Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 7
FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga para penulis dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas pengenaan pajak PPh Pasal
21 dan PPh Pasal 26 kepada wajib pajak. Dalam penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, para penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Para penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
11 November 2020
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk
membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi
individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran
rakyat dan sebagainya. Sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan Negara. PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
wajib pajak orang pribadi dalam negeri. PPh Pasal 26 merupakan pajak atas wajib
pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap, pajak tersebut dikenakan apabila Wajib
Pajak luar negeri tersebut mendapat nilai maupun pendapatan dari negara Indonesia,
maka dari itu dikenakan pajak kepada wajib pajak pribadi luar negeri tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan pada
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26?
2. Bagaimana Contoh Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Dan/Atau PPh
Pasal26?
3. Apa Pengertian PPh Pasal 26?
4. Bagaimana Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26 ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pajak penghasilan pasal 21 dan pasal 26.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Contoh Penghitungan Pemotongan Pph Pasal
21. Dan/Atau PPh Pasal 26.
3. Untuk mengetahui Pengertian PPh Pasal 26.
4. Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 26.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian PPh Pasal 21
PPh pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa.
Subjek Pajak PPh Pasal 21 (Wajib Pajak PPh Pasal 21)
Wajib pajak yang dipotong PPh pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan :
1. Pegawai, karyawan atau karyawati tetap Adalah orang pribadi yang bekerja
pada pemberi kerja dan atas jasanya itu ia memperoleh gaji dalam jumlah
tertentu secara berkala.
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas Adalah orang pribadi yang berkeja
untuk pemberi kerja dan hanya menerima upah jika ia bekerja.
3. Penerima honorarium Adalah orang pribadi atau sekelompok orang pribadi
yang memberikan jasanya, dan atas jasanya ia memperoleh imbalan tertentu
sesuai dengan jasa yang diberikan.
4. Penerima upah Adalah orang pribadi yang atas jasanya ia memperoleh upah,
seperti upah harian, upah borongan, upah satuan dll
Yang tidak termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 yaitu :
1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing
dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional dimaksud dalam pasal 3 ayat (1)
huruf c Undang – Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia dan tidak
menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia
B. Contoh Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Dan/Atau PPh Pasal26
1. Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
Budiyanta pada tahun 2013 bekerja di PT Aman Bahagia dengan gaji sebulan
Rp 8.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000,00.
Budiyanta menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juli 2013
5
6
2. Petunjuk Umum Penghitungan Pph Pasal 21 Untuk Pegawai Tidak Tetap Atau
Tenaga Kerja Lepas.
a. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai
yang Menerima Upah Harian, Upah Mingguan, Upah Satuan, Upah Borongan,
Uang Saku Harian atau Mingguan:
1) Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku yang
diterima atau diperoleh dalam sehari:
a) upah/uang saku mingguan dibagi banyaknya hari bekerja dalam seminggu;
b) upah satuan dikalikan dengan jumlah rata-rata satuan yang dihasilkan dalam
sehari;
c) upah borongan dibagi dengan jumlah hari yang digunakan untuk
menyelesaikan pekerjaan borongan.
2) Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum
melebihi Rp300.000,00, dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh
dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp3.000.000,00,
maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong
3) Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian telah
melebihi Rp300.000,00, dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau
diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
Rp3.000.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar
upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
Rp300.000,00, dikalikan 5%.
4) Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan
kalender yang bersangkutan telah melebihi Rp3.000.000,00 dan kurang dari
Rp8.200.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar
upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
PTKP sehari, dikalikan 5%.
5) Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu
bulan kalender telah melebihi Rp8.200.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung
dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah upah
bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan
tersebut dibagi 12
b. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan Calon Pegawai
yang Menerima Upah yang Dibayarkan Secara Bulanan: PPh Pasal 21
8
dihitung dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas
jumlah upah bruto yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh Pasal
21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan
tersebut dibagi 12.
3. Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Yang
Dipindahtugaskan Dalam Tahun Berjalan
a. Pada saat pegawai dipindahtugaskan, pegawai yang bersangkutan tidak
berhenti bekerja dari perusahaan tempat dia bekerja. Pegawai yang
bersangkutan masih tetap bekerja pada perusahaan yang sama dan hanya
berubah lokasinya saja. Dengan demikian dalam penghitungan PPh Pasal 21
tetap menggunakan dasar penghitungan selama setahun:
Contoh penghitungan:
Didin Qomarudin yang berstatus belum menikah adalah pegawai pada PT
Nusantara Mandiri di Jakarta. Sejak 1 Juni 2016 dipindahtugaskan ke kantor
cabang di Bandung dan pada 1 Oktober 2016 dipindahtugaskan lagi ke kantor
cabang di Garut.
Gaji Didin Qomarudin sebesar Rp3.500.000,00 dan pembayaran iuran pensiun
yang dibayar sendiri sebulan sejumlah Rp 100.000,00. Selama bekerja di PT
Nusantara Mandiri, Didin Qomarudin hanya menerima penghasilan berupa gaji
saja.
Penghitungan PPh Pasal 21:
Kantor Pusat di Jakarta
Gaji selama di cabang Jakarta
5 X Rp3.500.000,00 Rp.17.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan:
5% X Rp 17.500.000,00 Rp. 875.000,00
1. Iuran pensiun:
5 X Rp 100.000,00 Rp 500.000,00
Rp. 1.375.000,00
Penghasilan neto lima bulan adalah Rp. 16.125.000,00
Penghasilan neto disetahunkan adalah
12 / 5 X Rp Rp. 38.700.000,00
16.125.000,00 PTKP (TK/0)
- untuk WP sendiri
Rp. 36.000.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp. 2.700.000,00
PPh Pasal 21 terutang setahun:
Rp 135.000,00
5% X Rp2.700.000,00
9
12
DAFTAR PUSTAKA
Direktorak Jenderal Pajak, Seri PPh - Pajak Penghasilan Pasal 26. 2012:
http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-26
13
14