengabaikan kondisinya karna memang gejala yang tidak

dirasakan.

b. Gejala yang lazim, beberapa pasien memerlukan pertolongan medis

dikarenakan mereka mengeluh skit kepala, pusing, lemas, kelelahan,

sesak nafas, gelisah, mual, epistaksis, kesadaran menurun.

5. Faktor Risiko Hipertensi

Elsanti (2015) dan Marliani (2016), faktor risiko hipertensi meliputi:

a. Faktor risiko yang dapat dikontrol

1) Jenis Kelamin

Kejadian hipertensi pada laki-laki atau perempuan sama saja.

Hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki muda, namun lebih

banyak menyerang perempuan jika sudah berumur 55 tahun keatas.

Hal ini dikarenakan adanya perubahan hormon setelah menopause

pada kaum perempuan. Perempuan yang belum menopouse akan

dilindungi esterogen yang berperan meningkatkan kadar High Density

Lipoprotein (HDL). HDL merupakan faktor pelindung dalam

mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan


15

esterogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada

usia pre menopause. Hasil penelitian Nuraini (2015) menunjukkan

bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi adalah

faktor jenis kelamin. Demikian juga Kishore (2016) di Delhi bahwa

faktor jenis kelamin berhubungan dengan hipertensi. Sedangkan faktor

Kusumawaty (2016) di Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten

Ciamis menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada lansia.

2) Usia

Usia merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi.

Semakin bertambah usia maka semakin besar kemungkinan

mengalami hipertensi. Pada lansia, mengalami peningkatan tekanan

nadi karena arteri menjadi lebih kaku akibat terjadinya arterioklerosis

sehingga mengakibatkan tidak lentur. Usia berhubungan dengan

hipertensi sebagaimana penelitian dari Kishore (2016) menunjukkan

bahwa usia berpengaruh terhadap hipertensi dan juga penelitian

Nuraini (2015) juga menunjukkan bahwa usia berhubungan dengan

kejadian hipertensi.

3) Genetik

Genetik pada pada keluarga dapat menyebabkan resiko

menderita hipertensi karena berhubungan kadar sodium intraseluler

yang meningkat dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium

individu. Keluarga atau orang tua dengan hipertensi, mempunyai


16

resiko dua kali lebih besar menderita hipertensi. Jadi seseorang lebih

besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya juga hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian Nuraini (2015), genetik merupakan faktor

yang berhubungan dengan hipertensi.

b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas terjadi bila adanya penambahan atau pembesaran sel

lemak pada tubuh. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah

simpanan lemak yang berlebih, tetapi juga distribusi lemak diseluruh

tubuh. Distribusi lemak dapat menyebabkan resiko yang berhubungan

dengan berbagai macam penyakit degeneratif. Obesitas dapat

dikatakan kondisi tidak normal sebagai salah satu faktor yang dapat

meningkatkan prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit

jantung koroner aterosklerotik pada pasien-pasien yang obesitas. Hasil

penelitian Ponto (2016) menunjukkan ada hubungan yang signifikan

antara obesitas dengan hipertensi.

2) Kurang olahraga

Olahraga yang teratur akan menurunkan tekanan darah.

Olahraga kurang justru menyebabkan timbulnya obesitas dan jika

asupan garam juga bertambah sehingga memicu hipertensi. Meskipun

tekanan darah meningkat ketika sedang berolahraga, namun jika

olahraga teratur maka lebih sehat dan mungkin memiliki tekanan

darah lebih rendah daripada mereka yang tidak melakukan baik dari
17

pada olah raga berat tetapi hanya sekali. Berdasarkan penelitian

Raihan (2014) menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan

hipertensi yaitu olahraga.

3) Merokok

Kebiasa merokok mempunyai beberapa pengaruh langsung

yang dapat membahayakan jantung. Pembuluh darah yang ada pada

jantung akan tegang karena tekanan darah tinggi. Merokok juga dapat

merusak pembuluh darah karena menyebabkan arteri menyempit dan

lapisan menjadi tebal dan kasar, nikotin dan bahan-bahan lainya yang

teradapat dalam asap rokok, mempermudah pengumpulan darah

sehingga dapat merusak pembuluh darah perifer. Keadaan paru-paru

dan jantung pada orang yang tidak merokok berfungsi secara efisien.

