Banyaknya pilihan yang beraneka ragam tersebut membuat kita harus serba canggih agar
mampu bersaing dengan Negara maju. teknologi bisa membuat kita semakin cerdas tapi
kelemahannya apabila tertinggal kita akan menjadi terpuruk. Sebab teknologi sekarang dapat
ditemukan dimanapun dengan mudah serta sudah menjadi bahan perbincangan dimanapun,
dan dalam bentuk yang beraneka ragam.
Dan disini kita kan mempelajari tentang bahasa jurnalistik. Bagi para penulis dan jurnalis
(wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah pelurunya. Mereka tidak mungkin
bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak pe-rasaan pembaca, pendengar, atau
pemirsanya, jika tidak menguasai bahasa jurnalistik dengan baik dan benar.
Itulah sebabnya, para penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan yang memadai atas kosa
kata, pilihan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik.
Bahasa jurnalistik harus memenuhi sejumlah persyaratan, seperti tampil menarik, variatif,
segar, berkarakter. Selain itu, ia juga harus senantiasa tampil ringkas dan lugas, logis,
dinamis, demokratis, dan populis.
Dalam bahasa jurnalistik, setiap kata harus bermakna, bahkan harus bertenaga, dan bercita
rasa. Kata bertenaga dengan cepat dapat membangkitkan daya motivasi, persuasi, fantasi, dan
daya imajinasi pada benak khalayak.
4. kenapa dalam penulisan jurnalistik kata sifat harus diganti dengan kata kerja?
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan pengertian jurnalistik,
karakteristik dalam bahasa jurnalistik, pengertian kata sifat dan kata kerja, serta untuk
memberitahu pembaca kenapa dalam penulisan jurnalistik kata sifat harus diganti dengan
kata kerja.
Manfaat dalam penulisan makalah ini sebagai bahan informasi bagi pelajar dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran jurnalistik sehingga dapat menulis bahsa jurnalistik dengan
baik dan benar.
BAB II PEMBAHASAN
Berikut ini beberapa devinisi dari beberapa tokoh mengenai Bahasa Jurnalistik :
1.Rosihan Anwar
Bahasa yang digunakan wartawan adalah bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa
Jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan
menarik. Bahasa jurnalistik didasarkan pada bahasa baku, tidak menganggap sepi kaidah-
kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan yang benar, dalam kosa kata bahasa jurnalistik
mengikuti perkembangan dalam masyarakat.
2.S. Wojowasito
Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang tampak dalam harian-harian dan
majalah-majalah. Dengan fungsi yang demikian itu bahasa tersebut haruslah jelas dan mudah
dibaca oleh mereka dengan ukuran intelek yang minimal. Sehingga sebagian besar
masyarakat yang melek huruf dapat menikmati isinya. Walaupun demikian tuntutan bahwa
bahasa jurnalistik harus baik, tidak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain bahasa jurnalistik
yang baik haruslah sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas
susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok.
3. Astrid Susanto
Dalam buku “Komunikasi Massa” yang terbit pada tahun 1986, Astrid Susanto memberikan
pengertian Jurnalistik sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mencatata dan
melaporankan serta menyebarkan informasi kepada masyarakat umum. Informasi yang
dimaksud berkenaan dengan kegiatan sehari-hari.
1. SEDERHANA
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak
diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat heterogen, baik dilihat dari tingkat
intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan
kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan
dalam bahasa jurnalistik.
2. SINGKAT
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak
berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau
kapling yang tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat
terbatas, sementara isinya banyak dan beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun pesan yang
akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.
3. PADAT
Menurut. PatmonoSK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku Teknik Jurnalislik (1996:
45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragrap yang
ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti
terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalinat yang singkat
tidak berarti memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat yang padat, kecuali singkat juga
mengandung lebih banyak informasi.
4. LUGAS
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau penghalusan kata
dan kalimat yang bisa membingunglian khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan
persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta
menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
5. JELAS
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai contoh, hitam
adalah wara yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna itu disandingkan,
maka terdapat perbedaan yang tegas mana disebut hitam, mana pula yang disebut putih. Pada.
Kedua warna itu sama sekali tidak ditemukan nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam
dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas
susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek-objek-predikat- keterangan
(SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.
