Anda di halaman 1dari 20

TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN

(Berbagai faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi distribusi


dan kelimpahan tumbuhan)

Nama : Iin Anugrah Sari


NIM : 1814042013
Kelas : Pendidikan Biologi C
Faktor lingkungan adalah setiap faktor yang berpengaruh pada kehidupan pada
suatu organisme dalam proses perkembangannya. Faktor lingkungan dibagi
menjadi 3 yaitu yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis. Faktor fisik dan kimiawi
merupakan faktor lingkungan yang bersifat non-biologis, contoh faktor fisik :
suhu, cahaya, kelembaban, angin dll, contoh faktor kimiawi : air, garam mineral,
logam dll, sedangkan faktor yang bersifat biologis (biotik), yaitu organisme yang
berpengaruh terhadap organisme lain. Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem
merupakan bagian komponen biotik, kompo-nen ini akan menyesuaikan diri
terhadap kondisi lingkungan tertentu. Dalam hal ini tidak ada organisme yang
mampu berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh kondisi ling-kungan yang ada, dan
harus ada kondisi lingkungan tertentu yang berperan terhadap-nya dan
menentukan kondisi hidupnya.
Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang saling berinteraksi
satu sama lainnya, tidak hanya antara faktor biotik dan non-biotik, tetapi juga
antara bio-tik itu sendiri dan juga antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian
secara opera-sional sulit untuk memisahkan satu faktor dengan faktor terhadap
faktor-faktor yang lainnya tanpa mempengaruhi kondisi seluruhnya. Meskipun
demikian untuk memaha-mi sruktur atau berfungsinya faktor lingkungan ini,
secara abstrak kita bisa membagi faktor-faktor lingkungan ini terhadap
komponennya. Berbagai cara dilakukan oleh para ahli ekologi dalam pembagian
komponen lingkungan ini, salah satunya adalah pemba-gian komponen
lingkungan ini, seperti dibawah ini.
 Faktor iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu,
ketersediaan air, dan angin.
 Faktor tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah,
reaksi tanah, kadar air tanah, dan kondisi fisik tanah.
 Faktor topografi, meliputi pengaruh dari bentuk tanah antara lain seperti
sudut ke-miringan lahan dan ketinggian tempat dari permukaan laut.
 Faktor biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme
hidup se-perti kompetisi, peneduhan dan lain-lain.
1. CAHAYA
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber
energi utama bagi ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya
sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologi
tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembatas,
menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting yang perlu
dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi,
yaitu :
 Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
 Intesitas cahaya atau kandungan energi cahaya.
 Lama penyinaran, seperti panjang hari jumlah jam cahaya yang
bersinar setiap hari.
Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses
fisiologi dan morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari
penyinaran sering berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan
suplai air, tetapi pengaruh yang khusus sering merupakan pengen-dali yang
sangat penting dalam lingkunganya.
 Kualitas Cahaya
Radiasi matahari secara fisika merupakan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang. Tidak semua gelombang
tadi dapat menembus lapisan atas at-mosfer mencapai permukaan
bumi. Yang dapat mencapai permukaan bumi ini adalah gelombang
dengan ukuran 0,3 - 10 mikron. Gelombang yang dapat terlihat oleh
mata berkisar 0,39 - 7,60 mikron, sedangkan gelombang di bawah
0,39 merupakan ultraviolet (gelombang pendek) dan gelombang di
atas 7,60 mikron merupakan infrared/merah panjang (gelom-bang
panjang). Umumnya kualitas cahaya bukan merupakan faktor ekologi
yang penting. Meskipun demikian telah dipahami adanya respon
kehidupan terhadap berbagai panjang gelombang cahaya ini.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan pan-
jang gelombang 0,39 - 7,60 mikron. Ultraviolet dan infrared tidak
dimanfaat-kan dalam pro-ses fotosintesis. Klorofil yang berwarna
hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang
gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang
bermanfaat bagi fotosintesis. Di ekosistem daratan kualitas cahaya
tidak mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi
fotosintesis, kecuali bila kanopi vegetasi menyerap sejumlah cahaya,
maka cahaya yang sampai di dasar akan jauh ber-beda dengan cahaya
yang sampai di kanopi, sehingga terjadi pengurangan cahaya merah
dan biru. Dengan demikian tumbuhan yang hidup di bawah naungan
kanopi harus teradaptasi dengan kondisi cahaya yang rendah
energinya. Dalam ekosistem perairan cahaya merah dan biru di serap
fitoplankton yang hidup di permukaan, se-hingga cahaya hijau akan di
penetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sulit untuk di serap oleh
fitoplankton. Ganggang merah de-ngan pigmen tambahan
phycoerythrin atau pigmen merah coklat mampu mengabsorbsi cahaya
hijau ini untuk fotosintesisnya, dengan demikian gang-gang merah ini
mampu hidup pada kedalaman laut.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum
je-las, yang terang cahaya ini dapat merusak atau membunuh bakteri
dan juga di pahami mampu mempengaruhi perkembangan tumbuhan
menjadi ter-hambat pertumbuhannya. Umumnya gelombang-
gelombang pendek dari ra-diasi matahari terabsorbsi di bagian atas
atmosfer sehingga hanya sebagian kecil yang mampu sampai di
permukaan bumi. Dengan demikian pengaruh ultraviolet ini akan
terjadi dan sangat terasa di daerah pegunungan yang tinggi. Bentuk-
bentuk daun yang roset merupakan karakteristika di daerah
pegunungan, hal ini merupakan hasil penyinaran ultraviolet dan
mengham-bat untuk terjadinya batang yang panjang. Juga di
perkirakan ultraviolet dapat mencegah berbagai jenis tumbuhan untuk
bermigrasi, dengan demi-kian cahaya ultraviolet berfungsi sebagai
agen dalam menentukan penye-baran tumbuhan.
 Cahaya optimal bagi tumbuhan
Proses pertumbuhan dari tumbuhan hasil fotosintesis yang
melebihi kebutuhan respirasi. Jadi kebutuhan minimum cahaya untuk
proses pertum-buhan ini baru terpenuhi ini baru terpenuhi apabila
cahaya melebihi titik kompensasinya. Umumnya tumbuhan intesitas
cahaya optimum untuk fotosin-tesis haruslah lebih kecil dari intesitas
cahaya matahari penuh apabila ditinjau dari sudut kebutuhan daun
secara individual. Meskipun demikian bila suatu tumbuhan besar
hidup pada cahaya yang penuh seba-gian besar dari dedaunannya
tidak dapat menerima cukup cahaya matahari untuk foto-sintesis
secara maksimal akibat tertutup dedaunan dipermukaan kanopinya.
Cahaya matahari penuh akan menguntungkan bagi daun di bawah
kanopi untuk mencapai efektifitas fotosintesis secara total bagi
tumbuhan untuk mengim-bangi kekurangan dari daun-daun yang
berada dalam cahaya supraoptimal. Intensitas cahaya optimum bagi
tumbuhan yang hidup dihabitat alami janganlah diartikan betul-betul
cahaya optimal untuk fotosintesis. Pada umumnya cahaya matahari itu
terlalu kuat atau terlalu lemah ba-gi organ-organ fotositesis unuk
difotosintesis. Optimum haruslah diartikan bahwa kom-binasi dari
faktor-faktor lingkungan lainnya (konsep holosinotik), akan
memberikan pengaruh bersih dari kondisi cahaya dalam suatu periode
tertentu lebih baik untuk pro-ses fotosintesis di bandingkan dengan
keadaan lainnya.
 Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya
yang ter-penting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai
tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat
bervariasi baik dalam ruang/ spasial mau-pun dalam waktu/temporal.
Radiasi matahari yang sampai dan menembus atmosfer bumi akan
terapsorsi dan terrefleksi atau terhamburkan oleh gas-gas dan partikel-
parti-kel yang dikandungkan. Intensitas cahaya yang tersebar terjadi
didaerah tropika, ter-utama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya
direfleksikan oleh awan. Di daerah ga-ris lintang rendah cahaya
matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar
dengan permukaan bumi, sehingga lapisan atmosfer yang tertembus
berada dalam ketebalan minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis
lintang. Pada ga-ris lintang yang tinggi matahari berada pada sudut
yang rendah terhadap permukaan bumi dan juga permukaan atmosfer,
dengan demikian sinar menembus lapisan atmos-fer yang terpanjang,
ini akan memgakibatkan lebih banyak cahaya yang direfleksikan dan
dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemaran di atmosfer.
Perbedaan musim juga mempengaruhi intensitas cahaya didaerah
dengan latituda tinggi ini, intensitas pada musim panas jauh berbeda
dengan intensitas pada musim dingin. Variansi intensitas cahaya
dalam skala besar akan dimodifiksikan lagi oleh faktor topografi.
Sudut dan arah kemiringgan akan sangat berpengaruh terhadap jumlah
cahaya yang sampai di permukaan bumi atau ekosistem, hal ini akan
lebih terasa untuk daerah-daerah di garis lintang tinggi, sehinga dapat
menghasilkan perbedaan struktur ekosis-tem.
 Titik kompensasi
Dengan tujuan menghasilkan produktifitas bersih, tumbuhan harus
menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat
yang memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat
akibat res-pirasi. Apabila semua faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi laju fotosin-tesis dan respirasi diasumsikan konstan,
keseimbangan antara ke dua pro-ses tadi akan tercapai pada sejumlah
intensitas cahaya tertentu. Harga inten-sitas cahaya dengan laju
fotosintesis (pembentukkan karbohidrat) dapat me-ngimbangi
kehilanggan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik
kompensasi. Titik ini menggambarkan intensitas cahaya yang
memadai untuk terjadinya fotosintesis, dan merupakan intensitas
cahaya minimum yang pen-ting untuk pertumbuhan. Harga titik
kompetesi ini akan berlainan untuk seti-ap jenis tumbuhan.
 Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat-tempat
dengan intesitas cahaya yang tinggi biasa disebut tumbuhan dengan
intensitas cahaya yang tinggi biasa disebut tumbuhan holifita.
Merupakan tumbuhan yang senang dengan cahaya yang tinggi
isensitasnya dan mempunyai titik kompensasi yang tinggi pula. Dalam
tubuhnya mempunyai sistem kimia yang aktif untuk membentuk
karbohidrat dan juga membong-karnya dalam respirasi. Sebaliknya
tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah,
dengan titik kompensasi yang rendah pula, dikenal dengan tumbuhan
senang keteduhan atau siofita, metobolismenya lambat dan demikian
juga proses respirasinya. Titik kompensasinya heliofita dapat
mencapai setinggi 4.200 luks tetapi untuk tumbuhan yang hidup di
tempat teduh (siofita) titik kompensasinya bisa serendah 27 luks.
Bahkan ganggang yang hidup dalam perairan dalam dan ganggang
serta lumut yang hidup di gua-gua dapat tumbuh dengan intensitas
cahaya yang lebih lemah sampai tidak melebihi cahaya bulan.
Beberapa jenis tumbuhan mempunyai ka-rakteristik siofita ketika
masih muda, yang kemudian berkembang ke karakteristik heliofita
apabila telah dewasa. Hal ini biasanya terjadi pada pohon-pohon
dengan anakannya yang harus tahan hidup di bawah peneduhan. Pada
dasarnya kaitan antara besar penyinaran denga laju fotosintesis
merupakan pangkal dari perbedaan heliofita dengan siofita ini. Dalam
hal ini peranan pembentukan pigmen hijau serta klorofil sa-ngat erat
kaitannya dengan intensitas cahaya tadi. Pada tempatdengan
penyinaran yang penuh, cahaya berkecenderungan untuk merusak atau
menghancurkan klorofil ini. Dengan demikian kemampuan yang
tinggi dalam pembentukan klorofil ini adalah mutlak diperlukan bagi
tumbuhan yang hidup ditempat terbuka. Apabila tumbuhan tidak
mampu menghasilkan klorofil untuk mengimbangi klorofil yang
hancur (akibat cahaya yang terlalu tinggi intensitas) maka tumbuhan
itu akan gagal dalam mem-per-tahankan dirinya. Dengan demikin
perbedaan kemampuan dalam pembentukan klo-rofil inilah yng
membedakan antara heliofita dengan siofita. Heliofita berkemampuan
yang tinggi dalam pembentukan klorofilnya sehing-ga dapat tahan
ditempat terbuka, dan sebaliknya siofita akan lebih efektif apabila
berada di bawah naungan dan akan ga-gal apabila berada pada dae-rah
terbuka.
 Adaptasi tumbuhan terhadap cahaya kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristik yang dianggap
sebagai adaptasi-nya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang
terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya
dengan intensitas yang tinggi kloroplas berbentuk cakram, posisinya
sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh din-ding
vertikalnya. Bahkan pada beberapa jenis tertentu letak daun secara
keseluruhan sering tidak berada dalam keadaan horisontal, hal ini
untuk menghindar dari arah ca-haya yang tegak lurus pada permukaan
daun dan ini berarti mengurangi kuat cahaya yang masuk.
Berkurangnya kadar klorofil pada intensitas cahaya yang tinggi
mengan-dung aspek yang menguntungkan, cahaya yang diserap atau
di absorbsi akan mem-pertinggi energi yang di ubah menjadi panas
akibat efisiensi ekologi yang rendah. Hal ini tidak saja mengganggui
keseimbangan air tetapi juga akan mengganggu keseim-bangan
fotosintesis dengan respirasi dalam tumbuhan. Telah banyak dipelajari
bahwa umumnya tumbuhan tropika intensitas cahaya yang diterima
mempunyai hubungan langsung dengan kadar anthocyanin. Pigmen
ini yang biasanya terletak pada lapisan permukaan dari sel berperan
sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam. Pigmen-pigmen
yang berwarna merah ini akan memantulkan terutama cahaya merah
yang berkadar panas. Dengan dipantulkannya cahaya merah ini maka
akan mereduksi kemungkinan keru-sakan-kerusakan sel sebagai
akibat pemanasan. Ternyata suhu di bawah lapisan ber-warna merah
dari suatu buah mempunyai suhu lebih rendah jika dibandingkan
dengan bagian lainnya yang berwarna hijau. Beberapa ganggang yang
bebas bergerak akan menghindar dari cahaya yang terlalu kuat dengan
jalan pergerakan secara vertikal, bermigrasi kedalaman air.