Berdasarkan hasil penelitian Raihan (2014) menunjukkan bahwa salah

satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi yaitu kebiasaan

merokok.

4) Mengkonsumsi garam berlebih

Mengkonsumai garam berlebih dapat menyebabkan kosentrasi

natrium didalam cairan ekstraseluler meningkat. WHO

merekomendasikan bahwa mengkonsumsi garam yang tidak berlebih

dapat mengurangi risiko hipertensi. Kadar sodium direkomendasikan

adalah tidak lebih dari 100 mmol. Berdasarkan penelitian Raihan

(2014) di Puskesmas Rumbai Pesisir, menunjukkan bahwa kebiasaan

pola asupan garam berhubungan dengan hipertensi.


18

5) Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

curah jantung sehingga menstrimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun

stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi,

dan karakteristik personal. Berdasarkan penelitian Raihan (2014)

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab hipertensi primer

pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir, yaitu

variabel kebiasaan merokok, aktivitas/ olahraga, pola asupan garam,

dan stress.

6. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa

penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari

kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung dari

kenaikan tekanan darah pada organ. Penelitian ini juga membuktikan bahwa

diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam ternyata berperan besar

menimbulkan kerusakan organ target (Kartikasari, 2015).

a. Otak

Stroke timbul karena adanya perdarahan di otak, tekanan intra

kranial yang meningkat, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan darah tinggi. Stroke terjadi

pada hipertensi kronik, apabila arteri yang mendarahi otak mengalami

hipertropi, sehingga aliran darah menjadi berkurang. Arteri pada otak


19

yang mengalami arteroklerosis melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensafalopati juga dapat terjadi

terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat.

b. Kardiovaskular

Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi dapat

menyebabkan terjadinya iskemia jantung. Beban kerja jantung pada

hipertensi akan meningkat. Jantung akan memompa darah secara terus

menerus yang dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri sehingga

darah yang dipompa oleh jantung berkurang. Apabila pengobatan yang

dilakukan tidak tepat, maka dapat menimbulkan komplikasi gagal

jantung kongestif. Berdasarkan hasil penelitaian ( Yoani maria VB.Aty)

Juni 2014,bahwa Manajemen hipertensi yang komprehensif akan

mengurangi kejadian kardiovaskular. Dukungan kelompok sebaya adalah

salah satu metode promosi kesehatan yang efektif dalam meningkatkan

perilaku hidup sehat dan menekan rasa sakit

c. Ginjal

Ginjal yang kronik dapat terjadi jika ada kerusakan progesif yang

diakibatkan tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glomerolus. Pada

kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi

hipoksia dan kematian ginjal. Membran glomerulus yang mengalami

kerusakan akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering


20

dijumpai edema sehingga akibat dari tekanan osmotik koloid plasma

yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.

d. Retinopati

Semakin lama hipertensi berlangsung, menyebabkan makin berat

kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina terjadi

akibat tekanan darah yang tinggi yaitu iskemia optik neuropati akibat

penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita awalnya

tidak menunjukan gejala pada akhirnya dapat menjadi kebutuhan pada

stadium akhir. Kerusakan lebih parah pada mata terjadi kondisi hipertensi

maligna tekanan darah meningkat secara tiba-tiba.

7. Pencegahan Hipertensi

Menurut Sani dalam Jafar (2014), pencegahan hiopertensi yang baik

yaitu:

a. Membatasi konsumsi garam

Konsumsi garam dibatasi maksimal 2 g garam dapur untuk diet

setiap hari. Garam dalam jumlah yang cukup sebenaranya sangat di

butuhkan oleh tubuh. Garam atau dalam bahasa kimianya adalah Natrium

Chlorida berfungsi untuk pelepasan kemih. Natrium bersifat menahan

cairan dalam tubuh sebelum akhirnya akan dikeluarkan menjadi air seni.

