Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang
termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda
dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat. 1
Seorang pasien yang menderita gagal jantung biasanya sering kembali datang
yang tinggi pada penyakit ini. Sekitar 45% pasien gagal jantung akut akan dirawat
ulang paling tidak satu kali, 15% paling tidak dua kali dalam dua belas bulan
pertama.2
Estimasi risiko kematian dan perawatan ulang antara 60 hari berkisar 30-60%,
jantung, apakah sebagai serangan pertama atau sebagai gejala utama atau sebagai
gejala ikutan dengan gagal jantung. Peningkatan ini sangat erat hubungannya dengan
ung berdasarkan diagnosis dokter tahun 2013 sebesar 0.13% atau diperkirakan sekitar
229.696 orang dan berdasarkan diagnosis dokter / gejala sebesar 0.3% atau diperkirak
1
an sekitar 530.068 orang. Pada tahun 2005 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita
gagal jantung yang pada umumnya adalah lansia. Sebagian besar lansia yang
didiagnosis ganggal jantung tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun. Berdasarkan data
rekam medis RSUP. dr.Wahidin Sudirohusodo, jumlah pasien baru rawat inap gagal
jantung mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir, yaitu sebanyak 238 pasien
pada tahun 2008, 248 pasien pada tahun 2009 dan sebanyak 295 pasien pada tahun
2010.2
Gagal jantung adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala gagal jantun
g (sesak nafas saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai atau tidak kelelaha
n); tanda-tanda retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bu
Penyebab dari gagal jantung adalah seluruh spektrum kerusakan pada jantung b
aik secara struktural maupun fungsional yang tidak tertangani dengan baik yang dala
m waktu tertentu akan bermanifestasi sebagai gagal jantung pada saat jantung tidak m
kasikan bisa berupa kelainan mekanik, kelainan miokardium, maupun kelainan irama
jantung. Penyakit jantung koroner merupakan etiologi gagal jantung akut pada 60-70
% pasien terutama pada pasien usia lanjut, sedangkan pada usia muda, gagal jantung
akut diakibatkan oleh kardiomiopati dilatasi, aritmia, penyakit jantung kongenital ata
Gagal jantung akut maupun gagal jantung kronik sering merupakan kombinasi k
elainan jantung dan organ sistem lain terutama penyakit metabolik. 3,5 Boleh dikatakan
2
bahwa gagal jantung adalah bentuk terparah atau fase terminal dari setiap penyakit ja
ntung.6 Oleh sebab itu, gagal jantung di satu sisi akan dapat dengan mudah dipahami
sebagai suatu sindrom klinis, namun di sisi lain gagal jantung merupakan suatu kondi
Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis
gestif.
Referat ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk da
ri berbagai literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang pasien
harus memiliki tampilan berupa : gejala gagal jantung (napas pendek yang tipikal saat
istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan); tanda retensi cairan
(kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif dari gangguan
Gagal jantung merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti :
Gejala khas gagal jantung : Sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, edema
tungkai
dan
Tanda khas Gagal Jantung : Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan
dan
Tanda objektf gangguan struktur atau fungsional jantung saat istrahat, kardiomegali, suara
4
2.2 Epidemiologi
meningkat seiring dengan meningkatnya usia: 0,7 % (40-45 tahun), 1,3 % (55-64
tahun), dan 8,4 % (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien kasus gagal jantung
memiliki ejeksi fraksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko terjadinya gagal
Tahun 2008, diperkirakan terdapat 5,7 juta orang Amerika berusia >20 tahun (2,4%)
menderita gagal jantung. Pada tahun 2010, terdapat sekitar 6,6 juta orang Amerika
berusia > 18 tahun (2,8%) yang mengalami gagal jantung. Tahun 2030 diperkirakan
Barat sama dengan di Indonesia, yakni sebesar 0,3% berdasarkan gejala, atau yang
terdiagnosis dokter. 5
5
Penyakit arteri koroner : infark miokard, iskemia miokard
(kiri ke kanan)
(hipertensi)
Penuaan
Fibrosis jantung
Kelainan endomiokardial.7
6
1. Gangguan kontraktilitas
artery Disease baik yang telah terjadi infark miokard atau miocardial
gangguan kontraktilitas.8
2. Peningkatan afterload
Beban pengisian (preload) dan beban tekanan (afterload) pada ventrikel yang
jantung yang lebih kuat, sehingga curah jantung meningkat. Pembebanan jantung
yang lebih besar meningkatkan simpatis, sehingga kadar katekolamin dalam darah
maka akan terjadi redistribusi cairan dan elektrolit (Na) melalui pengaturan cairan
oleh ginjal dan vasokontriksi perifer dengan tujuan untuk memperbesar aliran balik
7
vena (venous return) ke dalam ventrikel sehingga meningkatkan tekanan akhir
atas sudah dipergunakan seluruhnya dan sirkulasi darah dalam badan belum juga
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun
dengan akibat tekanan akhir diastole dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastole
dalam ventrikel kiri meningkat. Keadaan ini merupakan beban atrium kiri dalam
kerjanya untuk mengisi ventrikel kiri pada waktu diastolik, dengan akibat terjadinya
kenaikan tekanan rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan dalam atrium kiri yang
pulmonal. Bila keadaan ini terus berlanjut, maka bendungan akan terjadi juga dalam
paru-paru dengan akibat terjadinya edema paru dengan segala keluhan dan tanda-
tanda akibat adanya tekanan dalam sirkulasi yang meninggi. Keadaan yang terakhir
ini merupakan hambatan bagi ventrikel kanan yang menjadi pompa darah untuk
sirkuit paru (sirkulasi kecil). Bila beban pada ventrikel kanan itu terus bertambah,
mengalami hipertropi dan dilatasi sampai batas kemampuannya, dan bila beban
8
tersebut tetap meninggi maka dapat terjadi gagal jantung kanan, sehingga pada
Gagal jantung kanan dapat pula terjadi karena gangguan atau hambatan pada
daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan tanpa didahului
oleh gagal jantung kiri. Dengan menurunnya isi sekuncup ventrikel kanan, tekanan
dan volume akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan ini menjadi beban
atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu diastole, dengan
akibat terjadinya kenaikan tekanan dalam atrium kanan. Tekanan dalam atrium kanan
yang meningkat akan menyebabkan hambatan aliran masuknya darah dalam vena
kava superior dan inferior ke dalam jantung sehingga mengakibatkan kenaikan dan
adanya bendungan pada vena-vena sistemik tersebut (bendungan pada vena jugularis
dan bendungan hepar) dengan segala akibatnya (tekanan vena jugularis yang
meninggi dan hepatomegali). Bila keadaan ini terus berlanjut, maka terjadi
bendungan sistemik yang lebih berat dengan aakibat timbulnya edema tumit atau
dalam mensuplai oksigen yang adekuat ke jaringan perifer, tapi juga tergantung pada
Beberapa faktor yang menentukan cardiac output meliputi heart rate dan stroke
Variabel-variabel ini penting diketahui dalam patofisiologis CHF dan potensi terapi.
