Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANCASILA

NEGARA PANCASILA SEBAGAI NEGARA KEBANGSAAN


YANG BERKETUHANAN YANG MAHA ESA,
PERTUMBUHAN KESADARAN BANGSA, SEJARAH
SINGKAT BERDIRINYA RI DAN INTEGRASI NASIONAL

DOSEN PENGAMPU : MARDELI, S.Ag, MA.


DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
1. Muhammad Fathul Arifin 1730202203
2. Muhammad Usman 1730202210
3. Muhammad Taufik Ramadhan 1730202209

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN RADEN FATAH
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah dasar filsafat negara kita, negara Republik Indonesia,
yang menjadi landasan supremasi hukum di negara kita yang menjadi tolak ukur
bagi perjalanan negara kita dari waktu disahkannya Pancasila sebagai dasar
negara.
Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara
Republik Indonesia mengalami berbagai macam intrepretasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa. Di dalam sila yang pertama jelas
sekali tersebut berbunyi “Ketuahanan Yang Maha Esa” yang begitu bermakna
dalam kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia yang beragama. Kewajiban
beragama bagi warga negara Indonesia adalah tiada adanya paksaan, boleh
memilih sesuai hati nuraninya, karena dilindungi oleh UUD 1945
Jika kita melihat semua kejadian yang terjadi di indonesia sekarang,
timbulnya ajaran agama baru dan runtuhnya toleransi umat beragama. kejadian-
kejadian itu bersumber pada perbedaan dan ketidakcocokan ideologi Pancasila
sebagai ideologi negara Indonesia dengan ideologi yang mereka anut. Dengan
kata lain mereka yang melakukan kudeta atas dasar keyakinan akan prinsip yang
mereka anut adalah yang paling baik, khususnya bagi orang-orang yang berlatar
belakang prinsip agama.

B. Rumusan Masalah

1. Maksud Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa ?

2. Bagaimana untuk Menumbuhkan kesadaran Bangsa terhadap Pancasila?

3. Bagaimana Sejarah Singkat Berdirinya RI dan Integrasi Nasional?


BAB II
PEMBAHASAN
A. Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa

Negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah kesatuan


integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka memiliki sifat kebersamaan,
kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian inilah maka negara Pancasila
pada hakikatnya adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan adalah
sebagai Sang Pencipta segala sesuatu.1

Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam


Pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada Negara
Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang memisahkan
antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan negara agama yaitu
negara yang mendasarkan atas agama tertentu. Negara kebangsaan Indonesia
adalah negara yang mengakui TuhanYang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab, yaitu Negara Kebangsaan yang memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita yang luhur.
Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama, karena agama
adalah merupakan suatu keyakinnan bathin yang tercermin dalam hati sanubari
dan tidak dapat dipaksakan. Tidak ada satu agamapun yang membenarkan untuk
memaksakan kepada orang lain untuk menganutnya. Dengan perkataan lain,
negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaan masing-masing.2
Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah “Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Oleh karena sebagai dasar Negara maka sila tersebut
merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam aspek penyelenggaraan
Negara, baik yang bersifat material maupun spiritual. Dengan lain perkataan
1
Kaelan. Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta : Paradigma, 2016), hlm 82.
2
Ibid., hlm. 83.
bahwa segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat nilai-
nilai yang berasal dari Tuhan baik material maupun spiritual.
Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila “Ketuhanan Yang Maha
Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk
menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara. Dengan
dasar sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, maka politik negara mendapatkan dasar
moral yang kuat, sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kea rah jalan
kebenaran, keadilan, kebaikan kejujuran dan persaudaraan (Hatta, Panitia Lima,
1980).3

B. Hubungan Negara dengan Agama

Hubungan Negara dengan Agama hakikatnya adalah merupakan suatu


persekutuan hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk social. Oleh karena itu sifat dasar kodrat manusia
tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara sebagai manifestasi kodrat
manusia secara horizontal dalam hubungan manusia dengan manusia lain untuk
mencapai tujuan bersama dan negara memiliki sebab akibat langsung dengan
manusia adalah sebagai pendiri negara serta untuk mencapai tujuan manusia itu
sendiri.