Garam juga membantu tubuh untuk mengeluaran keringat. Saat kadar

garam berlebih tubuh akan berusaha menetralkannya yaitu dengan

menstimulus otak untuk merasakan haus, sehingga mendorong manusia

untuk banyak meminum air. Dengan demikian volume darah akan


21

bertambah karena sifat garam adalah mengikat air, ia akan

mempertahankan air di dalam darah sehingga volume darah akan

bertambah (Damayanti, 2016)

b. Menghindari kegemukan (obesitas)

Mencegah kegemukan dengan cara menjaga berat badan agar

tetap normal. Gemuk yang berlebih jika berat badan lebih 10% dari berat

badan normal. Kelebihan berat badan terjadi mulai dari konsumsi

makanan berlebih yang mengandung menu yang tidak sehat. Jika

makanan yang dikonsumsi itu mengandung kolesterol yang cukup

banyak akan menimbulkan penimbunan lemak di sepanjang pembuluh

darah karena kurangnya aktivitas fisik, hal tersebut dapat berdampak

pada kurang lancarnya aliran darah yang berpotensi pada penyumbatan

darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan yang masuk kedalam

tubuh akan dapat terganggu. Penyempitan oleh lemak ini memacu

jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok

kebutuhan darah ke jaringan. Akibatnya, tekanan darah akan meningkat,

maka terjadilah kondisi dari hipertensi atau tekanan darah tinggi yang

disebabkan oleh kegemukan. Berdasarkan penelitian Hasil penelitian

Ponto (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

obesitas dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan penelitian (Terdapat

perbedaan bermakna antara obesitas dan hipertensi. Penderita obesitas

mempunyai risiko mengalami hipertensi 2,2 kali lebih besar

dibandingkan dengan subjek dengan IMT normal.


22

c. Membatasi konsumsi lemak dapat mencegah tingginya kadar kolesterol

darah. Kadar yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan

kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Jika endapan kolesterol

bertambah sehingga menyebabkan sumbatan pembuluh nadi dan

menggangu peredaran darah. Sehingga akan memperberat kerja jantung

dan secara tidak langsung memperparah hipertensi.

d. Olahraga teratur yaitu latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh

seperti jalan ringan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan

olahraga yang berat, karena dapat menimbulkan hipertensi.

e. Makanlah buah-buahan dan sayuran segar yang mengandung banyak

vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium

dapat membantu menurunkan tekanan darah.

f. Tidak merokok dan minum alkohol karena dapat meningkatkan tekanan

darah menjadi tinggi. Berdasarkan hasil penelitaia kebiasan merokok

dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Hasil

penelitian Nuraini (2015), beberapa faktor yang diketahui menyebabkan

terjadinya hipertensi terdiri dari faktor penyebab yang dapat dimodifikasi

(diet, obesitas, merokok, dan penyakit DM) dan faktor penyebab yang

tidak dapat dimodifikasi (usia, ras, jenis kelamin dan genetik).

g. Latihan relaksasi atau pernafasan, yang berguna untuk mengurangi

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah, dan menyenangkan.


23

h. Meningkatkan pola hidup sehat dan hindari stess, stress terlampau besar

melampaui daya tahan individu dapat menimbulkan sakit kepala, suka

marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari

efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif.

C. Kajian tentang Peer Group

1. Definisi

Konsep peer group umumnya digunakan untuk kalangan remaja

mengatasi masalah kesehatan di kalangan remaja. Sosialisasi merupakan

akibat dari interaksi manusia. Menurut Berger (dalam Sunarto, 2004),

sosialisasi adalah proses seorang belajar beradaptasi menjadi bagian dari

masyarakat. Durkin (dalam Komalasari dan Helmi, 2009) mengatakan

bahwa sosialisasi adalah proses transmisi nilai, system kepercayaan,

ataupun perilaku dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya agar

mempunyai sistem nilai yang baik sesuai tuntutan atau norma yang berlaku.

Peer group adalah sekelompok individu pada usia relatif sama, yang

merupakan kelompok sosial yang mengatur langkah untuk bersosialisasi.

Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya

merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka (Santrok, 2003).

