Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH
(GKP0202)

Disusun oleh:

Nama : Bima Oktavian


NIM : 19/441751/GE/09090
Hari, Waktu : Senin, 11.15 – 13.00
Asisten : 1. Muslih Biladi
2. Widiya Setyaningrum

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH


DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
Acara I Waktu Praktikum Nilai :
Pengenalan Jenis-Jenis Citra 11.15 – 13.00
Disusun oleh Asisten Praktikum Tanggal Praktikum
Bima Oktavian 1. Muslih Biladi Senin
19/441751/GE/09090 2. Widiya 2 Maret 2020
Setyaningrum
Tujuan
1. Memperkenalkan jenis-jenis citra penginderaan jauh dan melatih kemampuan mengenalinya.
2. Memperkenalkan pantulan spectral berbagai objek pada citra dan melatih kemampuan untuk
mengenalinya.
Bahan dan Alat
1. Perlengkapan Simulasi (Citra cetak berbagai jenis)
2. Kertas HVS
3. Tabel Isian
4. Alat Tulis

Lampiran
Terlampir di bawah

Langkah Kerja

Citra cetak berbagai macam satelit, tabel isian

Identifikasi Identifikasi
Identifikasi Identifikasi Sensor
Sistem Resolusi
perbedaan pola
pantulan spektral