Namun perlu disadari bahwa manusia sebagai warga hidup bersama,


berkedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk sosial Tuhan
Yang Maha Esa. Sebagai makhluk pribadi ia dikarunia kebebasan atas segala
kehendak kemanusiannya, sehingga hal inilah yang merupakan suatu kebebasan
asasi yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa ia memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi harkat
kemanusiaanya yaitu menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.4

Ibid., hlm. 84.


3

Karsadi, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


4

2014), hlm. 67.


C. Mengembangkan sikap yang Didasari Percaya dan Takwa
Terhadap Tuhan yang Maha Esa dalam Kehidupan Sehari-hari.

Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus benar-benar kita


tanamkan dalam hati sanubari. Selanjutnya, kepercayaan dan ketakwaan harus kita
wujudkan dalam perbuatan sehari-hari sesuai dengan aturan-aturan dalam agama.

Contoh perwujudan ketakwaan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa


dalam kehidupan sehari-hari ialah menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing dengan sungguh. Kita jangan sampai salah mengerti akan arti
beribadah. Beribadah itu tidak hanya sekedar bersembahyang atau berdoa di
tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja, kuil, pagoda, atau pura. Melainkan
harus diimbangi dengan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan perintah Tuhan.
Menjalankan perintah-Nya, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

Perbuatan yang baik sesuai dengan perintah Tuhan, misalnya mengasihi


sesama manusia, suka memaafkan, sekalipun orang itu membenci kita, suka
menolong tanpa pamrih, jujur, rendah hati, menepati janji, mau berkorban untuk
oranglain, dan sebagainya.

Untuk mengembangkan sikap percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang


Maha Esa perlu adanya pembinaan. Pembinan dapat dilakukan dengan cara-cara
berikut.5

1. KETELADANAN

Di dalam masyarakat kita, pemimpin, pemuka masyarakat, dan tokoh agama


mempunyai penaruh terhadap perilaku masyarakat. Semua tindakan dan perilaku
yang baik perlu kita teladani. Sebagai generasi muda khususnya pelajar, kita harus
mampu berbuat baik, yang didasari rasa iman dan takwa. Perbuatan yang
demikian merupakan teladan bagi adik-adik generasi penerus kita. Jadi, segala

5
Syahrial Syarbani. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2004), hlm 72
perbuatan yang kita lakukan harus dilandasi iman dan takwa sebab perbuatan ini
akan diteladani oleh penerus kita.6

2. MEMBERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Untuk mengembangkan sikap iman dan takwa kepada Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari, diperlukan bimbingan. Bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan, penerangan, dan ceramah. Baik dari pemuka masyarakat, pemimpin
atau tokoh agama. Dalam memberikan bimbingan ini, terutama kita harus berbuat
baik. Melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal-hal
yang diberikan dalm bimbingan dan penyuluhan adalah sebagai berikut.

a) Segala perbuatan yang kita lakukan, hendaknya berdasarkan iman dan


takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Kita harus menjalankan ibadah sesuai dengan agmanya masing-masing

c) Antar pemeluk agama hendaknya saling menghormati

d) Kita tidak boleh merusak alam dan lingkungan. Karena alam dan
lingkungan seperti gunung, hutan, laut, udara adalah ciptaan Tuhan

e) Sebagai manusia bertakwa, hendaknya selalu berusaha dan bekerja keras.


Tidak boleh malas dan menerima takdir Tuhan

f) Tidak dibenarkan penyebaran ajaran/paham ateis yang mengingkari


adanya Tuhan propaganda anti agama.7

D. Pertumbuhan Kesadaran Masyarakat Akan Pancasila

6
Ibid., 73
7
Ibid., 74
Untuk Menumbuhkan kesadaran terhadap Nilai-nilai Pancasila, tentunya
kita harus terlebih dahulu mengetahui faktor Penyebab Lunturnya Nilai-nilai
Pancasila, berikut adalah Faktor-faktor Negatif terhadap Nilai-nilai Pancasila :

1. Kurangnya peranan pendidikan Agama dalam pembentukan sikap


remaja.

