Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA TB. PARU

DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA BADUNG

OLEH:

NI KETUT NOPIA ANTARI


17.321.2731
A11-B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA TB. PARU

DI RUANG OLEG RSUD MANGUSADA BADUNG

TANGGAL 20-24 JULI 2020

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas pasien

Nama : Ny. A

Umur : 57 tahun

Agama : Hindu

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Kawin

Pendidikan : SMP

Pekerjan : ibu rumah tangga

Suku bangsa : Indonesia

Alamat : Br.Lokaserana Siangan, gianyar

Tanggal masuk : 13 Juli 2020

Tanggal pengkajian : 20 Juli 2020

No. register : 029289

Diagnosa : Tb. Paru


b. Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. I

Umur : 35 tahun

Hub.dengan pasien : Anak

Pekerjaan : Wirasuasta

Alamat : Br. Lokaserana, Siangan, Gianyar

2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS: Pasien mengeluh Sesak
Saat ini: Pasien mengeluh sesak
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat
ini
Pada hari Senin, 13 juli 2020, sekitar pkl. 09.00 WITA, pasien datang bersama
keluarga ke UGD RSUD Mangusada Badung dengan keadaan sadar dengan
keluhan sesak dari tadi pagi sekitar jam 07.00 wita dan batuk berdahak sejak 2
minggu yang lalu. Setelah dilakukan observasi pasien dicurigai Tb. Paru dan
diminta untuk di rawat inap di Ruang Oleg. Setelah hasil foto thorax dan sputum
keluar pasien dinyatakan posif Tb. Paru. Setelah di lakukan pengkajian pasien
mengeluh batuk sesak sejak 1 minggu yang lalu, batuk berdahak sejak 3 minggu
yang lalu, Nafsu makan menurun karena mual dan badan terasa lemas. Hasil
pemeriksaan menunjukan ada penggunaan otot bantu nafas. Terdapat Suara nafas
tambahan ronchi, Pasien mengeluh demam.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Anak pasien mengatakan upaya yang dilakukan untuk mengatasinya adalah
dengan memberikan minyak kayu putih pada bagian dada pasien ketika pasien
mengalami sesak.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Anak pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit, baik penyakit
keluarga maupun penyakit menular dan hanya pernah mengalamii sakit demam,
batuk dan pilek
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit
3) Alergi
Pasien mengatakan bahwa tidak mempunyai alergi terhadap makanan maupun
obat-obatan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat merokok, minum minuman
beralkohol Dan tidak mengkonsumi kopi.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan keruarganya memiliki riwayat Tb. Paru yaitu suaminya, ia
maupun keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, asma,
penyakit jantung maupun hipertensi.

d. Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa medis : Tb. Paru
Therapy :
Jenis Nama Obat Dosis Rute
Infus NaCl 0.9% 20 tetes per menit Intravena
Tablet Rifampicin (R) 1 x 350 mg Oral
Tablet Isoniaxzid (H) 1 x 300 mg Oral
Tablet Etambuttol (E) 1x 500 mg Oral
Tablet Pirazinamid (Z) 1x 500 mg Oral
Tablet Vit B6 3x1 Oral
Tablet Domperidone 3x10 mg Oral
Ampul Inhalasi vent: Nacl 1:1 Uap (di hirup)

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sehat itu merupakan hal yang penting bagi dirinya , selalu
berolahraga dan lingkungan yang bersih, merupakan kesehatan baginya. Pasien
mengatakan jika keadaan kurang membaik sampai tidak bisa bangun dari tempat tidur
maka iya sedang sakit

b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan asupan nutrisi didapat dari makanan seperti nasi, lauk
pauk, sayur. Pasien mengatakan nafsu makan sehari-harinya tinggi, dengan
porsi 1 piring 3x/hari. Pasien biasa minum air putih 6 gelas/hari (200 cc)
 Saat sakit :
Pasien mengatakan nafsu makan menurun karena mual dan badan terasa
lemas, pasien makan dengan porsi ¼ piring 3x/hari. Asupan nutrisi didapat
dari makanan yaitu bubur, sayur, telor dan ayam. Pasien biasa minum air putih
2 gelas/hari (200 cc)

c. Pola Eliminasi
1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasanya BAB ± 2x/hari, dengan konsistensi feces padat.
Warna feces kuning kecoklatan dan tidak bercampur darah.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan dari pertama kali masuk RS hanya BAB 4x dalam
seminggu, dengan konsistensi padat. Warna feces kuning kecoklatan dan tidak
bercampur darah. Pasien menggunakan Pampers
2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan biasa BAK ± 5x/hari, dengan karakteristik urine encer
dengan warna Kemerahan, bau khas urine, dan tidak bercampur darah.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan BAK ± 3 x/hari, dengan karakteristik urine kuning
kecoklatan, dan tidak menggunakan alat bantu kateter. Pasien menggunakan
pampers
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

2) Latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa bisa beraktivitas seperti biasa, dapat bergerak
secara bebas dan berjalan mandiri.
 Saat sakit
Pasien mengatakan selama di rawat hanya istirahat di tempat tidur karena
pasien merasa lemas. Pasien bisa miring kanan dan kiri

e. Pola kognitif dan Persepsi


Pasien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya, dan tidak mengetahui
manajemen Tb. paru yang benar. Sehingga pasien tidak melakukan manajemen Tb.
Paru .

f. Pola Persepsi-Konsep diri


- Citra tubuh: Pasien mengatakan tidak memiliki masalah/ perubahan terhadap
perubahan citra pandang dirinya, pasien tampak berpenampilan rapi
- Harga diri: Pasien mengatakan tidak merasa malu meskipun harus dirawat di RS
- Peran: Pasien mengatakan selalu menjalankan peranya sebagai ibu rumah tangga,
istri dan ibu dari kedua anaknya
- Identitas: walaupun sedang sakit pasien mengatakan tidak kehilangan identitasnya
sesok yang ramah dan penuh semangat
- Ideal diri: Pasien mengatakan tidak ada masalah terhadap penamilanya
g. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidur cukup 6-7 jam dari pukul 22.00-05.00 wita, pasien
mengatakan tidak memiliki gangguan pola tidur, tidur nyenyak dan tidak terjaga
 Saat sakit :
Pasien mengatakan dirinya tidak bisa tidur karena sesak yang dialaminya, tidur
tidak menentu, tidur ± 5 jam yaitu pkl. 23.00 WITA sampai pukul 04.00 WITA
dan terbangun di malam hari.

h. Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan berperan sebagai ibu rumah tangga dan istri dari kedua anaknya,
pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik, hubungan dengan orang terdekat
baik
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Pasien mengatakan memiliki 2 orang anak, yang pertama
laki-laki dan anak kedua anak perempuan, menarke pada umur 14, haid lancar,
ada keputihan
2. Saat sakit : Pasien mengatakan memiliki 2 orang anak, yang pertama
laki-laki dan anak kedua anak perempuan, menarke pada umur 14, haid lancar,
ada keputihan

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakakan jika iya memiliki masalah iya akan menceritakan kepada suami
dan keluarganya untuk mencari solusi terbaik untuk memecahkan masalah
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien beragama hindu, pasien mengatakan sebelum sakit iya sembahyang secara
rutin dan jika ada hari suci pasien bisa sembahyang kepura. Sedangkan saat sakit
pasien hanya bisa berdoa ditempat tidur

4. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum: Lemah
Tingkat kesadaran: Komposmetis
GCS: 15 Eye: 4 Motorik: 6 Verbal: 5
b. Tanda-tanda Vital: Nadi=97x/mnt, suhu=37,6ºc, td=120/80mmHG, RR=29x/mnt
c. Keadaan Fisik
1) Kepala dan Leher
a) Kepala
I: Penyebaran rambut merata, bentuk kepala normal, nampak bersih dan
tidak terdapat ketobe, warna rambut hitam dan beruban, rambut berbau,
warna kulit Kuning langsat
P: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan dan tidak terdapat lesi
b) Mata

I: Mata dalam keadaan simetris kiri dan kanan. pupil isokor (kiri dan
kanan), konjungtiva ananemis dan sklera anikterik.

P: Tidak ada nyeri takan

c) Hidung
I: Tulang hidung dan posisi septum nasal simetris kiri dan kanan, terdapat
secret.
P: Tidak terdapat nyeri tekan
d) Telinga
I: Bentuk dan ukuran telinga simetris kiri dan kanan terdapat serumen tapi
dalam batas normal
P: Tidak terdapat nyeri tekan

e) Mulut dan faring


I: Mukosa bibir kering, sianosis dan tampak pucat, keadaan gusi dan gigi
tidak ada perdarahan, gigi putih dan bersih, tidak lengkap dan terdapat
taries gigi, tidak terdapat tongsilitis
f) Leher
I: Posisi trachea dalam keadaan simetris, tidak terdapat hiperpigmentasi
P: terdapat pembesaran kelenjar getah bening tidak ada pembesaran
kelenjar thyroid, denyut nadi karotis: teraba
2) Paru
I: Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, Penggunaan otot bantu pernafasan,
P: Pergerakan dada simetris, tidak terdapat nyeri tekan
Per: Suara pekak
A: Terdapat suara nafas tambahan ronchi
3) Jantung
I: Iktus kordis tampak
P: Iktus kordis teraba: denyutan normal, irama regular
Per: Pekak
A: S1 S2 tunggal reguler
4) Payudara dan ketiak
I: Tidak ada lesi, tadak ada edema, dan tidak terdapat benjolan
P: Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan,
5) Abdomen
I: Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema
A: Bising usus normsl 8x/mnt
Per: Suara resonan
P: Tidak teraba masa dan nyeri tekan

6) Genetalia
Tidak terpasang kateter

7) Intergumen
I: Warna kulit sawo mateng, tiadak ada kemerahan, tidak ada edema, pesebaran
rambut tidak merata, tidak terdapat ruam, tidak terdapat hiperpigmentasi, tidak
terdapat sianosis dan tidak terdapat bekas luka
P: Tekstur kulit menurun, CRT< 2 detik, tugor kulit <1 detik
8) Ekstremitas
a) Atas
I: Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada sianosis
dan clubbing finger, tidak adanya nikotin staining
P: CRT<2 detik, akral hangat
b) Bawah
I: Bentuk simetris, tidak terdapat edema, tidak terdapat lesi, jari
lengkap, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger dan tidak terdapat
parises
P: CRT<2 detik, akral hangat
9) Neurologis
a) Status Mental dan Emosi
Status mental baik dan mampu mengontrol emosi
b) Pengkajian saraf kranial
Tidak dilakukan pengkajian
c) Pemeriksaan Reflek
Reflek patella positif (ekstensi)
10) Pemeriksaan Penunjang
a) Data laboratorium yang berhubungan
TGL: 18 Juli 2020 jam 11.30
 LED: 37 mm (<30 mm)
 HB: 10 gr/dl (12-14)
 Eritrosit: 4, 08 gr/dl (4-5)
 Leukosit: 12.000/ul (4.000-11.000)
 Trombosit: 302.000/ul (150rb-400rb)
 Protein: 8,8 gr/dl (7,2-8 gr/dl)
 Globulin: 5,9 gr/dl ( 2,3-3,2 gr/dl)
 Natrium: 129 mEq/L (135-145 mEq/L)
 Kalium: 3, 41 mEq/L (3,5-5,1 mEq/L)
 Klorida: 94,1 mEq/L (98-109 mEq/L)
 Ureum: 78 mg/dl (10-50 mg/dl)
 Kreatinin 1,2 mg/dl ( 0, 5-1,5 mg/dl)
 pH: 7,4 mmHg (7,35-7,45 mmHg)
PCO2: 28, 6 mmHg (35-42)
 PO2: 80 mmol/L (75-100)
 Sat O2: 95, 5 % ( 95-100%)

TGL: 18 Juli 2020 jam 12.32

Kultur BTA (+)

b) Pemeriksaan radiologi
TGL: 15 Juli 2020 jam 18.32
Hasil Paru: memberi kesan gambar TB. Paru

c) Hasil konsultasi
-
d) Pemeriksaan penunjang lainnya
-

5. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Masalah


keperawatan
1. DS: Bersihan jalan
Mycobacterium
- Pasien mengeluh nafas tidak efektif
tuberculosis
batuk berdahak sejak
3 minggu yang lalu Airbone/ Inhalasi
- Sesak nafas sejak 1
minggu yang lalu Saluran
DO: Penafasan atas

- Batuk tidak efektif


- Sputum berlebih Bakteri yang
- Terdapat suara nafas besar bertahan di
bronkus
tambahan ronchi
- Bibir tampak sianosis
- Tampak gelisah Penumpukan
sekret
- Pengunaan otot bantu
pernafasan
- RR: 29x/mnt Batuk Tidak
Data Tambahan: efektif

- Hasil Paru: memberi


kesan gambar TB. Bersihan jalan
nafas tidak
Paru
efektif
- Kultur BTA (+)

2 DS: Mycobacterium Hipertermia


- Pasien mengeluh tuberculosis
demam
DO: Airbone/ Inhalasi
- Kulit pasien teraba
hangat Saluran Pernafasan
- Suhu tubuh diatas bagian bawah
nilai normal 37, 6 0 C
Data tambahan Paru-paru
- Leukosit: 12.000 /ul
- LED: 37 mm (<30 Alveolus
mm)
Terjadi Pendarahan

Penyebaran bakteri
secara limfa
hematogen

Suhu tubuh diatas


nilai normal

Hipertermia

3 DS: Mycobacterium Nausea


- Pasien mengeluh tuberculosis
nafsu makan
menurun karena mual Airbone/ Inhalasi
dan badan terasa
lemas Saluran Pernafasan
DO: bagian bawah
- Pasien tampak pucat
- Merasa asam dimulut Paru-paru
- Pasien makan dengan
porsi ¼ piring Alveolus
3x/hari. Asupan
nutrisi didapat dari Terjadi Pendarahan
makanan yaitu bubur,
sayur, telor dan Penyebaran bakteri
ayam. Pasien biasa secara limfa
minum air putih 2 hematogen
gelas/hari (200 cc)
- LED: 37 mm (<30 Distensi lambung
mm)
- HB: 10 gr/dl (12-14) Anoreksia, malase,
- Protein: 8,8 gr/dl mual
(7,2-8 gr/dl)
- Globulin: 5,9 gr/dl Nausea

( 2,3-3,2 gr/dl)
- Natrium: 129 mEq/L
(135-145 mEq/L)