Menurut Sunarto, pengertian peer group adalah teman bermain yang terdiri

atas kerabat untuk belajar nilai-nilai. Sedangkan menurut Riyanti, Peer

group adalah salah satu ciri perilaku social dimana perilaku kelompok

tersebut dapat mempengaruhi perilaku serta nilai individu yang menjadi


24

anggotanya dan nilai yang baru yang gilirannya akan menggantikan nilai

dan perilaku sebelumnya.

Ciri-ciri mendasar peer group adalah jumlah anggota relatif kecil,

adanya kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara langsung, terjadi

kerja sama dalam suatu kepentingan yang diharapkan, adanya pengertian

pribadi, serta saling hubungan yang tinggi antar anggota dalam kelompok

(Vembriarto dalam Imron, 2015).

Dapat disimpulkan bahwa peer group merupakan suatu proses

transmisi nilai, kepercayaan atau perilaku berkelompok yang dapat salong

mempengaruhi perilaku serta nilai individu yang menjadi anggotanya.

2. Aspek Pendidikan Melalui Peer Group

Pendidikan kesehatan menyangkut tiga aspek utama, yakni input,

proses dan output. Dalam konteks pendidikan kesehatan reproduksi, yang

dimaksud dengan input adalah teman sebaya sebagai subjek belajar. Teman

sebaya bagi peer educator pada penelitian ini adalah lansia yang mengalami

penyakit yang sama yaitu hipertensi. Peer educator dari kalangan lansia

berperan sebagai konselor sebaya (peer conselor) yang memberikan

pelayanan konsultasi dan konseling tentang hipertensi. Komponen kedua

dalam pendidikan kesehatan adalah proses. Proses merupakan mekanisme

interaksi antara pengajar dan subjek belajar yang memungkinkan terjadi

perubahan perilaku dari subjek belajar. Selain itu, diperlukan metode

pengajaran, alat bantu, materi belajar, dan lingkungan belajar. Dalam

pencapaian tujuan pendidikan dapat dilakukan dengan memberikan edukasi


25

dan konseling kepada teman sebaya melalui situasi formal dan non formal.

Situasi formal dapat dilakukan dalam acara penyuluhan dan situasi non

formal dapat dilakukan dengan cara jemput bola dengan metode diskusi

(Imron, 2015).

Pendidikan sebaya tidak hanya memberikan pelayanan konseling,

pelayanan edukasi yang diberikan kepada teman sebaya dapat menambah

perbendaharaan pengetahuan tentang pencegahan terhadap suatu penyakit.

Berkaitan dengan keluaran (output) dalam pendidikan kesehatan ditandai

adanya perubahan perilaku kesehatan dari subjek belajar (Imron, 2015).

3. tugas edikator Peer Group

Tigas educator peer group sebagai berikut:

a. Pendidik sebaya mencari teman seusia yang berminat terhadap kesehatan

penyakitnya.

b. Waktu dan tempat pelaksanaan ditentukan bersama.

c. Pendidikan diberikan oleh pendidik sebaya sebanyak dua orang. Satu

orang yang menyampaikan atau memandu diskusi. Satu orang lainnya

melakukan pencatatan terhadap pertanyaan yang diajukan peserta,

observasi tentang proses diskusi, serta membantu menjawab pertanyaan.

Peran pendidik dilakukan bergantian agar setiap pendidik mempunyai

kesempatan untuk menyampaikan informasi dalam diskusi. Selain itu,

mereka bisa memberikan umpan balik selama pendidikan berlangsung.


26

d. Memulai acara dengan menyampaikan materi kurang lebih tiga puluh

menit, waktu selebihnya digunakan untuk diskusi dan menampung

pertanyaan.

e. Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pendidik bisa ditunda

untuk ditanyakan kepada ahli.

f. Topik-topik yang perlu dibahas berkaitan tentang hipertensi

4. penyelenggaraan Peer Group

Penyelenggaraan peer group diantaranya adalah (NIC, 2016):

a. Kaji tingkatan dan kesesuaian sistem pendukung yang telah ada.

b. Manfaatkan kelompok pendukung selama masa transisi untuk membantu

pasien beradaptasi dengan kondisinya.

c. Tentukan tujuan dan fungsi kelompok pendukung .