Agama selalu membawa manusia pada jalan yang benar. Agama mengajarkan kita
untuk selalu berbuat baik bagi sesama. Jika kurangnya pegangan seseorang pada
ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya.
Namun, jika setiap orang utamanya generasi muda teguh dengan keyakinannya
kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu
adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya
sendiri atau kekuatan pengontrol dalam dirinya, tidak mau melanggar hukum-
hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya
remaja dari agama, semakin sulit memelihara moral dalam diri remaja itu, dan
semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak,
hukum dan nilai moral.8

2. Kurangnya pendidikan pancasila.

Remaja adalah aset bangsa. Di dalam lingkungan sekolah kita rasa pendidikan
Pancasila masih sangat kurang. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
kurang menjadi perhatian yang penting bagi kalangan remaja karena Nilai-nilai
pancasila dianggap kurang menarik untuk diterapkan, bahkan lebih parahnya lagi
belakangan ini remaja semakin mengarah kepada paham barat yang identik
dengan hidup bebas sebebas-bebasnya. dan mereka mereka seakan telah lupa
memiliki dasar negara sendiri yaitu Pancasila.

8
Yudi Latif. Falsafah Kebudayaan Pancasila nilai dan Kontradiksi Sosialnya, (Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2016), hlm 52
3. Kurang Efektifnya Pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah
tangga, sekolah maupun masyarakat.

Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut
semestinya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak
anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak
lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu
batas – batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya.
Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik, anak-anak akan
dibesarkan tanpa mengenal moral. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga
bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan
buruk, melainkan harus dibiasakan.9

4. Penyimpangan nilai – nilai Pancasila.

Kenakalan remaja juga termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.


Bagaimana tidak, Pancasila mengajarkan pada kita untuk mengutamakan Tuhan
didalam hidup kita, memiliki rasa simpati dan empati, bersatu walaupun kita
memiliki perbedaan satu sama lain, dan tidak mengutamakan pribadi, serta
bersikap adil kepada sesama kita. Itu hanya beberapa contoh kecil yang diberikan
Pancasila. Namun, dalam realita kehidupan masih banyak remaja yang melakukan
kenakalan remaja tanpa merasa bersalah pada diri sendiri, keluarga, dan negara.
Contohnya seperti tawuran antar sekolah yang menunjukkan bahwa anak muda
sekarang sudah tidak memiliki sikap toleransi, tenggang rasa, dan sikap saling
menghargai. Ada pula remaja yang bertengkar dan melakukan kekerasan kepada
temannya sendiri hanya karena berselisih pendapat dan juga banyaknya.10

5. Efek Globalisasi

9
Ibid., hlm 53
10
Ibid., hlm 54
Arus globalisasi sangat cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan 
remaja di Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat.
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kehilangan
kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia.

Hal tersebut ditunjukkan dengan gejala – gejala yang muncul dalam kehidupan
sehari – hari generasi muda jaman sekarang. Pertama, dari cara berpakaian banyak
remaja – remaja yang bergaya layaknya selebritis yang cenderung kebaratan.
Mereka memakai pakaian yang minim bahan. Padahal cara berpakaian tersebut
jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita.

Kedua, teknologi internet bukanlah hal yang asing lagi di Indonesia. Teknologi
internet dapat memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses dengan mudah
oleh siapa saja. Apalagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan sehari –
hari. Jika digunakan dengan semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang
berguna. Namun jika disalahgunakan akan membawa dampak buruk bagi kita.

Rasa sosial terhadap masyarakat akan memudar karena mereka lebih memilih
berkicau di media sosial dan lebih sibuk memegang handphone masing – masing.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan
santun dan cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan
sekitarnya.11

Setelah cukup banyak kita menteliti sedikit tentang faktor lunturnya Nilai-nilai
Pancasila, Maka dari itu perlu dilaksanakan antisipasi untuk mengatasi
menumbuhkan nilai – nilai Pancasila dan nasionalisme, antara lain:

a) Pendidikan Agama yang harus menjadi peranan penting untuk membentuk


ketakwaan pada diri generasi muda Indonesia
b) Pendidikan moral bagi anak hendaknya dilakukan sedini mungkin agar
membentuk generasi muda yang bermoral dan taat kepada norma aturan.

11
Ibid., hal 56
c) Pendidikan Pancasila yang harus ditanamkan sehingga dapat menjadi
pedoman dan landasan bagi generasi muda.
d) Menumbuhkan kesadaran dalam diri generasi muda Indonesia untuk
membangkitkan semangat Pancasila.
e) Menumbuhkan semangat nasionalisme, misalnya mencintai produk dalam
negeri.
f) Menanamkan dan mengamalkan nilai – nilai Pancasila dengan sebaik –
baiknya.
g) Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dan keyakinan dengan
sebaik – baiknya.
h) Lebih selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi,
maupun budaya bangsa.12

E. Sejarah Singkat Berdirinya Republik Indonesia

ditandai dengan dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Soekarno pada


tanggal 17 Agustus 1945. Namun proklamasi itu sendiri merupakan rangkaian
peristiwa yang melatarbelakangi terjadinya proklamasi tersebut. Bagaimana
kronologis lahirnya atau terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia itu?
Mari kita simak bersama rangkaian kronologis yang kami ulas secara singkat
padat berikut ini.

29 April 1945

BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam


bahasa Jepang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai  yang didirikan oleh pemerintah
Jepang pada tanggal yang beranggotakan 63 orang.

06 Agustus 1945 
12
Ibid., hlm 57
Sebuah bom atom meledak di kota Hiroshima, Jepang. Pada saat itu, padahal
Jepang sedang menjajah Indonesia.13

07 Agustus 1945

BPUPKI kemudian berganti pada tanggal menjadi PPKI (Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi inkai

9 Agustus 1945

Bom atom kedua kembali dijatuhkan di kota Nagasaki yang membuat Negara
Jepang Menyerah Kepada Amerika Serikat. Momen ini dimanfaatkan Indonesia
untuk memproklamasikan kemerdekaannya. 

10 Agustus 1945

Sutan Syahrir mendengar lewat radio bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu,
yang membuat para pejuang Indonesia semakin mempersiapkan kemerdekaannya.
saat kembalinya Soekarno dari Dalat, sutan syahrir mendesak kemerdekaan
Indonesia. 

15 Agustus 1945 

Jepang benar-benar menyerah pada Sekutu. 

16 Agustus 1945 

Dinihari Para pemuda membawa Soekarno beserta keluarga dan Hatta ke Rengas
Dengklok dengan tujuan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Wikana dan Mr. Ahmad Soebarjo di Jakarta menyetujui untuk memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu diutuslah Yusuf Kunto menjemput
Soekarno dan keluarga dan juga Hatta. Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta
awalnya ia dibawa ke rumah nishimura baru kemudian di bawa kembali ke rumah
Laksamana Maeda. untuk membuat konsep kemerdekaan. Teks porklamasi pun
disusun pada dini hari yang diketik oleh Sayuti Malik. 

17 Agustus 1945 
13
Rizki Lesus, Perjuangan yang Dilupakan, (Yogyakarta : Pro U Media, 2017), hlm 48
Pagi hari di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Teks proklamasi
dibacakan tepatnya pada pukul 10:00 WIB dan dikibarkanlah Bendera Merah
Putih yang dijahit oleh Istri Soekarno, Fatmawati. Peristiwa tersebut disambut
gembira oleh seluruh rakyat Indonesia.14

18 Agustus 1945

PPKI mengambil keputusan, mengesahkan UUD 1945, dan terbentuknya NKRI


(Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta terpilihnya Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Republik Indonesia.

Isi Teks Proklamasi 1945

Berikut isi teks proklamasi yang telah dikonsep oleh Ir. Soekarno

Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan

dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia.

