Anda di halaman 1dari 3

Korporat Amerika (PT.

Freeport) vs Negara Indonesia

Presiden Joko Widodo pernah mengatakan dalam suatu kesempatan, Negara tidak boleh
kalah dengan entitas atau individu dalam menegakkan aturan – aturan yang berlaku. Imperatif
proposisi ini membangkitkan rasa hormat, kebanggaan, nasionalisme dan wibawa terhadap
Negara. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah benar Negara tidak pernah kalah dan tidak
akan mundur selangkahpun dalam menegakkan aturan ? Saya meragukannya, khususnya yang
berhubungan dengan penegakan aturan terhadap korporasi besar yang berasal dari Amerika yang
beroperasi di wilayah hukum Indonesia.

Sebagai salah satu contoh kasus korporasi di kekinian, saat ini pemerintah Indonesia
sedang menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan penegakan aturan terhadap korporat
Amerika yaitu PT. Freeport. Kita akan melihat, sejauh mana kemampuan pemerintah Indonesia
saat ini dapat menegakkan aturan yang berlaku di Indonesia. Dan bagaimana korporat besar
seperti PT. Freeport menghadapi atau cara – cara apa yang akan mereka lakukan agar pemerintah
Indonesia mau melunak dan bahkan mendapat solusi yang sesuai dengan harapan PT. Freeport.

PT. Freeport merupakan entitas bisnis yang memberikan keuntungan baik kepada Negara
asalnya Amerika, juga kepada warganya yang menjadi professional maupun para pemegang
saham di perusahaan tersebut. Belum lagi emas, tembaga dan mineral lainnya yang dihasilkan
PT. Freeport merupakan komoditas strategis. Komoditas tersebut merupakan sumber mineral
penting untuk memenuhi kebutuhan industri substansial di Amerika, dan sebagiannya merupakan
emas sebagai alat akumulasi kekayaan. Sehingga dapat dipastikan permasalahan antara PT.
Freeport dan pemerintahan Indonesia akan didominasi proses komunikasi yang cenderung akan
diikuti isu dan proses politis dibandingkan dengan akan berakhir di pengadilan arbitrase, apalagi
sebagai sebuah upaya proses penegakan aturan. Karena tidak semudah yang dibayangkan untuk
menegakkan aturan kepada korporat besar Amerika seperti PT. Freeport.

Kita ketahui, tuntutan pemerintah antara lain : divestasi saham PT. Freeport Mc Moran
Indonesia sebesar 51 persen saham. Pembangunan smelter untuk fasilitas pengolahan dan
pemurnian mineral hasil tambang. Mengubah status PT. Freeport Mc Moran Indonesia dari
kontrak karya (KK) menjadi ijin usaha pertambangan khusus (IUPK).

Divestasi saham 51 persen untuk perusahan sebesar PT. Freeport dengan penghasilan
ratusan triliun rupiah per tahun dan dengan kesinambungan perusahaan yang diprediksi masih
akan bertahan lama karena cadangan mineral yang ada masih sangat besar. Maka hal ini bagi
para pemegang saham PT. Freeport sama dengan perampokan, menggerus secara significan
pundi – pundi dollar yang selama ini telah membuat mereka mendapat kehidupan yang mewah
dan melimpah. Melepas saham sebesar itu juga akan menghilangkan kekuasaan, dominasi para
pemegang saham Amerika, akan mengurangi bahkan menghilangkan peran pengambilan
keputusan - keputusan penting korporat.
Pembangunan smelter yang hingga kini belum selesai atau realiasi, juga merupakan usaha
PT. Freeport untuk menutupi kuantitas dan jenis mineral yang dihasilkan. Sehingga pemerintah
pusat kesulitan untuk menghitung dan pengenaan pajak, atau bagian yang seharusnya diterima
atas mineral yang dihasilkan. Dengan demikian pemerintah tidak dapat berbuat banyak selain
mengikuti pola dan ketentuan perhitungan yang dibuat oleh PT. Freeport itu sendiri.

Perubahan status dari kontrak karya menjadi IUPK akan melemahkan posisi PT. Freeport
yang selama ini mendapat hak – hak istimewa. Dan tidak mungkin hal ini akan mudah untuk
diamini oleh manajemen PT. Freeport. Untuk mempertahankan status quo tersebut PT. Freeport
akan melakukan berbagai cara yang mungkin juga terkesan norak, namun akan merepotkan
pemerintah pusat.

Mari kita lihat usaha – usaha, proses dan peristiwa yang dengan mudah dapat kita
identifikasi menjadi kesan sebagai upaya PT. Freeport untuk menekan pemerintah dan
menciptakan situasi yang menguntungkan atau membantu posisi mereka. Sikap dan peristiwa –
peristiwa yang mengikuti dari proses – proses negosiasi yang dilakukan sejak tuntutan tersebut
disampaikan kepada mereka, apa yang mereka lakukan ? Yang pertama mereka mencoba
menekan pemerintah dengan mengancam akan membawa permasalahan tersebut ke pengadilan
arbitrase international dengan tetap memberikan tenggang waktu untuk memikirkan kembali
tuntutan yang diberikan pemerintah kepada mereka selama 4 bulan ke depan dari sejak
pertengahan Februari 2017. Ini adalah upaya buying a time untuk PT. Freeport Mc Moran
Indonesia. Masa ini akan digunakan mereka untuk menekan pemerintah Indonesia melalui
pengembangan isu – isu yang dapat mengganggu stabilitas politik, keamanan, persatuan di
Papua.

Cara – cara tersebut merupakan upaya klasik yang selalu dilakukan oleh mereka untuk
mencapai tujuan – tujuan bisnis yang besar. Harapannya pemerintah akan kerepotan, dan pada
akhirnya pemerintah akan melunak.

Peristiwa lain yang terdekat yang sudah mereka lakukan juga adalah dengan menunjukan
ketidaknyaman internal PT. Freeport Mc Moran Indonesia yang ditunjukan dengan aksi para
karyawan yang berdemo, di mana tuntutan dan orasi – orasinya yang mengesankan menolak
aturan atau kebijakan yang diambil pemerintah terhadap PT. Freeport Mc Moran Indonesia.
Manajemen PT. Freeport ingin menunjukan bahwa tuntutan pemerintah akan menyengsarakan
karyawan yang juga sebagian besar merupakan warga Papua. Selain itu kelihatanya manajemen
PT. Freeport juga akan memainkan peran agen – agennya yang ada di Jakarta, salah seorang
yang kelihatan atau terkesan menjadi agen tersebut adalah Natalius Pigai, orang ini mencoba
mengangkat isu pelanggaran HAM yang dituduhkan kepada pemerintahan pusat, atas masyarakat
sekitar pertambangan. Dan menuntut agar pemerintah memberikan bagian beberapa persen
saham untuk masyarkat adat di sekitar pertambangan tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah
mengapa isu tersebut diangkat saat ini ? Sudah berapa lama PT. Freeport beroperasi di lokasi
pertambangan tersebut ? Aneh bin ajaib bak pahlawan kesiangan orang ini dengan sangat
bersemangat mengangkat isu tersebut. Sehingga muncul kesan Natalius Pigai sedang mencoba
memperkeruh suasana yang sedang berlangsung. Isu tersebut juga dapat dianggap menjadi
propovakasi kepada masyarkat suku setempat untuk menyuarakan hal yang sama. Dan tidak
menutup kemungkinan dapat menimbulkan instabilitas.

Lalu apakah usaha PT. Freeport untuk menekan pemerintah pusat selesai dengan itu ?
Tentu tidak. Sebelum mendapat hasil final keputusan yang mengikat atas polemik yang terjadi
PT. Freeport akan senantiasa memainkan segala sumber daya yang dimiliki yang dapat
mendorong pemerintah untuk berunding sesuai dengan hasil maksimal yang dapat dicapai oleh
PT. Freeport.

Dalam beberapa bulan ke depan kita akan mendengar dan melihat berita – berita yang
dulu juga sudah sering kita dengar dan lihat yaitu tindakan – tindakan kelompok bersenjata yang
muncul kembali kepermukaan. Suara separatisme papua kemungkinan akan mulai lagi
mengemuka. Peristiwa yang dianggap pelanggaran HAM di masa lalu akan kembali disuarakan
baik oleh kelompok tertentu dari luar maupun dalam negeri. Dan jika diperlukan beberapa
senator AS yang biasa menyoroti peristiwa – peristiwa tersebut akan dengan senang hati ikut
memainkan peran yang diperlukan. Memang sulit untuk membuktikan secara langsung apakah
kelompok - kelompok tersebut terkait dengan permasalahan atau situasi yang sedang terjadi
antara PT. Freeport dan pemerintah pusat ? Namun, jika kita lihat momen dan runtutan peristiwa
tersebut persepsi, spekulasi kearah itu tidak dapat kita nafikan.

Hasil akhir dari polemik pemerintah dan PT. Freeport akan menunjukan siapa
pemerintahan kita saat ini sebenarnya. Ukuranya sangat jelas, divestasi 51 % saham, smelter
untuk pemurnian dan pengolahan hasil tambang serta perubahan kontrak karya menjadi IUPK
bila perlu IUP saja. Dari ketiga hal tersebut, masyarakat Indonesia akan mengetahui, apakah
pemerintahan kita pelayan korporat asing atau pemerintah yang memiliki kedaulatan dan mampu
menegakkan aturan sesuai amanat konsitusi kita.

Anda mungkin juga menyukai