Anda di halaman 1dari 15

GEOGRAFI DESA KOTA

Model Pembangunan Masyarakat Desa


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Geografi Desa Kota

Oleh :

Nama: Luqman hakim

Nim: 3211412008

Prodi: Geografi

GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

1|Page
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan taufiq dan
hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan walaupun masih kurang dari kesempurnaan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi desa kota

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda nabi besar Muhammad
SAW yang telah mengangkis ummat islam seluruhnya dari dunia kebodohan menuju dunia
keilmuan yang penuh dengan pendidikan.

Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang telah berjasa dalam
menyelesaikan makalah ini “pertama” kepada teman-teman saya yang ikut mengoreksi dalam
pembuataan makalah ini serta beberapa pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami mengharap
kritik dan saran dari Dosen pengampu dan segenab teman-teman demi kesempurnaan
makalah ini.

Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini,saya berharap semoga makalah ini


bermanfaat bagi pembaca. Amin yarobbal alamin.

Semarang, 9 Mei 2014

2|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….....i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….....i

I.PENDAHULUAN…………………………………………………………………….....1

A.Latar Belakang………………………………………………………………….........1

B.Tujuan………………………………………………………………………………..2

C.Rumusan Masalah ……………………………………………………………………2

II.PEMBAHASAN………………………………………………………………………...3

2.1. Pengertian Kebijakan………………………………………………………………….3

2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya………………...............4

2.3. Tinjauan Konsep dan Implementasi Proses Perencanaan Pembangunan (P5d)…5

2.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat Desa…....6

2.5. Sasaran Pembangunan Desa…………………………………………………………6

2.6. Masalah-masalah Dalam Pembangunan……………………………………………..7

2.7. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa……………………………….8

2.8 strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan kemiskinan…………9

III.PENUTUP……………………………………………………………………………...11

A.Kesimpulan…………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...……12

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desa adalah kesatuan masyarakathukum yang memiliki batas-batasWilayah


yang berwenang untukmengatur dan mengurus kepetinganmasyarakat setempat,
berdasarkanasal-usul dan adat istiadat yang diakuidan dihormati dalam
sistemPemerintahan Negara Kesatuan RepublikIndonesia.
Kegiatan Pembangunan Pedesaan di IndonesiaMemiliki beberapa karakteristik
seperti:1) Masyarakat terlibat secara penuh dalam perencanaan dan
pelaksanaan;2) Keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengeloaan
keuangannya cukup kuat;3) Tidak sepenuhnya mengikuti mekanisme dan
prosedur yang telah ada;4) Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah
lokalnya cukup menonjol dengan bantuan teknis dari konsultan;5) Belum ada
keterpaduan dengan program pembangunan nasional, baik dalam hal program,
lokasi, dana, waktu, dan mekanisme pengelolaan.

Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk


mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang
dan sifat peningkatan akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga
masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan aspek
mental (jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan kesadaran
bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target
pembangunan desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan
struktur yang dipakai sebagai sistem pembangunan desa. Konsep perencanaan
pengembangan desa mencakup 5 dimensi sebagai pilar utama yaitu menyangkut
tata ruang desa, perekonomian desa, sosial budaya desa, mitigasi bencana,
lingkungan hidup. Tata ruang desa : rehabilitasi, rekonstruksi dan pengembangan
desa. Selain itu, juga mampu menampung pertumbuhan ruang di masa datang
secara fleksibel dan mampu menampung kebutuhan perbaikan struktur tata ruang
desa melalui konsolidasi lahan (jika diperlukan). Konsep ini sesuai dengan
muatan PP no 2 tahun 2005

4|Page
B. Tujuan

a) Makalah ini dibuat dengan tujuan salah satunya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geografi desa kota
b) Maksud dari penyusunan makalah ini adalah menjelaskan lebih detail
mengenai proses perencanaan pembangunan desa
c) Tujuan penyusunan makalah ini untuk mengetahui kebijakan dalam
pembangunan desa.

C. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan kebijakan?


b. Bagaimana upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di Tingkat
Desa ?
c. Bagaiman Sasaran Pembangunan Desa tersebut ?
d. Apa saja masalah-masalah dalam pembangunan ?

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN
 2.1. Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih
dalam melaksanakan (memanage) suatu program untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan
adalah semua kegiatan (planning) yang dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan, dari suatu
program proyek, yakni menentukan tujuan objective, tujuan antara, kebijakan, prosedur dan
program. Sukirno (1985) mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan,
mempunyai 3 sifat penting, yaitu : proses terjadinya perubahan secara terus menerus, adanya
usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan pendapatan
masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Todaro (1998)
pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut
harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian
pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan
masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial
Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non
ekonomi. Todaro (1998) menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan kembali
dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran
dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang sedang berkembang. Rostow
(1971) juga menyatakan bahwa pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output
yang dihasilkan tetapi juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam
perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyaralat tradisional, pra kondisi
lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar-besaran.
Kunci diantara tahapanini adalah tahap lepas landas yang didorong oleh satu atau lebih sektor.
Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah menarik bersamanyabagian ekonomi yang kurang
dinamis. Menurut Hanafiah (1892) pengertian pembangunan mengalami perubahan karena
pengalaman pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan
yang berorientasi pada kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah
pembangunan. Hal ini terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami
perbaikan kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata
lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit.
Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar
bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan
sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
taraf hidup masyarakatnya. Berbagai sudut pandang dapat digunakan untuk menelaah
pembangunan pedesaan. Menurut Haeruman (1997), ada dua sisi pandang untuk menelaah
pedesaan, yaitu: 1. Pembangunan pedesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang
bertumpu pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu sendiri. Pendekatan
ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga perubahan yang diharapkan berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang. 2. isi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan
sebagai suatu interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakt desa dan dorongan dari luar
untuk mempercepat pemabangunan pedesaan. 3. Pembangunan desa adalah proses kegiatan
pembangunan yang berlangsung didesa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan
penghidupan masyarakat. Menurut peraturan Pemerintah Republik indonesia no : 72 tahun 2005
tentang desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bahwa perencanaan pembangunan desa
disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya dan menurut
ayat (3) bahwa dalam menyusun perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga

6|Page
kemasyarakatan desa. Tujuan Perencanaan Pembangunan sebagai berikut: 1.
Mengkoordinasikan antar pelaku pembangunan. 2. Menjamin sinkronisasi dan sinergi dengan
pelaksanaan Pembangunan Daerah. 3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
Perencanaan, Penganggaran, Pelaksanaan dan Pengawasan. 4. Mengoptimalkan Partisipasi
Masyarakat 5. Menjamin tercapainya penggunaan Sumber Daya Desa secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan. Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu
pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan
pelaksanakan (memanage) pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan
dan penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.

 2.2. Pembagian Desa Berdasarkan Tahap Pembangunannya

Sebelum mengetahui kebijakan yang harus dibuat dalam pembangunan sebuah desa
maka harus dikenali terlebih dahulu jenis desanya. Oleh karena itu, akan dipaparkan desa
berdasarkan tahap pembangunannya sebagai berikut:

2.2.1. Desa Primitif Belum mengalami sentuhan perubahan kebudayaan (sivilisasi) manusia.
Contoh: desa-desa di Irian Jaya, penduduknya masih menggunakan koteka, desa-desa
masyarakat tertinggal di Riau dan Jambi (Orang Sakai), Desa-desa orang baduy di Jawa Barat
dan desa-desa masyarakat Dayak di Kalimantan dengan cara bertani berpindah-pindah. Ciri-
cirinya antara lain: Masyarakat terisoler, belum bersentuhan dengan kehidupan modern atau
sangat sedikit bersentuhan Cara bertani sangat primitif, menanam ubi, berburu, bakar hutan,
pertanian berpindah- pindah Belum ada yang bersekolah atau baru mulai satu-satu. Kebanyakan
masih memakai alat-alat primitive buatan tangan Keper cayaan umumnya belum agama, tetapi
masih berupa aliran kepercayaan

2.2.2. Desa tradisonal Beberapa ciri-cirinya; Sudah mengalami sentuhan dengan kehidupan
modern, tetapi adopsi kebudayaan baru lambat, umumnya terisolir Tingkat kemajuan lambat,
masih tahap prakapitalis Pertumbuhan produksi hamper nol atau stagnan Masih kuat memegang
tradisi lamat, adat istiadat, ritual yang berakar dalam Kehidupan kelompok cukup kuat; masih
ada hubungan patron clien alam kepemimpinan desaatau pemimpin marga, tokoh adat atau
pedagang desa dan tuan tanah desa. Sudah ada kepala desa diangkat pemerintah atau dipilih
maasyrakat, namun kalu tidak sesuai pola hubungan patron klien kurang berhasil. Pendidikan
lemah dan adopsi tegnologi baru dan hubungan dengan dunia luar lemah. Sebagian besar desa
tradisional masyarakatnya bersifat subsistem atau produksi untuk pasaar belum berkembang.
Penggunaan uang masih terbatas. Alat menabung masih fisik, seperti ternak atau emas. Juga
berkeinginan menabung masih rendah.

2.2.3. Desa Transisonal Ciri-cirnya adalah: Kontak dengan dunia luar sudah cukup besar,
seperti ke pasar, ke sekolah bekerja ke kota/ tempat lain atau melalui perpindahan penduduk,
termasuk urbanisasi. Banyak mengadopsi tegnologi baru, siap menerima pembaharuan,
penyuluhan dan pendidikan Produktivitas kegiatan ekonomi, seperti pertanian, peternakan
mengalami peningkatan Proses produksi sedang mengalami perubahan cukup berat, melalui
adopsi tegnologi Komersialisasi sudah cukup tinggi, pasar digunakan untuk menjual hasil dan
membeli input produksi Penggunaan tenaga kerja luar dan adanya pasar upah tenaga kerja
mulai berkembang Tabungan berkembang dan sebagian dalam bentuk ruang

2.2.4. Desa Maju/Modern Ciri-cirinya: Memanfaatkan tegnlogi baru Produksi berorientasi pasar.
Sebagian besar dijual untuk pasar sehingga jenis komoditi yang diproduksi selalu disesuaikan
dengan keadaan harga pasar. Tujuan produksi adalah untuk memperoleh keuntungan sebesar-

7|Page
besarnya. Mulai menerapkan sistem Agribisnis Paradigma Pertanian berubah menjadi Agribisnis
dan Agroindustri dan perdagangan berkembang. Masyarakat sangat menghargai pedidikan,
bersedia melakukan human investment Masyarakat sudah mengadopsi kehidupan di kota.
Perbedaannya kegiatan ekonominya adalah berbasis pedesaan seperti pertanian, industry desa,
pertambangan, pariwisata dan lain-lain.

 2.3. Tinjauan Konsep dan Implementasi Proses Perencanaan


Pembangunan (P5d)

Konsep dan Proses Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 9
tahun 1982, pelaksanaan pembangunan daerah dilaksanakan melalui suatu proses yang relatif
baku yaitu Proses Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian Pembangunan (P5D). Proses
P5D dimulai dari tingkat bawah (masyarakat) dalam bentuk Musyawarah Pembangunan Desa
(Musbangdes), yang kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Unit Daerah Kerja
Pembangunan (UDKP) di tingkat Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang)
Kabupaten, Rakorbang Propinsi, dan berakhir dengan Rakorbang Nasional.

Mekanisme P5D, secara konsepsual telah mencoba melibatkan masyarakat semaksimal


mungkin, dan mencoba memadukan perencanaan dari masyarakat (Bottom up planing) dengan
perencanaan Dinas/Instansi sektoral (Top down planning).Akan tetapi, dari berbagai literatur dan
hasil penelitian (P3P Unram, 2001; Siregar, 2001, Team Work Lapera, 2001; Hadi, Hilyana dan
Hayati, 2003) diperoleh gambaran bahwa implementasi perencanaan pembangunan selama ini
belum partisipatif seperti konsep dan kebijakan yang dikembangkan Pemerintah. Perencanaan
dari atas lebih mendominasi hasil perencanaan. Hasil penelitian Hadi, Hilyana dan Hayati (2003)
di tiga desa di Pulau Lombok, menemukan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
Musbangdes dan forum-forum perencanaan pembangunan di tingkat desa, hanya 10 % yang
terlibat aktif, 50 % kadang-kadang terlibat, sedangkan 40 % tidak pernah dilibatkan. Namun
dalam pelaksanaan program-program pembangunan, sebagian besar anggota masyarakat
terlibat aktif, baik sebagai pelaksana maupun penerima manfaat. Sedangkan dalam pengawasan
hasil-hasil pembangunan desa, keterlibatan masyarakat sangat kecil.Kenyataan ini menunjukkan
bahwa berbagai keputusan umumnya sudah diambil dari atas, dan sampai ke masyarakat dalam
bentuk sosialisasi yang tidak bisa ditolak. Masyarakat hanya sekedar objek pembangunan yang
harus memenuhi keinginan Pemerintah, belum menjadi subyek pembangunan, atau masyarakat
belum ditempatkan pada posisi inisiator (sumber bertindak). Mekanisme perencanaan P5D
cenderung menjadi ritual, menjadi semacam rutinitas formal, tidak menyentuh substansi dan
kehilangan makna hakikinya. Pelaksanaan Musbangdes terkesan hanya seremonial, sehingga
masyarakat merasakan kejenuhan mengikuti Musbangdes. Hasil penelitian P3P Unram (2001)
menemukan bahwa usulan masyarakat dalam Musbangdes hanya sebagian kecil yang
terakomodir dalam forum perencanaan supra desa. Keterwakilan masyarakat dalam forum-
forum perencanaan yang ada sangat kurang. Hal ini karena peserta musyawarah dalam forum
perencanaan yang dilaksanakan lebih didasarkan pada keterwakilan yang bersifat formal,
sehingga susunan pesertanya didominasi para birokrat dan unsur lembaga formal. Dari sisi
perencanaan jangka menengah dan jangka panjang, Pemerintah Kabupaten/Kota telah memiliki
berbagai dokumen perencanaan (seperti Program Pembangunan Lima Tahun Daerah/Propeda,
Rencana Strategis/Renstra, dan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/RUTRW) dan seharusnya
menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada).
Akan tetapi dokumen-dokumen perencanaan tersebut tidak tersosialisasikan,sehingga hal ini
mengakibatkan perencanaan dilaksanakan tanpa perspektif yang jelas. Seringkali terjadi
Repetada sebagai pedoman mengenai arah dan kebijaksanaan penyusunan program dan
proyek disusun setelah RAPBD disyahkan sehingga kehilangan fungsi substansifnya.

8|Page
Sementara itu, menurut Asmara (2001) komitmen dan orientasi pelanggan (public driven) dalam
sistemprogramming sektoral, belum mantap. Hal ini karena budaya birokrasi berdasarkan
prinsip-prinsip pemerintahan yang baik seperti akuntabilitas, responsibilitas dan transparansi
dalam penyelenggaraan kepentingan publik belum melembaga dengan baik. Akibatnya jaminan
pengakomodasian usulan dari bawah sangat kurang

.
 2.4. Upaya Meningkatkan Kualitas Perencanaan Pembangunan di
Tingkat Desa

Paradigma lama pembangunan perdesaan pada masa sebelum era otonomi adalah
bagaimana melaksanakan program-program pemerintah yang datang dari atas. Program
pembangunan desa lebih banyak dalam bentuk proyek dari atas, dan sangat kurang
memperhatikan aspek keberlanjutan pembangunan desa dan partisipasi masyarakat. Sebagian
besar kebijakan Pemerintah bernuansa “top-down”, dominasi Pemerintah sangat tinggi,
akibatnya antara lain banyak terjadi pembangunan yang tidak sesuai dengan aspirasi
masyarakat, tidak sesuai dengan potensi dan keunggulan desa, dan tidak banyak
mempertimbangkan keunggulan dan kebutuhan lokal. Kurang terakomodirnya perencanaan dari
bawah dan masih dominannya perencanaan dari atas, menurut Asmara, H., (2001) adalah
karena kualitas dan hasil perencanaan dari bawah lemah, yang disebabkan beberapa faktor
antara lain: 1. Lemahnya kapasitas lembaga-lembaga yang secara fungsional menangani
perencanaan; 2. Kelemahan identifikasi masalah pembangunan; 3. Dukungan data dan
informasi perencanaan yang lemah; 4. Kualitas sumberdaya manusia khususnya di desa yang
lemah; 5. Lemahnya dukungan pendampingan dalam kegiatan perencanaan, dan 6. Lemahnya
dukungan pendanaan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan khususnya di tingkat desa dan
kecamatan.