d. Tentukan tempat yang tepat bagi pertemuan kelompok (misalnya., tatap

muka atau lewat internet).

e. Identifikasi kelompok-kelompok pendukung yang telah ada sebagai

pilihan kepada pasien.

f. Ciptakan suasana yang menyenangkan.

g. Klarifikasi sejak awal tujuan dari kelompok pendukung serta tugas setiap

anggota dan ketua kelompok.

h. Jika diperlukan, pilih wakil ketua.

i. Jika diperlukan buat surat pendaftaran/kesediaan sebagai anggota.

j. Pilih anggota yang akan berpartisipasi dan berkontribusi aktif dalam

kegiatan kelompok.
27

k. Buat kelompok dengan jumlah anggota yang sesuai (misalnya., 5-12

orang/kclompok).

l. Sampaikan pentingnya kehadiran setiap anggota.

m. Sampaikan bahwa anggota baru dapat bergabung kapan saja.

n. Tentukan jadwal dan tempat pertemuan rutin.

o. Lakukan pertemuan 1-2 jam.

p. Mulai dan akhiri tepat waktu dan minta agar peserta tidak meninggalkan

pertemuan sebelum selesai.

q. Susun kursi secara melingkar agar suasana lebih cair.

r. Buat jadwal rutin yang sesuai (misalnya., 6-12 sesi pertemuan) sesuai

dengan target dan tujuan per kegiatan.

s. Buat peraturan bagi semua anggota agar tidak membuat ma- salah yang

dapat mengganggu jalannya kegiatan kelompo Monitor keaktifan setiap

peserta dalam kelompok.

t. Dorong agar setiap peserta dapat menyampaikan pikiran

pengetahuannya.

D. Konsep Teori Keperawatan Nola J. Pander

1. Sejarah Nola J. Pender

Nola J. Pender lahir di Lansig, Michigan pada tanggal 16 Agustus

tahun 1941. Saat berusia 7 tahun, Nola J. Pender sudah tertaruk dengan

mengamati para perawat yang sedang memberi asuhan keperawatan.

Keinginan Nola J. Pender memberikan perawatan kepada orang lain


28

dikembangkan melalui pengalaman dan pendidikan yang dilaluinya. Pada

tahun 1962, Nola J. Pender mendapatkan gelar diploma keperawatan dan

selanjutnya bekerja di RS Michigan. Pada tahun 1964, Nola J. Pender

meraih gelar BSN di Universitas State Michigan di East Lansig, dan gelar

MA pada bidang pertumbuhan dan perkembangan di Universitas Michigan

pada tahun 1965. Gelar Ph.D di bidang psikologi dan pendidikan diraih

tahun 1969 dari Universitas North Western di Evanston Illinois.

Nola J. Pender menikah dengan Albert Pender seorang asisten

professor di bidang bisnis dan ekonomi juga memberikan inspirasi

menghasilkan sebuah tulisan tentang keperawatan dalam perpektif ekonomi.

Tahun 1975, Nola J. Pender mempublikasikan model konseptual kesehatan

preventif. Dasar studinya yaitu bagaimana individu membuat keputusan

tentang perawatan kesehatan mereka sendiri dalam konteks keperawatan.

Pada tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan dalam praktek

keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi optimal tentang

kesehatan dan perlunya pencegahan penyakit. Model promosi kesehatan

pertama kali diterbitkan tahun 1987 dan mengalami revisi tahun 1996.

2. Promosi Kesehatan

Menurut WHO, promosi kesehatan yang memuat gaya hidup yang

lebih sehat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,

memperkuat tindakan masyarakat, mengorientasikan kembali pelayanan

kesehatan dan membangun kebijakan public yang sehat (Pender, 1997).

Kesehatan individu dan keluarga ditandai dengan efektifnya dalam


29

komunitas, lingkungan dan masyarakat dimana mereka perlu hidup. Perawat

mengerti dan memikirkan dan memikirkan dan usaha peningkatan derajat

kesehatan.

Dune telah menetapkan skema untuk upaya peningkatan derajat

kesehatan:

a. Kesehatan individu dalam penentuan status kesehatan mereka sendiri.