Tabel hasil
identifikasi
Tabel hasil spsifikasi citra
identifikasi pola
pantulan spektral
Pembahasan
Fungsi citra penginderaan jauh adalah untuk menggambarkan objek kenampakan yang
berada di permukaan bumi sesuai dengan kenampakan aslinya. Objek pada citra penginderaan
jauh merupakan hasil ungkapan pantulan sinar suatu objek di permukaan bumi yang diterima
oleh sensor (Gunawan dkk, 2007). Data citra penginderaan jauh dibagi menjadi dua macam, yaitu
citra fotografi dan citra non-fotografi (Langgeng, 2014). Kedua citra penginderaan jauh tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Pada hasil perekaman citra fotografi, gambar
yang dihasilkan lebih sesuai dengan kenampakan aslinya, karena proses perekaman yang
dilakukan dengan sensor kamera dan dilakukan secara serentak dan spektrum elektromagnetik
yang digunakan merupakan spektrum tampak serta perluasannya. Namun, karena wahana yang
digunakan berupa kamera, maka objek-objek di langit yang akan menutupi objek di permukaan
bumi akan ikut muncul di citra foto. Citra foto sering disebut sebagai foto udara dan umumnya
digunakan untuk melihat kerapatan vegetasi, mengidentifikasi kontur, maupun melihat
tumpahan minyak yang berada di laut. Sedangkan pada citra non-foto, wahana yang digunakan
berupa satelit. Sensor yang terdapat pada satelit bertugas melakukan scanning permukaan bumi
menggunakan radar. Spektrum yang dihasilkan pada citra nonfoto lebih beragam ketimbang citra
foto karena penggunaan radar sebagai alat perekamnya. Pada umumnya, citra non foto akan
memiliki berbagai macam gelombang seperti termal, mikro, hingga infrared yang memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
Aspek resolusi pada citra penginderaan jauh ada empat macam, yaitu resolusi spasial,
temporal, radiometrik, dan spektral. Resolusi spasial merupakan resolusi yang menampilkan
luasan objek terkecil dalam satuan piksel, contohnya pada resolusi spasial 30 meter
mengindikasikan bahwa satu piksel dalam citra tersebut menggambarkan 30 meter dalam
kenampakan aslinya. Resolusi spasial memiliki resolusi tinggi dan resolusi rendah, pada resolusi
tinggi, ukuran piksel yang dihasilkan hanya mencakup area kecil, sehingga gambar yang
dihasilkan halus dan detil. Sedangkan pada resolusi rendah, piksel yang dihasilkan mencakup
area yang luas, sehingga gambar yang dihasilkan akan tampak kasar dan kurang detil. Resolusi
selanjutnya adalah resolusi temporal, yaitu terkait dengan waktu perekaman yang dilakukan.
Resolusi temporal berfungsi untuk merekam suatu wilayah dalam rentang waktu tertentu. Lama
resolusi temporal dengan kemampuan satelit dalam merekam area yang sama berbanding lurus.
Resolusi yang ketiga merupakan resolusi radiometrik, yaitu kemampuan untuk membedakan
rona suatu objek dengan objek yang lain yang dinyatakan dalam satuan bit. Semakin besar
ukuran resolusi radiometrik suatu satelit, maka kemampuan satelit untuk membaca rona dan
gradasi suatu objek semakin besar, sehingga perbedaan antara objek yang satu dengan yang lain
dapat terbaca. Sedangkan semakin rendah resolusi radiometrik, maka rona pada citra yang
dihasilkan juga semakin terbatas. Yang terakhir adalah resolusi spektral, yaitu resolusi yang
memisahkan antar objek melalui kisaran panjang gelombang. Pada resolusi spektral, semakin
sempit sebuah bandwith, maka gambar yang akan dihasilkan akan semakin detil dan mudah
dibedakan antara objek satu dengan yang lain, sedangkan semakin lebar bandwith-nya, maka
gambar yang dihasilkan kurang detil dan lebih sulit dalam membedakan antara tiap objek yang
berbeda.
Setiap objek kenampakan di permukaan bumi memiliki respon yang berbeda-beda terhadap
energi elektromagnetik. Contohnya, pada objek air, memiliki ciri tutupnya saluran dari biru
hingga inframerah dekat, menyebabkan penyerapan yang sedikit dan hamburan pada saluran
biru sehingga membuat air berwarna biru. Sedangkan pada objek tanah, panjang gelombang
pada pantulan spektralnya panjang karena faktor organic maupun tingkat kelembaban dan
oksidasi. Pada objek vegetasi, penyerapan klorofil yang kuat mengakibatkan spektral biru-merah
menjadi rendah.
Pengamatan spesifikasi citra dilakukan untuk mengetahui data-data citra seperti nama
sensor, tanggal peluncuran, sistem, resolusi, dan contoh gambar. Beberapa jenis citra yang
diamati diantaranya adalah Landsat 5 TM, Landsat 7 ETM+, Landsat 8 OLI, Pleiades, SPOT 5 HRG,
WorldView-4, Geoeye-1, IKONOS, QuickBird, dan Geoeye-2.
Sensor Landsat 5 TM memiliki tanggal peluncuran 1 Maret 1984 dan menggunakan sistem
pasif. Resolusi spasial dari satelit ini adalah 30 meter, kecuali pada band 6 dengan resolusi spasial
120 m. Data resolusi radiometrik dari satelit ini tidak dapat ditemukan. Satelit ini terdiri atas 7
saluran dengan resolusi temporal selama 16 hari. Landsat 7 ETM+ diluncurkan pada 15 April
1999 dan menggunakan sistem pasif. Memiliki resolusi spasial 30 m, kecuali pada band 6 dengan
resolusi spasial 120 m. Terdiri atas 8 saluran dengan resolusi temporal masing-masing adalah 16
hari. Resolusi radiometrik berada pada angka 8 bit. Landsat 8 OLI merupakan satelit yang
diluncurkan pada 11 Februari 2013, memiliki sistem pasif seperti pendahulunya. Memiliki
resolusi spasial 30 m kecuali pada band pankromatik dengan 15 m. Memiliki 9 Saluran dengan
resolusi temporal 16 hari dan resolusi radiometrik 16 bit. Pleiades 1A diluncurkan pada
Desember 2011, sedangkna Pleiades 1B Diluncurkan pada Desember 2012. Keduanya merupakan
satelit kembar yang menggunakan sistem pasif. Resolusi Spasial berkisar antara 2 m-o,5 m.
Satelit ini terdiri atas lima band dan resolusi temporalnya adalah setiap dua hari. SPOT 5 HRG
diluncurkan pada 4 Mei 2002 dan menggunakan sistem pasif. Memiliki resolusi spasial yang
bervariasi mulai dari 20 m hingga 5 m. Terdiri atas 5 saluran dengan resolusi temporal 26 hari.
Quickbird diluncurkan pada 18 Oktober 2001 dan memiliki sistem pasif. Memiliki 5 saluran
dengan masing-masing saluran memiliki resolusi temporal 3 hari dan radiometrik 11 bit. Resolusi
spasial dari Quickbird mancapai 2,44 m di setiap saluran, kecuali pada saluran pankromatik
dengan 0,61 m. Satelit IKONOS diluncurkan pada 24 September 1999 dan memiliki sistem aktif.
Satelit ini memiliki resolusi spasial 3,2 m pada band 1,2,3 dan 0,8 m pada band 1. Resolusi
temporal pada IKONOS adalah 2 hari untuk kembali pada objek yang sama dengan radiometrik
11 bit. Ikonos terdiri atas 4 saluran. Geo Eye merupakan satelit yang diluncurkan pada 6
September 2008 dan memiliki sistem pasif. Memiliki resolusi spasial 2 m dan khusus pada band
pankromatik memiliki resolusi 0,46 m. Terdiri atas 5 saluran yang masing-masing berputar setiap
3 hari dan memiliki radiometrik 11 bit. Satelit Worldview-4 diluncurkan pada 11 November 2016
dan memiliki sistem pasif. Terdiri atas 5 saluran yang memiliki resolusi temporal 1 hari dan
radiometrik 11 bit pada setiap saluran. Resolusi spasial dari Worldview-4 adalah 1,24 m pada
band R,G,B, dan NIR serta 0,31 m pada band pankromatik. Yang terahir adalah SPOT-6 yang
diluncurkan pada 9 September 2012. Bersifat pasif dan memiliki 5 saluran dengan resolusi
temporal 1 hari dan radiometrik 11 bit. Memiliki resolusi spasial 6 m pada band R,G,B,NIR dan
1,5 m pada band pankromatik.
Kondisi objek pada tiap-tiap citra mengalami perbedaan baik warna maupun rona. Berikut
merupakan hasil warna dari objek air,vegetasi, dan tanah pada masing-masing satelit. Citra
Landsat 8 OLI sebagian Semarang & Salatiga dengan komposit 432 menampilkan warna biru
gelap, Hijau, dan Coklat terang. Komposit 543 menampilkan warna biru kehijauan, merah, dan
hijau terang. Komposit 765 menampilkan warna hitam pekat, biru muda, dan kuning muda.
Sedangkan untuk objek pada Landsat 7 ETM+ Sebagian wilayah DIY dengan komposit 453
menampilkan warna biru tua, hijau, dan orange. Sementara komposit 457 menampilkan warna
hitam, cokelat terang, dan hijau kebiruan. Selanjutnya adalah citra Aster sebagian wilayah
Wonogiri dengan komposit 321 menampilkan warna biru,merah,dan abu-abu. komposit 231
menampilkan warna ungu, hijau, dan merah muda. Saluran band 4 menampikan warna hitam,
putih, dan putih. Setelah itu adalah citra Quickbird blok C5 dengan saluran 321 menampilkan
ketiga objek dengan warna cokelat gelap, hijau, dan cokelat muda. Yang terakhir adalah citra
satelit Alos Avmir 2 di Wilayah Rawa Pening pada Band 4 menampilkan warna putih, hitam, dan
abu-abu terang. Setiap citra yang ada merupakan hasil penggabungan dari berbagai saluran baik
fotografi maupun non-fotografi sehingga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-
masing.

Kesimpulan
1. Citra penginderaan jauh terbagi menjadi dua, yaitu citra foto dan non-foto. Setiap citra
memiliki empat macam resolusi sesuai dengan kemampuan alat perekam, yaitu resolusi spasial,
temporal, radiometrik, dan spektral.
2. Pantulan spektral yang terjadi di permukaan bumi memiliki respons yang berbeda antara
objek yang satu dengan yang lain. Identifikasi citra dilakukan dengan mengamati perbedaan
respons pantulan spektralnya dan mempertimbangkan unsur interpretasi.

Daftar Pustaka
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Lillesand, T.M., Kiefer R.W., 1979. Remote Sensing and Remote Interpretation. Kanada : John
Wiley & Sons Inc.
Santosa, L.W., Muta’ali, Lutfi. 2014. Bentang Alam dan Bentang Budaya : Panduan Kuliah Kerja
Lapangan Pengenalan Bentang Lahan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Gunawan, T, dkk. 2007. Fakta dan Konsep Geografi. Jakarta : Inter Plus
inderaja-catalog.lapan.go.id/application_data/default/index.html pada Minggu, 15 Maret 2020
pukul 13.45 WIB.
https://www.usgs.gov/centers/eros/science/usgs-eros-archive-landsat-archives-landsat-4-5-
thematic-mapper-tm-level-1-data?qt-science_center_objects=0#qt-science_center_objects pada
Minggu, 15 Maret 2020 pukul 14.10 WIB.
https://www.usgs.gov/centers/eros/science/usgs-eros-archive-landsat-archives-landsat-8-oli-
operational-land-imager-and?qt-science_center_objects=0#qt-science_center_objects pada
Minggu, 15 Maret 2020 pukul 14.15 WIB.
https://www.satimagingcorp.com/gallery/pleiades-1/ pada Minggu, 15 Maret 2020 pukul 20.00
WIB.
https://www.euspaceimaging.com/ pada Minggu, 15 Maret 2020 pukul 21.00 WIB.
Tugas
1. Semakin tinggi resolusi spasial, maka gambar yang dihasilkan akan lebih halus dan detil karena
setiap satu piksel hanya memuat cakupan area yang kecil, sebaliknya, pada resolusi rendah
gambar yang dihasilkan akan lebih kasarkarena setiap satu piksel memuat cakupan area yang
lebih luas.
2. Kelebihannya adalah dapat mengetahui perkembangan suatu area yang digambarkan di dalam
citra dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai