DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
M.TAUFIK RAHMADI,S.Pd.M.Sc.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
1.1. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.2. TUJUAN.....................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1. KARTOGRAFI DIGITAL...............................................................................................................2
2.2. PEMBUATAN PETA DIGITAL......................................................................................................4
2.3. LUAS WILAYAH PADA PETA.....................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kartografi digital.
2. Untuk mengetahui peta digital.
3. Untuk mengetahui luas wilayah pada peta.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan peta. Peta tertua yang diawetkan pada
tablet tanah liat Babilonia dari sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani
kuno. ( Sariyono, K.E, & Nursa’ Ban,M. (2010). Kartografi Dasar.)
Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca.
350 SM) dan telah diterima oleh semua geografer. Kartografi Yunani dan Romawi
mencapai puncak dengan Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar tahun 85-165).
“peta dunia” digambarkan. Dunia Lama dari sekitar 60 ° N ke 30 ° S garis
lintang. Dia menulis karya monumental, Panduan untuk Geografi (Geographike
hyphygesis), yang tetap menjadi referensi otoritatif di geografi dunia hingga
Renaissance.
A. Peta di eropa banyak dipengaruhi oleh pandangan religius Jerussalem berlaku
sebagai cencer of point dari peta dan arah timur diorientasikan ke bagian atas
peta. Pikir manusia yang mempengaruhi pembuatan peta adalah manusia selalu
menempatkan dirinya sebagai pusat. Dirinya dapat berarti agamanya,
penduduknya atau negaranya. ( Sariyono, K.E, & Nursa’ Ban,M. (2010).
Kartografi Dasar.)
2
2. Medieval Maps/Periode Pertengahan
3. Renaissance Maps/PeriodeKejayaan
Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-
15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di
atas). Di antara pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian
Münster di Basel (sekarang Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun
1540, menjadi standar global baru untuk peta dunia.
A. Percetakan dengan pelat tembaga terukir muncul pada abad 16 dan terus
menjadi standar hingga teknik fotografi dikembangkan. Kemajuan besar dalam
pemetaan terjadi pada Zaman Eksplorasi di abad 15 dan 16.pembuat Peta
menanggapi dengan grafik navigasi, yang digambarkan garis pantai, pulau,
sungai, pelabuhan, dan fitur yang menarik berlayar. baris Kompas dan bantuan
navigasi lainnya termasuk, proyeksi peta baru dibuat, dan bola dibangun. peta
dan bola dunia tersebut diselenggarakan di nilai besar untuk, militer, dan
diplomatik tujuan ekonomi, dan sebagainya sering dianggap sebagai atau
komersial rahasia nasional – atau kepemilikan peta rahasia.
3
B. Seluruh-peta dunia pertama mulai muncul di awal abad ke-16, setelah pelayaran
oleh Columbus dan orang lain untuk Dunia Baru. Peta dunia pertama benar
biasanya dikreditkan ke Martin Waldseemüller di tahun 1507.Peta ini digunakan
proyeksi Ptolemaic diperluas dan adalah peta pertama yang menggunakan nama
Amerika untuk Dunia Baru – lihat Waldseemüller’s peta dunia .
A. Peta menjadi semakin akurat dan faktual selama abad ke-17, 18 dan 19 dengan
penerapan metode ilmiah. Banyak negara melakukan program pemetaan nasional
Proses konversi peta analog menjadi peta digital dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode. Metode yang sering digunakan yaitu :
5
1. Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi.
Fungsi ini merupakan fungsi yang mengeksplore data tanpa membuat perubahann
yang mendasar, danbiasanya dilakukan sebelum menganalisis data.
2. Fungsi overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang
menjadi masukannya. Misalnya, untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang
sesuai untuk budidaya tanaman tertentu diperlukan data ketinggian permukaan
bumi, data kadar air tanah, dan data jenis tanah, maka fungsi analis overlay akan
dilakukan terhadap ketiga data spasial ataub atribut tersebut.
3. Fungsi 3D analyst
Fungsi ini menyediakan jangkauan yang luas mengenai kemampuan-kemampuan
yang powerfull dalam pemodelan spasial dan analisis-analisis yang bersangkutan.
Melalui fungsi ini pengguna dapat membuat, melakukan query, melakukan
perhitungan, memetakan dan menganalisis data-data citra raster dengan basis
piksel/cell dan kemudian melakukan analisis data-data spasial vektor dan raster
secara terintegrasi.
2.3. LUAS WILAYAH PADA PETA
6
Koordinat UTM Koordinat UTM menyatakan proyeksi yang lebih detail untuk digunakan
dan satuan unitnya dalam meter, proyeksi dilakukan antar garis bujur setiap 6°. Setiap
daerah yang dibatasi garis bujur kelipatan 6° disebut dengan zona, terdapat 60 zona di
permukaan bumi. Zona 1 dimulai dari 180° BB sampai 174° BB, zona 2 dari 174° BB
sampai 168° BB dan seterusnya ke timur kemudian melewati bujur 0° (zona 30) dan
berakhir di zona 60 pada 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam sistem koordinat
UTM adalah 8° LS sampai 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8° yang
pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara, sehingga bagian 80° LS sampai 72° LS
diberi notasi C, 72° LS sampai 64° LS diberi notasi D dan seterusnya hingga pada notasi
X (huruf I dan O tidak digunakan). Transformasi Koordinat Geografis ke Koordinat
UTM Jarak Euclid biasa digunakan jika titiknya berada pada bidang datar untuk
menentukan jarak antara 2 titik, akan tetapi jarak antara 2 titik pada permukaan bumi
tidak dapat dihitung dengan Jarak Euclid karena bentuk permukaan bumi yang tidak rata.
Oleh karena itu, koordinat geografis perlu ditransformasikan menjadi koordinat UTM,
agar jarak Euclid dapat digunakan.Misalkan suatu titik di permukaan bumi dengan
koordinat (λ, 𝜙), dimana λ menunjukan garis bujur (longitude) dan 𝜙 menunjukan garis
lintang (latitude). Untuk menghitung jarak antara 2 titik di permukaan bumi, maka
koordinat geografis dapat di transformasikan menjadi koordinat UTM dengan
menggunakan perhitungan yang diambil dari Snyder, 1987
𝑎 = 6378137,
jarak pusat bumi ke equator. 𝑏 = 6356752.314245,
jarak pusat bumi ke kutub. 𝜆 = 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑒,
garis bujur 𝜙 = 𝑙𝑎𝑡𝑖𝑡𝑢𝑑𝑒, garis lintang
𝑓 = 𝑓𝑙𝑎𝑡𝑡𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔
, penggepengan. (1) 𝑒 ଶ = 𝑓 ∗ (2 − 𝑓),
eksentrisitas pertama. (2) 𝑒 = √𝑒 ଶ, eksentrisitas.
eksentrisitas kedua.
𝑘 = 0.9996, faktor skala pusat.
𝑇 = 𝑡𝑎𝑛 (𝜙)
Jarak Euclid adalah perhitungan jarak antara 2 titik.Jarak Euclid diperkenalkan oleh Euclid,
seorang matematikawan dari Yunani sekitar tahun 300 B.C.E. yang digunakan untuk
7
mempelajari hubungan antara sudut dan jarak. (Muryamto, R., Waljiyanto, W.,
Rahardjo, U., Riyadi, G., Andaru, R., Taftazani, I., ... & Farida, A. (2016).
Pembuatan Peta dan Sistem Informasi Geospasial Lahan Pertanian di Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 1(2), 278-287)
Jarak Euclid juga berkaitan dengan Theorema Pythagoras. Misal ditentukan titik
A=(x1 ,y1 ) dan titik B=(x2 ,y2 ) dimana titik-titik tersebut masih berada di 1 zona, maka
untuk mencari jarak antara titik A dan titik B menggunakan Jarak Euclid adalah : AB=
ට(x1 -x2 ) 2+(y1 -y2 ) 2 (13)
Metode Poligon Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis
lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik. Poligon
digunakan sebagai kerangka pembuatan peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang
sudah ditentukan letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua
benda buatan manusia dan benda-benda alam akan diorientasikan. Kedudukan benda
pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koordinat kartesius tegak
lurus (x,y) di bidang datar, dengan sumbu x menyatakan arah timur-barat dan sumbu y
menyatakan arah utara-selatan. (Muryamto, R., Waljiyanto, W., Rahardjo, U., Riyadi,
G., Andaru, R., Taftazani, I., ... & Farida, A. (2016). Pembuatan Peta dan Sistem
Informasi Geospasial Lahan Pertanian di Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian
Journal of Community Engagement), 1(2), 278-287)
Metode Poligon dapat digunakan dengan mengambil ≥ 4 titik pada batas sebagai
titik sudut dari poligon, kemudian mengambil titik tengah wilayah kabupaten sebagai titik
tengah dari poligon tersebut.Luas poligon merupakan jumlahan dari luas segitiga, untuk
menghitung luas segitiga dapat menggunakan rumus Heron.
A. Menentukan luas wilayah Kabupaten dan Kota di suatu Provinsi menggunakan metode
poligon dengan bantuan Google Earth menggunakan koordinat geografis (longitude dan
latitude) yang ditransformasikan ke koordinat UTM dengan software package program R
sebagai alat bantu untuk menyelesaikan masalah perhitungan.
B. Pengolahan Data Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:
8
a. Memilih titik-titik batas (longitude dan latitude) di suatu wilayah pada Google
Earth, kemudian mengambil titik tengah (titik pusat/titik dalam wilayah).
b. Mentransformasikan koordinat longitude dan latitude menjadi koordinat UTM
dengan menggunakan rumus (1) sampai (12).
c. Menghitung jarak kemudian menghitung luas
d. Menentukan presentase perbedaan luas yang didapat dengan luas yang menjadi
acuan.
C. Analisis Data Menggunakan Bantuan Program R
1. Menghitung Luas Wilayah Kabupaten Poso dengan titik batas wilayah yang dipilih
secara random Kabupaten Poso yang sudah diberi titik batas wilayah sebanyak 21 titik
yang dipilih di
Jika sudah ditentukan titik batas wilayah koordinat longitude dan latitude pada Google
Earth di suatu kabupaten. Penentuan titik dilakukan secara random, sesuai dengan batas
wilayah kabupaten dan kota. Setelah mengetahui Koordinat Longitude dan Latitude,
kemudian mentransformasikannya menjadi koordinat UTM dengan menggunakan rumus.
Selain menggunakan kedua metode, luas wilayah pada suatu peta dapat kita ukur
(perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip penghitungan menggunakan
model ini mirip dengan sistem grid. Prinsip dari metode ini adalah dengan membagi peta
menjadi beberapa balok yang berjajar dari atas ke bawah, (SULISTYA, H., & NUGRAHENI,
C. P. (2019). MENGHITUNG luas daerah suatu wilayah pada peta digital menggunakan
akibat teorema green pada bidang dengan bantuan ms. Excel. Prosiding sendika, 5(2))
9
2. Buat garis yang membagi daerah dalam peta dengan daerah luar
peta. Daerah di dalam peta yang tidak penuh digunakan untuk
memenuhi daerah di luar peta. Kemudian hitung luas balok
seluruhnya dengan rumus berikut:
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan
memperkecil keruangan suatu daerah yang luas, sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau
benda-benda angkasa dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang mudah diamati sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan
peta. Peta tertua yang diawetkan pada tablet tanah liat Babilonia dari sekitar 2300 SM Kartografi
itu cukup maju di Yunani kuno. Pada masa pertenghan di eropa dipengaruhi oleh pandangan
religious. Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-
15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara
pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel (sekarang
Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk
peta dunia. Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-
15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara
pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel (sekarang
Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk
peta dunia.
Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital yang
tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam peta digital yang
menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data, dan hubungan antar item
data. Kerincian dalam membuat peta digital tergantung dari skala peta dam dasar acuan geografis
yang disebut sebagai peta dasar (Budiman, 1994:4 dalam Budiyanto, 2002). Proses konversi peta
analog menjadi peta digital dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Metode
yang sering digunakan yaitu :
11
4. Masukan manual dari koordinat terkomputasi dan perhitungan
5. Transfer dari sumber data digital
Sistem koordinat proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia yaitu Sistem Koordinat
Geografis dan Universal Transverse Mercator (UTM). Proyeksi koordinat menentukan
bagaimana objek-objek di permukaan bumi (yang sebenarnya tidak datar) dipindahkan atau
diproyeksikan pada permukaan peta yang berupa bidang datar (Wartika dan Mahfud, 2013). Pada
penelitian ini, awalnya akan dipakai sistem koordinat geografis yang kemudian akan
ditransformasikan ke sistem koordinat UTM. Selain menggunakan kedua metode, luas wilayah
pada suatu peta dapat kita ukur (perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip
penghitungan menggunakan model ini mirip dengan sistem grid.
12
DAFTAR PUSTAKA
Basaria, R., Setiawan, A., & Sediyono, E. (2018). Penentuan luas wilayah kabupaten dan kota di
provinsi sulawesi tengah menggunakan metode poligon dengan bantuan google earth. Jurnal
Mercumatika: Jurnal Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika, 3(1), 9-22.
Muryamto, R., Waljiyanto, W., Rahardjo, U., Riyadi, G., Andaru, R., Taftazani, I., ... & Farida,
A. (2016). Pembuatan Peta dan Sistem Informasi Geospasial Lahan Pertanian di Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
(Indonesian Journal of Community Engagement), 1(2), 278-287..
Sulistya, H., & Nugraheni, C. P. (2019). MENGHITUNG LUAS DAERAH SUATU WILAYAH PADA PETA
DIGITAL MENGGUNAKAN AKIBAT TEOREMA GREEN PADA BIDANG DENGAN BANTUAN MS.
EXCEL. PROSIDING SENDIKA, 5(2).
Safitri, n., & Darmawan, s. (2018). Desain kartografi peta kampus (studi kasus: itenas, bandung).
13