Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH AGROINDUSTRI TENTANG

BUDIDAYA DAN PENGEMBANGAN


SINGKONG

NAMA : JEFFRI NORRIS

NIM : F1D213010

PRODI : TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya makalah yang berjudul "agroindustri pada singkong". Atas dukungan
moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada sgenap pihak yang telah membantu
pembuatannya.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir sebagai


pengganti uas dari mata kuliah agroindustri dari ibu pembimbing mata kuliah
tersebut. Makalah ini berisikan tentang bagaimana meningkatkan produktivitas
pada sagu sebagai sumber bahan pangan yang terdapat di Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini pada tugas-tugas makalah kedepannya.

Jambi ,6 Juli 2014

Jeffri Norris
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan prakarsa kemandirian bangsa harus didorong dengan cara 
mengembangkan berbagai potensi masyarakat, memanfaatkan berbagai sumber
daya yang dimiliki dan mengoptimalkan hasil – hasilnya sehingga berbagai upaya
dimaksud harus berujung dan bertumpu kepada kesejahteraan rakyat, dan
kemakmuran daerah yang bersangkutan, berdasarkan sendi – sendi keadilan dan
pemerataaan.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan sektor
AGROINDUSTRI, yang memang sudah merupakan ciri utama dan mayoritas
kehidupan masyarakat di negara kita, dimana sebagian besar penduduknya
bertempat tinggal di pedesaan dengan hidup mengandalkan dari sektor pertanian
dan dapat mengoptimalkan lahan – lahan yang belum maksimal produksi sehingga
apabila kegiatan – kegiatan tersebut tumbuh kembangkan oleh pemerintah daerah
dan masyarakatnya, akan diperoleh beberapa keuntungan yaitu :

1. Menurunkan angka Urbanisasi

2. Terbukanya lapangan kerja baru di daerah asal

3. Termanfaatkannya lahan – lahan yang belum optimal produksi

4. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat petani

5. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Optimalisasi lahan – lahan yang belum dan dalam rangka membangun agro
bisnis dan agro industri yang terintegrasi sangat membutuhkan dukungan dari
pemerintah, seperti yang dilakukan leh PEMPROV. Jawa Barat dengan
mengeluarkan PERDA Propinsi Jawa Barat No. 1 tahun 2001 Tentang rencana
Strategi Propinsi Jawa barat  tahun 2001 – 2005, dimana didalamnya memuat
aspek pemanfaatan lahan tidur secara optimal guna meningkatkan prouktivitas
pertanian.
1.2 RUMUSAN MASALAH

PERSAINGAN GLOBAL AKAN BAHAN PANGAN


Akibat dari penurunan produksi minyak bumi dan kenaikan harga minyak
dunia yang semakin tinggi membuat banyak negara maju dan berkembang yang
berusaha mencari sumber energi terbarukan berbahan dasar nabati seperti
misalnya Bio Diesel dan Bio Ethanol. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar
diduga akan meningkat dari 19 Milyar liter ( 2001) menjadi 31 Milyar liter
( estimasi 2006). Beberapa Negara di Brasil, Amerika Serikat, Kanada. Uni Eropa
dan Australia sudah menggunakan campuran 63% etanol dan 37% bensin.

Walaupun beberapa negara maju telah meneliti kemungkinan menghasilkan


biofuel dari bahan non-pangan namun dengan tersedianya teknologi pengolahan
yang murah dan bahan baku pangan yang melimpah saat ini tentu saja para pelaku
industri biofuel tidak akan membuang – buang waktu untuk menunggu realisasi
dari penelitian tersebut.

Dengan demikian maka secara otomatis kebutuhan akan bahan baku juga
akan terdongkrak yang dapat berakibat terjadinya persaingan antara produsen
bahan bakar dengan produsen bahan pangan dan ini tentu akan menyebakan
kenaikan harga bahan pangan seperti yang telah terjadi pada Jagung, Gandum,
CPO dan juga Singkong

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Mengembangkan berbagai potensi masyarakat
2. Memanfaatkan berbagai sumber daya yang dimiliki dan mengoptimalkan
hasil – hasilnya sehingga berbagai upaya dimaksud harus berujung dan
bertumpu kepada kesejahteraan rakyat
3. Kemakmuran daerah yang bersangkutan, berdasarkan sendi – sendi
keadilan dan pemerataaan.
BAB II ISI

2.1 DATA PENELITIAN


DATA – DATA TENTANG SUMBER BAHAN BAKU
BIO ENERGI YANG TERDAPAT DI INDONESIA
1 TONBAHAN KANDUNGAN JUMLAH HASIL RENDEMEN
BAKU GULA (KG) BIOETHANOL (LITER)
Ubi jalar 150-200 125 12,5 %
Ubi kayu 250-300 166,6 16 %
Jagung 600-700 400 40 %
Sagu 120-160 90 9%
Tetes Tebu 500 250 40 %
JENIS TUMBUHAN PRODUKSI ENERGI(KWH
MINYAK(LITER PER PER HA)
HA)
Elaeis guineensis (kelapa sawit) 3.600-4.000 33.900-37.700
Jatropha curcas (jarak pagar) 2.100-2.800 19.800-26.400
Aleurites fordii (biji kemiri) 1.800-2.700 17.000-25.500
Saccharum officinarum (tebu) 2.450 16.000
Ricinus communis (jarak kepyar) 1.200-2.000 11.300-18.900
Manihot esculenta (ubi kayu) 1.020 – 3000* 6.600 – 20.000 *
*dengan penggunaan bibit unggul

2.2 HASIL PENELITIAN


 HASIL OLAHAN PANGAN BERBASIS SINGKONG
Memilih terigu menjadi alternatif pangan pokok, ternyata bukan pilihan yang
dapat menyelesaikan masalah, tetapi terbukti menimbulkan masalah baru yang
tidak kalah pelik. Saat ini industri yang berbahan baku terigu, baik industri besar
maupun industri kecil, serta konsumen rumah tangga yang sudah tergantung
terigu makin menjerit karena harga terigu yang terus melambung.

Sebagai subtitusi dari tepung terigu maka perlu dilakukan sosialisasi dalam
penggunaan bahan pangan pengganti yang dapat bersaing dengan gandum sebagai
bahan dasar pembuatan makanan. Tepung singkong atau tepung tapioka
mempunyai potensi sebagai bahan pengganti karena kemudahan dalam
penanaman bahan baku, pengolahan serta harga yang relatif murah

Ekspor singkong Indonesia dalam bentuk gaplek (keratan ubi singkong yang
dikeringkan), tepung gaplek, ataupun tepung tapioka cukup meyakinkan dan dapat
bersaing, seperti gaplek Indonesia yang sangat terkenal di mancanegara, terutama
di Uni Eropa, selain itu singkong dapat diolah menjadi Tepung, Gula tepung dan
Gula Cair ( Fruktosa & Glukosa ), Cassava Chips dll.

 HASIL OLAHAN SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL


Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil, yakni:

1. faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai, harga;


dan fluktuasinya), serta

2. faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau
tidak mau memaksa umat manusia untuk memikirkan alternatif energi yang
lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan.

Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah


implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus. Dari sisi teknik
pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun
campuran) relatif superior terhadap gasolin.

Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi
bioethanol, yakni:

1. Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan


kualitas tanah secara radikal

2. Implementasi bahan bakar bioethanol lebih baik dimulai dari pencampuran


gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioethanol 100%. Hal tersebut
akan menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih mulus sambil
menyiapkan secara lebih matang seandainya era penggunaan bioethanol
100% dipandang sudah tiba

3. Perlunya kerjasama yang erat dengan pihak industri otomotif untuk


menyediakan kendaraan yang optimal bagi implementasi bahan bakar
gasoline + ethanol

4. Perlu sinergi antar instansi serta antara pemerintah pusat dan daerah dalam
rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi bahan bakar
bioethanol.
5. Penggunaan bahan bakar ethanol (murni ataupun campuran dengan
gasolin) diperhitungkan telah menekan emisi CO2 di Brazil dari tahun
1995-2010 sebesar 293 ton (hipotesis rendah) hingga 461 ton (hipotesis
tinggi). Ini berarti emisi CO2 tahunan yang bisa dikurangi di Brazil adalah
sekitar 12% bila menggunakan hipotesis tinggi (Riberio dkk, 1997).

Sumber etanol tidak hanya berasal dari tebu dan singkong melainkan juga bisa
didapatkan dari jagung, ubi jalar, sorgum, sweet sorgum, kentang, beet dan juga
padi dengan efisiensi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya
mencapai 400 liter per 1000 kilogram. Diikuti tetes tebu yang mencapai 250 liter
per 1000 kilogramnya dan ubi kayu sejumlah 166,6 liter per kilogramnya.
Namun, bila diimplementasikan dari hasil panen masing-masing jenis tanaman
maka tanaman yang menghasilkan etanol dengan produktivitas tertinggi adalah
tebu disusul dengan ubi kayu.

2.3 PEMBAHASAN
 AGROINDUSTRI SINGKONG SEBAGAI SOLUSI
Indonesia sebagai negara agraris seharusnya dapat memanfaatkan
momentum saat ini untuk mulai menggalakkan lagi sektor industri pertaniannya
mengingat tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan lahan yang sangat besar serta
didukung pula oleh ektor tenag kerja yang melimpah.

UNIDO (UN Industrial Development Organization) sudah sejak awal


tahun 1980-an menerbitkan beberapa laporan tentang potensi singkong atau ubi
kayu atau manioc, terutama di negara berkembang seperti di Indonesia yang
memiliki lahan luas dan subur karena permintaan pasar produk singkong tersebut
dalam berbagai bentuk, mulai dari bahan mentah, gaplek, tepung gaplek, tepung
tapioka dan tentu saja sebagai bahan baku ethanol sangat tinggi
Singkong cukup potensial untuk dikembangkan karena singkong merupakan
tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan mudah.
Singkong juga merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha tani dan
umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan tidak
memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk tanaman hortikultura
lainnya, misal sayuran.
Ada lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi
rakyat Indonesia. Dibandingkan dengan padi, membudidayakan umbi-umbian itu
jauh lebih mudah dan murah. Sebagai contoh, menanam ubi kayu secara intensif
membutuhkan biaya hanya sepertiga dari biaya budidaya padi. Di sisi lain,
kandungan karbohidrat umbi-umbian juga setara dengan beras.

Umbi-umbian itu kemudian dapat diproses menjadi tepung. Dalam bentuk


tepung, umbi-umbian dapat difortifikasi dengan berbagai zat gizi yang diinginkan.
Bentuk tepung juga mempermudah dan memperlama penyimpanan hingga dapat
tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Selain itu, dalam bentuk tepung
akan mempermudah pengguna mengolahnya menjadi berbagai jenis makanan siap
saji dan menyesuaikannya dengan selera yang disukai.

Teknologi pengolahan umbi-umbian menjadi tepung sangat sederhana dan


murah. Dengan teknologi itu, usaha skala kecil-menengah mampu menghasilkan
tepung dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibandingkan tepung terigu yang
diproduksi perusahaan besar

KADAR NUTRISI

Kandungan Nutrisi pada Ubi Kayu ( per 100 gram )

 Kalori 146 kal
 Air 62,5 gram
 Phosphor 40 mg
 Karbohidrat 34 gram
 Kalsium 33 mg
 Vitamin C 30 mg
 Protein 1,2 gram
 Besi 0,7 mg
 Lemak 0,3 gram
 Vitamin B1 0,06 mg
 Berat dapat dimakan 75 gram
 FLEKSIBILITAS HASIL PRODUK DAN KEMUDAHAN
TEKNOLOGI PRODUKSI
Berdasarkan pada hasil survey dan analisa pasar, kebutuhan berbagai jenis
industri yang memanfaatkan singkong sebagai bahan baku sangat besar karena
singkong dapat menghasilkan hingga 14 macam produk turunan yang digunakan
oleh industri makanan, industri farmasi, industri kimia, industri bahan bangungan,
industri kertas dan Industri biofuel, sedangkan dari segi teknologi pemanfaatan
singkong sebagai bahan pangan ataupun sebagai bahan bakar bukanlah sebuah
teknologi baru apalagi teknologi yang tidak terjangkau bagi bangsa kita.

Teknik pengolahan singkong yang sangat sederhana bahkan sudah dikenal


sejak zaman nenek moyang kita, bahkan untuk pengolahan ethanol telah terbukti
dengan adanya berbagai makanan dan minuman khas seperti Brem, Tuak, Arak
dan berbagai macam olahan yang mengandung alkohol pada minuman tersebut
sebagai hasil dari proses fermentasi dan atau destilasi

 SINGKONG SEBAGAI RAW MATERIAL KEBUTUHAN


INDUSTRI
Sebagai Raw Material ( Bahan Mentah ) singkong dibutuhkan oleh
berbagai industri, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri dengan tujuan
eksport Uni Eropa, Jepang, Korea, China dan Amerika Serikat.Misalnya untuk
Industri pengolahan Tepung tapioca dan produk turunannya yang disebut
POLYOL, termasuk SORBITOL, MALTITOL, DEXTROSE MONOHYDRATE,
MALTOSE SYRUP, SORBITOL BUBUK DAN MALTODEXTRINE.

Produk ini banyak digunakan dalam industri produk konsumen dan


farmasi di seluruh dunia sebagai bahan baku utama pembuatan pasta gigi, produk
kosmetik, vitamin C dan produk makanan.

1. Sorbitol, adalah monosaccharide polyhydric alcohol dan hexitol yang banyak


digunakan pada produk kosmetik, pasta gigi, peralatan mandi, produk farmasi,
vitamin C, bahan makanan dan minuman, dan juga digunakan dalam beberapa
industri bahan kimia.
Kegunaan Sorbitol pada Beberapa Produk

 Toothpaste 45%
 Vitamin C 20%
 Food & Beverages 15%
 Pharmacy 5%
 Chemical Industry 5%
 Others 10%

