Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN NY A 32 TAHUN

DENGAN HIV
TAHUN 2020

Disusun Oleh :
Lenny Cresna Djami Hau
205491517006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................................................................1
TINJAUAN KASUS................................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN DAN REFERENSI....................................................................................................................6

i
BAB I

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL DENGAN


HIV AIDS

Tanggal MRS : 20 OKTOBER 2020


Tanggal Pengkajian : 20 OKTOBER 2020
No. Registrasi : 06531
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas

PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. A. K
Usia : 27 Tahun
Agama : Islam
Suku : Betawi
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : kupang

2. Alasan datang/ keluhan utama


Ibu mengatakan sedang hamil 9 bulan, datang untuk memeriksakan
kandungannya. Ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah. Ibu juga mengeluh akan
penyakit yang dideritanya (HIV stadium II) saat ini dan cemas akan mempengaruhi
janinnya

1
3. Riwayat kesehatan yang lalu : ibu mengatakan mengetahui terkena penyakit HIV
sejak November 2019, pasien merupakan seorang pekerja seks komersial.
4. Riwayat penyakit sekarang: klien mengatakan terkena penyakit HIV karena tertular
saat bekerja di lokalisasi. Klien memutuskan datang periksa ke Poli hamil karena
khawatir dengan kehamilannya
5. Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : Tidak Teratur
Banyak : ± 1- 2 kali ganti pembalut
Sifat darah : encer
Nyeri haid : tidak ada
Flour albus : tidak ada
Riwayat Kehamilan  Persalinan Dan Nifas Yang Lalu
Kehamil
Persalinan Anak Nifas
Pperka an
winan Jenis Usia
Peno Tem Penyu Hidup Penyu
ke- Ke Uk Jenis BBL Kela anak A
Long pat lit / Mati lit
min skrg SI
Ini G1 P0 A0

6. Pola kebiasaan sehari-hari


a Pola Istirahat
 Tidur siang : ½ jam / hari
 Tidur malam : 7 jam / hari
7. Pola aktifitas
Sebelum hamil : ibu bekerja sebagai PSK di lokalisasi
Selama hamil : sebagai ibu rumah tangga
b Pola Eliminasi
 BAK : 3 – 4 kali / hari
 BAB : 1 kali / hari
c Pola Nutrisi
Makan nasi dan lauk pauk 3 kali / hari
Minum air putih 7 – 9 gelas / hari

2
(sayur dimakan setiap hari, buah jarang dimakan)
d Pola Personal Hygiene : 2 kali ganti pakaian dalam / hari
e Pola kebiasaan
Alcohol :tidak
Merokok :tidak
Jamu-jamuan : tidak
Obat-obatan : ibu sedang menkonsumsi ARV sejak November 2019 yaitu
duviral dan neviral.
8. Riwayat Seksualitas
Frekwensi senggama dalam seminggu : - Sebelum Hamil : 4x dalam seminggu
- Sesudah Hamil : Tidak Pernah

9. Kebutuhan Psikososial : Ibu Merasa Cemas dengan penyakit yang di derita


akan mempengaruhi janin.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. Pemeriksaan TTV
TD : 100/80 mmHg RR : 18x/m
S : 370C N : 84x/m
3. Pemeriksaan Status Gizi
Berat Badan : 54 kg
Tinggi Badan : 162 cm
LILA : 25 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Distribusi rambut rata,tidak ada ada lesi
Wajah : tidak ada chloasma, tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Telinga : simteris, tidak ada serumen
Hidung : tidak ada polip dan tidak ada sekret
Mulut : bibir tidak pucat, ada caries gigi, lidah bersih
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada

3
pembengkakan vena jugularis, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Dada : payudara simetris, tidak ada benjolan, puting susu
tidak mengeluarkan cairan
Abdomen :
 Inspeksi
Bentuk : besar
bekas luka operasi : tidak ada
Stric Gravidarum : tidak ada
Linea nigra : tidak ada linea alba : tidakada
 Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold I : TFU pertengahan px - pusat, Pada fundus teraba bagian
janin besar, lunak, bulat tidak melentingyaitu(bokong).
Leopold II : Teraba bagian-bagian terkecil janin disebelah kiri yaitu
ekstremitas dan keras seperti papan disebelah kanan
yaitu punggung.
Leopold III : Teraba bagian janin lunak, keras, melenting yaitu kepala
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP (diververgen)

 Auskultasi
DJJ : 144x/menit
Teratur/tidak : teratur
Terdengar di : punggung kanan.
Ekstremitas Atas dan bawah : Atas : oedem -/- Bawah: oedem -/-
Genitalia : Oedema : tidak Kondiloma : tidak
Varises : tidak Luka bekas
episiotomy :
tidak kebersihan : besih
Infeksi kelenjar bartholini : tidak herpes genitalis: tidak ada
5. Pemeriksaan Penunjang
a Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan PCR HIV

Hasil Hasil Nilai rujukan Ket


~ < 400 kopi/ml < 400 kopi/ml HIV 1 RNA tidak
pemeriksaan PCR
~ <204 IU/ml <204 IU/ml
terdeteksi
HIV ~ < log 2,6 < log 2,6

4
b Hasil Laboratorium Patologi Klinik
Jenis Hasil Rujukan Satuan Keterangan
pemenriksaan
CD4
CD4 absolut 357 410-1590 Sel/µl Lymphocyte T
Cd4 % 26 31 – 60 %
cell berkurang
c

C. Analisa Data
GIP0 umur kehamilan 35-36 minggu tunggal, hidup, intra uteri, dengan presentasi
kepala, keadaan jalan lahir normal, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan HIV
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi diri dan janinnya
2. Melakukan Pendekatan pada ibu dan memberikan dukungan psikologis pada ibu
tentang penyakit yang diderita
3. Menginformasikan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan
TTV :
TD : 100/80 mmHg RR : 18x/m
S : 370C N : 82x/m
4. Memberikan KIE kepada pasien
 Pentingnya peran ibu hamil, terutama untuk memberikan nutrisi pada janinnya

 PMTCT (Prevention Mother To Child Transmition) dan komplikasinya

(IUGR, HIV pada bayi) yang meliputi rencana persalinan yang aman di rumah

sakit

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter di Poli Therapi Durival 2x1 dan Neviral
2x1,SF 1x1
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi

BAB II

5
PEMBAHASAN DAN REFERENSI

Seorang pasien 27 tahun, datang ingin kontrol kehamilan mengaku hamil 9 bulan.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan abdomen fundus uteri membesar sesuai usia

kehamilan, riwayat ANC sebelumnya tanggal 16-9-2020 pemeriksaan imunologi-serologi

HbsAg (Elisa): 0,00 (negatif), Anti HC: 0,30 (negatif) dan CD 4 : 108 rendah dari nilai

rujukan yaitu ≥ 600.

Setelah melakukan pengumpulan data subjektif dan data obejktif maka dutegakkan

diagnosa Asuhan Kebidanan Pada Ny”Y” GIP0A0H0 UK 34-35 minggu Janin Tunggal Hidup

dengan HIV. Pada kasus ini juga di temukan masalah yaitu kecemasan ibu terhadap kondisi

janin dan dirinya saat ini. Hal ini di karenakan karena penyakit yang ibu derita sejak 1 tahun

terakhir.