B. Tabel Daftar Diagnose keperawatan/ Masalah Kolaboratif Berdasarkan


Prioritas

No Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Tanggal Ttd


Ditemukan Teratasi
1 Senin 20 juli Bersihan jalan nafas berhubungan 24 juli
2020 dengan sekresi yang tertahan ditandai 2020
14.00 wita dengan batuk berdahak sejak 3 12.00 wita
minggu yang lalu dan sesak nafas
sejak 1 minggu yang lalu, , Batuk
tidak efektif , Sputum berlebih,
Terdapat suara nafas tambahan
ronchi, Bibir tampak sianosis,
Tampak gelisah, RR: 29x/mnt, Hasil
Paru: memberi kesan gambar TB.
Paru, Kultur BTA (+).

2 Senin 20 juli Hipertermia berhubungan dengan 24 juli


2020 proses penyakit Tb. Paru ditandai 2020
14.00 wita dengan pasien mengeluh demam, 12.00 wita
Kulit pasien teraba hangat, Suhu
0
tubuh diatas nilai normal 37, 6 C,
Leukosit: 12.000 /ul, LED: 37 mm
(<30 mm)
3 Senin 20 juli Nausea berhubungan dengan distensi 24 juli
2020 lambung ditandai dengan Pasien 2020
mengeluh nafsu makan menurun
14.00 wita karena mual dan badan terasa lemas, 12.00 wita
pasien tampak pucat, merasa asam di
mulut. Pasien makan dengan porsi ¼
piring 3x/hari. Asupan nutrisi didapat
dari makanan yaitu bubur, sayur,
telor dan ayam. Pasien biasa minum
air putih 2 gelas/hari (200 cc), LED:
37 mm (<30 mm), HB: 10 gr/dl (12-
14), Protein: 8,8 gr/dl (7,2-8 gr/dl),
Globulin: 5,9 gr/dl ( 2,3-3,2 gr/dl),
Natrium: 129 mEq/L (135-145
mEq/L)

C.
6. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana Keperawatan Ttd


Hari/T No
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
gl/Jm DX
Hasil
Senin 1 Setelah diberikan asuhan SIKI : Manajemen
20 juli keperawatan selama 3 x 24 Jalan Nafas
2020 jam diharapkan bersihan 1. Monitor pola 1. Mengetah
15.00 jalan nafas pasien efektif nafas ui
wita dengan KH: (frekuensi, perkemban
SLKI: Bersihan Jalan kedalaman, gan status
Nafas usaha nafas) kesehatan
1. Pasien tidak 2. Monitor bunyi pasien
dipsnea nafas 2. suara nafas
2. pasien bisa batuk tambahan abnormal
efektif (mengi, menggamb
3. Produksi sputum wheezing, arkan
berkurang Ronkhi) adanya
4. Tidak terdapat 3. Monitor sputum
suara nafas sputum dalam
tambahan ( ronchi) (jumlah, jalan nafas
5. Bibir pasien tidak warna) 3. Sputum
sianosis 4. Posisikan semi menggang
6. Pasien tidak gelisah fowler atau gu proses
fowler pertukaran
5. Berikan gas serta
minum hangat penghisap
an
6. Berikan
4. Posisi ini
oksigen, jika
dapat
perlu
membantu
7. Lakukan
fisioterapi memperm
dada, jika udah
perlu pernafasan
8. Ajarkan teknik 5. Air hangat
batuk efektif dapat
9. Kolaborasi mengencer
pemberian kan secret
bronkodilator 6. Melancark
an saluran
masuknya
oksigen
atau
memberik
an aliran
gas O2
sehingga
konsentras
i O2
meningkat
dalam
tubuh
7. terapi
kombinasi
untuk
mobilisasi
sekresi
pulmonari
a
8. Membersi
hkan
sekresi
dari
saluran
nafas
9. Memperle
bar luas
permukaan
bronkus
dan
bronkiolus
pada paru-
paru, dan
membuat
kapasitas
serapan
oksigen
paru-paru
meningkat
Senin 2 Setelah diberikan asuhan SIKI : manajemen
20 juli keperawatan selama 2 x 24 hipertermi 1. Mengetahui
2020 jam diharapkan pasien 1. Monitor suhu apakah
15.00 tidak mengalami tubuh terjadi
wita hipertermia dengan KH: 2. Longgarkan atau peningkatan
SLKI: Termoregulasi lepaskan pakaian suhu tubuh
1. Suhu tubuh dalam 3. Berikan cairan 2. Agar proses
rentang normal ( 36,5 oral evaporasi
– 37,5 0C ) 4. Anjurkan tirah dalam tubuh
2. Suhu Kulit normal baring dapat bekerja
5. Kolaborasi dengan baik
pemberian cairan 3. Mencegah
dan elektrolit terjadinya
intravena dehidrasi
4. Agar pasien
tidak
kelelahan
5. Mencegah
terjadinya
dehidrasi dan
pemenuhan
cairan dan
elektrolit px
terpenuhi
Senin 3 Setelah diberikan asuhan SIKI: Manajemen
20 juli keperawatan selama 2 x 24 Mual
2020 jam diharapkan pasien 1. Monitor mual 1. Penting
15.00 tidak mengalami nafsu (frekuensi, untuk
wita makan menurun karena durasi dan mengetahu
mual dengan KH: tingkat i
SLKI: Tingkat Nausea keparahan) karakterist
1. Pasien tidak 2. Monitor ik mual
mengeluh mual asupan nutrisi 2. Mengetah
2. Nafsu makan dan kalori ui
pasien meningkat 3. Kurangi atau penyebab
3. Pasien tidak pucat hilangkan pemasuka
4. Tidak ada perasaan penyebab mual n yang
asam dimulut 4. Berikan kurang
makanan sehingga
dalam jumlah dapat
kecil dan menentuka
menarik n
5. Anjurkan intervensi
istirahat dan yang
tidur yang ssesuai
cukup dengan
6. Ajarkan efektif
penggunaan 3. Menurunk
teknik non an
farmakologis stimulus
untuk penyebab
mengatasi mual
mual 4. Makan
(akupresur) dikit demi
7. Kolaborasi sedikit
pemberian anti dapat
ematik meningkat
kan intake
nutrisi
5. Istirahat
yang
cukup
dapat
menguran
gi mual
6. Stimulus
atau
penekanan
yang
dilakukan
pada titik
p 6 dan st
36
diyakini
akan
memperba
iki aliran
energy ke
lambung
sehingga
dapat
menguran
gi mual
7. Antiemati
k adalah
obat untuk
mengatasi
mual