Meningkatkan derajat kesehatan pada seriap individu adalah membuat

keputusan pribadi dan praktek. Setiap derajat peningkatan harus

mempertimbangkan formulasi kesehatan nasional.

b. Kesehatan keluarga, dalam perkembangan kepercayaan kesehatan dan

tindakan kesehatan mempunyai sebuah karacter yang berbeda dan

kekuatan struktur. Gaya orang tua juga lingkungan dapat memberikan

kesehatan atau sebaliknya. Perhatian harus lebih banyak diberikan

kepada perkembangan meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

c. Kesehatan komunitas merupakan kesehatan kelompok yang baik perilaku

mampu memperbaiki kondisi kehidupan keluarga dan kelompok.

d. Kesehatan lingkungan, yaitu manifestasi dalam keharmonisan dan

keseimbangan diantara dua manusia dan disekeliling mereka.

e. Kesehatan masyarakat, semua anggota masyarakat mempunyai standart

hidup menemukan kebutuhan dasar manusia dan juga dapat mengajak

dalam beraktifitas yang cepat kepotensi mereka. Sebuah masyarakat

dikatakan baik jika mau membantu dan bertanggungung jawab untuk

kesehatan.
30

3. Model Promosi Keseehatan Menurut Nola J. Pender

Hasil Perilaku
Sifat-sifat & Perilaku Spesifik
Pengalaman Pengetahuan dan Sikap
Individu
Keuntungan dari
tindakan yang dirasakan
Kebutuhan bersaing
Hubungan dengan segera (control
Penghambat untuk rendah) & Pilihan
perilaku bertindak yang
sebelumnya (Kontrol tinggi)
dirasakan
Kemajuan diri
dirasakan
Tindakan yang terkait
Faktor Pribadi; yang mempengaruhi
Komitment pd Metode
biologi,psikologis, Rencana Perilaku
social budaya Tindakan Promosi
Pengaruh hubungan keseKesehat
interpersonal (klg, an (HPM)
kelompok, provider),
norma dukungan dan
model

Pengaruh situasional;
pilihan, sifat kebutuhan;
estetika

Model Promosi Kesehatan (Pender, N.J, Murdaugh, C.L., & Parsons,

M. A, 2002). Promosi kesehatan dalam praktik keperawatan dikutip dari

Tomey & Alligood (2006).

a. Karakteristik dan pengalaman individu

1) Perilaku sebelumnya, mempunyai pengaruh langsung atau tidak

langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan:


31

a) Perilaku masa lalu mempunyai pengaruh langsungterhadap perilaku

promosi kesehatan saat ini dan dapat menjadi pembentuk kebiasaan

yang mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut

secara otomatis.

b) Sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu melalui persepsi

pada self efficacy, manfaat dan juga hambatan. Pengaruh positif

dan juga negatif dari perilaku dilaksanakan dimasukan ke dalam

memori sebagai informasi yang dimunculkan kembali saat

melakukan perilaku tersebut di masa yang akan datang. Perawat

juga dapat membantu pasien dalam pembentukan riwayat perilaku

yang positif di masa depan dengan memfokuskan pada tahap

perilaku tersebut. Membantu pasien mengatasi rintangan dalam

melaksanakan perilaku tersebut dan pengaruh positif pengalaman

yang sukses dan feed back positif.

2) Faktor personal

Faktor personal yaitu meliputi aspek biologis, psikologis dan

sosial budaya.

a) Faktor biologis personal, yaitu umur, status menopause, indeks

massa tubuh, kekuatan, status pubertas, kapasitas aerobik,

kecerdasan atau keseimbangan.

b) Faktor psikologis personal, merupakan bagian dari faktor ini adalah

kemampuan personal, status kesehatan, harapan diri, motivasi, dan

definisi sehat
32

c) Faktor social kultural, meliputi etnis, pendidikan, suku, dan status

ekonomi.

b. Manfaat tindakan (perceived benefits of actions)

Seseorang dalam berencana melaksanakan perilaku tertentu

tergantung pada antisipasi terhadap manfaat yang akan dihasilkan.

Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi

perilaku positif berdasarkan teori expecting value.

c. Hambatan tindakan yang dirasakan

Hambatan yang diantisipasi (perceived barriers to actions) telah

secara berulang terlihat dalam penelitian empiris, mempengaruhi

intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku yang nyata. Kaitan dengan

perilaku promosi kesehatan, ini dapat berupa imaginasi maupun nyata

yang terdiri atas: persepsi mengenai ketidaktersediaan, biaya,

tidak menyenangkan, kesulitan atau penggunaan waktu untuk tindakan-

tindakan khusus.

d. Kemajuan diri (perceived self efficacy)

Kemajuan diri adalah judgment dari kemampuan untuk

menyelesaikan tingkat performance yang pasti dimana tujuannya yaitu

suatu judgment dari suatu konsekuensi sebanyak perilaku yang akan

dihasilkan. Perasaan efficacy dan keterampilan dalam performance

seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan perilaku yang lebih

banyak daripada perasaan ceroboh.


33

e. Hasil perilaku

Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku yang di

harapkan, bagian untuk merencanakan tindakan merupakan awal dari

suatu peristiwa perilaku.

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti dan
No Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
tahun
1 Ikafah The Effect Of Variabel bebasnya Perlakuan peer
(2015) Peer Group dukungan peer group group atau
Support To dan variabel kelompok sebaya
Psychological terikatnya adalah ternnyata dapat
Response Of respon psikologi mengubah respons
Patient With psikologis
Breast maladaptif menjadi
Cancer: A respons psikologis
Quasy adaptif pada wanita
Experiment yang menderita
kanker payudara,
hal ini berarti
bahwa dengan
perlakuan peer
group akan
merubah kondisi
psikologis
seseorang dan
dampaknya
diantaranya dapat
merubah psikologis
maladaptrif
menjadi adaptif
2 Maria The Influence Variabel bebasnya Peer group dapat
(2014) Of Peer adalah dukungan membantu pasien
Group kelompok sebaya dan hipertensi dan hasil
Support On variabel terikatnya penelitiannya
The yaitu kepatuhan bahwa dengan
Compliance manajemen gaya memberikan
Of Life-Style hidup dan perlakuan peer
34

Peneliti dan
No Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
tahun
Management penggunaan obat group, dapat
And Drug pada pasien meningkatkan
Taking In hipertensi ringan kepatuhan pasien
Mild hipertensi terhadap
Hypertensive manajemen gaya
Patients hidup dan
Using Pre- penggunaan obat.
Experiment Perubahan perilaku
Health ini akan berdampak
Promotion pada penurunan
Model In tekanan darah
Community karena terjadi
Health perubahan gaya
Center, hidup pada pasien
Ruteng hipertensi tersebut
3 Kusumawaty Hubungan Variabel bebasnya Ada hubungan
(2016) Jenis Kelamin adalah jenis kelamin antara jenis
dengan dan variabel kelamin dengan k
Intensitas terikatnya yaitu hipertensi pada
Hipertensi intensitas hipertensi lansia karena nilai
pada Lansia X2 hitung > X2
di Wilayah tabel (11,445 >
Kerja 7,185)
Puskesmas
Lakbok
Kabupaten
Ciamis
4 Raihan Faktor-faktor Variabel bebasnya Faktor yang
(2014) yang adalah kebiasaan berhubungan
Berhubungan merokok, dengan hipertensi
dengan aktivitas/olahraga, primer yaitu
Kejadian pola asupan garam, kebiasaan merokok,
Hipertensi dan stres dan variabel aktivitas, pola
Primer Pada terikatnya yaitu asupan garam, dan
Masyarakat di hipertensi primer stres.
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Rumbai
Pesisir
5 Natalia Hubungan Variabel bebasnya Terdapat perbedaan
(2014) Obesitas adalah obesitas dan bermakna antara
dengan variabel terikatnya obesitas dan
Hipertensi yaitu hipertensi hipertensi.
35