9
Selain itu interaksi kardiopulmonary penting juga untuk diketahui dalam peranannya
Preload dapat dilihat dari jumlah volume darah yang harus dipompa oleh
afterload merupakan kekuatan yang harus dikeluarkan oleh jantung untuk memompa
darah. Preload tidak hanya dipengaruhi oleh volume intravaskuler, tapi juga
ditentukan oleh dua faktor yaitu elastisitas dari ventrikel kiri, yang mana merupakan
fenomena yang pasif, dan relaksasi myocardial yang mana proses ini merupakan
proses yang aktif dan membutuhkan energi. Ketidaknormalan ventrikel kiri untuk
relaksasi atau elastisitasnya baik itu karena structural (contoh: hypertropi ventrikel
kiri) atau perubahan pada fungsional (contoh: iskemia) mempengaruhi juga pengisian
ventrikel (preload). Variable kedua dari stroke volume adalah kontraktilitas jantung,
Pada jantung normal fungsi sistolik fraksi ejeksi akan selalu dipertahankan diatas 50-
55%. Infark myokard akan menyebabkan myokard tidak dapat bekerja dengan baik,
hal ini dikarenakan jantung tidak dapat berkontraksi dengan baik. Jaringan yang
infark dapat diperbaiki dengan pembedahan atau dengan terapi obat-obatan. Beberapa
dari komponen stroke volume adalah afterload. Afterload biasanya dilihat dengan
pengukuran mean arterial pressure. Afterload dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
tahanan vaskuler, dan tekanan intratorakal. Bersama-sama ketiga komponen ini saling
10
mempengaruhi dalam patofisiologi CHF. Pada kondisi dimana terjadi penurunan
cardiac output, maka heart rate atau stroke volume harus berubah untuk menjaga
kelangsungan perfusi. Jika stroke volume tidak dapat dirubah, maka heart rate harus
cardiac output, terjadi aktivasi baroreseptor pada arkus aorta, sinus karotikus, dan
ventrikel kiri. Baroreseptor ini menstimulasi pusat regulator vasomotor pada medula,
dari adanya peningkatan kadar norepinephrin plasma, hasilnya dapat terlihat dari
yang distimulasi oleh perubahan tekanan atau perubahan pada kadar sodium pada
macula densa, yang kemudian menyebabkan terjadinya retensi sodium dan cairan.11
diastolic, berarti ada peningkatan peregangan dari serat otot jantung, lebih optimal
pada filament aktin dan myosin, dan hasilnya meningkatkan tekanan pada kontraksi
11
berikutnya. Pada keadaan normal, mekanisme Frank Starling mencocokkan output
output. Cardiac output mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang
diastolic dan mekanisme Frank-Starling. Mekanisme ini menjadi tidak efektif ketika
jantung mengalami pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami peregangan
yang berlebihan. Hal penting yang menentukan konsumsi energi otot jantung adalah
kebutuhan oksigen otot jantung yang menyebabkan iskemia dan lebih lanjut lagi
menurun cardiac output dan patogenesis gagal jantung. Baik cardiac sympathetic tone
dan katekolamin (epinephrine dan norepinephrin) meningkat selama tahap akhir dari
hamper semua bentuk gagal jantung. Stimulasi lansung irama jantung dan
kontraktilitas otot jantung oleh pengaturan vascular tone, sistem saraf simpatetik
12
Aspek negatif dari peningkatan aktivitas system saraf simpatetik melibatkan
darah ke kulit, otot, ginjal, dan organ abdominal. Hal ini tidak hanya menurunkan
perfusi jaringan tetapi juga berkontribusi meningkatkan sistem tahanan vaskular dan
c. Mekanisme Renin-Angiotensin-Aldosteron
Salah satu efek yang paling penting dalam menurunkan cardiac output dalam
gagal jantung adalah reduksi aliran darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi
glomerulus, yang menyebabkan retensi garam dan air. Penurunan aliran darah ke
ginjal, meningkatkan sekresi renin oleh ginjal yang secara paralel akan meningkatkan
Selain itu angiotensin II dan aldosteron juga terlibat dalam inflamasi proses
sitokin, adhesi sel inflamasi (contoh neutrofil dan makrofag) dan kemotaksis;
13
Perkembangan hipertrofi otot jantung dan remodeling merupakan salah satu
memperbaiki kerja jantung, ini juga merupakan faktor risiko yang penting bagi
perubahan dalam struktur (massa otot, dilatasi chamber) dan fungsi (gangguan fungsi
sistolik dan diastolik). Ada 2 tipe hipertrofi, yaitu pertama Concentric hypertrophy,
dilated cardiomyopathy.8,14
Gagal jantung akut didefinisikan sebagai timbulnya sesak napas secara cepat (<
24 jam) akibat kelainan fungsi jantung, gangguan fungsi sistolik atau diastolic atau
irama jantung, atau kelebihan beban awal (preload), beban akhir (afterload), atau
kontraktilitas dan keadaan ini mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.15
14
Gagal jantung menahun didefinisikan sebagai sindrom klinis yang kompleks
Pasien gagal jantung akut dapat datang dengan berbagai kondisi klinis, yaitu:
Kedua keadaan ini masih lebih ringan dan tidak termasuk syok
Gejala dan tanda gagal jantung disertai dengan tekanan darah tinggi dan
3. Edema paru
Sesak napas hebat, dengan ronki basah kasar di hampir semua lapangan paru,
4. Syok kardiogenik
15
Terdapat hipoperfusi jaringan meskipun preload sudah dikoreksi. Tekanan
darah sistolik < 90 mmHg, produksi urin 0,5 cc/kgbb/jam, laju nadi > 60
hipotensi.15
6. Sindrom Koroner Akut (SKA) dan Gagal Jantung: sebagian besar pasien
gagal jantung akut memiliki gambaran dari SKA. Sekitar 15% pasien SkA
Pada gagal jantung kronis, derajat penyakit secara klinis fungsional dapat
dikategorikan berdasarkan The New York Heart Association (NYHA) dan American
Heart Association (AHA) yang berfokus pada faktor resiko dan abnormalitas struktur
1. Stage A
tanda dan gejala dari gagal jantung tersebut. Pasien yang didiagnosa gagal
16
2. Stage B
kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa menunjukkan tanda dan gejala
3. Stage C
4. Stage D
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat
(refrakter).