D. JURNAL YANG MENGULAS TENTANG INTERVENSI

40 p-ISSN: 2442-501x, e-ISSN: 2541-2892


PENERAPAN BATUK EFEKTIF DAN FISIOTERAPI DADA PADA PASIEN TB PARU
YANG MENGALAMI
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RSUD KOJA JAKARTA UTARA

Egeria Dorina Sitorus*, Rosita Magdalena Lubis*, Eni Kristiani*


* Program Studi D-III Keperawatan Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Jakarta

Email Korespondensi: egeria.dorina@husadakaryajaya.ac.id

Abstrak
Latar Belakang : TB paru merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Di Indonesia menduduki peringkat ketiga pada semua usia. Paru-paru merupakan alat
pernapasan utama pada respirasi. Ketika paru-paru terinfeksi akan terjadi inflamasi atau
peradangan di paru-paru yang mengakibatkan terjadinya sekret/eksudat yang lama kelamaan
akan menumpuk sehingga produksinya berlebih. Sekret yang menumpuk menjadi susah
dikeluarkan yang menyebabkan terjadinya akumulasi sekret dijalan napas, sehingga
mengakibatkan masalah jalan napas yang terganggu

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terhadap penerapan prosedur
batuk efektif dan fisioterapi dada untuk meningkatkan pengeluaran sekret pada klien dengan
TB paru

Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus, dengan wawancara


terstruktur, studi dokumen, dan observasi menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan.
Partisipan dalam penelitian adalah dua orang pasien TB Paru yang mengalami
ketidakefektifan bersihan jalan nafas di RSUD Koja. Analisis data yang digunakan dengan
tehnik pengumpulan data kualitatif berupa wawancara dan studi dokumen. Penyajian data
kualitatif dalam bentuk narasi dan disertai ringkasan ungkapan verbal dari subyek studi kasus
yang merupakan data pendukungnya.

Hasil Penelitian: Hasil studi kasus menunjukkan adanya peningkatan pengeluaran sekret pada
klien dengan tb paru yang mendapat terapi batuk efektif dan fisioterapi dada, sehingga klien
mampu mempertahankan jalan napas yang efektif. Kesimpulan dan Saran:

Penerapan batuk efektif dan fisioterapi dada pada pasien TB paru yang mengalami
ketidakefektifan bersihan jalan nafas mampu meningkatkan pengeluaran sekret. Disarankan
untuk menerapkan latihan batuk efektif dan fisioterapi dada bagi pasien TB Paru dengan
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebagai tindakan mandiri
keperawatan di lapangan.

Kata Kunci : TB Paru, bersihan jalan napas tidak efektif, batu efektif dan fisioterapi dada
Latar Belakang

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan


oleh Mycobakterium tuberculosis (Dahlia & Soedirman, 2017). Bakteri ini berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Angka
kejadian TB Paru di dunia saat ini diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. (Mahmudah, Cahyati, & Wahyuningsih,
2013). Berdasarkan Global Tuberkulosis (2011) angka prevalensi semua tipe TB adalah sebesar
289 per 100.000 penduduk atau sekitar 690.000 kasus. Insiden kasus baru TBC dengan BTA
positif sebesar 189 per 100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB di
luar HIV sebesar 27 per 100.000 penduduk atau 182 orang per hari (WHO, 2015). Tiga Negara
dinyatakan sebagai Negara dengan disease burden tertinggi didunia yaitu India dengan
1.762.000, China dengan 1.459.000 dan Indonesia dengan 528.000 (Majampoh, Rondonuwu, &
Onibala, 2013).

Tingginya angka kejadian TB Paru didunia adalah karna beberapa faktor yaitu,
Kemiskinan diberbagai masyarakat dan kalangan kota dan di kalangan rumah-rumah industri
yang menyerang di negara berkembang, Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk
dunia dan perubahan struktur umur kependudukan, serta dampak dari meningkatnya pendrita
HIV/AIDS dibeberapa Negara (Kemenkes RI, 2012). Di Indonesia sendiri sedikitnya ada 3
faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB Paru yaitu, waktu pengobatan TB yang relative
lama (6-8 bulan) menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti
berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah
TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan
munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant=kebal terhadap bermacam obat).
Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya
tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul(Kemenkes RI, 2011). Akibat yang sering
terjadi pada penyakit TB Paru adalah obstruksi jalan napas dan dapat juga menimbulkan
kematian.
METODE

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur, studi dokumen, dan observasi
menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan. Metode ini dilakukan terhadap dua orang pasien
TB Paru yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas di Rumah Sakit Koja.

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dengan tehnik pengumpulan data kualitatif berupa
wawancara dan studi dokumen. Penyajian data kualitatif dalam bentuk narasi dan disertai
ringkasan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.
Menurut proses analisa data pada penelitian kualitatif adalah suatu proses menyatukan
data, membuat sesuatu yang tidak jelas menjadi jelas, proses menghubungkan kata atau bagian
kalimat, proses perkiraan dan verifikasi, proses kolerasi dan modifikasi, proses menyarankan dan
mempertahankan.

Untuk studi kasus ini, penulis menguraikan berbagai aspek pada subyek yang
diamati dan membandingkan dengan referensi atau hasil dari penelitian terdahulu. Hasil studi
kasus ini disajikan dalam bentuk narasi. Tahapantahapannya, yaitu:
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara dan observasi. Hasil ditulis dalam bentuk catatan
harian, kemudian disalin dalam bentuk transkip.

2. Analisa Data
Data yang didapat kemudian dianalisa oleh peneliti untuk dapat disajikan.

3. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan teks naratif dan dapat disertai dengan
ungkapan verbal dari subyek studi kasus.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasilhasil
penelitian terdahulu. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.

HASIL PENELITIAN

Evaluas Hari 1 Hari 2


i
Kasus 1 S: klien S: klien
mengataka mengataka
n sesak n sudah
berkurang, tidak sesak
klien lagi tetapi
mengataka masih
n secret batuk,
sudah bisa klien
untuk mengataka
dikeluarka n secret
n ketika sudah
batuk dan mudah
nyeri untuk
dikeluarka
n ketika
batuk
Evalua Hari 1Evalua Hari
Hari12 Hari 2
si si
saat batuk dan
suara
nyeri saat suara napas
masih ada. batuk
napas sudah normal/vesi
O: klien tidak
ronchi,
ada. ku ler,
tampak lebih O:tekanan klien tekanan
rileks, suara tampak
darah lebih darah
napas rileks,
100/69 suara 100/70
ronchi, napas
mmHg, mmHg,
tekanan normal/vesikul
nadi 93 nadi 97
darah 110/75 x/menit,
er, tekanan x/menit,
mmHg, nadi pernapasa
darah pernapasan
95x/menit n110/70 22 18 x/menit,
, x/menit,
mmHg, suhu
RR suhu
nadi 37,2oC.
o
23x/menit 37,7
89x/menit,
C. A: masalah
, suhu A: RR
masalah ketidakefek
37,4 ketidakefe
20x/menit, tif an
0 0
C. kt
suhu 37
ifan C. bersihan
A: masalah A: bersihan
masalah jalan napas
ketidakef jalan
ketidakefekt berhubunga
ekt ifan napas
if an n dengan
bersihan berhubun
bersihan peningkata
jalan ga
jalan napas
n n produksi
napas dengan
berhubunga sputum
berhubun peningkat
n dengan teratasi
ga n an
peningkatanP: intervensi
dengan produksi
produksi dihentikan
peningkat sputum
sputum karena
an Teratasi
teratasi masalah
produksi P: sabagian
intervensi teratasi dan
sputum P: dihentikan pasien sudah
teratasi intervensi
karena diperbolehk
sebagian dilanjutkan
masalah an pulang
P: teratasi dan oleh dokter.
intervensi pasien
dilanjutkan sudah
diperbolehk
an pulang
PEMBAHASAN

Pengkajian yang dilakukan pada Tn. S dan Tn. M dilakukan secara menyeluruh mulai
dari keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukanann oleh (Soemantri, 2008) bahwa pengkajian pada klien dengan TB paru adalah
pengkajian pada gejala seperti batuk disertai darah/dahak kental berwarna hijau, demam, sesak,
nyeri dada, penurunan berat badan, kehilangan nafsu makan.
Hasil pengkajian data pada Tn. S menunjukan bahwa klien mengalami sesak dan nyeri
dada, pada saat batuk disertai darah dan secret yang kental, klien juga mengalami penurunan
nafsu makan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Kusuma, 2015) bahwa tanda
dan gejala yang biasanya timbul pada penderita tb paru adalah demam, sesak napas, nyeri dada,
malaise, dan berkeringat pada malam hari. Tetapi gejala keringat malam hari tidak ditemukan
pada Tn. S. Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data klien pernah didiagnosa
flak paru dan menjalani pengobatan selama 10 bulan pada lima tahun yang lalu tetapi tidak
sembuh. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Soemantri, 2008) menguraikan
bahwa riwayat pengobatan masa lalu yang tidak berhasil dapat menyebabkan klien kembali sakit
yang sama seperti yang sebelumnya.

Pengkajian tentang riwayat penyakit keluarga diperoleh data bahwa keluarga klien ada
yang menderita tb paru yaitu ibu kandung klien yang tinggal satu rumah . Hal ini sesuai konsep
yang dikemukakan oleh (Depkes RI, 2008) bahwa seorang dengan BTA positif sangat berisiko
untuk menularkan pada orang disekitarnya terutama keluarganya sendiri. pada pemeriksaan fisik
pernapasan didapatkan data inspeksi dada simetris tidak ada bekas luka pengembangan paru
sama, saat di palpasi vocal fremitus teraba kanan dan kiri sama, perkusi: sonor pada seluruh
lapang paru dan saat diauskultasi suara napas terdengar ronchi pada paru kiri lobus atas. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (kusuma, 2015), bahwa pada pasien dengan tb paru
suara napas akan terdengar ronchi, ini biasanya disebabkan oleh adanya penumpuka secret
dijalan napas.

Sedangkan hasil pengkajian data terhadap Tn. M penulis menemukan adanya kesamaan
antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus yang ada. Pada pengkajian Tn. M penulis
menemukan data bahwa klien batuk selama hampir 1 tahun menguat sekitar 1 bulan ini, batuk
disertai dahak berwarna hijau kental, sehari sebelum di bawa kerumah sakit klien mengatakan
batuknya di sertai darah berwarna merah segar, napas sesak, nafsu makan menurun, berat badan
menurun sebanyak 8 kg dalam kurun waktu kurang lebih 2 bualn terakhir ini, demam disertai
keringat pada malam hari. Kondisi tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(Soemantri, 2008) yang menjelaskan bahwa tanda dan gejala pada tb paru yang biasa muncul
adalah demam, sesak saat bernapas, nyeri dada, malaise, berat badan menurun dan berkeringat
pada malam hari. pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu klien mengatakan bahwa tiga
tahun yang lalu klien pernah di diagnose tb paru dan menjalani pengobatan 6 bulan tetapi putus
ditengah jalan dan tidak menjalani pengobatan lagi. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh (Soemantri, 2008) bahwa penderita tb paru biasanya pernah menjalani
pengobatan sebelumnya yang tidak tuntas/putus OAT.

Sedangkan Pada pengkajian tentang riwayat penyakit keluarga diperoleh data bahwa
keluarga klien tidak ada yang menderita Tb Paru. pada pemeriksaan fisik pernapasan didapatkan
data inspeksi dada simetris tidak ada bekas luka pengembangan paru sama, saat di palpasi vocal
fremitus teraba kanan dan kiri sama, perkusi: sonor pada seluruh lapang paru dan saat
diauskultasi suara napas terdengar ronchi pada paru kiri lobus atas. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh (kusuma, 2015), bahwa pada pasien dengan tb paru suara napas akan
terdengar ronchi, ini biasanya disebabkan oleh adanya penumpuka secret dijalan napas.

Dari hasil analisa data yang dilakukan kepada Tn. S dan Tn M, masalah keperawatan
utama yang ditemukan adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, sehingga penulis
menentukan diagnose keperawatan yang utama adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan peningkatan produksi sputum. Masalah keperawatan yang penulis temukan
pada Tn. S dan Tn. M sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (kusuma, 2015) bahwa jalan
napas yang tidak efektif dapat menimbulkan ancaman yang nyata atau potensial pada status
pernapasan klien. Ketidakefektifan bersihan jalan napas diakibatkan karna adanya penumpukan
sputum dijalan napas karena ketidakmampuan klien batuk secara efektif.

Untuk mengatasi masalah Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Tn. S dan Tn. M,
penulis telah melakukan intervensi dan implementasi keperawatan mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh (Doenges, 2012), yaitu: Memonitor tanda-tanda vital, memantau fungsi
pernapasan klien seperti bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot
bantu pernapasan, mencatat kemampuan klien untuk mengeluarkan secret, memberikan pasien
fisioterapi dada dan mengajarkan cara batuk efektif, memberikan posisi yang nyaman, dan
tindakan kolaborasi adalah pemberian obat-obatan sesuai indikasi.

Pada penerapan intervensi keperawatan penulis lebih menekankan kepada pemberian


fisioterapi dada dan batuk efektif. Hal tersebut sesuai dengan teori (Maidartati, 2014) yang
menjelaskan bahwa pemberian fisioterapi dada dapat membantu membersihkan dan
mengeluarkan secret serta melonggarkan jalan napas. Sedangkan dalam teori yang dikemukakan
oleh (Apriyadi, 2013) batuk efektif dalam kalangan medis adalah sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir atau secret yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit.

Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, maka respon yang diperoleh dari Tn S pada
hari ketiga adalah setelah dilakukan fisioterapi dada dan batuk efektif klien mengatakan sudah
tidak sesak lagi tetapi masih batuk, klien mengatakan secret sudah mudah untuk dikeluarkan
ketika batuk dan nyeri saat batuk sudah tidak ada. klien tampak lebih rileks, suara napas
normal/vesikuler, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 89x/menit, RR 20x/menit, suhu 37 0C.
Sedangkan respon yang diperoleh dari Tn. M pada hari ketiga adalah klien mengatakan sesak
sudah tidak ada lagi, klien mengatakan sudah bisa mengeluarkan dahak. klien tampak lebih
rileks, suara napas normal/vesikuler, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 97 x/menit, pernapasan
18 x/menit, suhu 37,2oC.

KESIMPULAN
Melakukan fisioterapi dada dan mengajarkan batuk efektif dapat memperbaiki kondisi
umum klien. Evaluasi keberhasilan penerapan fisioterapi dada dan batuk efektif pada kedua klien
menunjukan Bahwa Tn. S dan Tn. M sama- sama cepat membaik hal tersebut disebebkan karena
Tn. S dan Tn. M sama-sama mematuhi program fisioterapi dada dan batuk efektif.

SARAN

Disarankan untuk menerapkan latihan batuk efektif dan fisioterapi dada bagi pasien TB

Paru dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas sebagai


tindakan mandiri keperawatan di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Muttaqin. (2008). Asuhan KeperawatanKlien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Jakarta: Salemba Medika

Apriyadi. (2013). Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif.

DepKes RI. (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007.
Jakarta : Depa rtemen Kesehatan RI.

FAUZI, F. L. (2014). Program studi diii keperawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan kusuma
husada surakarta 2014. Pemberian Terapi Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Sputum Pada
Asuhan Keperawatan Tn.S Dengan Ppok Diruang Bugenvil Rsud Dr.Soedirman Mangun
Sumarso Wonogiri.

Febrianto, A. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Pneumonia Di Rsud Pandanarang


Boyolali Pneumonia Di Rsud Pandanarang Boyolali.

Firnanda, N. S. N. (2017). Upaya mempertahankan bersihan jalan napas pada anak dengan
tuberkulosis paru.

Hidayati Dkk. (2014). Hidayati, R, Dkk 2014, Praktik laboratorium keperawatan. Pare: Erlangga
I. Diana S., R. Mubasyiroh, S. S. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan
Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014. Jurnal Tuberkulosis,
243–248.

Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2011.

Kemenkes RI. (2012). Situasi derajat kesehatan. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 20.

Retrieved from http://www.depkes.go.id/resources/download/


profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/11 Profil_Kes.Prov.DKIJakarta_2012.pdf.

Kusuma, A. H. N. & H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

Maidartati. (2014). Pengaruh Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Usia 1
- 5 Tahun Yang Mengalami Gangguan Bersihan Jalan Nafas Di Puskesmas Moch. Ramdhan
Bandung.

Marilynn E. Doenges, M.F Mary, A. C. G. (2012). RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Mahmudah, U., Cahyati, W. H., & Wahyuningsih, A. S. (2013). Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), 113–120. https://doi.org/ISSN 1858-1196

Majampoh, A. B., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2013). Pengaruh Pemberian Posisi Semi
Fowler Terhadap Kestabilan Pola Napas Pada Pasien TB Paru Di IRINA C5 RSUP Prof
Dr. R. D. Kandou Manado. Ejournal Keperawatan (E-Kp), 3(1), 1–7. Retrieved
from http://ejournal.unsrat.ac.id/

Marini, G., & Wulandari, Y. (2011). Efektifitas Fisioterapi Dada (Clapping) Untuk Mengatasi
Masalah Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan Bronkopneumoni Di Ruang Anak Rsud.
Dr. Moh. Soewandhi Surabaya.

Misnadiarly. (2009). Penyakit Infeksi Tuberkulosis Paru dan Ekstra Paru . Bogor: Grafika Mardi
Yuana.
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Smeltzer, S. C., B. B. G. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC.


Soemantri, I. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba M erdeka.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai