1985 3704 2 PB PDF
1985 3704 2 PB PDF
1985
http://Jurnal.Unsyiah.ac.id/TIPI
INFO ARTIKEL
ABSTRACT
Submit: 21 Desember 2013
The research aims to analyze financial feasibility of cold storage development in Lampulo Baru Fish
Perbaikan: 16 Januari 2014
Diterima: 20 Januari 2014 Port Banda Aceh in accordance with discounted investment ctiteria; Net Present Value (NPV), Net
Benefit Cost Ratio (NBCR), Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) and payback period (PBP). The
research was conducted in Lampulo Baru Fish Port on November 2013 – January 2014. Data was
Keywords:
mainly collected by using survei and interview/focus group discussion techniques. Data were
cold storage, NPV, NBCR, analyzed by using financial analysis with investment criteria. The result of research showed that
GBCR, payback period
the development of cold storage plant in Lampulo Baru Fish Port with capacity of 80 ton fishes is
financially feasible, indicated by discounted investment criteria values; NPV = IDR. 1,463,819,997,-.
NBCR = 2.33, GBCR = 1.03, and PBP = 2.33 years.
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 06, No. 01 , 2014
18 ©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala
cold storage di PP Lampulo Baru. Perhitungan ini Samudera Hindia dan Selat Malaka. PP Lampulo
bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial Baru Banda Aceh terletak pada posisi geografis
pembangunan cold storage di PP Lampulo Baru 5,576336 N dan 95,323058 E, secara tata kelola
Kota Banda Aceh dengan menggunakan beberapa operasional merupakan salah satu UPTD (Unit
kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Pelaksana Teknis Dinas) yang berada dibawah
Net Benefit Cost Ratio (NBCR) dan Gross Benefit Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh (Peraturan
Cost Ratio (GBCR), serta Pay Back Period (PBP) Gubernur NAD Nomor 27 Tahun 2009).
(Ibrahim, 2003). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh DKP
Aceh (2013) PP Lampulo Baru sebagaimana fungsi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu pelabuhan perikanan, merupakan tempat
A. Gambaran Umum Potensi Perikanan Aceh berlabuhnya kapal, bongkar muat ikan serta pasar
Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan dan industri perikanan. Hal tersebut berpengaruh
terdiri perikanan tangkap di laut dan perairan terhadap penyerapan tenaga kerja. Total tenaga
umum (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa) dan kerja yang terserap dari semua sektor usaha
perikanan budidaya (ikan air payau di tambak, di terkait sebanyak 4.261 orang yang terdistribusi ke
kolam, ikan di sawah (mina padi) atau budidaya dalam sektor-sektor berikut: sektor
ikan dengan sistem keramba jaring apung, baik di pemerintah/BUMN 1,8%, sektor formal 2,3%, dan
laut maupun di perairan tawar). Produksi sektor informal 96%. Dari data yang diperoleh
perikanan tangkap (kembung, laying, tongkol, sektor informal dengan jenis pekerjaan sebagai
tuna, dan tembang) pada 2013 mencapai lebih anak buah kapal (ABK) dan nelayan menyerap
kurang 170.000 ton. Sementara itu potensi ikan tenaga kerja mencapai 74,5% atau sebanyak 3059
tangkap di Aceh tergolong cukup besar yaitu orang. Sedangkan untuk sektor formal seperti
diprediksikan mencapai 1,8 juta ton per tahun. tenaga kerja pada industri dan usaha
Sektor perikanan untuk Aceh sendiri hanya koperasi/UKM, perbankan masih sangat kecil
menyerap 257.300 tenaga kerja atau sekitar hanya 2,3% dari total keseluruhan usaha yang ada.
51.460 kepala keluarga atau mencapai 31,68% Sampai dengan tahun 2014, data yang
dari 811.971 total tenaga kerja yang terserap di bersumber dari DKP propinsi juga menjelaskan
sektor pertanian (Indonesia.go.id, 2007). bahwa ada 15 perusahaan yang sampai saat ini
Potensi perikanan lainnya adalah budidaya beroperasi di lingkungan PP Lampulo Baru dan
rumput laut, kerapu, kakap, lobster dan kerang terbagi dalam beberapa bidang usaha yaitu 11
mutiara dengan potensi sebaran seluas ±12.014 perusahaan bergerak dalam bidang perdagangan
ha, membentang mulai dari Sabang, Aceh besar, hasil laut, satu perusahaan bidang docking kapal,
Aceh Barat, Aceh Selatan, Simeulue, sampai Pulau satu perusahaan bidang perbekalan kapal dan
Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pengembangan sisanya 2 perusahaan bergerak dalam bidang
perikanan ini didukung oleh sebaran luas terumbu industri pengolahan yaitu produksi filet tuna,
karang seluas ±274.841 ha, membentang mulai nugget dan bakso ikan.
dari Sabang, Aceh Besar sampai pantai barat Adapun jumlah kapal tangkap ikan yang
selatan Aceh. beroperasi di PP Lampulo Baru rata-rata per
Selama ini, hasil perikanan laut berupa ikan, tahun mencapai 260 unit kapal berbagai ukuran
udang dan biota lainnya yang memiliki nilai dengan total tripnya rata-rata per bulan 261 kali.
ekonomis tinggi dan berasal dari tangkapan Sedangkan total produksi ikan secara keseluruhan
nelayan dan budidaya petambak, umumnya masih mencapai rata-rata 5,225 Ton per tahun atau
dipasarkan dalam bentuk bahan mentah tanpa sekitar 14,4 ton per hari. Secara keseluruhan total
adanya upaya pengolahan seperti pembekuan, produksi tangkapan ikan ini sejumlah rata-rata
sebagai salah satu upaya mempertahankan sebesar 62,2 Milyar per tahun DKP Aceh (2013.
kualitas produk perikanan.
C. Analisa Investasi
B. Potensi Perikanan di PP Lampulo Baru 1. Biaya Investasi Pengembangan Cold Storage
Pelabuhan Perikanan (PP) Lampulo Baru Plant
merupakan pelabuhan perikanan terbesar di Hasil survei menunjukkan bahwa pabrik
Propinsi Aceh bertaraf internasional dan sebagai penyimpanan beku (cold storage) sangat cocok
Outer Ring Fishing Port Development (ORFPoD). PP dibangun di lokasi Pelabuhan Perikanan Baru kota
Lampulo Baru ini berlokasi di Kota Banda Aceh Banda Aceh dengan luas tanah 900 m2 yang
tepatnya di Desa Lampulo, Kecamatan Kuta Alam merupakan milik Dinas Kelautan dan Perikanan
dengan posisi geografisnya berhadapan langsung Provinsi Aceh (DKP). Pabrik ini akan dilengkapi
dengan jalur pelayaran internasional yaitu dengan sarana-prasaran dan fasilitas-fasilitas
JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN INDONESIA – Vol. 06, No. 01 , 2014
©Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Syiah Kuala 21