Anda di halaman 1dari 14

STRATEGI PEMBELAJARAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas tersruktur pada mata kuliah pengembangan
kurikulum dan materi ajar PAI

Dosen Pengampu:
Dr. Muhajir, MA

Oleh : Robiatul Adawiyah

NIM: 192610002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN BANTEN

SERANG 2020
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulisdapat menyelesaikan tugas makalah STRATEGI PEMBELAJARAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN Pada mata kuliah
kuliah pengembangan kurikulum dan materi ajar PAI, Shalawat beserta salam semoga tetap
tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat serta para pengikutnya yang
senantiasa hingga akhir zaman.

Terimakasih kepada bapak Dr. Muhajir, MA yang telah memberikan tugas ini sehingga
penulis dapat mengkajinya lebih dalam tentang materi yang saya bahas.

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata kesempurnaan baik dari segi isi
maupun metodologi penulisannya. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan guna perbaikan selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua, Aamiin.

Serang, 6 Oktober 2020

Penyusun
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang memberikan jawaban atas


sejumlah tuntutan kebutuhan yang berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum
dilakukan atas sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran yang
merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini adalah adanya perubahan pada
guru dan siswa, serta komponen lainnya. Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi
kurikulum yang membedakan peran dan fungsinya.
Diselenggarakannya pendidikan ini yaitu agar seluruh anak bangsa wajib dan berhak
mengikuti pendidikan, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 disebutkan bahwa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab1
Kemudian pembangunan pendidikan nasional yang berjalan sekarang ini merupakan
suatu upaya untuk membentuk manusia yang unggul dan berkarakter atau berakhlak mulia.2
karakter adalah watak, tabiat atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap dan bertindak.

Guna mendukung pendidikan nasional dia atas, dalam hal ini pendidikan agama memiliki
peran penting untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni sosok manusia yang utuh
baik dari sisi penguasaan ilmu pengetahuan maupun moralitas.3 Untuk mewujudkannya perlu
diciptakan keserasian antara ilmu pengetahuan dengan agama. Dalam mewujudkan cita-cita
luhur bangsa, kemudian pemerintah melaksanakan amanat undang-undang sisdiknas tersebut
yaitu dengan kewenangannya mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal
sebagai wahana pembelajaran. Dalam lembaga-lembaga pendidikan itulah peserta didik
diberikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) baik ilmu agama maupun
ilmu umum dan juga di didik mental rohaninya melalui sebuah proses pendidikan dan pelatihan.
Adapun salah satu bagian dari proses pendidikan yaitu dengan adanya suatu aktivitas
pembelajaran.

Bagi para pendidik dalam melakukan aktivitas pembelajaran hendaknya selalu


berpedoman kepada kurikulum yang telah ditetapkan. Karena dari penelusuran konsep

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing,
2008) h.114

2
Femmy Eka Kartika Putri, dkk, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler, ( Jakarta, 2010), h.1
3
Marno, Pengembangan Bahan Ajar pada Sekolah (Jakarta : Direktorat Pendidikan Agama Islam, UIN, 2012) h. 1
kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yakni: kurikulum sebagai mata pelajaran, sebagai
pengalaman belajar dan sebagai perencanaan program pembelajaran.4
Sebagai tenaga pendidik ketika sedang melakukan proses pembelajaran banyak
permasalahan-permasalahan yang terjadi dan harus dihadapi di lapangan, misalnya; bagaimana
menjadi guru yang baik dan profesional dalam menyampaikan materi pelajaran? Strategi apa
yang telah disiapkan? Metode apa yang akan di gunakan? apakah isi materi yang disampaikan
sesuai dengan acuan kurikulum? Apakan siswa-siswa mengerti dan paham dengan materi yang
telah disampaikan? dst.
Untuk itu dalam menyikapi persoalan di atas, dalam makalah ini saya coba untuk
menyoroti beberapa hal yang berkaitan dengan strategi pembelajaran kurikulum pendidikan
agama Islam dalam undang-undang pendidikan mulai dari tahun 1950, 1989 dan 2003.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Definisi dari Strategi, Pembelajaran, Kurikulum dan Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana Undang-Undang Pendidikan Mengatur Strategi Pembelajaran Kurikulum PAI?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Definisi dari Strategi, Pembelajaran, Kurikulum, dan Pendidikan Agama
Islam
2. Untuk Mengetahui Undang-Undang yang mengatur Strategi Pembelajaran Kurikulum PAI

4
Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi-definisi dari: Strategi, Pembelajaran, Kurikulum dan Pendidikan Agama Islam.

Strategi menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.5 Menurut Slameto dalam Yatim Riyanto, strategi
adalah suatu rencana tentang pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengajaran.6
Berdasarkan penjelasan di atas, strategi yaitu sebuah rencana berupa rangkaian kegiatan-
kegiatan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran dengan baik dan benar. Untuk mencapai
tujuan tersebut dibutuhkan kerja yang efektif, efisien dan profesional.
Dari definisi-definisi di atas penting untuk diketahui bahwa strategi berbeda dengan
metode. Strategi menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain,
strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah a way in
achieving something.
Dari pengertian diatas ada dua hal yang pelu diamati, yaitu:
1. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian tindakan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan sebagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran.
Alasan-alasan perlunya perencanaan strategi mengajar:
a. Agar kurikulum yang direncanakan dapat mencapai tujuan
b. Agar pelajaran yang sama yang diberikan oleh pendidik dilakukan secara
konsisten sehingga tidak merugikan kelas tertentu.
c. Membantu guru memberi pelajaran yang efektif serta menarik dengan menyediakan
sumber belajar yang memadahi.
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan metode adalah upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang
telah disusun tercapai secara optimal.

Pegembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu :

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective) Terdapat tiga tahap dalam


merumuskan tujuan pembelajaran. Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam
merumuskan tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student), masyarakat
(source of society), dan konten (source of content). Tahap kedua adalah merumuskan tentative

5
5] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996) h. 964
6
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang
Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2012) h. 131
general objective atau standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi
(sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam pengembangan kurikulum
yaitu landasan filsofi pendidikan (philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning), dan tahap terakhir adalah merumuskan precise education atau kompetensi dasar (KD)
2. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar ( selection of learning
experiences) Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar dalam
pengembangan kurikulum harus memahami definisi pengalaman belajar dan landasan psikologi
belajar (psychology of learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami
atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami siswa sebagai learning activity
menggambarkan interaksi siswa dengan objek belajar.
3. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of learning experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk memudahkan anak didik untuk belajar.
Dalam pengorganisasian kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung,
yakni: tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan anak didik, dan
kebutuhan masyarakat.
4. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum
adalah evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang terkumpul dan
dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem. Evaluasi yang seksama adalah sangat
esensial dalam pengembangan kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat
keputusan , sedangkan riset sebagai proses pengumpulan data sebagai dasar pengambilan
keputusan. Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan riset. Tipe-tipe
evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk. Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi,
deskripsi, historikal, dan eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi
formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau produk)7.
Menurut Sujana dalam Rusman, dkk. pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif
antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang
melakukan kegiatan membelajarkan.8
Dari definisi di atas, makna pembelajaran dapat disimpulkan yaitu sebagai proses
kegiatan belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran ada dua kata kunci penting, yaitu
pendidik dan peserta didik yang keduanya saling berinteraksi hingga tujuan dapat tercapai
dengan baik dan benar.
Kita ketahui bahwa kata “Kurikulum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “currere” yang
berarti jarak tempuh lari, yakni jarak yang harus ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari start
sampai finish. Makna ini kemudian diadopsi ke dalam bidang pendidikan. Adapun “kurikulum”
dalam bahasa Arab diartikan dengan Manhaj, yakni jalan terang yang dilalui oleh manusia pada

7
https://mangmumin.blogspot.com/2018/01/strategi-pengembangan-kurikulum.html
8
Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Membangun
Profesionalitas Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h. 16
bidang kehidupannya. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti jalan terang yang dilalui
oleh pendidik dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
serta nilai-nilai.
Menurut Muhamad Athiyah Al-Abrasyi dalam Eneng Muslihah memberikan pengertian
bahwa pendidikan Islam (At-Tarbiyah Al-Islamiyah) mempersiapkan manusia hidup dengan
sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, segenap jasmaninyahnya; sempurna budi pekertinya
(akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, mahir tutur
katanya dengan lisan dan tulisan.9

2. Strategi Pembelajaran Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Undang-undang


Pendidikan Tahun 1950, 1989 dan 2003.

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities


designed to achieves a particular educational goal.10 Strategi pembelajaran mencakup rencana,
metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam menentukan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam harus diperhatikan beberapa
komponen, yaitu: tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, faktor administrasi dan finansial (misalnya jadwal pelajaran, kondisi ruang
belajar).
Dalam menentukan strategi pembelajaran pendidikan agama Islam harus diperhatikan
beberapa komponen, yaitu: tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, materi pembelajaran,
metode pembelajaran, faktor administrasi dan finansial (misalnya jadwal pelajaran, kondisi ruang
belajar). Selanjutnya dapat kita jelaskan sebagai berikut:

A. Menurut Undang-undang Pendidikan Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar


Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah

a. Tujuan pembelajaran;
Tudjuan pendidikan dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang tjakap dan warga
negara jang demokratis serta bertanggung djawab tentang kesedjahteraan masjarakat dan tanah
air. (pasal 3)

b. Guru;
Sjarat utama untuk mendjadi guru, selain idjazah dan sjarat-sjarat jang mengenai kesehatan
djasmani dan rochani, ialah sifat-sifat jang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan
pengadjaran seperti jang dimaksud dalam pasal 3, pasal 4 dan pasal 5 Undang-Undang ini. (pasal
15)

9
Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Diadit Media, 2010) h. 2
10
Pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan ilmu pengetahuan alam kementrian pendidikan
nasional 2012, h. 5
Di dalam sekolah, guru-guru harus menghormati tiap-tiap aliran agama atau kejakinan hidup.
(pasal 16)

c. Peserta didik;
Tiap-tiap warga negara Republik Indonesia mempunjai hak jang sama untuk diterima mendjadi
murid suatu sekolah, djika memenuhi sjarat-sjarat jang ditetapkan untuk pendidikan dan
pengadjaran pada sekolah itu. (pasal 17)

d. Materi pembelajaran;
1. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan peladjaran agama; orang tua murid menetapkan
apakah anaknja akan mengikuti peladjaran tersebut.
2. Tjara menjelenggarakan pengadjaran agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam
peraturan jang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan, bersama-sama
dengan Menteri Agama. (pasal 20).

e. Metode pembelajaran;
Pada masa ini metode pembelajaran masih bersifat klasik atau konvensional dan metode yang
dominan digunakan yaitu metode ceramah.
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered approaches), dalam
pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba bisa dan sebagai satu-satunya
sumber belajar.
Penggunaan media pembelajaran belum begitu nampak, seperti halnya media komputer
belum masuk dan digunakan di sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah.

f. Administrasi dan finansial; Disekolah-sekolah rendah dan sekolah-sekolah luar biasa tidak
dipungut uang sekolah maupun uang alat-alat peladjaran. (pasal 22)

B. Menurut Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

a. Tujuan pembelajaran, Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (pasal 4)

b. Guru;
(1) Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola, dan/atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

(2) Tenaga kependidikan, meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik
pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi
sumber belajar.
(3) Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama
mengajar, yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada jenjang
pendidikan tinggi disebut dosen. (pasal 27).

c. Peserta didik;
(1) Pendidikan nasional bersifat terbuka dan memberikan keleluasaan gerak kepada peserta
didik.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh Menteri. (pasal 23).

d. Metode pembelajaran;
Metode yang sering digunakan yaitu ceramah, demonstrasi, diskusi, eksperimen, dll.
Pada masa periode ini adanya pergeseran dari pola pembelajaran klasik ke modern. Hal ini
ditandai dengan penggunaan berbagai sumber belajar dan media pembelajaran, seperti halnya
penggunaan OHP, komputer, dll oleh siswa dan guru dalam membantu proses pembelajaran.

C. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional

a. Tujuan pembelajaran;
Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (pasal 3).

b. Guru;
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. (pasal 39).

(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
(2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah; dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
(3) Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (pasal 42).

c. Peserta didik;
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
a) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama.
b) Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya;
c) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
d) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya;
e) Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara;
f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan
tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

Materi pembelajaran;
(1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a) Peningkatan iman dan takwa;
b) Peningkatan akhlak mulia;
c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) Tuntutan dunia kerja;
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) Agama;
i) Dinamika perkembangan global; dan
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
(4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (pasal 36).

1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:


a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu pengetahuan alam;
f. Ilmu pengetahuan sosial;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmani dan olahraga;
i. Keterampilan/ kejuruan; dan
j. Muatan lokal.
2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan; dan
c. Bahasa.
Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah. (pasal 37).

a) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang
dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(1) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (pasal 12).

b. Materi pembelajaran;
(1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
(3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan memperhatikan:
a) Peningkatan iman dan takwa;
b) Peningkatan akhlak mulia;
c) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) Tuntutan dunia kerja;
g) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) Agama;
i) Dinamika perkembangan global; dan
j) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
(4) Ketentuan mengenai pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. (pasal 36).

1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:


a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu pengetahuan alam;
f. Ilmu pengetahuan sosial;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmani dan olahraga;
i. Keterampilan/ kejuruan; dan
j. Muatan lokal.
2) Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat:
a. Pendidikan agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan; dan
c. Bahasa.
3) Ketentuan mengenai kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah. (pasal 37).

c. Metode pembelajaran;
Pada era ini pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa (student centered
approaches), yaitu pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar
dan kegiatan belajar bersifat modern. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa,
manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini siswa memiliki
kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui
aktivitas secara langsung sesuai dengan minat dan keinginannya.
Pendekatan ini, selanjutnya menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiry serta
strategi pembelajaran induktif, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada strategi ini
peran guru lebih menempatkan diri sebagai fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar
siswa menjadi lebih terarah.
Metode yang sering digunakan yaitu ceramah, demonstrasi, diskusi, eksperimen, dll.
Pada era modern proses pembelajaran mengalami kemajuan yang pesat, ditandai dengan
penggunaan berbagai sumber belajar dan multimedia dalam pembelajaran, seperti penggunaan
teknologi informasi dan teknologi komunikasi.11

11
http://iwanmnz.blogspot.com/2013/01/strategi-pembelajaran-kurikulum_1395.html
BAB III
KESIMPULAN

Strategi yaitu sebuah rencana berupa rangkaian kegiatan-kegiatan untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerja
yang efektif, efisien dan profesional. Pembelajaran yaitu sebagai proses kegiatan belajar
mengajar. Dalam konteks pembelajaran ada dua kata kunci penting, yaitu pendidik dan peserta
didik yang keduanya saling berinteraksi.
Kurikulum yaitu seperangkat rencana pembelajaran, tujuan, isi pelajaran, metode, media,
dan evaluasi yang harus dimiliki dan dikuasai pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan.
(Pendapat penulis). Pendidikan Agama Islam merupakan usaha bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
dan kesejahteraan hidup dunia maupun akhirat kelak. (Versi Departemen Agama RI).
Strategi pembelajaran kurikulum pendidikan agama Islam dalam undang-undang
pendidikan antara tahun 1950, 1989 dan 2003 perbedaan kontennya dapat kita lihat pada
beberapa komponen, yaitu: komponen tujuan pembelajaran, guru, peserta didik, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, faktor administrasi dan finansial.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996)

Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Diadit Media, 2010)

Femmy Eka Kartika Putri, dkk, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakulikuler, ( Jakarta, 2010)

http://iwanmnz.blogspot.com/2013/01/strategi-pembelajaran-kurikulum_1395.html

https://mangmumin.blogspot.com/2018/01/strategi-pengembangan-kurikulum.html

Marno, Pengembangan Bahan Ajar pada Sekolah (Jakarta : Direktorat Pendidikan Agama
Islam, UIN, 2012) h. 1

Pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan ilmu pengetahuan
alam kementrian pendidikan nasional 2012

Rusman, Deni Kurniawan, Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen, (Jakarta:
Indonesia Legal Center Publishing, 2008)

Wina sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2010)

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam
Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2012)

Anda mungkin juga menyukai