Klasifikasi dari gagal jantung berdasarkan The New York Heart Association
(NYHA)
1. Kelas I
17
Tidak ada gejala dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari, seperti berjalan,
palpitasi.
2. Kelas II
Gejala ringan (sesak napas ringan dan/ angina) serta terdapat keterbatasan
3. Kelas III
meter pasien menjadi sesak. Pasien hanya nerasa nyaman saat istirahat.
4. Kelas IV
Terdapat keterbatasan aktifitas yang berat, gejala dapat muncul saat istirahat,
18
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Gagal Jantung6
ditemukannya tanda dan gejala dari kongesti (wet vs dry) dan hipoperfusi perifer
(cold vs warm).16
19
Tabel 2.2 Gambaran pasien dengan gagal jantung berdasarkan kongesti dan
hipoperfusi16
Pulmonary congestion
Orthopnoea/PND
Peripheral oedema
Congested hepatomegaly
Hepatojugular reflux
Oliguria
Mental confusion
20
Dizziness
berdasarkan Killip and Kimball yaitu kelas 1, tidak ada gejala ; kelas 2, gagal jantung
dengan ronki dan S3 gallop ; kelas 3, udem pulmonal akut ; kelas 4, syok
21
Berdasarkan Klasifikasi Forrester, gagal jantung akut dibagi dalam 4
2.6 Diagnosis
yang terutama meningkat dengan aktifitas, terbatasnya aktifitas dan hal-hal lain
seperti yang terdapat pada gejala klinis. Dari pemeriksaan fisik, bisa didapatkan
pergeseran apeks jantung ke lateral, maupun bising jantung. Dapat digunakan kriteria
klinis menggunakan kriteria klasik Framingham, paling sedikit 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor.18
Kriteria mayor
- Ronki
- Kardiomegali
22
- Edema paru akut
Kriteria minor
- Edema ekstremitas
- Batuk malam
- Hepatomegali
- Efusi pleura
23
Gambar 2.2. Skema diagnostik untuk pasien yang dicurigai gagal jantung19
Pemeriksaan penunjang
Elektrokardiogram (EKG)
gagal jantung. Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung, namun
memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis gagal jantung, jika EKG
normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik sangat kecil (<
10%).
24
Foto Toraks
dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat mendeteksi
penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat sesak nafas.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah darah
glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis. Pemeriksaan tambahan lain
bermakna jarang dijumpai pada pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang
belum diterapi.
Pemeriksaan biomarker
Brain natriuretic peptide (BNP) cukup sensitif untuk mendeteksi adanya gagal
jantung. Dikatakan gagal jantung bila nilai BNP ≥ 100 pg/mL atau NT-proBNP≥ 300
25
Troponin I atau T
klinisnya disertai dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan kadar troponin
kardiak sering pada gagal jantung berat atau selama episode dekompensasi gagal
Ekokardiografi
dengan dugaan gagal jantung. Pengukuran fungsi ventrikel untuk membedakan antara
pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan fungsi sistolik normal adalah fraksi
2. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau hanya sedikitterganggu (fraksi ejeksi >
45 - 50%)
26
3. Terdapat bukti disfungsi diastolik (relaksasi ventrikel kiriabnormal / kekakuan
diastolik).1,18,20
2.7 Penatalaksanaan
Remodelling miokard
Rawat inap
27
2.7.1 Tatalaksana non-farmakologi
pasien. Berdasarkan literatur, hanya 20 - 60% pasien yang taat pada terapi
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat
badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertimbangan
dokter.
Asupan cairan
28
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung
Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung kronik stabil.
Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit
atau di rumah.
sekresi angiotensin II dan aldosteron dengan cara menghambat enzim yang dapat
kejadian remodeling jantung serta retensi air dan garam. ACEI harus diberikan pada
semua pasien gagal jantung simtomatik (kecuali kontraindikasi) dan fraksi ejeksi
29
(jarang), oleh sebab itu ACEI haya diberikan pada pasien dengan fungsi ginjal
Beta bloker
β-blocker harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik (kecuali
ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan
diberikan pada pasien yang stabil secara klinis (tidak ada perubahan dosis diuretik,
tidak ada kebutuhan inotropik i.v. dan tidak ada tanda retensi cairan berat).
Mekanisme kerja dari β-blocker sendiri yaitu dengan menghambat adrenoseptor beta
Beta bloker dapat memperlambat konduksi dari sel jantung dan juga mampu
fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 % yang tetap simtomatik walaupun sudah diberikan
ACEI dan penyekat β dosis optimal, kecuali juga mendapat antagonis aldosteron.
Terapi dengan ARB memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi
30
angka perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung ARB direkomedasikan
Diuretik
meningkatkan retensi air dan garam yang dapat menimbulkan edema baik sistemik
maupun paru. Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda
klinis atau gejala kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai
status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu
harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau resistensi.
Sebagain besar pasien mendapat terapi diuretik loop dibandingkan tiazid karena
Tabel 2.3. dosis diuretik yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung.
31
(-ACEI/ARB) 50 (-ACEI/ARB) 100-200
Digoksin
kerja jantung. Digoxin memiliki indeks terapi sempit yang berarti dalam penggunaan
dosis rendah sudah memberikan efek terapi. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian
pada penggunaan digoxin dan diperlukan monitoring ketat bila dikhawatirkan terjadi
toksik. Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat digunakan
untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat
Tabel 2.4. dosis obat yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung
32
Spironolakton 25 (1x/hari) 25 – 50 (1x/hari)
Penyekat beta
Bisoprolol 1.25 (1x/hari) 10 (1x/hari)
33
34
BAB 3
KESIMPULAN
Gagal jantung adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang
pasien harus memiliki tampilan berupa : gejala gagal jantung (napas pendek yang
tipikal saat istirahat atau saat melakukan aktifitas disertai/tidak kelelahan); tanda
retensi cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki); adanya bukti objektif
napas yang terutama meningkat dengan aktifitas, terbatasnya aktifitas dan hal-hal
lain seperti yang terdapat pada gejala klinis. Dari pemeriksaan fisik, bisa
1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor. Pemeriksaan penunjang dapat berupa foto
hidup dan ketaatan dalam berobat serta secara farmakologi dengan ACE-I, beta
35
DAFTAR PUSTAKA
2017;2.
update. 2012.
36
10. Osama GMD. Topic Review – Heart Failure. Albany Medical Review.
12. Boron, Walter F.; Boulpaep, Emile L. Medical Physiology: A Cellular and
13. Loscalzo, Joseph; Fauci, Anthony S.; Braunwald, Eugene; Dennis L. Kasper;
Edisi 1, pp:269-276.
16. Ponikowski P, Voors A, Huker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coast AJS, et al.
ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic HF.
18. Wardhani DP, Eka AP, Anna U (2014). Gagaljantung: Dalam Chris T, Frans
37
19. ESC (European Society of Cardiology) Guidelines(2016). ESC Guidelines for
the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. European
pp: 80-97.
38