2. Sorbitol Syrup, adalah gula rendah kalori yang memiliki rasa dingin dan manis,
dan digunakan sebagai humectant.
3. Sorbitol Bubuk, dihasilkan dari proses kristalisasi dan tingkat kemurniannya
sangat tinggi (lebih dari 99.5%). Dibandingkan dengan pemanis lain, Sorbitol
bubuk memiliki efek pendingin, dan banyak digunakan dalam pembuatan permen
karet.
4. Glucose Syrup, hasil hidrolis tepung yang terdiri dari unsure dextrose, dextrin,
maltose dan air. Berasa manis dan berbentuk cairan kental berwarna bening
kekuningan. Jika dicampur dengan air dapat digunakan dalam pembuatan gula-
gula.
5. Maltodextrine, dihasilkan dari proses hidrolis parsial tepung dengan enzim.
Produk ini digunakan dalam pembuatan susu bubuk dan makanan olahan.
6. Dextrose Monohydrate, adalah sakarida D-glukosa yang dimurnikan dan
berbentuk kristal. D- glukosa memiliki rasa manis, berwarna putih, larut dalam air
dan mudah dicerna dalam proses metabolisme tubuh maupun fermentasi dengan
ragi. Bahan ini digunakan untuk pembuatan permen, roti dan makanan olahan.
7. Maltitol, hasil dari proses hidrogenasi maltose, banyak digunakan dalam
pembuatan makanan dan minuman bebas gula karena memiliki daya serap yang
tinggi. Maltinol digunakan untuk membuat makanan dan minuman penderita
diabetes, orang yang sedang menjalani diet dan untuk membuat makanan yang
tidak merusak gigi
Sebagai bahan baku industri non pangan
a. Perekat
b. Pemutih Kertas
c. Campuran Bubur Kertas
d. Plastik Laminasi
e. Pakan Ternak
 TEKNOLOGI PERTANIAN
Dengan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan produk
berbasis singkong maka permintaan dan kebutuhan akan bibit juga semakin
meningkat, hal ini menyebabkan berbagai Institusi Penelitian dan Pengembangan
dalam bidang Agrikultur terus menerima permintaan baik dalam bentuk bibit
maupun sekedar referensi dan makalah penelitian.

Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan dan
untuk industri.

Varietas untuk pangan adalah

 Adira 1

 Malang 1

 Malang 2

 Darul Hidayah.

Sedangkan untuk ubi industri adalah

 Adira 2

 Adira 4

 Malang 4

 Malang 6

 UJ 5

 dan UJ 3.

*Singkong Mukibat tidak dimasukkan ke dalam varian tersendiri karena Singkong


Mukibat sebenarnya hanyalah Singkong biasa dan Singkong Karet yang
disambung menggunakan teknik okulasi sebaik-baiknya dengan hati-hati.
Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar
HCN < 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan
ubi jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering
sekitar 0,6 gram per kilogram.
 BIBIT TERBAIK SAAT INI
Pengembangan singkong Darul Hidayah adalah merupakan jawaban dari
persoalan dan rendahnya produktivitas dimana untuk jenis singkong konvensional
biasanya hanya menghasilkan 40 – 50 ton singkong segar per hektar, bahkan
terkadang hanya mencapai 20 – 25 ton /ha lahan tanam. Sedangkan singkong
Darul Hidayah setelah melalui berbagai uji tanam atau diketahui dapat
menghasilkan singkong segar sebesar 100 – 150 ton/ha lahan tanam.

Dengan menanam singkong Varietas unggul dapat meningkatkan efisiensi :

1. Lahan

2. Bibit

3. Pupuk

4. Biaya garapan

5. Penyiangan rumput

6. Biaya panen

7. Biaya angkut

8. Biaya Operasional lain

 TEKNIS DAN JENIS PEMUPUKAN


Produksi singkong di Indonesia dapat meningkat dengan menambahkan bahan
organik ke dalam tanah. Bahan organik (kompos) yang ditambahkan ke dalam
tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara dan memperbaiki sifat fisik, kimia,
serta biologi tanah.

Organisme tanah memanfaatkan bahan organik itu sebagai sumber energi.


Lalu melalui asam humiknya, organisme ini dapat mempertahankan struktur
tanah, sehingga sifat fisik tanah seperti infiltrasi dan drainase baik untuk
pertumbuhan tanaman. Selain itu asam humik juga memegang peranan penting
dalam menonaktifkan senyawa racun seperti Aluminium.

Singkong merupakan tanaman yang menurut hasil penelitian Kanapathy


(1974) menunjukkan bahwa unsur hara yang keluar dari siklusnya di tanah
sebagai akibat dari proses pemanenan pada tanaman singkong, lebih tinggi
dibandingkan tanaman lahan kering lainnya seperti kelapa sawit, karet, dan
jagung. Sehingga jika bagian tanaman lainnya selain umbi dikembalikan lagi ke
tanah, maka unsur hara yang hilang sebenarnya jauh lebih kecil daripada tanaman
seperti padi dan jagung. Apabila ampas dari proses pembuatan tepung juga
dikembalikan, maka unsur hara yang hilang akibat proses produksi singkong ini
sangat kecil.
Kurangnya pemberian bahan organik, dan tidak dikembalikannya sisa-sisa
tanaman juga menyebabkan menurunnya aktivitas organisme tanah, dan
menurunkan kemantapan struktur tanah sehingga tanah menjadi padat. Sebagai
akibatnya, akar tanaman menjadi kurang berkembang. Terlebih lagi Al-dd
menjadi sangat beracun dan menurunkan produktivitas.

Data dan Fakta diatas menunjukkan bahwa skema pemupukan yang


disarankan adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos maupun
kotoran hewan dan daun – daunan. Dengan perawatan tanaman sekaligus lahan
dengan teknik organik diharapkan produktivitas tanaman akan tinggi karena
kebutuhan nutrisi tanah terpenuhi sekaligus menjaga matinya tanah yang
disebabkan oleh ‘terkikis’nya unsur hara oleh tanaman tersebut.

 BERKEBUN SINGKONG SEBAGAI MATA PENCAHARIAN


Bahwa bertani singkong menguntungkan, banyak dialami petani di beberapa
daerah di Jawa Barat, mulai dari Kabupaten Purwakarta, Subang, Sumedang,
Tasik, Ciamis, Garut, sampai Sukabumi dan Cianjur. Mereka secara khusus
menanam singkong sebagai mata pencaharian pada lahan budidaya khusus dengan
luas antara 1-4 ha. Lahan umumnya terletak di lereng pegunungan berbatasan
dengan lahan Kehutanan / Perhutani.

Bahkan seiring dengan meningkatnya harga secara stabil yang disebabkan


oleh tingginya permintaan produk, terutama dalam bentuk gaplek, tepung gaplek
dan tepung tapioka, menyebabkan semakin banyak petani berdasi yang saat ini
mulai membudidayakan singkong dengan luas tanam di atas 50 ha, terutama di
Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Budidaya singkong juga dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah


perkebunan. Berdasarkan pengalaman Pilot Project I yang dilakukan
oleh bigcassava.com. di beberapa sentra singkong, setiap harinya seorang
pengrajin mampu menghasilkan Chip singkong segar sebanyak 300 Kg, dengan
upah sebesar Rp. 6.000 / 100 Kg. Dengan demikian seorang tenaga kerja chips
yang bekerja dari jam 07.00 pagi s/d 13.00 siang akan memperoleh pendapatan
sebesar Rp. 18.000 per orang per hari, angka ini dinilai layak mengingat masih
rendahnya UMR di daerah yang tingkat biaya hidupnya juga rendah

