Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

NEMATOLOGI
Pembuatan dan Aplikasi Nematisida Nabati

Disusun oleh:

ANGGER DIMAS SHOLIKIN

(1703015069)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui


pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas
dari serangan hama penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya
adalah dengan menggunakan berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan
pestisida. Namun penggunaan pestisida telah menimbulkan dampak negatif, baik
itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan. Dampak negatif
ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam memilih jenis dan cara
penggunaannya.

Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan pestisida


diantaranya yaitu tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang
kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang
manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah
tercemar pestisida. Pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga
mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan manusia, maka
agar terhindar dari dampak negatif yang timbul, penyimpanan dan penggunaannya
harus dilakukan secara hati-hati dan dilakukan sesuai petunjuk.

Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat


dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal
dari tumbuhan (pestisida nabati). Pestisida nabati tidak mencemari lingkungan
karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak
peliharaan dan manusia.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka perlu dilakukan percobaan tentang


pembuatan pestisida nabati sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang dapat
ditimbulkan oleh pestisida buatan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum pembuatan pestisida nabati adalah untuk


mengetahui teknik-teknik pembuatan pestisida nabati dan mengetahui manfaat
pestisida nabati.

Kegunaan dari praktikum pembutan pestisida nabati adalah agar


mahasiswa dapat membuat pestisida nabati sendiri setelah mengetahui teknik-
teknik pembuatan pestisida nabati dan telah mengetahui manfaat dari pestisida
nabati tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari


tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-
bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk
tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit
sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil
abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya
bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan
pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di
seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian
petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida,
diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama serangga
(Thamrin dkk, 2008).

Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun,


bunga, buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit
sekunder atau senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung
bahan-bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga.
Beberapa tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-
senyawa kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem
pencernaan, atau mengubah perilaku serangga (Supriyatin dan Marwoto, 2000).

Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
alam seperti tumbuhan. Pestisida alami merupakan pemecahan jangka pendek
untuk mengatasi masalah hama dengan cepat Pestisida nabati bersifat ramah
lingkungan karena bahan ini mudah terdegradasi di alam, sehingga aman bagi
manusia maupun lingkungan. Selain itu pestisida nabati juga tidak akan
mengakibatkan resurjensi maupun dampak samping lainnya, justru dapat
menyelamatkan musuhmusuh alami. Secara ekonomis, maka biaya pestisida
nabati yang dikeluarkan petani relatif lebih ringan dibanding pestisida sintetis,
dimana harga pestisida sintetis di era sekarang lebih mahal. Pestisida nabati/ alami
diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang
tumbuh di sekitar kita. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat dan didapat oleh
petani dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. (Untung, 1993).
Dari sisi lain pestisida alami/ nabati, mempunyai keistemewaan yang
bersifat mudah terurai di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif
aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.
Pestisida nabati bersifat lebih aman dan nyaman, yaitu apabila diaplikasikan akan
membunuh hama pada waktu itu (bersifat kontak) dan setelah hamanya terbunuh,
maka residunya akan cepat menghilang di alam.Dengan demikian, tanaman akan
terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi. Penggunaan pestisida
nabati dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu
penggunaan pestisida sintetis, tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif agar
pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis dan agar penggunaan
pestisida sintetis dapat diminimalkan, sehingga kerasakan lingkungan yang
diakibatkannyapun diharapkan dapat dikurangi dan waktunya kerasakan
lingkungan dapat diperlambat pula. Kegunaan pemakaian pestisida nabati untuk
meminimalkan pemakaian pestisida sintetis sehingga dapat mengurangi kerasakan
lingkungan, mengurangi biaya usahatani yang mana bahan pestisida nabati mudah
didapat yang tumbuh di sekitar kita dan mudah dibuat oleh siapapun khususnya
para petani, dan tidak membahayakan kesehatan bagi manusia maupun ternak
peliharaan (Anonim,2010)

2.2 Bahan Dasar Pestisida Nabati

Pestisida nabati dapat dibuat dari tanaman disekitar kita karena setiap tanaman
memiliki senyawa tersendiri yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Berikut ini
beberapa tanaman yang digunakan dalam percobaan ini sebagai pestisida nabati:

1. Sirih (Piper betle)

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),


seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat
menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Selain itu,
kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.

2. Serai (Cymbopogon nardus L.)

Dilihat dari segi Pertanian untuk tanaman khususnya Pestisida Nabati Alami,
Tanaman Serai mengandung senyawa Sitronela yang tidak di sukai nyamuk dan
berbagai serangga. Dengan demikian Serai dapat digunakan sebagai Pestisida
Nabati Alami. Dengan Kandungan Minyak Atsiri yang tinggi pada tanaman Serai
juga dimanfaatkan untuk pertanian organik yang dapat dijadikan sebagai
alternative pestisida anorganik (kimia) yang berfungsi sebagai bakterisida,
insektisida serta nematisida. Berkat Kandungan senyawa yang terkandung dalam
minyak Atsiri pada serai khususnya senyawa sitronela, serai dapat digunakan
untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman seperti kutu tanaman, beberapa
serangga, Tribolium sp., Sitophilus sp., Callosobruchus sp., Nematoda
(Meloidogyne sp.); dan Jamur Pseudomonas sp.

3. Bawang Putih (Allium sativum)

Bawang putih merupakan tanaman umbi yang banyak dibudidayakan di


Indonesia. Ciri khas bawang putih adalah aromanya yang khas dan sangat
menyengat. Dalam kehidupan sehari-hari bawang putih dimanfaatkan sebagai
bumbu masakan. Istimewanya, bawang putih bukan hanya sekedar sebagai bahan
makanan, tetapi bawang putih juga memiliki segudang khasiat dan manfaat bagi
manusia.

Bukan hanya pada manusia, ternyata bawang putih juga berkhasiat untuk
menyehatkan tanaman. Ekstrak bawang putih diketahui berguna untuk
mengendalikan beberapa jenis organisme pengganggu tanaman (OPT), baik itu
hama serangga, bakteri maupun jamur patogen.

Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu: (1) merusak perkembangan
telur, larva dan pupa. (2) menghambat pergantian kulit. (3) mengganggu
komunikasi serangga. (4) menyebabkan serangga menolak makan. (5)
menghambat reproduksi serangga betina. (6) mengurangi nafsu makan. (7)
memblokir kemampuan makan serangga. (8) mengusir serangga. (9) menghambat
perkembangan patogen penyakit.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 2020. Pukul 13.23
WITA. Tempat dilaksanakan dirumah masing-masing.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan terdapat saringan, blender, botol bekas, alat spray.
Dan bahan yang digunakan untuk nematisida adalah Daun sirih, Serai, dan
ekstrak bawang putih

C. Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah kegiatan praktikum yang dilaksanakan yaitu:

1. Mengumpulkan semua bahan yang akan digunakan dalam


pembuatan pestisida disekitar kita. Kemudian haluskan bahan
menggunakan blender. Setelah halus beri air secukupnya kemudian
tuang kedalam botol yang telah disediakan.
2. Diamkan selama semalam, lalu disaring agar ampasnya terpisah.
3. Jika sudah disaring, air dari bahan-bahan tersebut dimasukan
dalam botol spray untuk disemprotkan pada tanaman yang
terserang nematoda
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan

Gambar 1.

Tanaman bunga Kupu-kupu (Oxalis triangularis) disemprot menggunakan


cairan Nematisida daun Sirih (Piper betle). Foto oleh Angger Dimas.

Gambar 2.

Tanaman pohon Dolar (Zamioculcas zamiifolia) disemprot menggunakan


cairan Nematisida Serai (Cymbopogon nardus L.). Foto oleh Angger Dimas.
Gambar 3.

Tanaman Sri Rezeki (Aglaonema), disemprot menggunakan cairan Nematisida


Bawang Putih (Allium sativum). Foto oleh Angger Dimas.

B. Pembahasan

Pada percobaan kali ini (gambar 1) saya menggunakan Nematisida daun


Sirih (Piper betle) yang di aplikasikan pada tanaman bunga kupu-kupu, Pada
tanaman tersebut terdapat gejala daun yang seperti terbakar dan terdapat becak
karat pada daun. Setelah beberapa hari pengamatan tidak terjadi adanya
perubahan yang signifikan, ini berarti bahwa tanaman yang ingin kita hilang
penyakitnya justru tidak berpengaruh besar. Banyak faktor yang
mempengaruhinya dan salah satunya dosis yang kurang tepat atau bahan
campuran dari nematisida tersebut.

Pada percobaan selanjutnya (gambar 2) saya menggunakan Nematisida


Serai (Cymbopogon nardus L.) yang di aplikasikan pada tanaman hias pohon
Dolar (Zamioculcas zamiifolia), yang mana pada tanaman tersebut terdapat
gejala bercak kekuningan pada daun. Oleh karena itu, saya menggunakan daun
serai dan berkat adanya kandungan senyawa aktif dari keseluruhan bagian
tanaman serai dalam bentuk minyak atsiri. Adapun zat-zat atau senyawa aktif
terdiri dari: dipentena, farnesol, geraniol, mirsena, metil heptenol, nerol dan
sitral, sitronella. Kandungan bahan aktifnya efektif untuk mengendalikan
hama maupun nematoda. Setelah pengamatan beberapa hari, tanaman tidak
mengalami atau terjadinya perubahan. Dikarenakan dosis serta bahan
campurannya yang kurang tepat saat pengaplikasian berlangsung.

Pada percobaan yang terakhir (gambar 3) saya menggunakan Nematisida


Bawang Putih (Allium sativum) yang saya aplikasikan pada tanaman hias Sri
Rezeki (Aglaonema), Tanaman ini mengalami gejala pertumbuhannya yang
tidak normal dan terdapat bercak kecoklatan pada daun. Setelah pengamatan
dalam beberapa hari, warna pada bercak memudar namun pertumbuhannya
tetap seperti awalnya. Dalam pengamatan ini tidak terjadi perubahan secara
signifikan dikarenakan proses untuk melihat hasil yang jelas memiliki waktu
yang lama. Sedangkan percobaan kali ini hanya beberapa hari saja.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan pada praktium kali ini adalah ekstrak bawang putih, Serai, dan
Daun sirih dapat digunakan sebagai pestisida nabati dalam upaya
menanggulangi serangan hama pada tanaman budidaya. Namun banyak yang
harus diperhatikan dalam pembuatan pestisida nabati, dimulai dari bahan
campurannya, dosis penggunannya, hingga pengaplikasian yang tepat sasaran.

Pestisida nabati in juga tentunya merupakan pestisida yang aman bagi


tanaman itu sendiri dan untuk lingkungan sekitarnya terutama manusia,
dikarenakan tidak meninggalkan residu berbahya, ramah lingkungan dan
hemat biaya serta mudah dalam pembuatannya.

5.2 Saran

Untuk kegiatan praktikum selanjutnya diharapkan memiliki waktu yang


lebih lama agar pengamatan dan hasil dari respon dari pestisida nabati bisa
terlihat dengan jelas. Dikarenakan setiap tanaman dan pestisida memiliki
respon dan kepekaan yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim,2013. Pembuatan Pestisida Nabati. http://www.shvoong.com. Diakses:


Samarinda, 20 Mei 2020

Supriyatin dan Marwoto, 2000. Pestisida Nabati. Jakarta: Rineka Cipta

Thamrin dkk,2008. Potensi Ekstrak Flora Lahan Rawa Sebagai Pestisida Nabati . Jakarta:
balai pertanian lahan rawa

Untung, 1993. Pestisida Alami ( Nabati). Jakarta: Erlangga.


LAMPIRAN

Proses penghalusan daun sirih proses penyaringan ekstrak daun sirih

Pemasukan cairan daun Sirih kedalam sprayer

Anda mungkin juga menyukai