HIV adalah virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke

bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang terinfeksi HIV

menjadi tertular juga. Infeksi dapat terjadi kapan saja selama kehamilan, namun biasanya

terjadi beberapa saat sebelum atau selama persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila

proses persalinan berlangsung lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah

ibunya. (Ngwende, Stella, 2013). Pada kasus ini ibu dianjurkan untuk merencanakan

persalinan di Rumah Sakit secara Seksio Caesaria. Mengingat risiko penularan lebih tinggi

pada saat persalinan, karena bayi tersentuh oleh darah dan cairan vagina ibu waktu melalui

saluran kelahiran. Jelas, jangka waktu antara saat pecah ketuban dan bayi lahir juga

merupakan salah satu faktor risiko untuk penularan. Juga intervensi untuk membantu

persalinan yang dapat melukai bayi, misalnya vakum, dapat meningkatkan risiko penularan.

Risiko penularan dari ibu-ke-bayi adalah lebih tinggi bila: viral load perempuan di

atas 1.000, ada infeksi, perempuan terinfeksi suatu IMS dan bila gizi perempuan kurang.

Oleh karena itu, pada kasus ini diberikan KIE mengenai gizi seimbang karena ibu dengan

6
HIV rentan terkena infeksi. Viral load penting pada waktu melahirkan. Penularan dapat

terjadi dalam kandungan yang dapat disebabkan oleh kerusakan pada plasenta, yang

seharusnya melindungi janin dari infeksi HIV. Kerusakan tersebut dapat memungkinkan

darah ibu mengalir pada janin. Kerusakan pada plasenta dapat disebabkan oleh penyakit lain

pada ibu, terutama malaria dan TB (Green WC, 2009).

Kadar HIV (viral load) di darah ibu pada menjelang ataupun saat persalinan dan

kadar HIV di air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya. Umumnya, satu atau dua minggu

setelah seseorang terinfeksi HIV, kadar HIV akan cepat sekali bertambah di tubuh seseorang.

Risiko penularan akan lebih besar jika ibu memiliki kadar HIV yang tinggi pada menjelang

ataupun saat persalinan. (Depkes RI, 2012).

Pada ibu hamil dengan HIV, hal yang perlu diperhatikan adalah resiko penularan

terhadap janin. Pada penderita HIV, selama perjalanan penyakitnya akan mengalami

penurunan kondisi tubuh jika tidak mendapatkan pemantauan dan penanganan yang adekuat

dari petugas kesehatan. Masa ini juga merupakan tahap penyesuaian sebelum memasuki masa

menjadi seorang ibu. Sehingga penting sekali dilakukannya konseling, terutama pada ibu

hamil yang dideteksi dengan HIV/AIDS. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya

implementasi program prevention of mother to child transmission of HIV (PMTCT) yang

bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayi dari infeksi HIV. Program PMTCT dapat

berjalan dengan baik bila didukung sepenuhnya oleh tenaga kesehatan, salah satunya bidan.

Bidan bertugas memberi KIE untuk meningkatkan pengetahuan ibu akan penularan HIV dari

ibu positif HIV ke anaknya. (Kebijakan PMTCT Indonesia, 2008)

Kehamilan tidak secara signifikan mempengaruhi resiko kematian, progresivitas

menjadi AIDS atau progresivitas penurunan sel CD4 pada wanita yang terinfeksi HIV.

Pengaruh kehamilan terhadap sel CD4 pertama kali dilaporkan oleh Burns, dkk. Pada

kehamilan normal terjadi penurunan jumlah sel CD4 pada awal kehamilan untuk

7
mempertahankan janin. Pada wanita yang tidak menderita HIV, presentase sel CD4 akan

meningkat kembali mulai trisemester ketiga hingga 12 bulan setelah melahirkan. Sedangkan

pada wanita yang terinfeksi HIV penurunan tetap terjadi pada kehamilan dan setelah

melahirkan walaupun tidak bermakna secara statistik. Namun penelitian dari European

Collaborative Study dan Swiss HIV Pregnancy Cohort dengan jumlah sample yang lebih

besar, menunjukkan presentase penurunan sel CD4 selama kehamilan sampai 6 bulan setelah

melahirkan tetap stabil (Volderding, 2010).