 Lamanya penyinaran
Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam 24 jam akan
mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari
organisme hidup tehadap lamanya si-ang hari dikenal dengan
fotoperiodisma. Dalam pertumbuhan jawaban/respon ini meliputi
perbungaan, jatuhnya daun dalam dormansi. Di daerah sepanjang
khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperioda akan konstan
sepanjang tahun, sekitar 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang
dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada
musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam
akan ter-jadi di daerah dengan garis lintang tinggi. Berdasarkan
respon ini, tumbuhan berbunga dapat dikelompokan dalam tiga
kelompok besar, yaitu:
 Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan
lamanya siang lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses
perbungaan. Berbagai tumbuhan tem-perate termasuk
kelompok ini, seperti macam-macam gandum (Wheat dan
Barley) dan bayam.
 Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang
memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk
terjadinya proses perbungaan, dalam ke-lompok ini termasuk
tembakau dan bunga krisan.
 Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak
memerlukan perioda pan-jang hari tertentu untuk proses
perbungaan, misal tomat dan dandelion.
Reaksi tumbuhan berskala panjang dan berskala pendek membatasi
penye-baran secara longitudinal sesuai dengan kondisi
fotoperiodenya. Apabila beberapa tumbuhan terpaksa hidup di tempat
yang kondisi fotoperiodenya tidak optimal, maka pertumbuhannya
akan bergeser pada pertumbuhan vegetatif. Misalnya bawang merah
(tumbuhan berkala pendek), akan menghasilkan bulbus/ umbi lapisnya
yang besar apabila ditumbuhkan di daerah dengan fotoperiode yang
panjang, hal ini memberikan arti ekonomi tertentu dan banyak
dilakukan oleh pakar holtikultura. Di daerah khatulisti-wa tingkah
laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiode ini tidaklah
menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan
tetapi aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-faktor
lainnya, dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi, tidak merupakan faktor
pembatas.
2. SUHU
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung
maupun tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir
pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia
dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung de-ngan
mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan
mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan
tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit
untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingku-ngan.
Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya
diabsorbsi oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering berperan
bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit
untuk menentukan suhu yang bagai-mana yang berperan nyata, apakah
keadaan minimum, maksimum atau keadaan harga rata-ratanya yang penting.
 Suhu dan tumbuhan
Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu
antara 0ºC sampai 30ºC, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan
mempunyai suhu minimum, maksimum, dan optimum yang diperlukan
untuk aktivitas metabolismenya. Suhu yang diperlukan organisme hidup
dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih
sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang secara
terus menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran
toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di
tropika, semangka, tidak dapat mento-leransi suhu dibawah 15º -18º.
Sebaliknya konifer di daerah temperatur masih bisa men-toleransi suhu
sampai serendah minus 30ºC, tumbuhan air umumnya mempunyai ki-
saran toleransi suhu yang lebih sempit bila di bandingkan dengan
tumbuhan di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai
kisaran toleransi suhu yang berbeda tergantung pada umumnya.
Keseimbangan air dan juga keadaan musim.
 Variasi Suhu
Sangat sedikit tempat-tempat dipermukaan bumi secara terus menerus
berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem
kehidup-an, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun
secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan
dengan ini juga terjadi variasi lokal berdasarkan topo-grafi dan jarak dari
laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam
hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu; pada
permu-kaan kanopi hutan dengan suhu dibagian dasar hutan akan terlihat
dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya de-ngan faktor cahaya, letak dari sumber panas (matahari),
bersama-sama dengan berpu-tarnya bumi pada porosnya akan me-
nimbulkan variasi suhu dialam tempat tumbuhhan hidup. Jumlah panas
yang diterima bumi juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada
lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap musim, setiap
tahun dan gejala ekologi. Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan
bumi mulai memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan yang
hilang karena radiasi panas bumi, de-ngan demikian suhu akan naik
dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu tertinggi setengah
hari. Setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu muka bumi
ini akibat radiasi yang lebih besar dibandingkan radiasi yang diterima.
Pada ma-lam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi,
panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan
radiasi berjalan terus, akibat ada kemung-kinan suhu permukaan bumi
lebih ren-dah dari suhu disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan
fluktuasi suhu harian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi
didaerah antara ombak, ditepi pantai.
Berbagai karakteristik muka bumi penyebab variasi suhu:
 Komposisi warna dan tanah, makin terang warna tanah makin
banyak panas dipan-tulkan, makin gelap warna tanah makin
banyak panas diserap.
 Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan res-pon pada pancaran panas dari pada tanah yang
padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air
tanah, makin ba-sah tanah makin lambat suhu berubah
 Kerimbunan tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu
bergerak dengan be-bas maka tidak ada perbedaan suhu antara
tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau
angin tidak berhembus keadaan akan sangat berlainan, de-ngan
kerimbunan yang rendah sudah mampu mereduksi pemanasan
tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban
udara dibawah kerim-bunan tumbuhan akan menambah
banyaknya panas yang dipakai untuk pemanas-an uap air.
Akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas
yang di-pancarkan kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan
kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi suhu ditempat
terbuka atau tidak bervegetasi. Iklim, mikro perkotaan,
perkembangan suatu kota menunjukan adanya pengaruh iklim.
Asap dan gas yang terdapat diudara kota sering mere-duksi
radiasi. Partikel-partikel debu yang melayang diudara merupakan
inti dari uap air dalam proses kondensasinya, uap air inilah yang
bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radi-asi matahari tadi.
Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar
50 dapat mereduk-si suhu, sebanding dengan 45 km perjalanan ke
kutub.
Variasi suatu berdasarkan waktu atau temporal terjadi baik musiman
maupun harian, semua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan
fungsi tumbuhan.
 Pengaruh Suhu terhadap Tumbuhan
Seluruh reaksi kimia pada proses fisiologi dan metabolisme
dipengaruhi oleh suhu. Reaksi kimia berlangsung lebih cepat dengan
kenaikan suhu. Pada kisaran suhu tertentu, reaksi kimia berlangsung dua
kali lebih cepat pada kenaikan suhu udara 100C (hukum Van’t Hoff).
Suhu berpengaruh terhadap katalisator yakni berbagai macam enzim
dalam tubuh tumbuhan enzim dan senyawa protein rusak akibat suhu
terlalu ting-gi atau terlalu rendah. Enzim akan mengendap dan
kehilangan kemampuannya untuk mempercepat reaksi. Setiap tumbuhan
memiliki kisaran suhu, dimana proses-proses fisiologi tumbuhan
berlangsung cepat dan cepat. Terdapat tiga rangkaian suhu, yakni suhu
minimum, suhu optimum dan suhu maksimum yang sangat berpengaruh
terhadap laju proses fisiologis dan metabolisme. Rangkaian suhu tersebut
disebut suhu kardinal (cardinal temperature). Dibawah suhu minimum
tumbuhan berhenti tumbuh, pertum-buhan cepat dan lancar terjadi pada
suhu optimum tumbuhan menjadi tidak aktif. Suhu kardinal tanaman
budidaya tropis seperti sorghum adalah 16 - 47ºC. Sedangkan suhu
kardinal tanaman budidayadaerah iklim sedang adalah 2 - 34ºC (Jen Hu
Chang, 1968). Contoh tanaman daerah iklim sedang (temperate) adalah
gandum, barley dan Oats. Dengan demikian suhu menentukan komunitas
tumbuhan dan macam speciesnya. Suhu udara yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah akan mengakibatkan kerusakan (inyury) pada tumbuhan.
Kerusakan tumbuhan akibat suhu yang terlalu tinggi adalah:
 Organ dan jaringan tumbuhan mengering
 Protoplasma rusak karena terurai sehingga berhenti berfungsi
 Ketidakseimbangan fotosintesis dan respirasi, sehingga hasil
fotosin-tesis “habis dibakar” dan kurang untuk respirasi
 Enzim dan senyawa protein lainnya menjadi tidak aktif
Suhu udara yang terlalu dingin yaitu dibawah suhu minimum, akan
terjadi hal-hal sebagai berikut:
 Enzima dan protein menjadi kental dan mengendap sehingga
kehilangan reakti-fitasnya
 Terbentuk kristal es didalam protoplasma, sehingga seluruh
proses seluler ter-henti, bahkan terjadi kematian organ-organ
selnya
 Terbentuk kristal es di ruang-ruang antar sel, banyak sel yang
bersebelahan pecah dinding selnya dan sel kemudian mati.
Kerusakan akibat suhu yang terlalu rendah dan terjadi dengan tiba-
tiba sering terjadi di lintang diatas 24º dan disebut frost
(Daubenmire).Adap-tasi tumbuhan terha-dap suhu, secara evolutif
tumbuhan yang memiliki sifat-sifat toleran terhadap suhu ekstrim
“terseleksi” dan populasinya makin membesar. Bentuk morfologi
tumbuhan yang mampu mengfhindari suhu tinggi antara lain:
Daun berukuran kecil dan tipis helainya, guna meningkatkan
transpirasi agar daun bersuhu lebih rendah dari pada udara di sektarnya.
Orientasi helai daun vertikal searah dengan kedatangan sinar. Permukaan
daun berwarna putih untuk memantulkan sinar, kulit batang tebal dan
bergabus. Protoplasma berkadar air rendah, sehingga pontesi osmosa jadi
tinggi.Adaptasi tumbuhan terhadap suhu rendah dan upaya pence-gahan
kerusakan akibat suhu rendah antara lain :
 Sel-sel yang ada dipermukaan dilapisi lilin (Wax) yang tebal dan
sering padat di-tumbuhi bulu (pubescence)
 Sel-sel berukuran kecil,
 Protoplasma bervikositas rendah (encer), kandungan molekul air
rendah, kadar protein-lipid-gula tinggi dan tekanan osmosis
rendah.
 Laju pertumbuhan vegetatif rendah.
 Suhu dan Produktivitas
Laju respirasi dan fotosintesis dari tumbuhan haruslah terjadi sedemi-
kian rupa sehingga terdapat produktivitas bersih. Untuk tumbuhan
umumnya suhu optimum un-tuk respirasi lebih tinggi dari suhu optimum
untuk fotosintesis. Diatas suhu tertentu respirasi akan melebihi
fotosintesis, maka akan terjadi kelaparan bagi tumbuhan ter-sebut. Hal
inilah yang berperan dalam membatasi penyebaran tumbuhan di daerah
dingin ke arah hangat.
 Thermoperiodisma
Thermoperiodisma merupakan jawaban dari tumbuhan terhadap
situasi suhu yang bersifat ritmik. Hal ini dapat terjadi baik secara musim
atau harian. Tumbuhan yang biasanya hidup pada tempat-tempat dengan
suhu yang berfluktuasi berkecen-derungan akan mengalami gangguan
apabila ditumbuhkan pada tempat suhu yang konstan. Kebanyakan
tumbuhan akan tumbuh baik bila suhu lingkungan berubah-ubah,
misalnya, tomat mempunyai laju pertumbuhan optimum bila berada pada
tempat de-ngan suhu siang 25ºC dan suhu malam sekitar 10ºC. Fluktuasi
suhu ini menghasilkan keseimbangan opimum antara respirasi dengan
fotosintesis.
Beberapa jenis tumbuhan memerlukan suhu malam hari dibawah suhu
mini-mum untuk terjadinya pembungaan. Dan pada beberapa tumbuhan
fluktuasi teratur diperlukan untuk perkecambahan. Thermoperiodisma
membatasi penyebaran tumbuh-an baik berdasarkan garis lintang maupun
ketinggian tempat.
 Suhu dan Dormansi Tumbuhan
Dormansi tidak saja terjadi pada tumbuhan yang hidup pada
lingkungan yang dingin, tetapi pada tumbuhan yang hidup di daerah
iklim hangat. Tumbuhan ditropika sering mempunyai fase dorman yang
tidak ada kaitan-nya dengan suhu. Diperkirakan bahwa fenomena ini
telah memungkingkan nenek moyang pohon-pohon temperata berasal
dari berimigrasinya dari tropika ke temperata. Sebagai gejala umum
dormansi diinduksikan dalam tumbuhan ditemperata sebagai jawaban
terhadap fotoperioda. Tetapi fasa dorman dari tumbuhan akan dipecahkan
oleh suhu yang dingin, gejala ini disebut vernalisasi. Bila tidak cukup
dingin untuk memecahkan masa dorman maka tumbuhan tidak mampu
untuk hidup lagi.
Kebanyakan pohon dan perdu di daerah Inggris, misalnya,
memerlukan antara 200 sampai 300 jam di bawah suhu 9ºC untuk tujuan
penyilangan. Tanaman bianual se-perti beet dan seledri menghasilkan
daun dan umbi dalam musim tumbuh pertama dan berbunga pada musim
tumbuh kedua. Dengan memanfaatkan suhu dingin buatan sik-lus hidup
akan terjadi secara lengkap hanya dalam satu tahun.
 Masa / Musim Pertumbuhan
Masa / musim pertumbuhan adalah suatu periode waktu ketika semua
kondisi lingkungan yang diperlukan untuk tumbuh berada dalam keadaan
memuaskan / co-cok. Suhu merupakan salah satu faktor yang paling
kritis dalam menentukan panjang musim masa pertumbuhan, terutam
untuk tumbuhan yang hidup di tropika faktor kese-diaan air, dalam hal
ini jumlah dan lamanya hujan, merupakan faktorpenentu untuk masa/
musim pertumbuhan ini. Rata-rata suhu harian atau rata-rata suhu
bulanan sering dipakai untuk menentukan masa/ musim pertumbuhan di
daerah garis lintang tinggi, salah satuna adalah didasarkan pada suhu
minimum pertumbuhan.
 Suhu Minimum Untuk Pertumbuhan
Musim pertumbuhan didefinisikan sebagai periode ketika suhu berada
diatas batas ambang tertentu yang diperlukan untuk tumbuh. Batas
ambang ini berlainan, dari 0ºC sampai 100ºC, tetapi umumnya dipakai
6ºC sebagai batas suhu minimum yang di-perlukan untuk pertumbuhan
tanaman pertanian. Di Amerika Serikat musim pertum-buhan ini sering
dibatasi oleh “hari bebas kebekuan”, yaitu jumlah dari berurutan selama
suhu secara terus-menerus diatas 0ºC. Satu hal yang perlu dipahami,
metode manapun dipergunakan untuk menentukan masa pertumbuhan,
sampai sekarang be-lum betul-betul memuaskan. Dalam hal ini tidak
diperhitungkan kenyataan atau adanya kenyataan bahwa suhu udara akan
dimodifikasi oleh keadaan ling-kungan lainnya, seperti tanah, topografi,
dan vegetasi. (Metode lain untuk menentukan masa/ musim pertumbuhan
diantaranya adlah berdasarkan suhu terakumulasi dan unit fototermal,
Emberlin,1983).
3. TOPOGRAFI
Keanekaragaman flora di suatu wilayah tidak terlepas dari dukungan
kondisi di wilayah itu. Ada tumbuhan yang hanya dapat tumbuh di daerah
yang beriklim tropis, dimana banyak curah hujan dan sinar matahari, dan ada
yang hanya dapat tumbuh di daerah yang dingin dan lembab.Tumbuhan di
permukaan bumi sebagai obyek kajian bagi ahli geografi tumbuhan. Proses
migrasi pada tumbuhan di pengaruhi factor kemampuanya berevolusi,
kemampuanya dalam menyesuaikan dirinya untuk mempertahankan
hidupnya, melakukan persebaran untuk tumbuh dan hidup seperti spora yang
terbang di tiup angin, dan sifat yang dimiliki kosolitnes mempunyai
kemampuan menyebar secara luas.
Salah satu factor yang mempengaruhi penyebaran tumbuhan di permukaan
bumi adalah Tinggi rendahnya permukaan bumi. Permukaan bumi terdiri dari
berbagai macam relief, seperti pegunungan, dataran rendah, perbukitan dan
daerah pantai. Perbedaan tinggi-rendah permukaan bumi mengakibatkan
variasi suhu udara. Variasi suhu udara mempengaruhi keanekaragaman
tumbuhan. Hutan yang terdapat di daerah pegunungan banyak dipengaruhi
oleh ketinggian tempat.
Faktor ketinggian permukaan bumi umumnya dilihat dari ketinggiannya
dari permukaan laut (elevasi). Misalnya ketinggian tempat 1500 m berarti
tempat tersebut berada pada 1500 m di atas permukaan laut. Semakin tinggi
suatu daerah semakin dingin suhu di daerah tersebut. Demikian juga
sebaliknya bila lebih rendah berarti suhu udara di daerah tersebut lebih panas.
Setiap naik 100 meter suhu udara rata-rata turun sekitar 0,5 derajat Celcius.
Jadi semakin rendah suatu daerah semakin panas daerah tersebut, dan
sebaliknya semakin tinggi suatu daerah semakin dingin daerah tersebut. Oleh
sebab itu ketinggian permukaan bumi besar pengaruhnya terhadap jenis dan
persebaran tumbuhan. Daerah yang suhu udaranya lembab, basah di daerah
tropis, tanamannya lebih subur dari pada daerah yang suhunya panas dan
kering.
Fr. Junghuhn (1809-1864), seorang penyelidik bangsa Jerman
membedakan jenis tumbuh-tumbuhan berdasarkan ketinggian tempatnya.
 Tingkat tropis setinggi 700 m, terdiri atas tumbuh-tumbuhan tropis.
 Tingkat subtropis hingga 1.000 m, sudah mulai tidak ada tumbuh-
tumbuhan hutan dataran      rendah.
 Ketinggian 1.000-2.000 m, terdapat tumbuh-tumbuhan dari iklim
sedang. Daerah ini banyak terdapat kabut, pohon-pohonnya telah
ditumbuhi lumut (hutan kabut dan hutan lumut).
 Lebih tinggi dari 2.000 m, hanya sedikit pohon, dan hanya terdapat
belukar dan rumput.
4. EDAFIK
Tanah merupakan habitat sebagian besar makhluk hidup. Tumbuhan
membutuhkan tanah sebagai sumber unsur hara maupun air. Akar tumbuhan
masuk ke dalam tanah untuk mendapatkan air dari tanah serta mineral yang
diperlukan untuk tumbuh dan berkembang. Demikian pula hewan-hewan
yang menggunakan tanah sebagai tempat hidupnya serta melakukan segala
aktivitasnya. Beberapa serangga dan cacing meletakkan telurnya dalam tanah
untuk melanjutkan kerurunannya. Setelah menetas lalu menjadi larva,
kemudian tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Struktur fisik, pH, dan
komposisi mineral dari bebatuan dan tanah dapat memengaruhi jenis dan
distribusi makhluk hidup yang menghuninya. Beberapa tumbuhan memiliki
rentang hidup pada faktor kimia yang berbeda dan beberapa spesies
tumbuhan dapat digunakan sebagai bioindikator.
Tanah – Faktor edafik
Faktor edafis merupakan faktor abiotik terhadap tanah. Faktor-faktor ini
termasuk:
 Tekstur tanah – Tekstur tanah adalah variabel dari partikel seperti
tanah liat sampai partikel yang lebih besar seperti pasir. Tanah
berpasir yang cocok untuk tanaman tumbuh dan aerasi yang baik dan
mudah untuk membudidayakan. Tanah berpasir tidak dapat
mempertahankan banyak air dan mengandung beberapa nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
 Udara tanah – udara tanah adalah ruang antara partikel tanah di mana
tidak diisi dengan air tanah. Udara tanah menentukan kekakuan tanah.
 Suhu tanah – Suhu tanah merupakan faktor penting, suhu tanah di
bawah 30cm dikatakan konstan tetapi ada variasi tiap musiman.
Pembusukan disebabkan oleh mikroorganisme penyebab pembusuk
pada suhu yang lebih rendah.
 Air tanah – air tanah diklasifikasikan menjadi tiga jenis – air kapiler,
air higroskopis dan air gravitasi.
 PH tanah – pH tanah mempengaruhi aktivitas biologis dalam tanah
dan ketersediaan mineral tertentu. PH mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Organisme dan materi membusuk di
tanah dikenal sebagai larutan tanah dan meningkatkan kesuburan
tanah.
5. ATMOSFER
Kelembapan udara di suatu lingkungan mempengaruhi keberadaan
organisme Kelembapan adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam
udara atau atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam
atmosfer karena adanya penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan
sungai, dan maupun dari air tanah. Disamping itu terjadi pula proses
transpirasi, yaitu penguapan dari tmbuh-tumbuhan. Sedangkan banyaknya air
di dalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah
ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin.
Kelembaban akna memberikan korelasi positif maupun negative bagi
kelimpahan dan distribusi organisme.dimana kelembaban akna memberikan
korelasi negative berupa peningkatan ataupun penurunan keanekaragaman
(kelimpahan) suatu organisme.kelembaban tanah mempengaruhi ketersediaan
nutrisi dalam tanah yang mampu mendukung meningkatnya organisme dalam
suatu lingkungan.
Atmosfer bumi merupakan campuran berbagai macam gas (udara) serta
partikel-partikel debu. Sekitar 78% gas di atmosfer berupa gas nitrogen, 21%
gas oksigen, 1% gas argon, serta sekitar 0,035% terdiri gas CO2, sisanya
berupa uap air. Semua makhluk hidup membutuhkan oksigen untuk
bemnapas serta membebaskan CO2 ke udara. Selain membebaskan CO2 saat
bernapas, tumbuhan juga menyerap CO2 dari udara untuk fotosintesis Hasil
dari fotosintesis ini akan dilepaskan oksigen yang nantinya akan digunakan
oleh makhluk hidup lainnya. Kegiatan manusia yang dapat meningkatkan
kadar CO2 di udara, hal ini dapat menurunkan kualitas udara bagi kehidupan.
Atmosfer ditinjau dari sudut ekologi tidak saja terdiri dari udara yang
meliputi bumi. hal ini termasuk udara dalam tajaningan hidup. Dengan tanah
dan udara dalam sistem jaringan hidup. Dengan demikian secara umum
atmosfera, kita terjemahkan dengan udara, dapat dibedakan antara udara
bebas dan udara dalam tanah.
Atmosfer mempunyai perana penting bagi sistem kehidupan, diantaranya
ialah:
a. Mencegah perubahan -perubahan suhu yang mencolok,
b. Member kemungkinan tenjadinyaa pertukaran gas-gas antara udara
bebas dengan protoplasma.
c. Sumber oksigen untuk pemafasan, dan karbon dioksida untuk
fotosintesis
d. Menetukan laju penguapandan transpirasi

Anda mungkin juga menyukai