Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PPh Pasal 21/26”

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “PERPAJAKAN”

Dosen Pembimbing :

Siti Zulaikhah, S.E., Akt., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. ISTIANATUL MUAWANAH (E1802010035)


2. MAULIDAN MUHAMMAD (E1802010039)
3. USWATUN KHASANAH (E1802010048)

FAKULTAS EKONOMI

PRODI MANAJEMEN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURAKARTA


TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga para penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas pengenaan pajak PPh Pasal
21 dan PPh Pasal 26 kepada wajib pajak. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, para penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Para penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

11 November 2020

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4

A. Latar Belakang ........................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan .................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 5

A. Pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26 ....................... 5

B. Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Dan/Atau PPh Pasal 26 ......... 5

C. Pengertian PPh Pasal 26 ............................................................................... 9

D. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26 ........................ 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi
individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran
rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan Negara. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
wajib pajak orang pribadi dalam negeri. PPh Pasal 26 merupakan pajak atas wajib
pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, pajak tersebut dikenakan apabila Wajib
Pajak luar negeri tersebut mendapat nilai maupun pendapatan dari negara Indonesia,
maka dari itu dikenakan pajak kepada wajib pajak pribadi luar negeri tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan pada
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26?
2. Bagaimana Contoh Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Dan/Atau PPh
Pasal26?
3. Apa Pengertian PPh Pasal 26?
4. Bagaimana Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26 ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Contoh Penghitungan Pemotongan Pph Pasal
21. Dan/Atau PPh Pasal 26.
3. Untuk mengetahui Pengertian PPh Pasal 26.
4. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PPh Pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa.
Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21)
Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan :
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap Adalah orang pribadi yang bekerja
pada pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah
tertentu secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas Adalah orang pribadi yang berkeja
untuk pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium Adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi
yang memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu
sesuai dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah Adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll
Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu :
1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing
dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang – Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia
B. Contoh Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Dan/Atau PPh Pasal26
1. Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan gaji sebulan
Rp 8.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00.
Budiyanta menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013

5
6

menerima kenaikan gaji, menjadi Rp 10.000.000,00 sebulan dan berlaku surut


sejak 1 Januari 2013. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut,
Budiyanta menerima rapel sejumlah Rp 12.000.000,00 (kekurangan 12 gaji
untuk masa Januari s.d. Mei 2013). Pada bulan Oktober 2013 menerima bonus
tahunan sebesar Rp 20.000.000,00.

A Perhitungan PPh Pasal 21 Untuk Pegawai Tetaup Gaji Bulanan


Gaji sebulan Rp 8.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan (5% x Rp. 8.000.000) Rp 400.000
Iuran pensiun Rp 200.000 Rp 600.000
Penghasilan Netto Sebulan Rp 7.400.000
Penghasilan Netto setahun (12 x Rp. 7.400.000) Rp 88.400.000
PTKP setahun :
-Untuk diri sendiri Rp 24.300.000
-Tambahan WP kawin Rp 2.025.000 22 26.325.000
Penghasilan kena pajak setahun 62.475.000
PPh pasal 21 terutang
5% x Rp. 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp. 12.475.000 = Rp 1.871.000
Rp 4.371.000
PPh pasal 21 sebulan
Rp. 4. 4.371.000 : 12 = Rp 364.250

B Penghitungan PPh Pasal 21 atas Pembayaran Bonus


Gaji setahun (12 x 10.000.000) Rp 120.000.000
Bonus Rp 20.000.000
Penghasilan bruto setahun Rp 140.000.000
Pengurangan :
Biaya jabatan (5% x 140.000.000) = Rp. 7.000.000
*Biaya jabatan setahun maksimal Rp. 6.000.000 Rp 6.000.000
Iuran pensiun (12 x 200.000) Rp 2.400.000 Rp 8.400.000
Penghasilan neto setahun Gaji + bonus Rp 131.600.000
PTKP setahun :
-untuk diri sendiri Rp 24.300.000
-Tambahan WP kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
Penghasilan kena pajak setahun Rp 105.275.000
PPh pasal 21 1 th atas gaji + bonus
5% x 50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x 55.275.000 = Rp 8.291.250
10.791.250
*PPh pasal 21 1 th dibulatkan Rp 10.791.000
PPh pasal 21 atas gaji (dari contoh B) Rp 7.791.000
PPh pasal 21 atas bonus Rp 3.000.000
7

2. Petunjuk Umum Penghitungan Pph Pasal 21 Untuk Pegawai Tidak Tetap Atau
Tenaga Kerja Lepas.
a. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai
yang Menerima Upah Harian, Upah Mingguan, Upah Satuan, Upah Borongan,
Uang Saku Harian atau Mingguan:
1) Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku yang
diterima atau diperoleh dalam sehari:
a) upah/uang saku mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam seminggu;
b) upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam
sehari;
c) upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan borongan.
2) Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum
melebihi Rp300.000,00, dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh
dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp3.000.000,00,
maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong
3) Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian telah
melebihi Rp300.000,00, dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau
diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
Rp3.000.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar
upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
Rp300.000,00, dikalikan 5%.
4) Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan
kalender yang bersangkutan telah melebihi Rp3.000.000,00 dan kurang dari
Rp8.200.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar
upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
PTKP sehari, dikalikan 5%.
5) Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu
bulan kalender telah melebihi Rp8.200.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung
dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah upah
bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan
tersebut dibagi 12
b. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai
yang Menerima Upah yang Dibayarkan Secara Bulanan: PPh Pasal 21
8

dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas
jumlah upah bruto yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal
21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan
tersebut dibagi 12.
3. Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Yang
Dipindahtugaskan Dalam Tahun Berjalan
a. Pada saat pegawai dipindahtugaskan, pegawai yang bersangkutan tidak
berhenti bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai yang
bersangkutan masih tetap bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya
berubah lokasinya saja. Dengan demikian dalam penghitungan PPh Pasal 21
tetap menggunakan dasar penghitungan selama setahun:
Contoh penghitungan:
Didin Qomarudin yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT
Nusantara Mandiri di Jakarta. Sejak 1 Juni 2016 dipindahtugaskan ke kantor
cabang di Bandung dan pada 1 Oktober 2016 dipindahtugaskan lagi ke kantor
cabang di Garut.
Gaji Didin Qomarudin sebesar Rp3.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun
yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp 100.000,00. Selama bekerja di PT
Nusantara Mandiri, Didin Qomarudin hanya menerima penghasilan berupa gaji
saja.
Penghitungan PPh Pasal 21:
Kantor Pusat di Jakarta
Gaji selama di cabang Jakarta
5 X Rp3.500.000,00 Rp.17.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp 17.500.000,00 Rp. 875.000,00
1. Iuran pensiun:
5 X Rp 100.000,00 Rp 500.000,00
Rp. 1.375.000,00
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp. 16.125.000,00
Penghasilan neto disetahunkan adalah
12 / 5 X Rp Rp. 38.700.000,00
16.125.000,00 PTKP (TK/0)
- untuk WP sendiri
Rp. 36.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 2.700.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun:
Rp 135.000,00
5% X Rp2.700.000,00
9

PPh Pasal 21 terutang Januari s.d. Mei 2016 :


5 / 12 X Rp 135.000,00 Rp. 56.250.000
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Masa Pajak Januari
s.d. Mei 2016 adalah:
5 X Rp 11.250,00 Rp. 56.250.000
NIHIL
Catatan : PPh Pasal 21 yang telah dipotong pada bulan Januari sampai dengan Mei
untuk setiap bulannya adalah Rp 11.250,00
C. Pengertian PPh Pasal 26
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong
atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya
dipersamakan dengan subjek pajak badan.
Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia,
adalah Negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang
sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial owner).
1. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 26
a. Badan Pemerintah;
b. Subjek Pajak dalam negeri;
c. Penyelenggara Kegiatan;
d. BUT;
e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT di Indonesia.
2. Tarif dan Objek PPh Pasal 26
a. 20% (final) dari jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak Luar Negeri berupa :
1) dividen;
2) bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang;
3) royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
4) imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
5) hadiah dan penghargaan
6) pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
7) Premi swap dan transaksi lindung lainnya; dan/atau
10

8) Keuntungan karena pembebasan utang


b. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto berupa :
1) penghasilan dari penjualan harta di Indonesia;
2) premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui
pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.
c. 20% (final) dari perkiraan penghasilan neto atas penjualan atau pengalihan
saham perusahaan antara conduit company atau spesial purpose company yang
didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan
pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau BUT di Indonesia;
d. 20% (final) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu
BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.
e. Tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) antara
Indonesia dengan negara pihak pada persetujuan.
D. Saat Terutang, Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26
1. PPh pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau
akhir bulan terutangnya penghasilan, tergantung yang mana terjadi lebih dahulu.
2. Pemotong PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh pasal 26
rangkap.
a. lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;
b. lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak;
c. lembar ketiga untuk arsip Pemotong.
3. PPh pasal 26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
4. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua,
bukti pemotongan lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke
KPP setempat paling lambat 20 hari setelah Masa Pajak berakhir.
Pengecualian
1. BUT dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 26 apabila Penghasilan Kena
Pajak sesudah dikurangi Pajak Penghasilan dari BUT ditanamkan kembali di
Indonesia dengan syarat:
a. Penanaman kembali dilakukan atas seluruh penghasilan kena pajak setelah
dikurangi PPh dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan yang
11

didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pendiri atau peserta pendiri,


dan;
b. dilakukan dalam tahun berjalan atau selambat-lambatnya tahun
pajak berikutnya dari tahun pajak diterima atau diperoleh penghasilan tersebut;
c. tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut
sekurangkurangnya dalam waktu 2 (dua) tahun sesudah perusahaan tempat
penanaman dilakukan, mulai berproduksi komersil. 2.
2. Badan-badan Internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa : PPh Pasal 21
merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Pemotong PPh pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan
yang diwajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 dan terbarupada tahun 2013 untuk
memotong PPh Pasal 21.
Dan PPh Pasal 21 merupakan pajak yang dikenakan/dipotong
atas penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Yang dimana
Wajib Pajak tersebut masih belum terdaftar dalam NPWP karena subjek nya
sesungguh nya adalah orang luar negeri yang dinyatakan masih belum menetap di
Indonesia

12
DAFTAR PUSTAKA

Diunda, Gustian dkk.Pajak Penghasilan Orang Pribadi. 2003. Jakarta: Salemba


Empat

Mardiasmo.Perpajakan.198. Yogyakarta: Andi Offset

Direktorak Jenderal Pajak, Cara Penghitungan PPh Pasal 21 Terbaru.2013:


http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-pph-pasal-21-
terbaru

Direktorak Jenderal Pajak, Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 26. 2012:
http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-26

PPT PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012 :


https://www.scribd.com/doc/236560817/PPh-Pasal-21

13
14

Anda mungkin juga menyukai