GEJALA-GEJALA KUANTUM
A. Kuantisasi dan perilaku zarah kuantum cahaya
A.1 Kuantisasi Besaran Fisika
Telah kita ketahui kalor merambat dengan 3 cara yaitu : konduksi, konveksi dan
radiasi.Radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk pancaran gelombang
elektromagnetikoleh suatu benda ke lingkungan sekitarnya. Benda apapun di alam semesta
ini selalumemancarkan radiasiEnergi matahari sampai di bumi dengan cara radiasi
gelombangelektromagnetik. Demikian juga jika kita dekat dengan api ( benda yang lebih
panas )maka maka tubuh kita terasa hangat,ataupun disekitar pembakar alkohol suhu
udaradisekitarnya akan lebih tinggi .Radiasi ini dinamakan radiasi termal.
Berdasarkan eksperimen laju kalor radiasi termal suatu benda dipengaruhi oleh :
a.Suhu benda : semakin tinggi suhu suatu benda semakin besar laju radiasi kalor
b.Sifat permukaan benda : semakin kasar suatu benda semakin banyakmemancarkan
radiasidibandingkan permukaan halus
c.Luaspermukaanbenda:Permukaaanyangluasakanlebihbanyakmemancarkan radiasi
d.Jenis material : untuk jenis benda yang berbeda logam misalnya mempunyai lajuradiasi
kalor yang berbeda.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan, ternyata nilai beda potensial tidak bergantung
pada intensitas cahaya yang diberikan, akan tetapi karena banyaknya muatan
fotoelektron yang keluar dari plat. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya energi
kinetik maksimum dari efek fotolistrik dirumuskan sebagai berikut:
Dimana,
adalah muatan elektron (C),
adalah potensial henti (volt),
Persamaan ini memungkinkan kita untuk mengukur besarnya nilai energi kinetik maksimum
secara eksperimental dengan menentukan beda potensial saat nilai arus sama dengan nol.
Dari eksperimen efek fotolistrik yang dilakukan, ternyata teori klasik yang menyatakan
cahaya sebagai gelombang gagal menjelaskan mengenai sifat-sifat cahaya yang terjadi pada
efek fotolistrik. Oleh karena itu, teori kuantum Einstein dipakai untuk menjelaskan sifat
penting cahaya pada fenomena ini.
Teori Kuantum Mengenai Efek Fotolistrik
Pada model Einstein mengenai efek fotolistrik, sebuah foton dengan intensitas cahaya
memberikan semua energinya hf ke sebuah elektron yang terdapat di plat logam. Akan tetapi,
penyerapan energi oleh elektron tidak terjadi secara terus-menerus dimana energi
dipindahkan ke elektron dengan paket tertentu, berbeda seperti yang dijabarkan pada teori
gelombang. Pemindahan energi tersebut terjadi dengan konfigurasi satu foton untuk satu
elektron.
Elektron keluar dari permukaan plat logam dan tidak bertabrakan dengan atom lainnya
sebelum mengeluarkan energi kinetik maksimum . Menurut Einstein, besarnya energi
kinetik maksimum untuk elektron yang terbebas tersebut dirumuskan dengan:
Dimana,
adalah konstanta Planck (Js),
adalah frekuensi foton (Hz),
adalah fungsi kerja (eV),
Fungsi kerja menggambarkan energi minimum yang diperlukan agar elektron dapat terus
menempel pada logam.
Dengan menggunakan foton sebagai model cahaya, efek fotolistrik dapat dijelaskan dengan
benar daripada yang diprediksikan oleh konsep-konsep klasik, yaitu:
1. Besarnya energi kinetik yang dikeluarkan fotoelektron tidak bergantung pada
intensitas cahaya. Jika intensitas cahaya digandakan, maka jumlah fotoelektron yang
keluar juga berlipat ganda, namun besarnya energi kinetik maksimum pada setiap
fotoelektron nilainya tidak berubah.
2. Elektron terlepas dari logam dalam waktu yang singkat. Selang waktu antara cahaya
yang datang dan fotoelektron yang keluar tergantung pada besarnya paket energi yang
dibawa foton. Jika intensitas cahaya yang diterima rendah, hanya sedikit foton yang
datang per unit waktu.
3. Keluarnya elektron tidak bergantung pada frekuensi cahaya. Jika energi yang dibawa
foton besarnya tidak lebih dari fungsi kerja, maka elektron tidak dapat dikeluarkan
dari permukaan logam.
4. Besarnya energi kinetik maksimum fotoelektron bergantung pada frekuensi cahaya.
Sebuah foton dengan frekuensi yang lebih besar membawa energi yang lebih besar
dan akan mengeluarkan fotoelektron dengan enrgi kinetik yang lebih besar
dibandingkan dengan foton berfrekuensi rendah.
Model Einstein mampu memprediksi hubungan antara energi kinetik maksimum elektron dan
frekuensi cahaya. Hasil eksperimen yang membuktikan teori Einstein tersebut dapat dilihat
pada grafik dibawah.
Terdapat frekuensi ambang logam dimana jika frekuensi cahaya berada dibawah frekuensi
ambang maka tidak ada fotoelekton yang terlepas. Frekuensi ambang tersebut berhubungan
dengan fungsi kerja sebagai berikut:
Dimana,
adalah frekuensi ambang (Hz),
Dengan menggabungkan persamaan diatas dengan persamaan sebelumnya, maka besarnya
energi kinetik maksimum dari sebuah elektron yang terlepas diformulasikan dengan:
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, elektron dapat keluar dan timbul energi kinetik
jika frekuensi cahaya yang diantarkan oleh paket yang dibawa foton lebih besar dari
frekuensi ambangnya.
Selain itu, dapat diketahui pula panjang gelombang ambang berdasarkan frekuensi
ambangnya:
Dimana,
adalah kecepatan cahaya (3 x 108 m/s),
=1240 eV.nm,
Pembahasan:
Berikut ini nilai fungsi kerja dari berbagai logam:
Logam (eV)
Na 2,46
Al 4,08
Fe 4,50
Cu 4,70
Zn 4,31
Ag 4,73
Pt 6,35
Pb 4,14
Difraksi Sinar-X
Difraksi sinar-X merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis padatan kristalin.
Sinar-X merupakan radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1
Å, berada di antara panjang gelombang sinar gama (γ) dan sinar ultraviolet. Sinar-X
dihasilkan jika elektron berkecepatan tinggi menumbuk suatu logam target.
Elektron berkecepatan tinggi yang mengenai elektron pada orbital 1s akan menyebabkan
elektron tereksitasi menyebabkan kekosongan (□) pada orbital 1s tersebut, dengan adanya
pengisian elektron pada orbital kosong tersebut dari orbital yang lebih tinggi energinya akan
memberikan pancaran sinar-X.
Sinar-X yang diperoleh memberikan intensitas puncak tertentu yang bergantung pada
kebolehjadian transisi elektron yang terjadi. Transisi Kα lebih mungkin terjadi dan memiliki
intensitas yang lebih tinggi daripada transisi Kβ, sehingga radiasi Kα yang digunakan untuk
keperluan difraksi sinar-X. Sinar-X juga dapat dihasilkan oleh proses perlambatan elektron
pada saat menembus logam sasaran. Proses perlambatan ini menghasilkan sinar-X yang biasa
disebut sebagai radiasi putih.
Terdapat beberapa jenis pancaran panjang gelombang yang dihasilkan dengan
intensitas yang berbeda, dimana panjang gelombang Kα1 memiliki intensitas yang lebih
tinggi, sehingga digunakan dalam difraksi sinar-X.
Sinar-X yang monokromatis sangat diperlukan dalam suatu eksperimen difraksi sinar-X.
Untuk tujuan itu salah satunya dapat digunakan filter, yang secara selektif meneruskan
panjang gelombang yang ingin digunakan. Untuk sinar-X dari tabung tembaga, biasanya
digunakan lembaran nikel sebagai filter. Nikel sangat efektif dalam meneruskan radiasi Cu
Kα, karena radiasi Cu Kβ memiliki cukup energi untuk mengionisasi elektron 1s Nikel,
sedangkan radiasi Cu Kα tidak cukup untuk mengionisasi. Dengan demikian, lembaran nikel
tersebut akan mengabsorpsi semua panjang gelombang termasuk radiasi putih, kecuali radiasi
Cu Kα.
A.6 Produksi Pasangan Elektron – Positron
Efek compton adalah suatu gejala yang berkaitan dengan interaksi sinar x dan materi.
Satu gejala lain juga terjadi pada interaksi sinar x dengan materi yakni produksi pasangan
elekton – positron. Ada dua syarat yang harus di penuhi bagi proses ini, yaitu energi foton
harus lebih besar dari 2 mcc2 dan proses harus berlangsung dalam medan elektromagnetik
yang sangat kuat di dekat inti suatu atom. Kesetaraan ini juga di perlukan yntuk memenuhi
kekalan momentum linear. Positron merupakan zarah sub atomik yang di temukan Anderson
tahun 1932 dalam eksperimenya dalam ruang kabut. Massa zarah ini sama dengan massa tak
gerak elektron , sedang muatanya berlawanan tanda dengan muatan elektron. Karena energi
diam elektron mcc2 = 0,511 MeV, berarti pasangan itu baru tercipta jika foton sinar x yang
datang minimal sebesar 1,02 MeV.