Soekarno/Hatta15

F. Sejarah Singkat Lahirnya Integrasi Nasional di Indonesia

Modal awal Integrasi Nasional adalah adanya rasa senasib dan


sepenanggungan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Meski
perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah pada selang waktu

14
Ibid., 49
15
Ibid., 51
sebelum abad 20 dengan ditandai adanya sifat kedaerahan, akan tetapi, rasa
senasib sepenanggungan yang ditunjukkan oleh para pejuang dan pandahulu kita
telah mencerminkan adanya benih-benih yakni semangat kebangsaan, yang pada
gilirannya kelak akan membentuk keutuhan bangsa Indonesia. Memasuki pada
abad 20, gejala semangat kebangsaan semakin membara dan terlihat, dengan
munculnya berbagai organisasi atau pergerakan yang menjadi salah satu titik awal
kebangkitan nasional. Perjuangan melalui berbagai organisasi seperti contohnya
Budi Utomo, Serikat Dagang Islam yang kemudian akhirnya menjadi Serikat
Islam. Perhimpunan Indonesia dan lain sebagainya mencitrakan bahwa adanya
Integrasi Sosial dan Kultural. Pada dekade 1920an, para pemuda tampil di dalam
panggung sejarah Indonesia dengan menyongsong tema persatuan dan kesatuan
untuk menuju Indonesia yang merdeka. Melalui peristiwa Sumpah Pemuda pada
28 Oktober 1928, para pemuda menunjukkan segala peran serta dalam
pembentukan integrasi nasional. Pasca proklamasi kemerdekaan, perjalanan
bangsa Indonesia di dalam bernegara harus ditempuh dengan berbagai peristiwa.
Berbagai cobaan yang mengguncang keutuhan bangsa juga dialami, ancaman dan
bahaya terhadap suatu negara yang tengah membangung keutuhan bangsa harus
bisa dihadapi.16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

16
Dikutip dari Website https://brainly.co.id/tugas/5778085 pada : pada 22 oktober pukul
22.04
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang hanya ada di
negara kita. Sebagai dasar negara, Pancasila merupkan hasil rumusan dari nilai-
nilai dan norma-norma yang berakar dan tumbuh dalam dan dari kepribadian
bangsa Indonesia yang dijiwai oleh agama yang hidup di negara ini. Dalam
Pancasila telah dijamin kebebasan hidup beragama terutama pada sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kita wajib mengakui dan meyakini, bahwa di luar alam semesta ini masih
ada zat yang sempurna, yaitu Tuhan pencipta atau Al-Khalik. Tuhan pencipta
alam semesta sekaligus sebagai pengatur. Kepercayaan dan ketakwaan kepada
Tuhan dapat dibuktikan melalui amal perbuatan kita.

Setiap bangsa mempunyai ideologi nasional sesuai dengan pilihannya.


Identitas nasional yang dipilihnya itu mencerminkan identitas atau jati diri bangsa
yang bersangkutan. Bangsa Indonesia memilih dan menetapkan Pancasila sebagai
ideologinya.

B. Saran

Sebagai dasar filsafah negara sewajarnya bangsa kita menjunjung tinggi


Pancasila dan menjaga penuh dengan nyawa untuk kedaulatan bangsa yang ber-
Pancasila. Dengan silanya Ketuhanan Yang Maha Esa kita hendaknya bersatu
walaupun di negara ini banyak berbagai macam agama tapi kita harus memandang
dan berpikir bahwa agama-agama yang kita anut sudah diakui oleh negara, maka
dari itu, sebaiknya kita sebagai umat Beragama menjadi stabilitas negara tanpa
merasa adanya perbedaan Karena kita ada di negara yang satu Negara Republik
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Dikutip dari Website https://brainly.co.id/tugas/5778085 pada : pada 22 oktober
pukul 22.04

Kaelan, 2016, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta, Paradigma.

Karsadi, 2014, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Yogyakarta, Pustaka


Pelajar.

Syarbani, Syahrial. 2004, Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi, Bogor,


Ghalia Indonesia.

Latif, Yudi. 2016 Falsafah Kebudayaan Pancasila nilai dan Kontradiksi


Sosialnya, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Lesus, Rizki. 2017 Perjuangan yang Dilupakan, Yogyakarta, Pro U Media.

Anda mungkin juga menyukai