6.JERNIH
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan
sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Sebagai bahan
bandingan, kita hanya dapat menikmati keindahan ikan hias arwana atau oscar hanya pada
akuarium dengan air yang jernih bening. Oscar dan arwana tidak akan melahirkan pesona
yang luar biasa apabila dimasukkan ke dalam kolam besar di persawahan yang berair keruh.
Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat
yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan kecuali
fakta, kebenaran, kepentingan public. Dalam bahasa kiai, jermh berarti bersikap berprasangka
baik (husnudzon) dan sejauh mungkin menghindari prasangka buruk (suudzon). Menurut
orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola piker positif (positive
thinking) dan menolak pola pikir negative (negative thinking). Hanya dengan pola pikir
positif kita akan dapat melihat semua fenomena dan persoalan yang terdapat dalam
masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih dan dada lapang.
Pers, atau lebih luas lagi media massa, di mana pun tidak diarahkan untuk membenci siapa
pun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan sekaligus mengingatkan tentang kejujuran,
keadilan, kebenaran, kepentingan rakyat. Tidak pernah ada dan memang tidak boleh ada,
misalnya hasutan pers untuk meraih kedudukan atau kekuasaan politik sebagaimana para
anggota dan pimpinan partai politik.
7. MENARIK
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan
perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta membuat orang yang sedang tertidur,
terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku.
Bahasa ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang menyebabkan karya-
karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika dibaca daripada memunculkan
semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih lama. Bahasa jurnalistik hasil karya
wartawan, sementara karya ilmiah hasil karya ilmuwan. Wartawan sering juga disebut
seniman.
Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau bahkan cubitan
sayang, bukan dengan mimik muka tegang atau kepalan tangan dengan pedang. Karena
itulah, sekeras apa pun bahasa jurnalistik, ia tidak akan dan tidak boleh membangkitkan
kebencian serta permusuhan dari pembaca dan pihak mana pun. Bahasa jurnalistik memang
harus provokatif tetapi tetap merujuk kepada pendekatan dan kaidah normatif. Tidak
semena-mena, tidak pula bersikap durjana. Perlu ditegaskan salah satu fungsi pers adalah
edukatif. Nilai dan nuansa edukatif itu, juga harus tampak pada bahasa jurnalistik pers.
8. DEMOKRATIS
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah demokratis. Demokratis
berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak
yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda
dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal, sehingga
samasekali tidak dikenal pendekatan feudal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam
lingkungan priyayi dan kraton.
Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah presiden atau tukang becak, bahkan
pengemis dan pemulung secara sama.Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan,
maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda. Presiden dan
pengemis keduanya tetap harus ditulis mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan
diskriminatif dalam penulisan berita, laporan, gambar, karikatur, atau teks foto.
Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan yang sama
di depan hukum schingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta perlakuan yang
berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat. Hanya menurut perspektif nilai berita (news value)
yang membedakan diantara keduanya. Salah satu penyebab utama mengapa bahasa Indonesia
dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa negara, bahasa pengikat persatuan dan kesatuan
bangsa, karena. bahasa Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia memang sangat
demokratis. Sebagai contoh, prisiden makan, saya makan, pengemis makan, kambing makan.
9. POPULIS
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam karya-karya
jurnalistik harus akrab di telinga, di mata, dan di benak pikiran khalayak pembaca,
pendengar, atau. pemirsa. Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi
oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari pengamen sampai seorang presiden, para
pembantu rumah tangga sampai ibu-ibu pejabat dharma wanita. Kebalikan dari populis
adalah elitis. Bahasa yang elitis adalah bahasa yang hanya dimengerti dan dipahami segelintir
kecil orang saja, terutama mereka yang berpendidikan dan berkedudukan tinggi.
10. LOGIS
Logis berarti apa pun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau paragraph jurnalistik
harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat (common sense). Bahasa
jurnalistik harus dapat diterima dan sekaligus mencerminkan nalar. Di sini berlaku hokum
logis. Sebagai contoh, apakah logis kalau dalam berita dikatakan: jumlah korban tewas dalam
musibah longsor dan banjir banding itu 225 orang namun sampai berita ini diturunkan belum
juga melapor.. Jawabannya tentu saja sangat tidak logis, karena mana mungkin korban yang
sudah tewas, bisa melapor?
Menurut salah seorang wartawan senior Kompas dalam bukunya yang mengupas masalah
kalimat jumalistik, dengan berbekal kemampuan menggunakan logika (silogisme), seorang
wartawan akan lebih jeli menangkap suatu keadaan, fakta, persoalan, ataupun pernyataan
seorang sumber berita. Ia akan lebih kritis, tidak mudah terkecoh oleh sumber berita yang
mengemukakan peryataan atau keterangan dengan motif-mo¬tif tertentu (Dewabrata,
2004:76).
11. GRAMATIKAL
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih dalam bahasa
jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai
dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman
pembentukan istilah yang menyertainya. Bahasa baku adalah bahasa yang paling besar
pengaruhnya dan paling tinggi wibawanya pada suatu bangsa atau kelompok masyarakat.
Contoh berikut adalah bahasa jurnalistik nonbaku atau tidak gramatikal: Ia bilang, presiden
menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 15 persen dari total APBN dalam tiga
tahun ke depan. Contoh bahasa jumalistik baku atau gramatikal: Ia mengatakan, presiden
menyetujui anggaran pendidikan dinaikkan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima
tahun ke depan.
Menurut teori komunikasi, khalayak media massa anonym dan heterogen. tidak saling
mengenal dan benar-benar majemuk, terdiri atas berbagai suku bangsa, latar belakang sosial-
ekonomi, pendidikan, pekerjaan, profesi dan tempat tinggal. Dalam perspektif teori
jurnalistik, memasukkan kata atau istilah asing pada berita yang kita tulis, kita udarakan atau
kita tayangkan, sama saja dengan sengaja menyebar banyak duri di tengah jalan. Kecuali
menyiksa diri sendiri, juga mencelakakan orang lain.
A. KATA SIFAT
Kata sifat atau adjektiva adalah kelas kata yang mengubah kata benda (nomina) atau
kata ganti (pronomina). Kata sifat merupakan kata yang menjelaskan, mengubah atau
menambah arti dari suatu kata benda agar lebih spesifik.
Jenis jenis kata sifat dapat dikelompokkan berdasarkan 3 kategori yaitu (1) semantis, (2)
sintaksis, dan (3) bentuk. Adapun pembahasan masing-masing kategori tersebut, yaitu
sebagai berikut :
Semantis (Makna)
o Adjektiva ukuran yaitu menyatakan kualitas yang dapat diukur dengan ukuran
kuantitatif.
Contoh : banyak, berat
o Adjektiva jarak yaitu mengacu pada ruang/spasi antara dua benda atau tempat.
Contoh : jauh, dekat
o Adjektiva cerapan yaitu mengacu pada sesuatu yang dapat dirasakan oleh
panca indera.
Contoh : manis, berisik, basah, bau, terang
2. Kata sifat (adjektiva) tak bertaraf yang menyatakan keanggotaan dalam suatu
golongan.
Contoh : abadi, bundar
Sintaksis (Tata/Susunan Kalimat)
1. Adjektiva atributif adalah kata sifat yang menjadi subjek, objek atau penjelas subjek.
Terletak di belakang/setelah kata benda.
Contoh : payung hitam, tenda biru
3. Adjektiva adverbial adalah adjektiva yang merupakan keterangan atau pelengkap dari
adjektiva utama. Adapun polanya yaitu :
o Perulangan adjektiva
Contoh : Ingat baik-baik.
Bentuk
1. Adjektiva dasar (monomorfemis) yaitu kata sifat yang belum mengalami proses
afiksasi atau penambahan imbuhan.
Contoh : asam, cantik, tinggi
2. Adjektiva turunan (polifermis) yaitu kata sifat yang sudah mengalami proses
afiksasi/penambahan imbuhan, pengulangan/reduplikasi, penyerapan, dan
pemajemukan.
o Kata sifat majemuk (pemajemukan) yaitu kata sifat yang terbentuk dari
penggabungan kata yang membentuk makna baru atau makna konotasi yang
merujuk pada sifat suatu benda atau objek.
– gabungan sinonim atau antonim (seperti : cerah ceria, baik buruk)
– gabungan morfem terikat (seperti : serba guna, adidaya)
– gabungan morfem bebas (seperti : baik budi, lapang dada, busung lapar)
3. Kata sifat serapan adalah kata sifat yang berasal dari bahasa asing dan diserap ke
dalam bahasa Indonesia.
5. Seorang guru akan merasa bangga jika semua siswa didiknya lulus dan mendapatkan
nilai yang memuaskan.
6. Saat malam minggu kawasan perumahan ini selalu berisik karena adanya acara muda
mudi.
7. Meja makan bundar itu adalah pemberian dari rekan kerja ayah untuk acara syukuran
rumah baru kami.
10. Berpakaianlah dengan sepantasnya saat menghadiri acara pembukaan kantor baru
yang akan diadakan nanti malam.
11. Baca baik-baik perintah soal sebelum menjawab pertanyaan saat ujian besok.
12. Baik buruknya perilaku seorang anak merupakan cerminan atau hasil didikan orang
tua.
13. Ketua RT komplek perumahan kami terkenal dengan sifat lapang dada.
14. Saat dewasa nanti Luna ingin tumbuh menjadi gadis yang tinggi seperti ibunya
saat muda dulu.
B. KATA KERJA
Pengertian Kata Kerja atau verba adalah penggolongan kata yang menjelaskan suatu
tindakan, keberadaan, pengalaman, atau penjelasan dinamis lainnya. Kata jenis ni
seringkali dipakai sebagai predikat dalam sebuah kalimat atau frasa.
Verba atau kata kerja fungsinya untuk mengulas tentang sebuah kegiatan atau suatu
perbuatan ataupun aktivitas yang dijalankan seseorang. Dari pembahasan tersebut,
bisa diambil kesimpulan bahwa pengertian kata kerja atua verba adalah kata yang
fungsinya sebagai penjelas dan menunjukkan sebuah perbuatan seseorang atau subjek.
Biasanya dibuat dengan imbuhan me-, di-, ter-, me-kan, di-kan, ber-an, memper-an,
dan memper-i.
Kata bisa didahului kata pernyataan waktu, seperti telah, sedang, akan, hampir, segera
Bisa diperluas dengan menambahkan dengan + kata sifat sesudah, contohnya seperti
ia berlali dengan cepat, Nani menghitung dengan teliti dan lain-lain.
Menurut Objeknya
Jika objek beberapa contoh di atas dihilangkan, maka kalimat tersebut tidak akan jelas
dan menjadi tidak efektif. Untuk itu, seluruh contoh diatas termasuk kata kerja
transitif.
Menurut Bentuknya
Makan
Minum
Pergi
Tidur
Lari
Baca
Beli
Bebas Afiks Wajib. Adalah kata yang harus mempunyi afiks supaya bisa fungsinya
sebagai kata kerja, jika dipisahkan dari afiksnya, maka kata ini dapat menjadi jenis
kata lainnya. Contoh: Mendarat, Melebar, Mengering dan lain sebagainya.
Bebas Afiks Manasuka. Adalah kata kerja dasar yang mengalami penambahan afiks,
tetapi tetap fungsinya sebagai kata kerja apabila afiks tersebut tidak dipakai.
Contohnya seperti membaca, mencari, bekerja.
Majemuk. Adalah kata kerja yang terbentuk dari dua kata yang lain selanjutnya
sesudah digabungkan memberikan arti baru. Misalnya adalah seperti cari mati, cuci
darah, dan lain sebagainya.
5. Ami menulis surat untuk Neneknya.
BUKU
Astrid Susanto.1986.komunikasi masssa.yogyakarta:bina cipta
MEDIA
1. https://www-kompasiana-
com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/iffa_isti/makalah-bahasa-
jurnalistik_551951aa813311b1749de1e4?usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D&_js_v=0.1#aoh=16039594863981&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fwww.kompasiana.com%2Fiffa_isti%2Fmakalah-bahasa-
jurnalistik_551951aa813311b1749de1e4
2. http://henywahyunibastra.blogspot.com/2012/06/makalah-jurnalistik.html#:~:text=Tujuan
%20dalam%20makalah%20ini%20adalah,%2C%20bentuk%20jurnalistik%2C%20produk
%20jurnalistik.&text=Manfaat%20yang%20diharapkan%20dalam%20makalah,upaya
%20meningkatkan%20mutu%20pembelajaran%20jurnalistik.
3. https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-kata-sifat
4. https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/verba.html
5. https://www.kompasiana.com/nazal_07/5519c1f9a33311ad1bb6595d/bahasa-jurnalistik