Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KARTOGRAFI

(KARTOGRAFI DIGITAL, PETA DIGITAL DAN LUAS WILAYAH PADA PETA )

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

HADOMUAN HASIBUAN 3191131019

IHDA ANISSA LUTHFIA 3192431019

MARTHA FRISKA SINAGA 3193131021

SONIA MARANATHA S 3193331012

KELAS : D PENDIDIKAN GEOGRAFI 2019

DOSEN PENGAMPU : Ir. MAHARA SINTONG,M.Si.

M.TAUFIK RAHMADI,S.Pd.M.Sc.

MATA KULIAH : KARTOGRAFI

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
1.1. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................1
1.2. TUJUAN.....................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................2
2.1. KARTOGRAFI DIGITAL...............................................................................................................2
2.2. PEMBUATAN PETA DIGITAL......................................................................................................4
2.3. LUAS WILAYAH PADA PETA.....................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam melakukan pengamatan, manusia memerlukan alat bantu untk mempelajari
berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan. Beberapa diantara fenomena-
fenomena itu ada yang sangat kecil sehingga kita memerlukan alat-alat elektronik dan optic
yang kompleks untuk memperbesar objek tersebut agar dapat mengamati dengan jelas
komponen-komponennya. Misalnya penggunaan mikroskop untuk mengamati sel-sel tubuh
dan sebagainya. Demikian juga dengan geografi memerlukan teknik untuk mengetahui seisi
yang ada di permukaan bumi. Biasanya para ahli memakai kartografi. Kartografi adalah suatu
teknik yang secara mendasar di hubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu
daerah yang luas, sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau benda-benda angkasa dan
menyaikannya dalam benuk yang mudah diamati, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan komunikasi(Prof Darmono,M.Ed, Mahara Sintong, S.T.,M.Si, Rohani,
S.Pd., M.S.Pd. Diktat Perkulihaan Kartografi) Seperti halnya tulisan . suatu peta juga
memungkinkan diperluas aupun diperkecil agar kita mudah untuk membaca peta tersebut.
Peta adalah sebuah gambaran permukaan bumi pada suatu bidang datar yang menggunakan
skala tertentu agar mudah untuk dibaca. Pada peta dapat digambarkan berbagai unsur
penampakan yang ada dipermukaan bumi seperti sungai, laut,danau dan lainnya.
Digambarkan melalui symbol-simbol tertentu.

1.1. RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimanakah kartografi digital itu ?
2. Bagaimanakah peta digital ?
3. Bagaimana cara mengetahui luas wilayah pada peta ?

1.2. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kartografi digital.
2. Untuk mengetahui peta digital.
3. Untuk mengetahui luas wilayah pada peta.
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. KARTOGRAFI DIGITAL

Sejarah perkembangan kartografi digital terbagi menjadi beberapa periode


perkembnagan dimulai dari ketidak adaan teknologi, sampai perkembnagan teknologi
yang pesat seperti sekarang ini. Pembuatan peta sudah ada sejak zaman sebelum masehi,
perbedaannya terdapat pada media yang digunakan, bentuk atau hasil peta, proses
pembuatannya, serta media penyimpanan peta. Berikut ini penjelasan mengebai tahap-
tahap perkembangannya :
1. Peta di Awal Perkembangan/Periode Awal

Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan peta. Peta tertua yang diawetkan pada
tablet tanah liat Babilonia dari sekitar 2300 SM Kartografi itu cukup maju di Yunani
kuno. ( Sariyono, K.E, & Nursa’ Ban,M. (2010). Kartografi Dasar.)

Konsep Bumi bulat itu terkenal di kalangan filsuf Yunani pada saat Aristoteles (ca.
350 SM) dan telah diterima oleh semua geografer. Kartografi Yunani dan Romawi
mencapai puncak dengan Claudius Ptolemaeus (Ptolemy, sekitar tahun 85-165).
“peta dunia” digambarkan. Dunia Lama dari sekitar 60 ° N ke 30 ° S garis
lintang. Dia menulis karya monumental, Panduan untuk Geografi (Geographike
hyphygesis), yang tetap menjadi referensi otoritatif di geografi dunia hingga
Renaissance.
A. Peta di eropa banyak dipengaruhi oleh pandangan religius Jerussalem berlaku
sebagai cencer of point dari peta dan arah timur diorientasikan ke bagian atas
peta. Pikir manusia yang mempengaruhi pembuatan peta adalah manusia selalu
menempatkan dirinya sebagai pusat. Dirinya dapat berarti agamanya,
penduduknya atau negaranya. ( Sariyono, K.E, & Nursa’ Ban,M. (2010).
Kartografi Dasar.)

2
2. Medieval Maps/Periode Pertengahan

A. Peta di eropa banyak dipengaruhi oleh pandangan religius


B. Jerussalem berlaku sebagai cencer of point dari peta dan arah timur
diorientasikan ke bagian atas peta.
C.  Pola pikir manusia yang mempengaruhi pembuatan peta adalah manusia selalu
menempatkan dirinya sebagai pusat. Dirinya dapat berarti agamanya,
penduduknya atau negaranya.

3. Renaissance Maps/PeriodeKejayaan

Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-
15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di
atas). Di antara pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian
Münster di Basel (sekarang Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun
1540, menjadi standar global baru untuk peta dunia.

A. Percetakan dengan pelat tembaga terukir muncul pada abad 16 dan terus
menjadi standar hingga teknik fotografi dikembangkan. Kemajuan besar dalam
pemetaan terjadi pada Zaman Eksplorasi di abad 15 dan 16.pembuat Peta
menanggapi dengan grafik navigasi, yang digambarkan garis pantai, pulau,
sungai, pelabuhan, dan fitur yang menarik berlayar. baris Kompas dan bantuan
navigasi lainnya termasuk, proyeksi peta baru dibuat, dan bola dibangun. peta
dan bola dunia tersebut diselenggarakan di nilai besar untuk, militer, dan
diplomatik tujuan ekonomi, dan sebagainya sering dianggap sebagai atau
komersial rahasia nasional – atau kepemilikan peta rahasia.

3
B. Seluruh-peta dunia pertama mulai muncul di awal abad ke-16, setelah pelayaran
oleh Columbus dan orang lain untuk Dunia Baru. Peta dunia pertama benar
biasanya dikreditkan ke Martin Waldseemüller di tahun 1507.Peta ini digunakan
proyeksi Ptolemaic diperluas dan adalah peta pertama yang menggunakan nama
Amerika untuk Dunia Baru – lihat Waldseemüller’s peta dunia .

C. Gerardus Mercator dari Flanders (Belgia) adalah kartografer terkemuka dari


pertengahan abad ke-16 mengembangkan proyeksi silinder yang masih banyak
digunakan untuk grafik navigasi dan peta global. Ia menerbitkan peta dunia pada
1569 yang didasarkan pada proyeksi ini. Banyak proyeksi peta lainnya segera
dikembangkan.

4. Modern Maps/ Periode Modern

A.  Peta menjadi semakin akurat dan faktual selama abad ke-17, 18 dan 19 dengan
penerapan metode ilmiah. Banyak negara melakukan program pemetaan nasional

B.  Media penyimpanan juga berkembang dan teknologi semakin berkembang pesat

C.  Kartografi Modern didasarkan pada kombinasi pengamatan tanah dan


penginderaan jauh.

D. SIG muncul 1970-1980-an

E.  SIG menandai perubahan paradigma yang utama dalam kartografi

2.2. PEMBUATAN PETA DIGITAL


Peta adalah suatu penyajian grafis dari seluruh atau sebagian muka bumi pada suatu skala
peta dan sistem proyeksi peta tertentu. Peta menyajikan unsur-unsur dimuka bumi dengan
cara memilih, menseleksi atau menggenaralisasi sesuai dengan maksud dan tujuan dari
pembuatan peta tersebut. (Safitri, n., & Darmawan, s. (2018). Desain kartografi peta
kampus (studi kasus: itenas, bandung). Kaidah kartografis merupakan aturan atau
ketentuan yang menjadi dasar dan acuan dalam desain dan visualisasi peta agar
memberikan hasil yang baik dan efektif Menurut [6] Kraak dan Ormeling (1996) menyebut
kaidah kartografis dengan istilah cartographic grammar atau cartographic rule, dan
bermanfaat untuk memperbaiki transfer informasi dengan menggunakan karakteristik
4
murni berbagai karakteristik simbol grafis. Berfungsi atau tidaknya suatu peta sangat
tergantung pada desain.
Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital
yang tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam peta digital
yang menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data, dan
hubungan antar item data. Kerincian dalam membuat peta digital tergantung dari skala
peta dam dasar acuan geografis yang disebut sebagai peta dasar (Budiman, 1994:4 dalam
Budiyanto, 2002). (Basaria, R., Setiawan, A., & Sediyono, E. (2018). Penentuan luas
wilayah kabupaten dan kota di provinsi sulawesi tengah menggunakan metode
poligon dengan bantuan google earth. Jurnal Mercumatika: Jurnal Penelitian
Matematika dan Pendidikan Matematika, 3(1), 9-22.)

Proses konversi peta analog menjadi peta digital dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode. Metode yang sering digunakan yaitu :

1. Digital peta analog dengan digitizer


2. Scanning peta
3. Produksi peta digital
4. Masukan manual dari koordinat terkomputasi dan perhitungan
5. Transfer dari sumber data digital
a. Pengolahan data atribut
Pengolahan pada data atribut ditunjukkan untuk menelusuri, mengedit dan
menganalisis data atribut. Pengolahan dapat dilakukan sebelum atau sesudah
pengolahan data spasial. Fungsi-fungsi edit dan penelusuran data memungkinkan
untuk perbaikan dan evaluasi data yang sudah ada, analisis atribut sangat berguna dan
dapat meningkatkan efisiensi pengolahan data spasial, terutama untuk analisis data
spasial yang komplek. Fungsi pemasukan dan penambahan data atribut merupakan
operasi utama yang rutin dan banyak dipakai, seperti contoh operasi beberapa nilai
suatu objek akan dijawab operasi data atribut saja. Pengolahan data spasial kadang
tidak diperlukan lagi jika pengolahan data atribut telah dilakukan.
b. Fungsi analisis spasial SIG
Kemampuan SIG juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan.
Menurut Aronof (1989) dalam Setiawan (2002), kemampuan analisis spasial
menggunakan SIG dapat diklasifikasikan menjadi macam-macam.

5
1. Pengukuran, query spasial dan fungsi klasifikasi.
Fungsi ini merupakan fungsi yang mengeksplore data tanpa membuat perubahann
yang mendasar, danbiasanya dilakukan sebelum menganalisis data.
2. Fungsi overlay
Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang
menjadi masukannya. Misalnya, untuk menghasilkan wilayah-wilayah yang
sesuai untuk budidaya tanaman tertentu diperlukan data ketinggian permukaan
bumi, data kadar air tanah, dan data jenis tanah, maka fungsi analis overlay akan
dilakukan terhadap ketiga data spasial ataub atribut tersebut.
3. Fungsi 3D analyst
Fungsi ini menyediakan jangkauan yang luas mengenai kemampuan-kemampuan
yang powerfull dalam pemodelan spasial dan analisis-analisis yang bersangkutan.
Melalui fungsi ini pengguna dapat membuat, melakukan query, melakukan
perhitungan, memetakan dan menganalisis data-data citra raster dengan basis
piksel/cell dan kemudian melakukan analisis data-data spasial vektor dan raster
secara terintegrasi.
2.3. LUAS WILAYAH PADA PETA

Sistem koordinat proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia yaitu Sistem


Koordinat Geografis dan Universal Transverse Mercator (UTM). Proyeksi koordinat
menentukan bagaimana objek-objek di permukaan bumi (yang sebenarnya tidak datar)
dipindahkan atau diproyeksikan pada permukaan peta yang berupa bidang datar (Wartika
dan Mahfud, 2013). Pada penelitian ini, awalnya akan dipakai sistem koordinat geografis
yang kemudian akan ditransformasikan ke sistem koordinat UTM.

A. Koordinat Geografis Koordinat geografis digunakan untuk menunjukkan suatu titik


pada permukaan bumi berdasarkan dengan garis bujur (longitude) dan garis lintang
(latitude).
I. Longitude (Garis Bujur) adalah garis vertikal yang mengukur sudut antara suatu titik
yang dilewati garis bujur 0° atau 360° pada permukaan bumi yaitu Greenwich. II.
Latitude (Garis Lintang) adalah garis horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik
pada permukaan bumi dengan garis katulistiwa.

6
Koordinat UTM Koordinat UTM menyatakan proyeksi yang lebih detail untuk digunakan
dan satuan unitnya dalam meter, proyeksi dilakukan antar garis bujur setiap 6°. Setiap
daerah yang dibatasi garis bujur kelipatan 6° disebut dengan zona, terdapat 60 zona di
permukaan bumi. Zona 1 dimulai dari 180° BB sampai 174° BB, zona 2 dari 174° BB
sampai 168° BB dan seterusnya ke timur kemudian melewati bujur 0° (zona 30) dan
berakhir di zona 60 pada 174° BT sampai 180° BT. Batas lintang dalam sistem koordinat
UTM adalah 8° LS sampai 84° LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8° yang
pembagiannya dimulai dari 80° LS kearah utara, sehingga bagian 80° LS sampai 72° LS
diberi notasi C, 72° LS sampai 64° LS diberi notasi D dan seterusnya hingga pada notasi
X (huruf I dan O tidak digunakan). Transformasi Koordinat Geografis ke Koordinat
UTM Jarak Euclid biasa digunakan jika titiknya berada pada bidang datar untuk
menentukan jarak antara 2 titik, akan tetapi jarak antara 2 titik pada permukaan bumi
tidak dapat dihitung dengan Jarak Euclid karena bentuk permukaan bumi yang tidak rata.
Oleh karena itu, koordinat geografis perlu ditransformasikan menjadi koordinat UTM,
agar jarak Euclid dapat digunakan.Misalkan suatu titik di permukaan bumi dengan
koordinat (λ, 𝜙), dimana λ menunjukan garis bujur (longitude) dan 𝜙 menunjukan garis
lintang (latitude). Untuk menghitung jarak antara 2 titik di permukaan bumi, maka
koordinat geografis dapat di transformasikan menjadi koordinat UTM dengan
menggunakan perhitungan yang diambil dari Snyder, 1987
𝑎 = 6378137,
jarak pusat bumi ke equator. 𝑏 = 6356752.314245,
jarak pusat bumi ke kutub. 𝜆 = 𝑙𝑜𝑛𝑔𝑖𝑡𝑢𝑑𝑒,
garis bujur 𝜙 = 𝑙𝑎𝑡𝑖𝑡𝑢𝑑𝑒, garis lintang
𝑓 = 𝑓𝑙𝑎𝑡𝑡𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔
, penggepengan. (1) 𝑒 ଶ = 𝑓 ∗ (2 − 𝑓),
eksentrisitas pertama. (2) 𝑒 = √𝑒 ଶ, eksentrisitas.
eksentrisitas kedua.
𝑘଴ = 0.9996, faktor skala pusat.
𝑇 = 𝑡𝑎𝑛 (𝜙)
Jarak Euclid adalah perhitungan jarak antara 2 titik.Jarak Euclid diperkenalkan oleh Euclid,
seorang matematikawan dari Yunani sekitar tahun 300 B.C.E. yang digunakan untuk

7
mempelajari hubungan antara sudut dan jarak. (Muryamto, R., Waljiyanto, W.,
Rahardjo, U., Riyadi, G., Andaru, R., Taftazani, I., ... & Farida, A. (2016).
Pembuatan Peta dan Sistem Informasi Geospasial Lahan Pertanian di Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement), 1(2), 278-287)

Jarak Euclid juga berkaitan dengan Theorema Pythagoras. Misal ditentukan titik
A=(x1 ,y1 ) dan titik B=(x2 ,y2 ) dimana titik-titik tersebut masih berada di 1 zona, maka
untuk mencari jarak antara titik A dan titik B menggunakan Jarak Euclid adalah : AB=
ට(x1 -x2 ) 2+(y1 -y2 ) 2 (13)
Metode Poligon Poligon adalah serangkaian titik-titik yang dihubungkan dengan garis
lurus sehingga titik-titik tersebut membentuk sebuah rangkaian (jaringan) titik. Poligon
digunakan sebagai kerangka pembuatan peta, yaitu merupakan jaringan titik-titik yang
sudah ditentukan letaknya di tanah yang sudah ditandai dengan patok, dimana semua
benda buatan manusia dan benda-benda alam akan diorientasikan. Kedudukan benda
pada pekerjaan pemetaan biasanya dinyatakan dengan sistem koordinat kartesius tegak
lurus (x,y) di bidang datar, dengan sumbu x menyatakan arah timur-barat dan sumbu y
menyatakan arah utara-selatan. (Muryamto, R., Waljiyanto, W., Rahardjo, U., Riyadi,
G., Andaru, R., Taftazani, I., ... & Farida, A. (2016). Pembuatan Peta dan Sistem
Informasi Geospasial Lahan Pertanian di Kecamatan Sentolo, Kabupaten
Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian
Journal of Community Engagement), 1(2), 278-287)

Metode Poligon dapat digunakan dengan mengambil ≥ 4 titik pada batas sebagai
titik sudut dari poligon, kemudian mengambil titik tengah wilayah kabupaten sebagai titik
tengah dari poligon tersebut.Luas poligon merupakan jumlahan dari luas segitiga, untuk
menghitung luas segitiga dapat menggunakan rumus Heron.
A. Menentukan luas wilayah Kabupaten dan Kota di suatu Provinsi menggunakan metode
poligon dengan bantuan Google Earth menggunakan koordinat geografis (longitude dan
latitude) yang ditransformasikan ke koordinat UTM dengan software package program R
sebagai alat bantu untuk menyelesaikan masalah perhitungan.
B. Pengolahan Data Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut:

8
a. Memilih titik-titik batas (longitude dan latitude) di suatu wilayah pada Google
Earth, kemudian mengambil titik tengah (titik pusat/titik dalam wilayah).
b. Mentransformasikan koordinat longitude dan latitude menjadi koordinat UTM
dengan menggunakan rumus (1) sampai (12).
c. Menghitung jarak kemudian menghitung luas
d. Menentukan presentase perbedaan luas yang didapat dengan luas yang menjadi
acuan.
C. Analisis Data Menggunakan Bantuan Program R

1. Menghitung Luas Wilayah Kabupaten Poso dengan titik batas wilayah yang dipilih
secara random Kabupaten Poso yang sudah diberi titik batas wilayah sebanyak 21 titik
yang dipilih di
Jika sudah ditentukan titik batas wilayah koordinat longitude dan latitude pada Google
Earth di suatu kabupaten. Penentuan titik dilakukan secara random, sesuai dengan batas
wilayah kabupaten dan kota. Setelah mengetahui Koordinat Longitude dan Latitude,
kemudian mentransformasikannya menjadi koordinat UTM dengan menggunakan rumus.
Selain menggunakan kedua metode, luas wilayah pada suatu peta dapat kita ukur
(perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip penghitungan menggunakan
model ini mirip dengan sistem grid. Prinsip dari metode ini adalah dengan membagi peta
menjadi beberapa balok yang berjajar dari atas ke bawah, (SULISTYA, H., & NUGRAHENI,
C. P. (2019). MENGHITUNG luas daerah suatu wilayah pada peta digital menggunakan
akibat teorema green pada bidang dengan bantuan ms. Excel.  Prosiding sendika,  5(2))

dengan langkah-langkah sebagai berikut :


 Persiapkan peta awal yang akan dihitung luasnya dengan menggunakan metode
balok
 Bagi area pada peta menjadi beberapa bagian dengan ketebalan yang sama
 Buatlah pembatas untuk menghitung panjang balok.
 Setiap balok yang telah dibuat ditandai
 Prinsip pembatasan adalah sebagai berikut
1. Tandai garis peta yang berpotongan dengan garis balok

9
2. Buat garis yang membagi daerah dalam peta dengan daerah luar
peta.  Daerah di dalam peta yang tidak penuh digunakan untuk
memenuhi daerah di luar peta. Kemudian hitung luas balok
seluruhnya dengan rumus berikut:

L = (Panjang Total Balok X Lebar Balok) X Penyebut skla

10
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kartografi adalah suatu teknik yang secara mendasar dihubungkan dengan kegiatan
memperkecil keruangan suatu daerah yang luas, sebagian atau seluruh permukaan bumi, atau
benda-benda angkasa dan menyajikannya dalam suatu bentuk yang mudah diamati sehingga
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi. Kartografi adalah seni dan ilmu pembuatan
peta. Peta tertua yang diawetkan pada tablet tanah liat Babilonia dari sekitar 2300 SM Kartografi
itu cukup maju di Yunani kuno. Pada masa pertenghan di eropa dipengaruhi oleh pandangan
religious.   Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-
15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara
pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel (sekarang
Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk
peta dunia.   Penemuan pencetakan membuat peta lebih banyak tersedia dimulai pada abad ke-
15. Peta berada di blok kayu pertama yang dicetak menggunakan diukir (lihat di atas). Di antara
pembuat peta yang paling penting pada masa ini adalah Sebastian Münster di Basel (sekarang
Swiss). Nya Geographia, yang diterbitkan pada tahun 1540, menjadi standar global baru untuk
peta dunia.

Secara teknis SIG mengorganisasikan dan memanfaatkan data dari peta digital yang
tersimpan dalam basis data. Dalam SIG, dunia nyata dijabarkan dalam peta digital yang
menggambarkan posisi dari ruang (space) dan klasifikasi, atribut data, dan hubungan antar item
data. Kerincian dalam membuat peta digital tergantung dari skala peta dam dasar acuan geografis
yang disebut sebagai peta dasar (Budiman, 1994:4 dalam Budiyanto, 2002). Proses konversi peta
analog menjadi peta digital dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Metode
yang sering digunakan yaitu :

1. Digital peta analog dengan digitizer


2. Scanning peta
3. Produksi peta digital

11
4. Masukan manual dari koordinat terkomputasi dan perhitungan
5. Transfer dari sumber data digital

Sistem koordinat proyeksi yang lazim digunakan di Indonesia yaitu Sistem Koordinat
Geografis dan Universal Transverse Mercator (UTM). Proyeksi koordinat menentukan
bagaimana objek-objek di permukaan bumi (yang sebenarnya tidak datar) dipindahkan atau
diproyeksikan pada permukaan peta yang berupa bidang datar (Wartika dan Mahfud, 2013). Pada
penelitian ini, awalnya akan dipakai sistem koordinat geografis yang kemudian akan
ditransformasikan ke sistem koordinat UTM. Selain menggunakan kedua metode, luas wilayah
pada suatu peta dapat kita ukur (perkirakan) dengan menggunakan metode balok. Prinsip
penghitungan menggunakan model ini mirip dengan sistem grid.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sariyono, K. E., & Nursa'Ban, M. (2010). Kartografi Dasar.

Basaria, R., Setiawan, A., & Sediyono, E. (2018). Penentuan luas wilayah kabupaten dan kota di
provinsi sulawesi tengah menggunakan metode poligon dengan bantuan google earth. Jurnal
Mercumatika: Jurnal Penelitian Matematika dan Pendidikan Matematika, 3(1), 9-22.

Muryamto, R., Waljiyanto, W., Rahardjo, U., Riyadi, G., Andaru, R., Taftazani, I., ... & Farida,
A. (2016). Pembuatan Peta dan Sistem Informasi Geospasial Lahan Pertanian di Kecamatan
Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
(Indonesian Journal of Community Engagement), 1(2), 278-287..

Sulistya, H., & Nugraheni, C. P. (2019). MENGHITUNG LUAS DAERAH SUATU WILAYAH PADA PETA
DIGITAL MENGGUNAKAN AKIBAT TEOREMA GREEN PADA BIDANG DENGAN BANTUAN MS.
EXCEL. PROSIDING SENDIKA, 5(2).

Safitri, n., & Darmawan, s. (2018). Desain kartografi peta kampus (studi kasus: itenas, bandung).

13

Anda mungkin juga menyukai