Lenny Djami Hau Tugas HIv
Lenny Djami Hau Tugas HIv
DENGAN HIV
TAHUN 2020
Disusun Oleh :
Lenny Cresna Djami Hau
205491517006
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................................................................1
TINJAUAN KASUS................................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN DAN REFERENSI....................................................................................................................6
i
BAB I
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. A. K
Usia : 27 Tahun
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : kupang
1
3. Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan mengetahui terkena penyakit HIV
sejak November 2019, pasien merupakan seorang pekerja seks komersial.
4. Riwayat penyakit sekarang: klien mengatakan terkena penyakit HIV karena tertular
saat bekerja di lokalisasi. Klien memutuskan datang periksa ke Poli hamil karena
khawatir dengan kehamilannya
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : Tidak Teratur
Banyak : ± 1- 2 kali ganti pembalut
Sifat darah : encer
Nyeri haid : tidak ada
Flour albus : tidak ada
Riwayat Kehamilan Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Kehamil
Persalinan Anak Nifas
Pperka an
winan Jenis Usia
Peno Tem Penyu Hidup Penyu
ke- Ke Uk Jenis BBL Kela anak A
Long pat lit / Mati lit
min skrg SI
Ini G1 P0 A0
2
(sayur dimakan setiap hari, buah jarang dimakan)
d Pola Personal Hygiene : 2 kali ganti pakaian dalam / hari
e Pola kebiasaan
Alcohol :tidak
Merokok :tidak
Jamu-jamuan : tidak
Obat-obatan : ibu sedang menkonsumsi ARV sejak November 2019 yaitu
duviral dan neviral.
8. Riwayat Seksualitas
Frekwensi senggama dalam seminggu : - Sebelum Hamil : 4x dalam seminggu
- Sesudah Hamil : Tidak Pernah
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan TTV
TD : 100/80 mmHg RR : 18x/m
S : 370C N : 84x/m
3. Pemeriksaan Status Gizi
Berat Badan : 54 kg
Tinggi Badan : 162 cm
LILA : 25 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Distribusi rambut rata,tidak ada ada lesi
Wajah : tidak ada chloasma, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Telinga : simteris, tidak ada serumen
Hidung : tidak ada polip dan tidak ada sekret
Mulut : bibir tidak pucat, ada caries gigi, lidah bersih
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada
3
pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Dada : payudara simetris, tidak ada benjolan, puting susu
tidak mengeluarkan cairan
Abdomen :
Inspeksi
Bentuk : besar
bekas luka operasi : tidak ada
Stric Gravidarum : tidak ada
Linea nigra : tidak ada linea alba : tidakada
Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold I : TFU pertengahan px - pusat, Pada fundus teraba bagian
janin besar, lunak, bulat tidak melentingyaitu(bokong).
Leopold II : Teraba bagian-bagian terkecil janin disebelah kiri yaitu
ekstremitas dan keras seperti papan disebelah kanan
yaitu punggung.
Leopold III : Teraba bagian janin lunak, keras, melenting yaitu kepala
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP (diververgen)
Auskultasi
DJJ : 144x/menit
Teratur/tidak : teratur
Terdengar di : punggung kanan.
Ekstremitas Atas dan bawah : Atas : oedem -/- Bawah: oedem -/-
Genitalia : Oedema : tidak Kondiloma : tidak
Varises : tidak Luka bekas
episiotomy :
tidak kebersihan : besih
Infeksi kelenjar bartholini : tidak herpes genitalis: tidak ada
5. Pemeriksaan Penunjang
a Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan PCR HIV
4
b Hasil Laboratorium Patologi Klinik
Jenis Hasil Rujukan Satuan Keterangan
pemenriksaan
CD4
CD4 absolut 357 410-1590 Sel/µl Lymphocyte T
Cd4 % 26 31 – 60 %
cell berkurang
c
C. Analisa Data
GIP0 umur kehamilan 35-36 minggu tunggal, hidup, intra uteri, dengan presentasi
kepala, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan HIV
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi diri dan janinnya
2. Melakukan Pendekatan pada ibu dan memberikan dukungan psikologis pada ibu
tentang penyakit yang diderita
3. Menginformasikan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan
TTV :
TD : 100/80 mmHg RR : 18x/m
S : 370C N : 82x/m
4. Memberikan KIE kepada pasien
Pentingnya peran ibu hamil, terutama untuk memberikan nutrisi pada janinnya
(IUGR, HIV pada bayi) yang meliputi rencana persalinan yang aman di rumah
sakit
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter di Poli Therapi Durival 2x1 dan Neviral
2x1,SF 1x1
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
BAB II
5
PEMBAHASAN DAN REFERENSI
Seorang pasien 27 tahun, datang ingin kontrol kehamilan mengaku hamil 9 bulan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan abdomen fundus uteri membesar sesuai usia
HbsAg (Elisa): 0,00 (negatif), Anti HC: 0,30 (negatif) dan CD 4 : 108 rendah dari nilai
Setelah melakukan pengumpulan data subjektif dan data obejktif maka dutegakkan
diagnosa Asuhan Kebidanan Pada Ny”Y” GIP0A0H0 UK 34-35 minggu Janin Tunggal Hidup
dengan HIV. Pada kasus ini juga di temukan masalah yaitu kecemasan ibu terhadap kondisi
janin dan dirinya saat ini. Hal ini di karenakan karena penyakit yang ibu derita sejak 1 tahun
terakhir.
HIV adalah virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke
bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV
menjadi tertular juga. Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya
terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila
proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah
ibunya. (Ngwende, Stella, 2013). Pada kasus ini ibu dianjurkan untuk merencanakan
persalinan di Rumah Sakit secara Seksio Caesaria. Mengingat risiko penularan lebih tinggi
pada saat persalinan, karena bayi tersentuh oleh darah dan cairan vagina ibu waktu melalui
saluran kelahiran. Jelas, jangka waktu antara saat pecah ketuban dan bayi lahir juga
merupakan salah satu faktor risiko untuk penularan. Juga intervensi untuk membantu
persalinan yang dapat melukai bayi, misalnya vakum, dapat meningkatkan risiko penularan.
Risiko penularan dari ibu-ke-bayi adalah lebih tinggi bila: viral load perempuan di
atas 1.000, ada infeksi, perempuan terinfeksi suatu IMS dan bila gizi perempuan kurang.
Oleh karena itu, pada kasus ini diberikan KIE mengenai gizi seimbang karena ibu dengan
6
HIV rentan terkena infeksi. Viral load penting pada waktu melahirkan. Penularan dapat
terjadi dalam kandungan yang dapat disebabkan oleh kerusakan pada plasenta, yang
seharusnya melindungi janin dari infeksi HIV. Kerusakan tersebut dapat memungkinkan
darah ibu mengalir pada janin. Kerusakan pada plasenta dapat disebabkan oleh penyakit lain
Kadar HIV (viral load) di darah ibu pada menjelang ataupun saat persalinan dan
kadar HIV di air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya. Umumnya, satu atau dua minggu
setelah seseorang terinfeksi HIV, kadar HIV akan cepat sekali bertambah di tubuh seseorang.
Risiko penularan akan lebih besar jika ibu memiliki kadar HIV yang tinggi pada menjelang
Pada ibu hamil dengan HIV, hal yang perlu diperhatikan adalah resiko penularan
terhadap janin. Pada penderita HIV, selama perjalanan penyakitnya akan mengalami
penurunan kondisi tubuh jika tidak mendapatkan pemantauan dan penanganan yang adekuat
dari petugas kesehatan. Masa ini juga merupakan tahap penyesuaian sebelum memasuki masa
menjadi seorang ibu. Sehingga penting sekali dilakukannya konseling, terutama pada ibu
bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi HIV. Program PMTCT dapat
berjalan dengan baik bila didukung sepenuhnya oleh tenaga kesehatan, salah satunya bidan.
Bidan bertugas memberi KIE untuk meningkatkan pengetahuan ibu akan penularan HIV dari
menjadi AIDS atau progresivitas penurunan sel CD4 pada wanita yang terinfeksi HIV.
Pengaruh kehamilan terhadap sel CD4 pertama kali dilaporkan oleh Burns, dkk. Pada
kehamilan normal terjadi penurunan jumlah sel CD4 pada awal kehamilan untuk
7
mempertahankan janin. Pada wanita yang tidak menderita HIV, presentase sel CD4 akan
meningkat kembali mulai trisemester ketiga hingga 12 bulan setelah melahirkan. Sedangkan
pada wanita yang terinfeksi HIV penurunan tetap terjadi pada kehamilan dan setelah
melahirkan walaupun tidak bermakna secara statistik. Namun penelitian dari European
Collaborative Study dan Swiss HIV Pregnancy Cohort dengan jumlah sample yang lebih
besar, menunjukkan presentase penurunan sel CD4 selama kehamilan sampai 6 bulan setelah
Kehamilan ternyata hanya sedikit meningkatkan kadar virus (viral load) HIV. Kadar
virus HIV meningkat terutama setelah 2 tahun persalinan, walaupun secara statistik tidak
bermakna. Kehamilan juga tidak mempercepat progresivitas penyakit menjadi AIDS. Italian
Seroconversion Study Group membandingkan wanita terinfeksi HIV dan pernah hamil
ternyata tidak menunjukkan perbedaan resiko menjadi AIDS atau penurunan CD4 menjadi
Pengaruh pada kehamilan Penelitian di negara maju sebelum era anti retrovirus
menunjukkan bahwa HIV tidak menyebabkan peningkatan prematuritas, berat badan lahir
rendah atau gangguan pertumbuhan intra uterin. Sedangkan di negara berkembang, infeksi
HIV justru meningkatkan kejadian aborsi, prematuritas, gangguan pertumbuhan intra uterin
dan kematian janin intra uterin terutama pada stadium lanjut. Selain karena kondisi fisik ibu
yang lebih buruk juga karena kemungkinan penularan perinatalnya lebih tinggi (McFarland,
2003).
ART, dalam hubungannya dengan perawatan kebidanan yang komprehensif, menurun secara
drastis angka infeksi neonatal ARV terus menjadi standar perawatan untuk ibu hamil yang
hidup dengan HIV. Penggunaan ARV lebih awal lebih baik karena Pemberian ARV dapat
8
menurunkan angka kematian, harapan hidup meningkat dengan ARV, PMTCT menurunkan
infeksi baru pada anak ( Konferensi IAS Juli 2013 Kuala Lumpur)
Perempuan terinfeksi HIV di seluruh dunia sudah memakai obat antiretroviral (ARV)
secara aman waktu hamil lebih dari sepuluh tahun. ARV sudah berdampak besar pada
kesehatan perempuan terinfeksi HIV dan anaknya. Oleh karena ini, banyak dari mereka yang
direkomendasikan untuk semua wanita yang terinfeksi HIVAIDS yang sedang hamil untuk
mengurangi resiko transmisi perinatal. Hal ini berdasarkan bahwa resiko transmisi perinatal
meningkat sesuai dengan kadar HIV ibu dan resiko transmisi dapat diturunkan hingga 20%
atau tidak tergantung pada hasil pemeriksaan kadar virus dan CD4 (McFarland, 2003).
Seperti diuraikan di atas, ART telah terbukti telah memainkan peran penting dalam
berdasarkan bukti, bahwa semua wanita hamil HIV positif harus sudah mulai ART pada
minggu 24 kehamilan mereka, infeksi HIV di kalangan anak-anak meningkat jika jumlah
CD4 ibu adalah ≤200 sel / uL dan jika anak itu terkena makan campuran. ASI eksklusif
selama kurang dari enam bulan adalah pelindung. Direkomendasikan periode pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan pertama dan berhenti menyusui setelah 6 bulan jika terjangkau,
Di Negara maju, ibu yang terinfeksi HIV akan lebih mungkin memilih susu formula.
Tapi untuk rekan-rekan yang lebih miskin seperti Negara berkembang, pada wanita yang
diwawancarai untuk penelitian ini dan orang lain dalam rangkaian yang sama, ASI eksklusif
menjadi tepat dalam pandangan dari kondisi sanitasi yang buruk dan kemungkinan
penggunaan susu formula yang tidak tepat yang dapat menyebabkan diare dan dehidrasi
malah menjadi penyebab utama kematian bayi secara global. Oleh karena itu, penting
9
promosi kesehatan untuk ibu HIV-positif untuk berlatih pemberian ASI eksklusif perlu
Hal diatas juga sejalan dengan Permenkes tahun 2013 pasal 8 bahwa ibu hamil
dengan HIV dan AIDS serta keluarganya harus diberikan konseling mengenai: pemberian
ARV kepada ibu, pilihan cara persalinan, pilihan pemberian ASI eksklusif kepada bayi
hingga usia 6 bulan atau pemberian susu formula yang dapat diterima, layak, terjangkau,
berkelanjutan, dan aman (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe). Pemberian
susu formula dan makanan tambahan kepada bayi setelah usia 6 bulan, pemberian profilaksis
Sebagaimana telah kita lihat di atas, seorang wanita hamil yang positif HIV risiko
menularkan virus kepada anaknya dalam rahim. Namun, seperti disebutkan sebelumnya, ada
berbagai langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko penularan. Ini termasuk ART
menjalani dan pengiriman tepat. Namun, agar pengobatan yang tepat akan tersedia, tenaga
profesional kesehatan perlu mengetahui status HIV dari ibu. Oleh karena itu, seperti
diuraikan di atas, tes HIV antenatal telah menjadi bagian penting dalam proses mengurangi
HIV ini termasuk dalam 14 standar T diantaranya adalah tes PMS. Sebagai seorang Bidan
kita harus bisa melakukan deteksi dini terutama kepada ibu hamil yang beresiko tinggi untuk
Selain adanya pengaruh fisik terhadap ibu dan bayi, terdapat hal lain yang penting dan
harus dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan ketika memberikan asuhan adalah kondisi
psikologis ibu yang kemungkinan akan mengalami cemas, depresi, dilema serta khawatir
akan kesehatan bayinya. Pada kasus ini pasien mengaku cemas akan kondisinya dan bayinya.
Oleh karena itu, konseling sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan nasehat serta
dukungan sosial kepada pasangan usia subur terutama memperhatikan faktor-faktor yang
berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat
10
tentang resiko yang ada pada dirinya dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi atau
mengeliminasi pengaruh infeksi HIV pada dirinya dan yang terpenting adalah mencegah
Peran Bidan sebagai pelaksana memberi asuhan/ pelayanan. Bidan mempunyai tugas
utama yaitu: mandiri, kolaborasi dan rujukan. Ada 7 langkah utama yang dilakukan:
evaluasi, tindak lanjut, dokumentasi. Kewajiban Bidan: Bidan wajib memberikan pelayanan
asuhan kehamilan sesuai standar profesi dengan menghormati hak-hak klien. Bidan wajib
merujuk, menjaga rahasia, memberi informasi, inform consent, dokumentasi dan kerjasama
pihak lain.
Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita ibu hamil (HIV, sifilis,
tuberkulosis, penyakit medis lain yang diderita (misal: hipertensi, diabetes dan lain-lain))
11