 2.5. Sasaran Pembangunan Desa

Pembangunan desa hendaknya mempunyai sasaran yang tepat, sehingga sumber daya
yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Beberapa sasaran yang dapat
dikembangkan atau dicapai dalam suatu pembangunan desa adalah sebagai berikut: a.
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Pembangunan ekonomi kerakyatan pada intinya adalah
mengelola seluruh potensi ekonomi yang menguasi hajat hidup orang banyak dengan
menerapkan prinsip atau asas ekonomi kerakyatan.
Program-program pembangunan ekonomi kerakyatan yang dapat dikembangkan di desa
adalah: 1. Program Pemberdayaan Usaha Kecil Perdesaan dengan kegiatan berupa penyediaan
kredit tanpa bunga. 2. Pembangunan pertanian dalam arti luas dalam rangka meningkatkan
ketersediaan pangan dan meningkatkan pendapatan petani, nelayan dan peternak 3.
Pengembangan dan pemberdayaan koperasi serta pengusaha mikro kecil dan menengah
melalui pembinaan pengusaha kecil, pengembangan industri kecil dan pembangunan prasarana
dan sarana ekonomi desa. 4. Pengembangan potensi dan pemanfaatan teknologi tepat guna
dalam rangka menunjang industri kecil perdesaan. b. Pengembangan Sumberdaya Manusia
yang handal Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam proses pembangunan
desa. Semakin tinggi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) maka semakin mendorong
kemajuan suatu desa. Program-program yang dapat dikembangkan diantaranya: 1. Program
pengembangan pendidikan 2. Program peningkatan pelayanan kesehatan 3. Pembinaan
generasi muda, seni budaya, pemuda dan olah raga 4. Program perluasan lapangan kerja dan
kesempatan kerja. 5. Pembinaan kehidupan beragama 6. Peningkatan kualitas dan kuantitas

9|Page
pelayanan masyarakat c. Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Pembangunan infrastruktur
diharapkan mampu mendukung prioritas pembangunan lainnya, khususnya pengembangan
ekonomi kerakayatan dan peningkatan kualitas SDM. Program pembangunan infrastruktur pada
dasarnya adalah pembangunan sarana dan prasarana yang mampu memberikan pelayanan
guna mendukung kegiatan ekonomi produktif, pelayanan sosial, kegiatan sosial kemasyarakatan
dan meningkatkan aksesibilitas untuk menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah. Beberapa
program yang dapat dikembangkan dalam membangun infrastruktur pedesaan adalah:
Membuka isolasi daerah-daerah yang terisolasi dengan pembangunan jalan-jalan perdesaan.
Pembangunan prasarana perekonomian dan pertanian Pembangunan prasarana pemerintahan
desa/kelurahan

2.6. Masalah-masalah Dalam Pembangunan

Masalah yang dikemukakan oleh Chayanov dan boeke, terutama didasarkan atas sistem
sosial atau kebudayaan yang berakar dalam yang membuat Teori Ekonomi Modern seolah-olah
tidak dapat diterapkan di desa-desa atau masyarakat seperti ini. Tetapi selain masalah yang
berasal dari sistem sosial atau kebudayaan, sebenarnya banyk masalah lain yang menyebabkan
timbulnya masalah pembangunan desa pada desa-desa tradisional, masalah- masalah tersebut
terutama adalah: 1. Masalah pertumbuhan penduduk penduduk yang berat, sehingga pemilikan
tanah semakin berkurang, terutama pada wilayah yang terbatas lahannya (Sumber Daya Alam)
2. Tingkat Pendidikan rendah yang menyebabkan adopsi tegnologi rendah dan stagnansi produk
juga masalah lain yang bisa timbul dengan serius seperti masalah kesehatan, rendahnya
produktivitas kerja dan masalah kepemimpinan desa. 3. Keterisolasian desa yang membuat
hubungan dengan dunia luar sulit dan lambat dan tidak dapat memanfaatkan keuntungan
dengan dunia luar Masalah-masalah yang terjadi di desa Transisional adalah: 1. Masalah
pertumbuhan penduduk yang cepat (sama dengan desa Tradisional) 2. Masalah pertanahan
timbul, karena hubungan dengan dunia luar 3. Tingkat pendidikan rendah (Sama dengan desa
tradisional) 4. Tingkat adopsi tegnologi yang mudah dan tidak tersedianya tegnologi spesifik
local 5. Keterisolasian desa dan lambatnya pembangunan prasarana jalan 6. Masalah
pembangunan prasarana lain seperti irigasi, drainase 7. Masalah pemasaran hasil-hasil
pertanian 8. Masalah pengadaan modal untuk pembaharuan usaha-usaha pertanian (perkreditan
dan akumulasi modal) Masalah ini perlu dimengerti keadaannya, baik pada desa tradisional
maupun pada desa transisional agar kebijakan dan perencanaan pembangunan desa dapat
dibuat dengan cukup lebih baik. Pemerintahan Desa dalam menyelenggarakan kewenangannya
dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan untuk mewujudkan kemandirian
serta kesejahteraan masyarakat belum dapat optimal karena terdapat berbagai permasalahan,
seperti; 1. Terlalu cepatnya perubahan berbagai peraturan perundang-undangan sehingga
menimbulkan kebingungan ditingkat pelaksana dan terkadang peraturan perundang- undangan
yang dibutuhkan kurang lengkap dan memadai; 2. Fasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah masih sering terlambat; 3. Terbatasnya tingkat kesejahteraan para penyelenggaran
pemerintahan desa; 4. Sebagian kualitas aparat pemerintahan desa masih terbatas dalam
menggalang partisipasi masyarakat, menumbuhkan keswadayaan dan kemandirian dalam
membangun, memanfaatkan, memelihara serta mengembangkan hasil-hasil pembangunan; 5.
Sangat terbatasnya sarana dan prasarana pemerintahan desa 6. Belum terdapat kepastian
mengenai kewenangan dan sumber pendapatan

 2.7. Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

10 | P a g e
Bertolak dari permasalahan diatas, Pemerintah menetapkan berbagai kebijakan untuk
memberdayakan, memantapkan, menguatkan Pemerintahan Desa. Kebijakan dimaksud antara
lain: a. Pemantapan kerangka aturan b. Penataan kewenangan dan standar pelayanan minimal
Desa; c. Pemantapan kelembagaan; d. Pemantapan administrasi dan keuangan Desa; e.
Peningkatan sumber daya manusia penyelenggara pemerintahan desa dan f. Peningkatan
kesejahteraan para penyelenggara pemerintahan desa. Untuk melaksanakan kebijakan
sebagaimana diurai diatas, program prioritas yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah meliputi: a. Pemantapan kerangka aturan: Lingkup kegiatannya yaitu;
mempercepat penyelesaian Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa dan Tata Tertib Badan Permusyawaratan Desa yang sesuai dengan
prinsip keanekaragaman, demokratisasi, otonomi, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. b.
Penataan organisasi dan kewenangan: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan organisasi
Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Lembaga Kemasyarakatan Desa
beserta kewenangan yang harus dimilikinya; c. Pemantapan sumber pendapatan dan kekayaan
desa: Lingkup kegiatannya yaitu; penataan manajemen perimbangan keuangan antara
Kabupaten/Kota dengan Desa terutama mengenai alokasi dana desa, upaya peningkatan
pendapatan asli desa, upaya penga-daan bantuan dari pemerintah dan pemerintah provinsi
kepada desa, pembentukan badan usaha milik desa serta peningkatan dayaguna dan hasil guna
aset yang dimiliki maupun yang dikelola oleh desa. d. Penataan sistem informasi dan
administrasi pemerintahan desa yang mudah, cepat, dan murah terutama yang berkaitan
dengan kebutuhan dasar. e. Pemantapan dan pengembangan kapasitas: Lingkup kegiatannya
yaitu; meningkatkan kapasitas Kepala Desa, Perangkat Desa, anggota Badan Permusyawaratan
Desa agar lebih mampu menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara demokratis,
transparan dan akuntabel berdasarkan nilai-nilai sosial budaya setempat. f. Pengadaan sarana
dan prasarana: Lingkup kegiatannya yaitu; penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan
desa yang memadai dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayan
masyarakat yang terdepan. Beberapa program-program pembangunan pedesaan yang pernah
dilaksanakan, misalnya program bidang pangan, program Inpres Desa Tertinggal, dan Program
Pengembangan Terpadu Antar Desa ( PPTAD ) merupakan dalah satu upaya pemerintah dalam
rangka mengembangkan pedesaan dalam mengejar ketertinggalannya dari perkotaan. Guna
mendorong peningkatan pangan, program-program pembangunan yang pernah dilaksanakan
adalah KOGM (Komando Gerakan Makmur), Bimas (Bimbingan Massal, Innas (Intensifikasi
Massal), Insus (Intensifikasi Khusus), dan Supra Insus. Selain itu guna menyokong program
pangan, pemerintah menyediakan bantuan Kredit Usaha Tani ( KUT ) bagi para petani dalam
memberikan permodalan dalam pengelolaan lahannya. Akan tetap program-program tersebut
belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani karena harga beras lokal masih relative lebih
tinggi dibandingkan dengan harga beras impor. Sedangkan dana penGembalian LUT sampai
saat ini banyak yang menunggak karena petani tidak mampu membayar cicilan tersebut. Adapun
program IDT dan PPTAD lebih cenderung pada pembangunan fisik saja sehingga penekanan
terhadap pembangunan masyarakat umum kurang tersentuh. Padahal berbagai persoalan yang
membutuhkan penanganan pembangunan masyarakat desa sesungguhnya sangat mendesak,
seperti ketertinggalaan desa dari kota hampIr di segala bidang, tidak terakomodasinya keinginan
dan kebutuhan masyarakat dalam program-program pemerintah, dan kualiatas pendidikan dan
kesejahteraan masih rendah. Berdasarkan pengalaman tersebut sudah seharusnya
pendekataan pembangunan pedesaan mulai diarahkan secara integral dengan
mempertimbangkan kekhasan daerah baik dilihat dari sisi kondisi, potensi dan prospek dari
masing-masing daerah. Namun di dalam penyusunan kebijakan pembangunan pedesaan secara
umum dapat dilihat dalam tiga kelompok (Haeruman, 1997), yaitu : a. Kebijakan secara tidak
langsung diarahkan pada pendiptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya
pembangunan pedesaan yang mendukung kegiatan sosial ekonomi, seperti penyediaan sarana

11 | P a g e
dan prasarana pendukung (pasar, pendidikan, kesehatan, jalan, dan lain sebagainya),
penguatan kelembagaan, dan perlindungan terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat
melalui undang- undang. b. Kebijakan yang langsung diarahkan pada peningkatan kegiatan
ekonomi masyarakat pedesaan. c. Kebijakan khusus menjangkau masyarakat melalui upaya
khusus, seperti penjaminan hukum melalui perundang-undangan dan penjaminan terhadap
keamanan dan kenyamanan masyarakat. Di samping itu kebijakan pembangunan pedesaan
harus dilaksanakan melalui pendekatan sektoral dan regional. Pendekatan sektoral dalam
perencanaan selalu dimulai dengan pernyataan yang mengkut sektor apa yang perlu
dikembangkan untuk mencapai tujuan pembangunan. Berbeda dengan pendekatan sektoral,
pendekatan regional lebih menitik beratkan pada daerah mana yang perlu mendapat prioritas
untuk dikembangkan, baru kemudian sektor apa yang sesuai untuk dikembangkan di masing-
masing daerah. Di dalam kenyataan, pendekatan regional sering diambil tidak dalam kerangka
totalitas, melainkan hanya untuk beberapa daerah tertentu, seperti daerah terbelakang, daerah
perbatasan, atau daerah yang diharapkan mempunyai posisi trategis dalam arti ekonomi-politis.

 2.8 strategi upaya pembangunan desa dalam rangka pengentasan


kemiskinan
1. Penyusunan tata ruang desa menjadi prasyarat utama dalam memulai suatu upaya
pembangunan desa. Dalam proses penyusunan tata ruang desa telah dirumuskan berbagai
potensi yang ada, keunikan, kultur yang melandasi dan harapan harapan yang ingin dicapai,
sehingga wujud desa nantinya menjadi khas, seperti desa wisata, desa tambang, desa kebun,
desa peternakan, desa nelayan, desa agribisnis, desa industri, desa tradisional dan lain
sebagainya. Dalam tata ruang tersebut, harus tersusun rencana infrastruktur, site plan untuk
office, pemukiman, comercial area, lahan usaha/budidaya berbasis sentra(satu hamparan),
kemampuan daya dukung lingkungan (berdasarkan estimasi jumlah penduduk maksimal),
lokasi pendidikan, sarana pelayanan kesehatan, pasar, terminal dan ruang publik (alun alun,
taman) dan sebagainya sesuai kebutuhan dan kesepakatan masyarakat.

2. Penetapan aktivitas dan komoditi yang akan dijadikan basis pengembangan ekonomi
desa, didasarkan analisis terhadap potensi yang ada, kemampuan masyarakat pada umumnya,
potensi pasar, minat dan kultur masyarakat.

3. Pembentukan lembaga lembaga masyarakat yang akan berperan sebagai stakeholders, dan
akan memberikan berbagai masukan dalam proses pembangunan desa.

4. Perumusan perencanaan pembangunan untuk satu masa jabatan Kepala Desa, serta
program pembangunan setiap tahunnya. Perumusan harus melibatkan harus melibatkan
seluruh komponen di desa, didasarkan kepada tata ruang yang telah disusun serta didasarkan
kepada kewajaran dan ketersediaan anggaran.

5. Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten / Kota dapat memberikan asistensi, masukan sesuai
dengan kebijakan, misi dan visi terhadap dokumen perencanaan yang disusun, serta
memberikan dukungan berupa pengalokasiandana dalam bentuk tugas pembantuan atau
bantuan yang diarahkan (specific grand ), Dengan demikian tidak ada lagi program charity,
baik dari Kabupaten / Kota, Provinsi maupun dari pusat. Seluruh aktivitas pembangunan di
desa sudah terintegrasi programnya (commited program ) dan sudah terintegrasi juga alokasi
anggarannya (commited budget).

12 | P a g e
6. Untuk pembangunan pendidikan, terutama dalam menuntaskan program wajardikdas
sembilan tahun, di desa perlu di bangun sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama dalam
satu lokasi, ini dilakukan untuk mengefisiesikan biaya pembangunan dan pemeliharaan
sekolah, juga untuk meringankan beban orang tua murid yang besar, yaitu komponen
transport.

7. Untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan di desa perlu dibangun Puskesmas


Pembantu atau sejenis, dan untuk desa yang sangat terpencil dapat didukung dengan Unit
Pelayanan Kesehatan Keliling.

8. Untuk pembangunan perekonomian di desa, dilakukan penetapan kegiatan dan komoditas


terpilih, sinkronisasi dengan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota, penguatan
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), penyiapan masyarakat dan lokasi sentra Manajemen
sentra, Penetapan berbagai kerjasama dengan pihak ketiga, penyiapan sarana perekonomian
(seperti terminal, pasar, koperasi, atau sejenis), penunjang aktivitas ekonomi masyarakat,
serta pembentukan lembaga fasilitator, baik dari masyarakat Desa itu sendiri atau dari luar
dan dari Perguruan Tinggi melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

9. Untuk meningkatkan SDM aparat desa dilakukan dengan meningkatkan program dan
kegiatan yang telah berjalan melalui program pusat, provinsi dan kabupaten / kota, efektivitas
program lomba desa dan peningkatan program Non Governtment (NGO).

BAB III
PENUTUP
13 | P a g e
A. KESIMPULAN

Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan ketentuan-


ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage) pembangunan di
desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga dapat mencapai
kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk
mencapai suatu keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan
akan lebih bersifat kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat
mempengaruhi perkembangan aspek mental(jiwa), fisik (raga), intelegensia (kecerdasan) dan
kesadaran bermasyarakat dan bernegara. Akan tetapi pencapaian objektif dan target pembangunan
desa pada dasarnya banyak ditentukan oleh mekanisme dan struktur yang dipakai sebagai sistem
pembangunan desa. Pengertian pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana
menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-
kegiatan yang dilakukan negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya. Pembagian desa menurut tahap pembangunannya terbagi atas 3

Kebijakan perencanaan pembangunan desa merupakan suatu pedoman-pedoman dan


ketentuan-ketentuan yang dianut atau dipilih dalam perencanaan pelaksanakan (memanage)
pembangunan di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat
sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi masyarakat.
Pembangunan Masyarakat Desa pada dasarnya adalah bertujuan untuk mencapai suatu
keadaan pertumbuhan dan peningkatan untuk jangka panjang dan sifat peningkatan akan lebih bersifat
kualitatif terhadap pola hidup warga masyarakat, yaitu pola yang dapat mempengaruhi perkembangan
aspek mental (jiwa),

DAFTAR PUSTAKA
Arief, Budiman, 1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Penerbit Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta

14 | P a g e
Adjid, D.A. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Perdesaan dalam Pembangunan Pertanian
Berencana. Orba Shakti. Bandung

Effendi, tadjudin N dan Chris manning. 1991. Rural Development and Non-Farm
Employment in Java. Resource system Institute. East-West Center.

Fu-Chen Lo. 1981. Rural-Urban Relations and Regional Development. The United nations
Centre for Regional Development. Maruzen Asia Pte. Ltd. Singapore

Ginanjar Kartasasmita. 1996. Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan


dan Pemerataan. CIDES. Jakarta

Soekadijo, R., G. 1984. Tendensi dan Tradisi dalam Sosiologi Pembangunan. Penerbit :
PT Gramedia, Jakarta. Soekanto, S. 1983. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial.
Penerbit : PT Ghalia Indonesia.

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai