Askep Penyakit Paru Obstruktif Kronik CO
Askep Penyakit Paru Obstruktif Kronik CO
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang progresif, artinya penyakit ini
berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam
perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan
penyakit ini, antara lain faktor resiko yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti
kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetic dan perubahan cuaca.
Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang memungkinkan
adanya reversible. Tahap perjalan penyakit dan penyakit lai di luar paru seperti sinusitis dan faringitis
kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin cepat terjadi. Untuk
melakukan penatalaksanaan PPOK perlu siperhatikan bebrapa faktor tersebut, sehingga
pengobatannya menjadi lebih baik.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Pengertian
COPD merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Bronkitis kronik, emfisema paru, dan asma bronkia membentuk kesatuan
yang disebut COPD.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mucus
yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum
selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam dua tahun berturut-turut.
Sputum yang terbentuk dapat berupa mukoid atau mukopurulen.
Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh
pembesaran alveolus dan dukus alveolaris yang tidak normal, serta destruksi dinding alveolar.
Emfisema dapat didiagnosis secara tepatdengan menggunakan CT scan resolusi tinggi.
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan hipersensitivitas cabang trakebronkial
terhadap berbagai jenis ransangan dan keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas
secara priodik dan reversible akibat bronkospasme.
Menurut Black.J.M & Matassarin,.E.J.1993: “PPOK merujuk pada sejumlah gangguan yang
memengaruhi pergerakan udara dari dank e luar paru. Gangguan yang penting adalah Bronkitis
obstruktif, Emphysema dan asma Bronkiale.”
Menurut Enggram,B.1996 : Yaitu suatu kondisi di mana aliran udara paru tersumbat secara terus
menerus. Proses penyakit ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3 kondisi berikut ini Bronkitis
obstruktif, Emphysema dan asma Bronkiale dengan suatu penyebab primer yang lain adalah
komplikasi dari penyebab penyakit primer.
2. Patofisiologi
Faktor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan mendatangkan proses inflamasi
bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkus terminal. Akibat dari kerusakan
akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat
ekspirasi banyak yang terjebak di alveolus, sehingga terjadi penumpukan udara (air trapping). Hal
iniah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi
pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan sekspirasi dan menimbulkan fase pemanjangan
ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan
mengalami gangguan (Brannon, et al,1993).
3. Etiologi
Factor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) :
a. Lingkungan (polusi)
b. Predisposisi bawaan, defisiensi alfa-1 antitripsin yang merupakan suatu protein. Kerja enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
c. Faktor infeksi, eksaserbasi bronchitis kronik dapat disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekuler oleh bakteri. Bakteri yang paling banyak adalah
Haemophilus influenza dan Streptococcus Pneumonia.
d. Rokok, terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan volume ekspirasi paksa. Rokok
berhubungan dengan hiperventilasi kelenjar mucus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran
pernafasan.
e. Sosial ekonomi, kematian pada penderita lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah.
f. Penyakit-penyakit seperti ; TBC, Bronkolektasis, Bronkitis kronik, dan empisema.
4. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala
Maenurut Brunner & Suddarth (2005):
a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah sangat banyak.
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan BB dan kelemahan.
g. Takikardi, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.
5. Pemeriksaan Diagnostik
- Sinar x dada : dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru ; mendatarnyasw diafragma ; peningkatan
area udara retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda
bronkovaskuler (bronchitis); hasil normal selama periode remisi (asma).
- Tes fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah
fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
- TLC : peningkatan pada luasnya bronchitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema.
- Kapasitas inspirasi :menurun pada emfisema, bronchitis kronik, dan asma.
- FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronchitis dan
asma.
- GDA : memperkirakan progresi proses penyakit kronis, missal paling sering PaO 2 menurun, dan
PaCO2 norma atau meningkat (bronchitis dan emfisema) tetapi sering menurun pada asma; pH
normah atau asidotik, alkalosis respiratorik ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema
sedang atau asma).
- Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi ; kolaps bronchial pada
ekspirasi kuat (emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronchitis.
- JDL dan diferensial :hemoglobin meningkat (emfisema luas) , peningkatan eusinofil (asma).
- Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnose emfisema
primer.
- Sputum : kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen,; pemeriksaan
sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi.
- EKG : Deviasi aksis kanan, peningkatan gelombang P (asma berat); disaritmia atrial (bronchitis),
peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronchitis, emfisema), aksis vertical QRS
(emfisema).
- EKG latihan, tes stress : membantu dalam mengkaji derajat fungsi paru, mengevaluasi keefektifan
terapi bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.
6. Penatalaksanaan:
Tujuan Prosedur
1. menghindari zat-zat yang mengiritasi bronkus Menghentikan merokok
2. mencegah atau mengatasi infeksi Antibiotik ; vaksin pneumokokus dan influenza.
3. meringankan bronkospasme Obat bronkodilator.
4. mengeluarkan sekresi bronkus. Perkusi dan drainase postural : hidrasi
5. meningkatkan kefektifan pernapasan. Latihan pernafasan
6. mencegah/memperlambat hipertensi Pengobatan dengan oksigen aliran rendah yang
pulmonal dan korpulmonale. terus menerus.
7. meningkatkan toleransi kerja fisik Program kerja fisik.
8. Meningkatkat protease-antiprotease. Pengobatan pengganti alfa-antitripsin.
9. meningkatkan elastisitas rekoil paru. Reseksi bedah (kasus-kasus tertentu).
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
- Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda:
Peningkatan TD
Peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia.
Distensi vena leher (Penyakit berat).
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membrane mukosa :normal atau abu-abu/sianosis ; kuku tabuh dan
sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukkan anemia.
- Integritas Ego
Gejala :
Peningkatan factor resiko
Perubahan pola hidup.
Tanda:
Ansietas, ketakutan, peka terhadap ransangan.
- Makanan/Cairan
Gejala :
Mua/muntah
Mapsu makan buruk/anoreksia (emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
Penurunan BB menetap (emfisema), peningkatan BB menunjukkan edema (bronchitis).
Tanda :
Turgor kulit buruk
Edema dependen
Berkeringat
Penurunan BB, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema)
Palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali (bronchitis).
- Higine
Gejala :
Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari-
hari.
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
- Pernafasan
Gejala :
Napas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema) khususnya pada kerja ; cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma);
rasa dada tertekan, ketidak mampuan untuk bernafas (asma).
“Lapar udara” kronis
Batuk menetap dengan prosuksi sputum tiap hari (terutama pada saat bangun_ selama
minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya dua tahun. Produksi sputum (hijau,
puti, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis kronis).
Episode batuk hilang-timbu, biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat
menjadi produktif (emfisema).
Riwayat pneumonia berulang, terpapar polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka
panjang (misalnya rokok) atau debu/asap (misalnya asbes, debu batubara, rami katun,
serbuk gergaji).
Faktor keluarga dan keturunan, misalnya defisiensi α-antitripsin (emfisema).
Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus.
Tanda :
Biasanya cepat dapat melambat ; fase ekspirasi memanjang dengan mendengkur. Nafas
bibir (emfisema).
Lebih memilih posisi 3 titik (“tripot”) untuk bernafas khususnya dengan eksaserbasi akut
bronchitis kronis.
Penggunaan otot bantu pernafasan, misalnya meninggikan bahu, retraksi fosa
supraklafikula, melebarkan hidung.
Dada; dapat terlihat hiperfentilasi dengan peninggian AP (bentuk-barrell) gerakan
diafragma minimal.
Bunyi nafas ; mungkin redup dengan bunyi ekspirasi mengi (emfisema) ; menyebar,
lembut atau krekels lembab kasar (bronchitis) ; ronki, mengi sepanjang area paru pada
ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak
adanya bunyi nafas (asma).
Perkusi ; hipersonan pada daerah paru (missal jebakan udara dengan emfisema) bunyi
pekak pada area paru (missal konsolidasi, cairan, mukosa).
Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari empat-lima kata sekaligus.
Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku; abu-abu keseluruhan; warna merah
(bronchitis kronis
- Keamanan
Gejala:
Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat/factor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi
Kemerahan/berkeringat (asma)
- Interaksi Sosial:
Gejala : Hubungan ketergantungan
Kurang system pendukung
Kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat.
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.
Tanda:
Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernafasan.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga.
- Seksualitas
Gejala :
Penurunan Libido
- Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
Penggunaan/penyalahgunaan obat pernafasan
Kesulitan menghentikan merokok
Penggunaan alcohol secara teratur
Kegagalan untuk membaik.
b. Prioritas Keperawatan
- Mempertahankan potensi jalan nafas.
- Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas.
- Meningkatkan masukan nutrisi.
- Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi.
- Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan.
c. Tujuan
- Ventilasi/ oksigenasi adekuat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Masukan nutrisi memenuhi kebutuhan kalori.
- Bebas infeksi.
- Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
d. Diagnosa Keperawatan:
1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
Bronkospasme.
Peningkatan produksi secret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental.
Penurunan energy/kelemahan.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius,
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi
missal penyebaran, krekels basah (bronchitis) ;
nafas, missal mengi,ronki, krekels
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi
(emfisema); atau tak adanya bunyi nafas (asma
berat).
Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau setelah
Kaji/pantau frekuensi pernafasan. Catat
stress/adanya infeksi akut. Pernafasan dapat
rasio inspirasi/ekspirasi.
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang
disbanding inspirasi.
Catat adanya derajat dispnea, missal Disfungsi pernafasan adalah variable yang
keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, tergantung pada tahap proses kronis selain proses
distress pernafasan, penggunaan otot akut yang menimbulkan perawatan di RS, misal
bantu. reaksi alergi, infeksi.
Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dengan grafitasi. Namun, pasien
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, dengan distress berat akan mencari posisi yang
misal peninggian kepala tempat tidur, paling mudah untuk bernafas. Sokongan
duduk pada sandaran tempat tidur. tangan/kaki dengan meja bantal,dll dapat
membantu menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan posisi lingkungan minimum,
Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat
misal; debu, asap, dan bulu bantal yang
mentriger episode akut.
berhubungan dengan kondisi individu.
Memberikan pasien beberapa cara untuk
Dorongan/bantu latihan nafas abdomen
mengatasi dan mengontrol dispnea dan
atau bibir.
menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk, misal; Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif,
menetap, batuk pendek, basah. Bantu khusunya bila pasien lansia, sakit akut, atau
tindakan untuk memperbaiki keefektifan kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk
upaya batuk. tinggi, atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
ml/hari sesuai toleransi jantung. sekret, mempermudah pengeluaran. Penggunaan
Memberikan air hangat. Anjurkan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama makan dapat
masukan cairan antara, sebagai pengganti
meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada
makanan.
diafragma.
Kolaborasi
Kemungkinan dibuktikan oleh: (tidak dapat diterapkan: adanya tanda-tanda dan gejala-gejala
membuat diagnose aktual).
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri
Awasi suhu Deman dapat terjadi karena infeksi dan/ atau
dehidrasi.
Kaji pentingnya latihan nafas,batuk efektif, Aktivitas ini meningkatkan mobilitas dan
perubahan posisi sering, dan masukan cairan pengeluaran sekret untuk menurunkan
adekuat. terjadinya infeksi paru-paru.
Observasi warna,bau, dan karakter sputum. Sekret berbau kuning atau kehijauan
menunjukkan adanya infeksi paru-paru.
Tunjukkan dan bantu pasien tentang Mencegah penyebaran patugen melalui cairan.
pembuangan tisu dan sputum. Tekankan cuci
tangan yang benar, dan panggunaan sarung
tangan bila memegang atau membuang tisu,
wadah sputum.
Awasi pengunjung berikan masker sesuai Menurunkan potensial terpajan pada penyakit
indikasi. infeksi (misal ISK).
Dorong keseimbangan antara aktivitas dan Menurunkan komsumsi/kebutuhan
istirahat. keseimbangan oksigen dan memperbaiki
pertahanan pasien terhadap infeksi,
meningkatkan penyembuhan.
Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat. Malnutrisi dapat memngaruhi kesehatan umum
dan menurunkan tahanan terhadap infeksi.
Kolaborasi:
Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau Dilakukan untuk mengidentifikasi organism
pengisapan untuk pewarnaan kuman Gram, penyebab dan kerentanan terhadap berbagai
kultur/sensitivitas. anti microbial.
Berikan antimicrobial sesuai indikasi. Dapat diberikan untuk organism khusus yang
teridentifikasi dengan kultur dan sensitivitas,
atau diberikan secara profilaktik karena resiko
tinggi.
Tindakan/intervensi Rasional
Mandiri:
Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
indivisu. Dorong pasien/orang terdekat untuk perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
menanyakan pertanyaan.
Instruksikan atau kuatkan rasional untuk latihan Nafas bibir dan nafas abdominal/diafragmatik
bernapas, batuk efektif, dan latihan kondisi menguatkan otot pernafasan, membantu
umum. meminimalkan kolaps jalan napas kecil, dan
memberikan indivisu arti untuk mengontrol
dispnea. Latihan kondisi umum meningkatkan
toleransi aktivitas, kekuatan otot dan rasa sehat.
Diskusikan obat pernafasan, efek samping, dan Pasien ini sering mendapat obat pernapasan yang
reaksi yang tak diinginkan. banyak sekaligus yang mempunyai efek samping
hamper sama dan potensial interaksi obat.
Penting bagi pasien memahami perbedaan
antara efek samping mengganggu (obat
dilanjutkan) dan efek samping meruikan (obat
mungkin dihentikan)
Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler, Pemberian obat yang tepat meningkatkan
seperti bagaimana memegang, interval penggunaan dan keefektifan.
semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler.
System alat untuk mencatat obat intermiten/ Menurunkan resiko penggunaan tak
penggunaan inhaler. tepat/kelebihan dosis dari obat kalo perlu,
khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif
terganggu.
Anjurkan untuk menghinadri agen sedative Meskipun pasien mungkin gugup dan merasa
antiansietas kecuali diresepkan diberikan oleh perlu sedative, ini dapat menekan pernafasan
dokter mengobati kondisi pernapasan. dan melindungi mekanismme batuk.
Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan Menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut,
gigi. di mana dapat menimbulkan infeksi pada saluran
nafas atas.
Diskusikan mengenai pentingnya menghindari Menurunkan pemajanan dan insiden
seseorang dengan infeksi pernafasan aktif. mendapatkan infeksi saluran napas atas.
Tekankan perlunya vaksinasi influenza/pnemokal
rutin.
Diskusikan faktor indivisu yang meningkatkan Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan/iritasi
kondisi, misal udara terlalu kering, angin, brokinal menimbulkan peningkatan produksi
lingkungan, dengan suhu ekstrem, serbuk, asap sekret dan hambatan jalan nafas.
tembakau, seprei, aerosol, polusi udara. Dorong
pasien/orang terdekat untuk mencari cara
mengontrol faktor ini dan sekitar rumah.
Kaji efek bahaya merokok dan nasehatkan Penghentian merokok dapat menghambat/
menghentikan rokok pada pasien dan/atau orang memperlambat kemajuan COPD.
terdekat.
Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas Mempunyai pengetahuan ini dapat
dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat memampukan pasien untuk mebuat pilihan atau
untuk mencegah kelemahan; cara menghemat keputusan informasi untuk menurunkan dispnea,
energy selama aktivitas (misal menarik dan memaksimalkan tingkat aktifitas, melakukan
mendorong, duduk dan berdiri selama aktifitas yang diinginkan, dan mencegah
melaukukan tugas), menggunakan nafas bibir, komplikasi.
posisi berbaring dan kemungkinan perlu oksigen
tambahn selama aktivitas seksual.
Diskusikan pentingnya mengikuti perawatan Pengawasan proses penyakit untuk membuat
medic, foto dada periodic, dan kultur sputum. program terapi untuk memenuhi perubahan
kebutuhan dan dapat dapat membantu
mencegah komlikasi.
Kaji kebutuhan/dosis oksigen untuk pasien yang Menurunkan resiko kesalahan penggunaan
pulang dengan oksigen tambahan. (terlalu kecil/banyak) dan komplikasi lanjut.
Anjurkan pasien/orang terdekat dalam Pasien ini dan orang terdekatnya dapat
penggunaan oksigen aman dan merujuk ke mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain
perusahaan penghasil sesuai indikasi. sesuai dengan penerimaan dengan penyakit
kronis yang mempunyai dampak pada pola hidup
mereka. Kelompok pendukung dan/kunjungan
rumah mungkin diperlukan/diinginkan untuk
memberikan bantuan, dukungan emosi, dan
perawatan.
Rujuk untuk evaluasi perawatan di rumah bila Memberikan kelanjutan perawatan. Dapat
diindikasikan. Berikan rencana perawatan detail membantu menurunkan frekuensi perawatan di
dan pengkajian dasar fisik untuk perawatan di RS.
rumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan
akut.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik adalah panyakit paru yang progresif, artinya penyakit ini
berlangsung seumur hidup dan semakin lama semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun.
COPD merujuk pada sebuah gangguan yang memngaruhi pergerakan udara dari dank e luar paru,
gangguan ini berupa asma, bronchitis obstruktif, emfisema.
Faktor yang dapat ,menimbulkan COPD adalah kebiasaan merokok, polusi udara, paparan zat
kimiawi, riwayat infeksi saluran nafas, dan genetika yaitu defisiensi alfa-1 atitripsin.
Tanda dan gejal dari penyakit COPD adalah batuk produktif, kronis yang membentuk sputum,
terjadi dispnea, nafas pendek dan cepat, anoreksia, penurunan BB, takikardi, berkeringat, hipoksia,
sesak dalam dada.
Komplikasi penyakit yang dapat terjadi pada COPD adalah Hypoxemia, Asidosisrespiratori,
infeksi saluran nafs, gagal jantung, cardiac aritmia, dan status asmatikus.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan terapi disertai pemberian antibiotic,
fisioterapi dada sedangkan untuk jangka panjang berupa rehailitasi, pemberian mukolitik dan
spektoran, serta latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
2. Saran
Semoga dari makalah ini kita sebagai calon tenaga medis yang nantinya turun berkecimpung
dalam dunia medis dapat memiliki pemahaman mengenai apa itu penyakit COPD dan bagaimana cara
menghadapinya, dan timbul niat dalam diri kita untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat seperti
tidak merokok dan selalu menjaga kebersihan sehingga resiko terpapar COPD dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E.Doenges, dkk. 2000. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sylvia A.Price, dkk. 2003. PATOFISIOLOGI (konsep Klinis Proses-proses Penyaki).Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.