2.4 TEKNIK PENGOLAHAN


1. GAPLEK
Gaplek dapat dikatakan adalah singkong dalam bentuk potongan kecil yang
telah kering sehingga masih dapat diproses menjadi berbagai produk turunan
Singkong. Metode produksinya sangat sederhana. Singkong segar hanya dikupas,
dicuci, di cacah dengan panjang kurang dari 5cm agar mudah disimpan di Silo
( tempat penyimpanan ) dan dikeringkan atau dijemur. Proses ini mengurangi
bobot sebanyak kurang lebih sebesar 20 % – 30 %.
Diproses secara intensif di negara Thailand, Malaysia dan Afrika , Gaplek atau
dried cassava chips adalah komoditi yang terkenal di dunia sebagai pakan ternak
dengan kadar karbohidrat tinggi.
1. PELLET
Pellet dibuat dari umbi kering yang digiling dan dibentuk menjadi bentuk
silinder dengan panjang sekitar 2 – 3 cm dan diameter sekitar 4 – 8 mm. biasanya
sekitar 2 – 3 % dari berat umbi kering hilang selama proses ini, namun pellet
mempunyai kelebihan dibanding Gaplek yaitu :
a. Kualitas lebih seragam
b. Menyita tempat lebih sedikit dibanding Gaplek sehingga mengurangi biaya
transport dan penyimpanan.
c. Biasanya sampai di tempat tujuan pengiriman dalam bentuk utuh sementara
sebagian dari Gaplek akan cenderung lembab dan rusak karena panas
1. TEPUNG PATI SINGKONG
Pati adalah salah satu substansi penting di dunia yang dapat diperbaharui dan
merupakan sumber daya yang tidak terbatas. Pati dihasilkan dari biji – bijian atau
umbi akar. Sebagian besar dari Pati digunakan sebagai bahan pangan namun
dengan berbagai proses fisika, kimia dan biologi dapat dikonversi menjadi
beragam produk lain. Saat ini Pati digunakan sebagai bahan pangan, kertas,
tekstil, perekat, minuman, farmasi dan bahan bangunan.

Singkong memiliki banyak karakteristik unggul sebagai bahan dasar Pati

 Tingkat kemurnian yang tinggi

 Karakter Pengental yang sangat baik

 Rasa yang Netral

 Tekstur

 Merupakan bahan mentah yang murah sekaligus mengandung kadar Pati


yang tinggi

 Mudah diekstrak dengan proses yang mudah dibandingkan dengan sumber


pati yang lain sehingga layak untuk diproduksi dengan skala kecil dan kapital
yang terbatas

 Lebih diminati oleh industri perekat karena membuat perekat lebih cair,
halus dan stabil

 Pasta yang Lebih jernih


Pati Murni ( Native Starch )
Pati murni diproduksi melalui proses pemisahan secara alamiah tanpa
penambahan zat ataupun kimiawi lain. Pati murni dapat digunakan secara
langsung dalam memproduksi beberapa jenis makanan seperti Mi.

Pati yang telah dimodifikasi ( Modified Starch )


Agar dapat digunakan untuk kebutuhan industri Pati Murni tadi diproses
kembali mulai dari merubah pola granula sampai merubah bentuk dan komposisi
dari amilase dan molekul amilopectin, merubah temperatur pasta, rasio
kekentalan, ketahanan terhadap asam, panas dan atau agitasi mekanik hingga sifat
ion. Modifikasi tersebut bertujuan untuk memenuhi standar tertentu agar sesuai
dengan karakteristik yang dibutuhkan industri.

I. PRODUKSI TEPUNG PATI SINGKONG


Pada industri tepung tapioka, teknologi yang digunakan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu

a. tradisional yaitu industri pengolahan tapioka yang masih mengandalkan sinar


matahari dan produksinya sangat tergantung pada musim,

b. semi modern yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin


pengering (oven) dalam melakukan proses pengeringan

c. full otomate yaitu industri pengolahan tapioka yang menggunakan mesin dari
proses awal sampai produk jadi. Industri tapioka yang menggunakan peralatan full
otomate ini memiliki efisiensi tinggi, karena proses produksi memerlukan tenaga
kerja yang sedikit, waktu lebih pendek dan menghasilkan tapioka berkualitas.

PROSES PRODUKSI TEPUNG PATI


1. Pengupasan
dilakukan dengan cara manual yang bertujuan untuk memisahkan daging
singkong dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih
singkong berkualitas tinggi dari singkong lainnya. Singkong yang kualitasnya
rendah tidak diproses menjadi dan dijadikan pakan ternak.
2. Pencucian
dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas singkong di
dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada singkong.

3. Pemarutan
Pemarutan bertujuan untuk memecah singkong agar lebih mudah diproses
lebih lanjut

4. Pemerasan/Ekstraksi
a. Pemerasan bubur singkong yang dilakukan dengan cara manual menggunakan
kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang
diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.
b. Pemerasan bubur singkong dengan saringan goyang (sintrik). Bubur singkong
diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan
tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air melalui pipa berlubang. Pati yang
dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa teknik

a. Penjemuran

Setelah endapan dikumpulkan, pati lalu dijemur di atas lembaran plastik


atau tampah dari bambu untuk dijemur selama lebih kurang 48 jam hingga
didapatkan MC ( moisture content ) = 14 %

Teknik ini membutuhkan luasan lahan untuk menjemur yang sangat luas
karena menggunakan sinar matahari untuk mengeringkan Pati. Pada musim hujan
penjemuran tidak mungkin dilakukan kecuali dibuat semacam ‘green house’ yang
didayagunakan sebagai ‘oven’

b. Pengeringan Hibrida

Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur selama 1 hari lalu ditambah


alat bantu misalnya oven atupun dengan cara mengalirkan udara panas ke area
pengeringan indoor
c. Pengeringan Mekanis

Pengeringan dengan 100 % menggunakan mesin yang digerakkan oleh


generator atau listrik

Dalam hal ini proses ekstrak pati singkong jauh lebih sederhana karena
hanya sedikit sekali substansi sekunder seperti misalnya protein, pada singkong
ditambah lagi hasil terbaik dalam ekstraksi Pati Singkong dapat dihasilkan hanya
dengan tambahan air, hal ini membuat pengolahan singkong sebagai Pati dan
Tepung sangat sesuai untuk negara berkembang dan industri rural

2. PROSES PENGOLAHAN SIRUP GLUKOSA


Teknologi pengolahan singkong menjadi gula cair dalam skala pedesaan
telah tersedia. Teknologi ini bahkan dapat dioperasikan oleh kelompok tani
dengan mudah. Bahan baku untuk pengolahan gula cair tersebut berasal dari
tepung tapioka kering, bahkan dapat diolah dari pati yang basah sekalipun, setelah
melalui proses enzimatis. Bioreaktor sederhana skala 100 liter mampu
mengkonversi 40 kg pati basah (kadar air 40%) menjadi 21-25 kg gula cair dalam
3 hari proses. Semakin besar kapasitas peralatan, semakin ekonomis biaya
produksinya.
Proses produksi Sirup Glukosa dapat dibagi menjadi beberapa bagian

 Likuifikasi

 Sakarifikasi

 Purifikasi ( Pemurnian )

Pati murni mengandung granula mikro yang mengandung struktur internal


yang kompleks.Pada suhu kamar, granula tadi dapat larut dalam air. Namun jika
dipanaskan hingga suhu 60 derajat celcius granula akan lumer dan RUPTURE ?.
menghasilkan kenaikan viskositas ( kekentalan ) .
Pada kondisi yang disebut dengan gelatin ini Pati dapat diperoses oleh enzim
amilase, pada prakteknya Pati Singkong melalui kedua proses ini dengan sangat
cepat dengan menggunakan jenis amilase yang stabil dalam suhu tinggi. Proses ini
disebut dengan Likuifikasi yang menghasilkan DEXTRIN yang akan diproses
lebih lanjut

