PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi lansia pada dasarnya adalah ilmu yang
mempelajari permasalahan-permasalahan psikologis,tingkah laku dan kebiasaan yang
terjadi ketika seseorang mencapai tahapan usia yang memasuki kategori lanjut usia
seperti yang telah dijelaskan pada definisi lansia diatas.
1. Aspek Intelektual
Penurunan kemampuan intelektual pada lansia adalah sesuatu yang tidak bisa
terhindarkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit, kecemasan
ataupun depresi. Namun, kemampuan intelektual dapat dipertahankan dengan cara
menciptakan lingkungan yang dapat melatih dan merangsang kemampuan intelektual
mereka. Cara tersebut juga bisa mengantisipasi terjadinya kepikunan pada mereka.
2. Aspek Emosional
Adanya perasaan tidak enak yang harus dihadapi oleh para lanjut usia seperti
merasa tersisih, merasa tak dibutuhkan lagi, penyakit yang tak kunjung sembuh ataupun
kematian pasangan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri, depresi, ketakutan
sehingga lanjut usia sulit menyelesaikan suatu masalah dan melakukan penyesuaian diri.
Maksud dari penyesuaian diri pada usia lanjut disini adalah kemampuan usia
lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan fisik maupun sosial psikologis yang
dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari lingkungan,
yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga memenuhi kebutuhannya tanpa menimbulkan masalah baru.
3. Apek Spiritual
Beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang yang telah mencapai tahap
usia lanjut akan lebih dekat dengan agama. Hal ini menunjukan bahwa adanya tingginya
level seperti dalam hal kepuasan dalam hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan
spiritual berpengaruh besar terhadap ketenangan batin para lansia begitu juga dalam hal
kesehatan fisik maupun mental.
4. Aspek Kepribadian
Perkembangan kepribadian bersifat dinamis, yang artinya selama individu tersebut masih
mampu bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menerima pengalaman baru
atau hal-hal positif maka kepribadiannya semakin matang dan mantap. Bagi lansia yang
sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik tergantung dari tingkat depresi yang
dialami pada fase kehidupan sebelumnya.
Namun, tidak sedikit juga yang menyebutkan bahwa saat usia lanjut seseorang biasanya
akan kembali ke masa kanak-kanak. Artinya, tindakan yang dilakukan harus
diperlihatkan kepada orang lain jika tidak mereka tidak akan memperoleh kepuasan.
Masa muda seorang lansia sering diartikan sebagai karikatur kepribadiannya di masa
lansia.
Kesepian, kehilangan pasangan hidup atau berada jauh dengan anak-anak yang
telah mempunyai kesibukannya masing-masing kadang membuat para lansia
merasa kesepian. Namun ada juga lansia yang memiliki aktivitas sosial yang
tinggi tidak merasa kesepian ketika ditinggal atau berada jauh dengan orang yang
dicintainya.
Duka cita, duka cita akibat kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang dapat
menimbulkan depresi yang sangat mendalam pada lansia sehingga memicu
gangguan fisik dan kesehatannya. Depresi dikarenakan duka cita biasanya
bersifat self limiting
Depresi, beragam permasalahan hidup seperti kemiskinan, penyakit yang tak
kunjung membaik, kematian pasangan, keturunan yang tidak bisa merawatnya
dapat menyebabkan depresi.
Kecemasan yang berlebihan, gangguan kecemasan biasanya terjadi karena
depresi, efek samping obat ataupun penghentian konnsumsi suatu obat.
Parafenia, merupakan suatu bentuk scizofenia yang berbentuk pada rasa curiga
yang berlebihan. Hal ini terjadi pada lansia yang terisolasi atau menarik diri dari
kehidupan sosial.
Sindroma diganose, keadaan dimana seorang lansia menunjukan tingkah atau
prilaku yang mengganggu seperti bermain-main dengan urin atau menumpuk
barang-barangnya dengan tidak teratur.
Upaya yang bisa dilakukan keluarga dalam membina psikis lansia yaitu :
Keluarga harus menyediakan waktu untuk mengajak lansia berbicara dari hati ke
hati sehingga lansia tersebut tidak merasa kesepian dan mengungkapkan segala
keluh kesahnya.
Memberikan perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman serta motivasi.
Memahami apa yang mereka rasakan dan mencari penyebab permasalahannya.
Keluarga harus dapat memberi penjelasan agar lansia tersebut menerima
perubahan dirinya dengan lapang dada dan dengan senang hati memasuki
tinkatan kehidupan yang baru.
Berusaha meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan membuat dirinya
bermanfaat bagi orang lain.
Apabila lansia menghadapi masalah gangguan mental yang cukup menggangu
diharapkan segera dikonsultasikan kepada ahli.
Pada intinya perubahan psikis yang terjadi pada lansia semata-mata hanya karena mereka merasa
kesepian dan ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekat yang dicintainya. Maka
sebagai anak atau kerabat, luangkanlah waktu untuk merawat mereka dengan kasih sayang dan
perhatian yang tulus seperti mereka merawat kita sejak kecil. Dengan kasih sayang dan perhatian
mereka akan mendapatkan kebahagian hidup di masa senjanya. Sekian artikel kali ini, semoga
bermanfaat. Terima kasih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lanjut usia (Lansia) merupakan suatu kelompok yang memiliki subkultur yang
terintegrits dalam masyarakat dan berinteraksi sesama lansia. Dalam teori psikologos
menjelaskan mengenai berbagai lingkupkehidupan lansia yang dipengaruhi oleh factor
biologis dan dan social serta melibatkan kehidupan dimana lansia itu berada. Para
lansia merasa kurang mampu berinteraksi dengn yang bukan lansia disebabkan oleh
kondisi perubahan fisik yang cenderung menurun sehingga aktivitas tidak bias
menyamai dengan berusia muda Para lanjut usia dengan berbagai gangguan yang ada
mempunyai permasalahan psikososial memerlukan penanganan secara baik dan
berkualitas
DAFTAR PUSTAKA