Peneliti dan
No Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
tahun
pada Penderita obesitas
Penduduk mempunyai risiko
Kecamatan mengalami
Sintang hipertensi 2,2 kali
Kalimantan lebih besar
Barat dibandingkan
dengan subjek
dengan IMT
normal
6 Ponto (2016) Hubungan Variabel bebasnya Ada hubungan
antara adalah obesitas, yang signifikan
Obesitas, konsumsi natrium, antara obesitas
Konsumsi dan stres, sedangkan dengan kejadian
Natrium, dan variabel terikatnya hipertensi (p =
Stres dengan yaitu kejadian 0,014; OR = 3,01
Kejadian hipertensi dan 95% CI = 1,32
Hipertensi – 6,85). Ada
Pada Orang hubungan yang
Dewasa di signifikan antara
Puskesmas konsumsi natrium
Tompaso dengan kejadian
Kabupaten hipertensi (p =
Minahasa 0,000; OR = 26,07
dan 95% CI = 7,00
– 97,09). Konsumsi
natrium merupakan
variabel yang
dominan
berhubungan
dengan kejadian
hipertensi (OR =
33,472), diikuti
faktor umur (OR =
4,800) dan obesitas
(OR = 2,897)
7 Kishore Prevalence of Variabel bebasnya Faktor yang
(2016) Hypertension adalah umur, jenis signifikan terhadap
and kelamin, pendidikan, hipertensi di daerah
Determination pendapatan pedesaan di Delhi
of Its Risk sedangkan variabel adalah usia dan
Factors in terikatnya yaitu pendidikan
Rural Delhi hipertensi
8 Nuraini Risk Factors Variabel bebasnya Faktor hipertensi
(2015) of adalah diet, obesitas, yang dapat
36

Peneliti dan
No Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
tahun
Hypertension merokok, dan dimodifikasi yaitu
penyakit DM merokok, diet,
usia, ras, jenis obesitas, dan
kelamin dan genetik penyakit DM dan
sedangkan variabel faktor yang tidak
terikatnya yaitu dapat dimodifikasi
hipertensi yaitu jenis kelamin,
usia, ras dan
genetik.
9 Yoani maria the influence Variable Manajemen
V. B. Aty of peer group bebas/idependennya hipertensi yang
(2014) support on the adalah promosi komprehensif akan
compliance kesehatan metode mengurangi
peer group. kejadian
of life-style kardiovaskular.
management Variable terkaitnya Dukungan
and drug atau dependen adalah kelompok sebaya
taking in mild kepatuhan pasien adalah salah satu
hypertensive terhadap manajemen metode promosi
patients using gaya hidup dan kesehatan yang
pre- penggunaan obat efektif dalam
experiment meningkatkan
health perilaku hidup
promotion sehat dan menekan
model in rasa sakit.
community menggunakan
health center, pendekatan Model
ruteng Promosi Kesehatan
di pusat kesehatan
masyarakat, di kota
Ruteng, Kabupaten
Manggarai.
Penelitian ini
adalah penelitian
pra-eksperimental
dengan desain satu
kelompok pretest-
posttest. Ukuran
sampel dalam
penelitian ini
adalah 40 pasien
dengan hipertensi
ringan. Data
dianalisis
37

Peneliti dan
No Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian
tahun
menggunakan
Anova, uji regresi
linier dan uji-t
berpasangan.
Hasilnya pada
kepatuhan
responden sebelum
dan sesudah rekan
kelompok
pendukung
diperoleh nilai t -
25,182 dan p
0,000> 0,05 (α).
Kesimpulannya,
Dukungan
Kelompok Teman,
dapat menekan
hipertensi
kepatuhan pasien
terhadap
manajemen gaya
hidup dan
penggunaan
narkoba.
38

F. Kerangka Teori

Hasil Perilaku
Sifat-sifat & Perilaku Spesifik
Pengalaman Pengetahuan dan Sikap
Individu
Pemecahan masalah
hipertensi

Perilaku masalah,
setelah edukasi Dirasakan kriteria Penanganan non
peer group eksklusi farmakologi

Perilaku yang
sebelumnya

Edukasi Peer Group


Pengetahuan, sikap, Peer group, Metode
perilaku aturan dan Perilaku
patuh Promosi
Kesehatan
Peer Group
(HPM)

Hipertensi

Gambar 3.1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Teori Nola J. Pender

Anda mungkin juga menyukai