Kehamilan ternyata hanya sedikit meningkatkan kadar virus (viral load) HIV. Kadar

virus HIV meningkat terutama setelah 2 tahun persalinan, walaupun secara statistik tidak

bermakna. Kehamilan juga tidak mempercepat progresivitas penyakit menjadi AIDS. Italian

Seroconversion Study Group membandingkan wanita terinfeksi HIV dan pernah hamil

ternyata tidak menunjukkan perbedaan resiko menjadi AIDS atau penurunan CD4 menjadi

kurang dari 200 (McFarland, 2003).

Pengaruh pada kehamilan Penelitian di negara maju sebelum era anti retrovirus

menunjukkan bahwa HIV tidak menyebabkan peningkatan prematuritas, berat badan lahir

rendah atau gangguan pertumbuhan intra uterin. Sedangkan di negara berkembang, infeksi

HIV justru meningkatkan kejadian aborsi, prematuritas, gangguan pertumbuhan intra uterin

dan kematian janin intra uterin terutama pada stadium lanjut. Selain karena kondisi fisik ibu

yang lebih buruk juga karena kemungkinan penularan perinatalnya lebih tinggi (McFarland,

2003).

Penggunaan terapi antiretroviral (ARV) telah memberikan kontribusi substansial

untuk pencegahan penularan vertikal dan dengan perkembangan penggunaan kombinasi

ART, dalam hubungannya dengan perawatan kebidanan yang komprehensif, menurun secara

drastis angka infeksi neonatal ARV terus menjadi standar perawatan untuk ibu hamil yang

hidup dengan HIV. Penggunaan ARV lebih awal lebih baik karena Pemberian ARV dapat

8
menurunkan angka kematian, harapan hidup meningkat dengan ARV, PMTCT menurunkan

infeksi baru pada anak ( Konferensi IAS Juli 2013 Kuala Lumpur)

Perempuan terinfeksi HIV di seluruh dunia sudah memakai obat antiretroviral (ARV)

secara aman waktu hamil lebih dari sepuluh tahun. ARV sudah berdampak besar pada

kesehatan perempuan terinfeksi HIV dan anaknya. Oleh karena ini, banyak dari mereka yang

diberi semangat untuk mempertimbangkan mendapatkan anak. Antiretrovirus

direkomendasikan untuk semua wanita yang terinfeksi HIVAIDS yang sedang hamil untuk

mengurangi resiko transmisi perinatal. Hal ini berdasarkan bahwa resiko transmisi perinatal

meningkat sesuai dengan kadar HIV ibu dan resiko transmisi dapat diturunkan hingga 20%

dengan terapi antiretrovirus. Keputusan akan meneruskan antiretrovirus setelah melahirkan

atau tidak tergantung pada hasil pemeriksaan kadar virus dan CD4 (McFarland, 2003).

Seperti diuraikan di atas, ART telah terbukti telah memainkan peran penting dalam

menurunkan tingkat PMTCT dan di mana pedoman ada yang merekomendasikan,

berdasarkan bukti, bahwa semua wanita hamil HIV positif harus sudah mulai ART pada

minggu 24 kehamilan mereka, infeksi HIV di kalangan anak-anak meningkat jika jumlah

CD4 ibu adalah ≤200 sel / uL dan jika anak itu terkena makan campuran. ASI eksklusif

selama kurang dari enam bulan adalah pelindung. Direkomendasikan periode pemberian ASI

eksklusif selama enam bulan pertama dan berhenti menyusui setelah 6 bulan jika terjangkau,

berkelanjutan dan aman. (Ngwende, Stella, 2013)

Di Negara maju, ibu yang terinfeksi HIV akan lebih mungkin memilih susu formula.

Tapi untuk rekan-rekan yang lebih miskin seperti Negara berkembang, pada wanita yang

diwawancarai untuk penelitian ini dan orang lain dalam rangkaian yang sama, ASI eksklusif

menjadi tepat dalam pandangan dari kondisi sanitasi yang buruk dan kemungkinan

penggunaan susu formula yang tidak tepat yang dapat menyebabkan diare dan dehidrasi

malah menjadi penyebab utama kematian bayi secara global. Oleh karena itu, penting

9
promosi kesehatan untuk ibu HIV-positif untuk berlatih pemberian ASI eksklusif perlu

dipahami terutama di negara berkembang. (Hazemba et al, 2016)

Hal diatas juga sejalan dengan Permenkes tahun 2013 pasal 8 bahwa ibu hamil

dengan HIV dan AIDS serta keluarganya harus diberikan konseling mengenai: pemberian

ARV kepada ibu, pilihan cara persalinan, pilihan pemberian ASI eksklusif kepada bayi

hingga usia 6 bulan atau pemberian susu formula yang dapat diterima, layak, terjangkau,

berkelanjutan, dan aman (acceptable, feasible, affordable, sustainable, and safe). Pemberian

susu formula dan makanan tambahan kepada bayi setelah usia 6 bulan, pemberian profilaksis

ARV dan kotrimoksasol pada anak.

Sebagaimana telah kita lihat di atas, seorang wanita hamil yang positif HIV risiko

menularkan virus kepada anaknya dalam rahim. Namun, seperti disebutkan sebelumnya, ada

berbagai langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko penularan. Ini termasuk ART

menjalani dan pengiriman tepat. Namun, agar pengobatan yang tepat akan tersedia, tenaga

profesional kesehatan perlu mengetahui status HIV dari ibu. Oleh karena itu, seperti

diuraikan di atas, tes HIV antenatal telah menjadi bagian penting dalam proses mengurangi

HIV ini termasuk dalam 14 standar T diantaranya adalah tes PMS. Sebagai seorang Bidan

kita harus bisa melakukan deteksi dini terutama kepada ibu hamil yang beresiko tinggi untuk

mengidap infeksi menular seksual. (Pantiawati, 2010)

Selain adanya pengaruh fisik terhadap ibu dan bayi, terdapat hal lain yang penting dan

harus dipertimbangkan oleh tenaga kesehatan ketika memberikan asuhan adalah kondisi

psikologis ibu yang kemungkinan akan mengalami cemas, depresi, dilema serta khawatir

akan kesehatan bayinya. Pada kasus ini pasien mengaku cemas akan kondisinya dan bayinya.

Oleh karena itu, konseling sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan nasehat serta

dukungan sosial kepada pasangan usia subur terutama memperhatikan faktor-faktor yang

berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat

10
tentang resiko yang ada pada dirinya dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi atau

mengeliminasi pengaruh infeksi HIV pada dirinya dan yang terpenting adalah mencegah

penularan terhadap bayinya. (Kusmiyati, 2009)

Peran Bidan sebagai pelaksana memberi asuhan/ pelayanan. Bidan mempunyai tugas

utama yaitu: mandiri, kolaborasi dan rujukan. Ada 7 langkah utama yang dilakukan:

mengkaji, menentukan diagnosa, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan,

evaluasi, tindak lanjut, dokumentasi. Kewajiban Bidan: Bidan wajib memberikan pelayanan

asuhan kehamilan sesuai standar profesi dengan menghormati hak-hak klien. Bidan wajib

merujuk, menjaga rahasia, memberi informasi, inform consent, dokumentasi dan kerjasama

pihak lain.

Preventif pada antenatal care yang dapat dilakukan bidan adalah:

      Asuhan diberikan oleh petugas yang terampil dan berkesinambungan

      Persiapan menghadapi persalinan yang baik dengan memperkirakan komplikasi

      Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit serta melaksanakan 14 T

      Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita ibu hamil (HIV, sifilis,

tuberkulosis, penyakit medis lain yang diderita (misal: hipertensi, diabetes dan lain-lain))

kemudian merujuk pasien (Kusmiyati, 2009)

11

Anda mungkin juga menyukai