3. PENGOLAHAN ETHANOL
Ethanol diperoleh dari hasil fermentasi gula, selulosa atau hasil konversi pati.
Diluar kegunaannya sebagai bahan pangan dan farmasi ethanol telah menjadi
alternatif bagi pengembangan BioFuel di berbagai negara berkembang, antara lain
karena :
 Tidak beracun
 Tidak menyebabkan polusi udara atau kerusakan lingkungan )*
 Tidak menghasilkan GHG ( Green House gas ) seperti karbon )*
 Mempunyai nilai oktan yang lebih tinggi daripada minyak fosil
 Bahan mentah yang baik untuk kimia sintetis
 Ethanol mengurangi ketergantungan negara akan minyak bumi dan
sebagai pendapatan non-migas
)* NOTE : Deforestisasi akibat pembukaan lahan besar – besaran untuk menanam
tanaman penghasil ethanol akan mengurangi penyerapan karbon, dan proses
konversi yang tidak optimal seperti pada produksi skala rumahan akan
menghasilkan Karbon dalam jumlah besar sehingga dapat dikatakan bahwa
BioFuel BUKAN sebuah solusi bagi Global Warming & Global Climate Change.

LIMBAH
Pengolahan Singkong menjadi Pati ataupun produk turunannya dipastikan
akan menghasilkan sisa produksi berupa limbah padat dan cair. Limbah berupa
onggok ini masih dapat dimanfaatkan karena masih mengandung beberapa unsur
nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan ternak.

I. Limbah padat seperti kulit singkong dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan
pupuk, sedangkan onggok (ampas) dapat digunakan sebagai sebagai bahan baku
pada industri pembuatan saus, campuran kerupuk, obat nyamuk bakar dan pakan
ternak.
II. Limbah cair dapat dimanfaatkan untuk pengairan sawah dan ladang, selain itu
limbah cair pengolahan tapioka dapat diolah menjadi minuman nata de cassava.
III. Daun singkong dapat juga digunakanan untuk fortifikasi limbah untuk pakan
ternak karena daun singkong mengandung nilai protein yang cukup tinggi

2.5 ANALISIS DATA


1. STRENGH
Tanaman singkong merupakan tanaman yang dapat dikatakan
tidakmemerlukan perawatan khusus seperti halnya tanaman holtikultura lain
seperti sayuran. Singkong juga tidak membutuhkan lahan khusus atau lahan yang
spesifik bahkan singkong masih dapat tumbuh bahkandi daerah marginal
walaupun dengan kompensasi produksi yang kurang maksimal

Kemudahan penanaman tadi juga didukung oleh kemudahan


dalammemperoleh bibit, fleksibilitas dalam hal perawatan, pemupukan dan jenis
lahan. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga hanya sebatas tenaga borongan, dalam
artian tenaga kerja hanya dibutuhkan pada saat – saat tertentu seperti pada masa
pengairan, pemupukan, penanaman dan panen. Hal ini tentu akan sangat
menghemat biaya operasional

Bibit singkong jenis unggul saat ini sangat mudah didapatkan. Untuk jenis
singkong sambung dapat dibeli di daerah lampung dan garut sedangkan untuk
jenis darul hidayah dapat dibeli di daerah sukabumi.

Return on Investment ( ROI ) untuk usaha budidaya singkong juga sangat


tinggi. Statistik mencatat secara rata – rata ROI ada diatas angka 100 %, dengan
mempertimbangkan suku bunga kredit sebesar 20 % per tahun maka kemungkinan
untuk menggunakan kredit perbankan pun terbuka lebar.

1. WEAKNESS
Seperti yang telah diketahui, usaha agro kultur adalah usaha dimana return
tidak dapat didapatkan dalam hitungan hari. Angka 1 tahun sebelum menikmati
return adalah waktu yang sangat wajar terjadi di bidang agro kultur, namun angka
ROI yang besar seharusnya dapat menutupi kelemahan dalam hal masa investasi.
Singkong juga merupakan tanaman yang lama – kelamaan akan mengikis
unsur hara pada lahan yang digunakan. Hal ini disebabkan karena ikut
terangkatnya hara tanah pada saat panen. Solusi untuk hal ini telah melalui
penelitian berbagai institusi terkemuka dan didapatkan kesimpulan bahwa
pengembalian tanah yang turut terangkat bersama umbi adalah salah satu cara
mempertahankan kekayaaan tanah disamping tentu perlunya teknik dan program
pemupukan dalam kerangka jangka panjang. Sistem pertanian organik walaupun
lebih memakan biaya, namun menurut penelitian mampu menjaga unsur nutrisi
tanah sehingga tanah tetap dalam kondisi subur dalam jangka panjang.

Singkong segar merupakan barang yang mudah rusak sehingga dibutuhkan


pengolahan awal seperti pemotongan ( chip ) dan pengeringan sebelum
pengiriman ke pasar ( kecuali untuk kebutuhan pasar tradisional ).

1. OPPORTUNITY
Kebutuhan pasar singkong yang selama ini didominasi oleh pabrikan
tapioka sehingga menurunkan bargaining power petani singkong sudah berakhir
dengan meluncurnya trend pengolahan biofuel berbahan dasar singkong yaitu
ethanol. Perebutan bahan baku telah memicu kenaikan harga bahan baku di pasar
singkong yang ditandai dengan kolapsnya beberapa pabrik pengolahan tapioka
yang masih mempertahankan sistem purchasing gaya lama ( mempermainkan
harga di tingkat petani) karena tidak mendapatkan suplai bahan baku. Kenaikan
harga hingga 50 % dan minimnya pasokan singkong telah membuat komoditas ini
mengalami apresiasi dan kestabilan harga.

1. THREAT
Ancaman terbesar terhadap usaha budidaya dan agroindustri singkong
terletak pada permainan harga di tingkat petani. Petani yang kurang mempunyai
akses kepada informasi terkini tentang kondisi pasar tentu akan sangat mudah
diprovokasi oleh tengkulak dan pengusaha.

Ancaman hama terutama adalah babi hutan dan tikus yang termasuk sulit
untuk dikendalikan. Sedangkan hama penyakit dan serangga pada tanaman
singkong relatif sedikit dan dapat diatasi dengan sedikit pemakaian insektisida.
Pemakaian sumur artesis ( bor ) juga dimaksudkan untuk mencegah residu
pupuki kimia, pestisida dan herbisida yang berasal dari lahan sawah dan pertanian
yang dewasa ini sangat boros dalam penggunaan pupuk dan pembasmi hama,
biasanya banyak teraliri melalui saluran irigasi.

BAB III KESIMPULAN


 Singkong layak dijadikan komoditas Agro Industri
Dalam upaya penyediaan bahan baku untuk mengimbangi kebutuhan industri
pengolahan, usaha yang perlu diperhatikan terutama adalah peningkatan
produktivitas singkong dengan masukan teknologi budidaya yang tepat.
Peningkatan produksi tanaman ubi kayu dapat dilakukan dengan pengusahaan
secara perkebunan atau pengusahaan dalam skala besar dengan arah
pengembangan di lahan-lahan marjinal dan teknologi yang dapat meningkatkan
hasil per tanaman ubi kayu

 Dengan teknik pengolahan yang sederhana dapat memenuhi kebutuhan


dari hulu hingga hilir
Belum terpenuhinya kebutuhan pasar dan murahnya teknologi dalam produksi
berbahan baku singkong seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai bidang usaha
yang mampu menghidupi semua kalangan dari hulu hingga ke hilir. Fleksibilitas
dan beragamnya produkturunan juga memungkinkan adanya persaingan yang
sehat di kalangan petani dan produsen barang berbahan dasar singkong

 Dalam pengolahannya dan pemeliharaan agroindustri cukup berkaitan


dengan geologi karena dalam penanamannya dibutuhkan pengetahuan
akan bagaimana kondisi tanah yang baik sehingga agroindustri ini dapat
berjalan dengan baik
 Dengan kasusnya saat ini banyak sekali penambangan liar yang terjadi
tanpa mengetahui adanya agroindustri yang dapat dimanfaatkan lebih baik
lagi kedepannya sehingga dapat menghasilkan nilai ekonomi yang lebih
tinggi tanpa harus membuangnya secara siasia akibat perambahan hutan
akan penambangan yang besar

LAMPIRAN

BUDIDAYA dan PENGEMBANGAN SINGKONG SEBAGAI


KOMODITAS AGROINDUSTRI
with 27 comments
PRAKATA
Pengembangan prakarsa kemandirian bangsa harus didorong dengan cara 
mengembangkan berbagai potensi masyarakat, memanfaatkan berbagai sumber
daya yang dimiliki dan mengoptimalkan hasil – hasilnya sehingga berbagai upaya
dimaksud harus berujung dan bertumpu kepada kesejahteraan rakyat, dan
kemakmuran daerah yang bersangkutan, berdasarkan sendi – sendi keadilan dan
pemerataaan.

Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah pengembangan sektor
AGROINDUSTRI, yang memang sudah merupakan ciri utama dan mayoritas
kehidupan masyarakat di negara kita, dimana sebagian besar penduduknya
bertempat tinggal di pedesaan dengan hidup mengandalkan dari sektor
pertanian dan dapat mengoptimalkan lahan – lahan yang belum maksimal
produksi sehingga apabila kegiatan – kegiatan tersebut tumbuh kembangkan
oleh pemerintah daerah dan masyarakatnya, akan diperoleh beberapa
keuntungan yaitu :

6. Menurunkan angka Urbanisasi


7. Terbukanya lapangan kerja baru di daerah asal
8. Termanfaatkannya lahan – lahan yang belum optimal produksi
9. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat petani
10. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
Optimalisasi lahan – lahan yang belum dan dalam rangka membangun agro
bisnis dan agro industri yang terintegrasi sangat membutuhkan dukungan dari
pemerintah, seperti yang dilakukan leh PEMPROV. Jawa Barat dengan
mengeluarkan PERDA Propinsi Jawa Barat No. 1 tahun 2001 Tentang rencana
Strategi Propinsi Jawa barat  tahun 2001 – 2005, dimana didalamnya memuat
aspek pemanfaatan lahan tidur secara optimal guna meningkatkan prouktivitas
pertanian.

PERSAINGAN GLOBAL AKAN BAHAN PANGAN


Akibat dari penurunan produksi minyak bumi dan kenaikan harga minyak dunia
yang semakin tinggi membuat banyak negara maju dan berkembang yang
berusaha mencari sumber energi terbarukan berbahan dasar nabati seperti
misalnya Bio Diesel dan Bio Ethanol. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar
diduga akan meningkat dari 19 Milyar liter ( 2001) menjadi 31 Milyar liter
( estimasi 2006). Beberapa Negara di Brasil, Amerika Serikat, Kanada. Uni Eropa
dan Australia sudah menggunakan campuran 63% etanol dan 37% bensin.

Walaupun beberapa negara maju telah meneliti kemungkinan menghasilkan


biofuel dari bahan non-pangan namun dengan tersedianya teknologi pengolahan
yang murah dan bahan baku pangan yang melimpah saat ini tentu saja para
pelaku industri biofuel tidak akan membuang – buang waktu untuk menunggu
realisasi dari penelitian tersebut.
Dengan demikian maka secara otomatis kebutuhan akan bahan baku juga akan
terdongkrak yang dapat berakibat terjadinya persaingan antara produsen bahan
bakar dengan produsen bahan pangan dan ini tentu akan menyebakan kenaikan
harga bahan pangan seperti yang telah terjadi pada Jagung, Gandum, CPO dan
juga Singkong

I. AGROINDUSTRI SINGKONG SEBAGAI SOLUSI


Indonesia sebagai negara agraris seharusnya dapat memanfaatkan momentum
saat ini untuk mulai menggalakkan lagi sektor industri pertaniannya mengingat
tingkat kesuburan tanah dan ketersediaan lahan yang sangat besar serta
didukung pula oleh ektor tenag kerja yang melimpah.

UNIDO (UN Industrial Development Organization) sudah sejak awal tahun 1980-
an menerbitkan beberapa laporan tentang potensi singkong atau ubi kayu
atau manioc,  terutama di negara berkembang seperti di Indonesia yang memiliki
lahan luas dan subur karena permintaan pasar produk singkong tersebut dalam
berbagai bentuk, mulai dari bahan mentah, gaplek, tepung gaplek, tepung
tapioka dan tentu saja sebagai bahan baku ethanol sangat tinggi
Singkong cukup potensial untuk dikembangkan karena singkong merupakan
tanaman yang sudah sangat dikenal oleh petani dan dapat ditanam dengan
mudah. Singkong juga merupakan tanaman yang sangat fleksibel dalam usaha
tani dan umur panen. Lahan untuk tanaman singkong tidak harus khusus, dan
tidak memerlukan penggarapan intensif seperti halnya untuk tanaman
hortikultura lainnya, misal sayuran.

Ada lebih dari 30 jenis umbi-umbian yang biasa ditanam dan dikonsumsi rakyat
Indonesia. Dibandingkan dengan padi, membudidayakan umbi-umbian itu jauh
lebih mudah dan murah. Sebagai contoh, menanam ubi kayu secara intensif
membutuhkan biaya hanya sepertiga dari biaya budidaya padi. Di sisi lain,
kandungan karbohidrat umbi-umbian juga setara dengan beras.

Umbi-umbian itu kemudian dapat diproses menjadi tepung. Dalam bentuk


tepung, umbi-umbian dapat difortifikasi dengan berbagai zat gizi yang
diinginkan. Bentuk tepung juga mempermudah dan memperlama penyimpanan
hingga dapat tahan berbulan-bulan, bahkan hingga tahunan. Selain itu, dalam
bentuk tepung akan mempermudah pengguna mengolahnya menjadi berbagai
jenis makanan siap saji dan menyesuaikannya dengan selera yang disukai.

Teknologi pengolahan umbi-umbian menjadi tepung sangat sederhana dan


murah. Dengan teknologi itu, usaha skala kecil-menengah mampu menghasilkan
tepung dengan kualitas yang tidak kalah bagus dibandingkan tepung terigu yang
diproduksi perusahaan besar
KADAR NUTRISI
FLEKSIBILITAS HASIL PRODUK DAN KEMUDAHAN TEKNOLOGI PRODUKSI
Berdasarkan pada hasil survey dan analisa pasar, kebutuhan berbagai jenis
industri yang memanfaatkan singkong sebagai bahan baku sangat besar karena
singkong dapat menghasilkan hingga 14 macam produk turunan yang digunakan
oleh industri makanan, industri farmasi, industri kimia, industri bahan
bangungan, industri kertas dan Industri biofuel, sedangkan dari segi teknologi
pemanfaatan singkong sebagai bahan pangan ataupun sebagai bahan bakar
bukanlah sebuah teknologi baru apalagi teknologi yang tidak terjangkau bagi
bangsa kita.

Teknik pengolahan singkong yang sangat sederhana bahkan sudah dikenal sejak
zaman nenek moyang kita, bahkan untuk pengolahan ethanol telah terbukti
dengan adanya berbagai makanan dan minuman khas seperti Brem, Tuak, Arak
dan berbagai macam olahan yang mengandung alkohol pada minuman tersebut
sebagai hasil dari proses fermentasi dan atau destilasi

SINGKONG SEBAGAI RAW MATERIAL KEBUTUHAN INDUSTRI


Sebagai Raw Material ( Bahan Mentah ) singkong dibutuhkan oleh berbagai
industri, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri dengan tujuan eksport Uni
Eropa, Jepang, Korea, China dan Amerika Serikat.Misalnya untuk Industri
pengolahan Tepung tapioca dan produk turunannya yang disebut POLYOL,
termasuk SORBITOL, MALTITOL, DEXTROSE MONOHYDRATE, MALTOSE SYRUP,
SORBITOL BUBUK DAN MALTODEXTRINE.

Produk ini banyak digunakan dalam industri produk konsumen dan farmasi di
seluruh dunia sebagai bahan baku utama pembuatan pasta gigi, produk
kosmetik, vitamin C dan produk makanan.

1. Sorbitol, adalah monosaccharide polyhydric alcohol dan hexitol yang banyak


digunakan pada produk kosmetik, pasta gigi, peralatan mandi, produk farmasi,
vitamin C, bahan makanan dan minuman, dan juga digunakan dalam beberapa
industri bahan kimia.
Kegunaan Sorbitol pada Beberapa Produk

Toothpaste 45%

Vitamin C 20%

Food & Beverages 15%

Pharmacy 5%

Chemical Industry 5%

Others 10%
2. Sorbitol Syrup, adalah gula rendah kalori yang memiliki rasa dingin dan manis,
dan digunakan sebagai humectant.
3. Sorbitol Bubuk, dihasilkan dari proses kristalisasi dan tingkat kemurniannya
sangat tinggi (lebih dari 99.5%). Dibandingkan dengan pemanis lain, Sorbitol
bubuk memiliki efek pendingin, dan banyak digunakan dalam pembuatan
permen karet.
4. Glucose Syrup, hasil hidrolis tepung yang terdiri dari unsure dextrose, dextrin,
maltose dan air. Berasa manis dan berbentuk cairan kental berwarna bening
kekuningan. Jika dicampur dengan air dapat digunakan dalam pembuatan gula-
gula.
5. Maltodextrine, dihasilkan dari proses hidrolis parsial tepung dengan enzim.
Produk ini digunakan dalam pembuatan susu bubuk dan makanan olahan.
6. Dextrose Monohydrate, adalah sakarida D-glukosa yang dimurnikan dan
berbentuk kristal. D- glukosa memiliki rasa manis, berwarna putih, larut dalam
air dan mudah dicerna dalam proses metabolisme tubuh maupun fermentasi
dengan ragi. Bahan ini digunakan untuk pembuatan permen, roti dan makanan
olahan.
7. Maltitol, hasil dari proses hidrogenasi maltose, banyak digunakan dalam
pembuatan makanan dan minuman bebas gula karena memiliki daya serap yang
tinggi. Maltinol digunakan untuk membuat makanan dan minuman penderita
diabetes, orang yang sedang menjalani diet dan untuk membuat makanan yang
tidak merusak gigi
HASIL OLAHAN PANGAN BERBASIS SINGKONG
Memilih terigu menjadi alternatif pangan pokok, ternyata bukan pilihan yang
dapat menyelesaikan masalah, tetapi terbukti menimbulkan masalah baru yang
tidak kalah pelik. Saat ini industri yang berbahan baku terigu, baik industri besar
maupun industri kecil, serta konsumen rumah tangga yang sudah tergantung
terigu makin menjerit karena harga terigu yang terus melambung.

Sebagai subtitusi dari tepung terigu maka perlu dilakukan sosialisasi dalam
penggunaan bahan pangan pengganti yang dapat bersaing dengan gandum
sebagai bahan dasar pembuatan makanan. Tepung singkong atau tepung
tapioka mempunyai potensi sebagai bahan pengganti karena kemudahan dalam
penanaman bahan baku, pengolahan serta harga yang relatif murah

Ekspor singkong Indonesia dalam bentuk gaplek (keratan ubi singkong yang
dikeringkan), tepung gaplek, ataupun tepung tapioka cukup meyakinkan dan
dapat bersaing, seperti gaplek Indonesia yang sangat terkenal di mancanegara,
terutama di Uni Eropa, selain itu singkong dapat diolah menjadi Tepung, Gula
tepung dan Gula Cair ( Fruktosa & Glukosa ), Cassava Chips dll.

HASIL OLAHAN SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL


Dua ancaman serius yang muncul akibat ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil, yakni:
3. faktor ekonomi (keterbatasan eksplorasi yang berakibat pada suplai,
harga; dan fluktuasinya), serta
4. faktor polusi bahan bakar fosil yang merugikan lingkungan hidup, mau
tidak mau memaksa umat manusia untuk memikirkan alternatif energi
yang lebih terjamin pengadaannya serta ramah terhadap lingkungan.
Gasohol adalah salah satu alternatif yang memungkinkan transisi ke arah
implementasi energi alternatif berjalan dengan mulus. Dari sisi teknik
pembangkitan daya dan emisi gas buang, ethanol (dalam bentuk murni ataupun
campuran) relatif superior terhadap gasolin.

Terdapat beberapa hal yang bisa dipelajari dari Brazil dalam implementasi
bioethanol, yakni:

6. Perlunya diversifikasi sumber ethanol untuk menghindari penurunan


kualitas tanah secara radikal
7. Implementasi bahan bakar bioethanol lebih baik dimulai dari
pencampuran gasoline + ethanol, bukan dari penggunaan bioethanol
100%. Hal tersebut akan menjamin transisi ke arah bioenergy secara lebih
mulus sambil menyiapkan secara lebih matang seandainya era penggunaan
bioethanol 100% dipandang sudah tiba
8. Perlunya kerjasama yang erat dengan pihak industri otomotif untuk
menyediakan kendaraan yang optimal bagi implementasi bahan bakar
gasoline + ethanol
9. Perlu sinergi antar instansi serta antara pemerintah pusat dan daerah
dalam rangka penyediaan bahan baku, pemrosesan, serta distribusi bahan
bakar bioethanol.
10. Penggunaan bahan bakar ethanol (murni ataupun campuran dengan
gasolin) diperhitungkan telah menekan emisi CO2 di Brazil dari tahun
1995-2010 sebesar 293 ton (hipotesis rendah) hingga 461 ton (hipotesis
tinggi). Ini berarti emisi CO2 tahunan yang bisa dikurangi di Brazil adalah
sekitar 12% bila menggunakan hipotesis tinggi (Riberio dkk, 1997).
Sumber etanol tidak hanya berasal dari tebu dan singkong melainkan juga bisa
didapatkan dari jagung, ubi jalar, sorgum, sweet sorgum, kentang, beet dan juga
padi dengan efisiensi etanol yang tertinggi berasal dari jagung yang jumlahnya
mencapai 400 liter per 1000 kilogram. Diikuti tetes tebu yang mencapai 250 liter
per 1000 kilogramnya dan ubi kayu sejumlah 166,6 liter per kilogramnya.
Namun, bila diimplementasikan dari hasil panen masing-masing jenis tanaman
maka tanaman yang menghasilkan etanol dengan produktivitas tertinggi adalah
tebu disusul dengan ubi kayu.

DATA – DATA TENTANG SUMBER BAHAN BAKU


BIO ENERGI YANG TERDAPAT DI INDONESIA
1 TONBAHAN KANDUNGAN JUMLAH HASIL RENDEMEN
BAKU GULA (KG) BIOETHANOL (LITER)
Ubi jalar 150-200 125 12,5 %
Ubi kayu 250-300 166,6 16 %
Jagung 600-700 400 40 %
Sagu 120-160 90 9%
Tetes Tebu 500 250 40 %
JENIS TUMBUHAN PRODUKSI ENERGI(KWH
MINYAK(LITER PER PER HA)
HA)
Elaeis guineensis (kelapa sawit) 3.600-4.000 33.900-37.700
Jatropha curcas (jarak pagar) 2.100-2.800 19.800-26.400
Aleurites fordii (biji kemiri) 1.800-2.700 17.000-25.500
Saccharum officinarum (tebu) 2.450 16.000
Ricinus communis (jarak kepyar) 1.200-2.000 11.300-18.900
Manihot esculenta (ubi kayu) 1.020 – 3000* 6.600 – 20.000 *
*dengan penggunaan bibit unggul
II. TEKNOLOGI PERTANIAN
Dengan semakin meningkatnya permintaan dan kebutuhan akan produk berbasis
singkong maka permintaan dan kebutuhan akan bibit juga semakin meningkat,
hal ini menyebabkan berbagai Institusi Penelitian dan Pengembangan dalam
bidang Agrikultur terus menerima permintaan baik dalam bentuk bibit maupun
sekedar referensi dan makalah penelitian.

Saat ini tersedia 10 varietas ubi kayu di pasaran. Kesepuluh varietas tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yakni kelompok varietas ubi kayu untuk pangan
dan untuk industri.

*Singkong Mukibat tidak dimasukkan ke dalam varian tersendiri karena Singkong


Mukibat sebenarnya hanyalah Singkong biasa dan Singkong Karet yang
disambung menggunakan teknik okulasi.
Varietas untuk pangan mempunyai tekstur umbi yang pulen dengan kadar HCN
< 50 miligram per kilogram dan mempunyai rasa tidak pahit. Sedangkan ubi
jalar untuk industri mempunyai kadar patin atau kadar bahan kering sekitar 0,6
gram per kilogram.
BIBIT TERBAIK SAAT INI
Pengembangan singkong Darul Hidayah adalah merupakan jawaban dari
persoalan dan rendahnya produktivitas dimana untuk jenis singkong
konvensional biasanya hanya menghasilkan 40 – 50 ton singkong segar per
hektar, bahkan terkadang hanya mencapai 20 – 25 ton /ha lahan tanam.
Sedangkan singkong Darul Hidayah setelah melalui berbagai uji tanam atau
diketahui dapat menghasilkan singkong segar sebesar 100 – 150 ton/ha lahan
tanam.

TEKNIS DAN JENIS PEMUPUKAN


Produksi singkong di Indonesia dapat meningkat dengan menambahkan bahan
organik ke dalam tanah. Bahan organik (kompos) yang ditambahkan ke dalam
tanah berfungsi sebagai sumber unsur hara dan memperbaiki sifat fisik, kimia,
serta biologi tanah.

Organisme tanah memanfaatkan bahan organik itu sebagai sumber energi. Lalu
melalui asam humiknya, organisme ini dapat mempertahankan struktur tanah,
sehingga sifat fisik tanah seperti infiltrasi dan drainase baik untuk pertumbuhan
tanaman. Selain itu asam humik juga memegang peranan penting dalam
menonaktifkan senyawa racun seperti Aluminium.

Singkong merupakan tanaman yang menurut hasil penelitian Kanapathy (1974)


menunjukkan bahwa unsur hara yang keluar dari siklusnya di tanah sebagai
akibat dari proses pemanenan pada tanaman singkong, lebih tinggi
dibandingkan tanaman lahan kering lainnya seperti kelapa sawit, karet, dan
jagung. Sehingga jika bagian tanaman lainnya selain umbi dikembalikan lagi ke
tanah, maka unsur hara yang hilang sebenarnya jauh lebih kecil daripada
tanaman seperti padi dan jagung. Apabila ampas dari proses pembuatan tepung
juga dikembalikan, maka unsur hara yang hilang akibat proses produksi
singkong ini sangat kecil.
Kurangnya pemberian bahan organik, dan tidak dikembalikannya sisa-sisa
tanaman juga menyebabkan menurunnya aktivitas organisme tanah, dan
menurunkan kemantapan struktur tanah sehingga tanah menjadi padat. Sebagai
akibatnya, akar tanaman menjadi kurang berkembang. Terlebih lagi Al-dd
menjadi sangat beracun dan menurunkan produktivitas.

Data dan Fakta diatas menunjukkan bahwa skema pemupukan yang disarankan
adalah dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos maupun kotoran
hewan dan daun – daunan. Dengan perawatan tanaman sekaligus lahan dengan
teknik organik diharapkan produktivitas tanaman akan tinggi karena kebutuhan
nutrisi tanah terpenuhi sekaligus menjaga matinya tanah yang disebabkan oleh
‘terkikis’nya unsur hara oleh tanaman tersebut.

BERKEBUN SINGKONG SEBAGAI MATA PENCAHARIAN


Bahwa bertani singkong menguntungkan, banyak dialami petani di beberapa
daerah di Jawa Barat, mulai dari Kabupaten Purwakarta, Subang, Sumedang,
Tasik, Ciamis, Garut, sampai Sukabumi dan Cianjur. Mereka secara khusus
menanam singkong sebagai mata pencaharian pada lahan budidaya khusus
dengan luas antara 1-4 ha. Lahan umumnya terletak di lereng pegunungan
berbatasan dengan lahan Kehutanan / Perhutani.

Bahkan seiring dengan meningkatnya harga secara stabil yang disebabkan oleh
tingginya permintaan produk, terutama dalam bentuk gaplek, tepung gaplek dan
tepung tapioka, menyebabkan semakin banyak petani berdasi yang saat ini mulai
membudidayakan singkong dengan luas tanam di atas 50 ha, terutama di
Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Budidaya singkong juga dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah


perkebunan. Berdasarkan pengalaman Pilot Project I yang dilakukan
oleh bigcassava.com. di beberapa sentra singkong, setiap harinya seorang
pengrajin mampu menghasilkan Chip singkong segar sebanyak 300 Kg, dengan
upah sebesar Rp. 6.000 / 100 Kg. Dengan demikian seorang tenaga kerja chips
yang bekerja dari jam 07.00 pagi s/d 13.00 siang akan memperoleh pendapatan
sebesar Rp. 18.000 per orang per hari, angka ini dinilai layak mengingat masih
rendahnya UMR di daerah yang tingkat biaya hidupnya juga rendah

V. KESIMPULAN
Singkong layak dijadikan komoditas Agro Industri
Dengan teknik pengolahan yang sederhana dapat memenuhi kebutuhan dari hulu
hingga hilir

Anda mungkin juga menyukai