Anda di halaman 1dari 6

STUDI PERBANDINGAN ANALISIS KOLOM PERSEGI DENGAN KOLOM PIPIH

R. S. Kwandou1, R.I. Halim1, J. Tanijaya2, H.T. Kalangi3


1,3
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atmajaya Makassar, Jl. Tanjung Alang 23 Makassar
Email: robbykwandouw@yahoo.com
2
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Kristen Indonesia Paulus, Perintis Kemerdekaan Km 13 – Makassar
Email: depeka@indosat.net.id

ABSTRAK
Tulisan ini membahas hasil studi perbandingan analisis antara kolom persegi dengan kolom pipih
pada struktur portal tanpa pengaku lateral. Bentuk penampang kolom persegi yang umumnya
digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk
penampang seperti huruf L (L-shaped column), huruf T (T-shaped column) dan bentuk + (plus-
shaped column) dengan ukuran lebar mengikuti tebal dinding sehingga tidak terlihat adanya tonjolan
pada dinding. Perhitungan momen lentur menggunakan pendekatan metode uniaksial ekivalen
dengan prinsip mengubah momen dua arah (biaxial bending) menjadi momen satu arah (uniaxial
bending). Luas penampang kolom yang digunakan untuk kolom persegi dan kolom pipih memiliki
nilai yang sama yaitu 900 cm2 dan 1600 cm2. Hasil perhitungan dengan metode uniaksial ekivalen
terlihat bahwa terjadi peningkatan luas tulangan sebesar 21,62%, 31,50% dan 51,57% masing-
masing dari kolom tepi berbentuk L, kolom tepi tengah berbentuk T dan kolom tengah berbentuk +
secara berturut-turut terhadap hasil perhitungan kolom persegi dengan bantuan program SAP2000
v14 (metode lentur biaksial).
Kata kunci: uniaksial, biaksial, momen inersia

1. PENDAHULUAN
Dalam suatu perencanaan struktur bangunan/gedung, perencana struktur biasanya menyesuaikan dengan letak dan
proporsi ruangan yang telah dibuat oleh perencana arsitektur. Namun setelah perencanaan struktur dilakukan
biasanya luas pemakaian ruangan akan berkurang akibat penonjolan penampang kolom sehingga mengurangi luas
sesungguhnya dari ruangan tersebut. Oleh karena itu sebagai alternatif dibuat kolom pipih dengan tebal mengikuti
lebar ukuran dinding agar masalah pengurangan luas ruangan yang telah direncanakan teratasi.
Sekarang ini kolom pipih semakin banyak digunakan dalam konstruksi rumah tinggal. Bentuk penampang kolom
yang umumnya digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk
penampang seperti huruf L (L-shaped column), huruf T (T-shaped column) dan bentuk + (plus-shaped column).
Penerapan kolom pipih ini dilaksanakan mengikuti lebar dinding sehingga memberikan nilai estetika yaitu memberi
kesan ruangan menjadi lebih luas. Namun pengetahuan atau informasi mengenai penggunaan kolom pipih ini masih
sangat kurang terutama mengenai sifat mekanik dan kekuatannya.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Resmi Bestari Muin (2008), kolom merupakan elemen tekan yang menumpu/menahan balok yang memikul
beban-beban pada lantai sehingga kolom ini sangat berarti bagi struktur. Jika kolom runtuh, maka bangunan akan
runtuh pula secara keseluruhan. Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi juga
momen (Gambar 1).

Gambar 1. Kolom beton (Resmi Bestari Muin, 2008)

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-205


Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur

Penataan ruang dari segi arsitektural telah menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan sekarang ini. Oleh sebab itu
penggunaan kolom persegi mulai ditinggalkan lalu digantikan dengan kolom pipih. Kolom pipih ini memiliki bentuk
yang tidak hanya berupa bentuk segiempat melainkan juga berbentuk L, bentuk T dan juga bentuk + (Gambar 2).
Menurut Ghoneim (2008), kolom merupakan elemen terpenting struktur dari suatu gedung. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya keruntuhan gedung yang terjadi diakibatkan oleh keruntuhan kolom.
Kolom pada struktur memikul beban yang berasal dari pelat dan balok kemudian meneruskannya ke pondasi dan
oleh sebab itu maka pada umumnya kolom merupakan komponen tekan disamping juga menerima momen yang
terjadi disebabkan karena kontinuitas yang ada pada struktur (W.H. Mosley, 1987).

Gambar 2. Kolom pipih berbentuk khusus

3. HUBUNGAN BEBAN AKSIAL DAN MOMEN


Gaya aksial Pu bekerja pada kolom berjarak e terhadap sumbu pusat kolom dapat dinyatakan dengan rumus:
Mu = Pu . e (1)
Eksentrisitas tidak terduga dapat timbul akibat pelaksanaan pekerjaan di titik-titik buhul yang tidak sempurna
sehingga terjadi pergeseran sumbu sistem bangunan ataupun akibat penggunaan bahan berbeda mutu. Dengan
pertimbangan tersebut, perencanaan kolom umumnya didasarkan pada momen akibat dari beban aksial dengan
eksentrisitas relatif besar (Gambar 3).

Gambar 3. Hubungan beban aksial-momen-eksentrisitas (Istimawan Dipohusodo,1994)


Kekuatan suatu penampang kolom dapat diperhitungkan terhadap banyak kemungkinan kombinasi pasangan beban
aksial dan momen sehingga terdapat beberapa kemungkinan kuat beban aksial yang berbeda, dengan masing-masing
mempunyai pasangan kuat momen tersendiri.

4. METODE UNIAKSIAL EKIVALEN


Metode uniaksial ekivalen dilakukan dengan cara mengubah nilai momen arah-X dan arah-Y menjadi suatu nilai
momen ekivalen. Nilai dari My dan Mx diubah menjadi momen resultan tunggal dengan mengalikan suatu faktor
penambahan nilai momen sebesar 15%.
2 2 (2)
M e = 1,15 Mx + My
dengan Me = momen ekivalen [N-mm], Mx = momen arah-X [N-mm] dan My = momen arah-Y [N-mm]
Arah resultan momen yang terjadi berpengaruh dalam menentukan letak garis netral. Arah resultan tersebut
ditentukan berdasarkan nilai momen lebih besar yang bekerja terhadap sumbu-X ataupun sumbu-Y. Apabila Mx >
My maka letak garis netral ditentukan berdasarkan arah sumbu-X dan demikian pula sebaliknya bila Mx < My maka
letak garis netral ditentukan berdasarkan arah sumbu-Y.
Prinsip perhitungan kolom pipih ini memberikan keuntungan untuk perhitungan pada kolom dengan berbagai
macam bentuk penampang. Selanjutnya maka dilakukan perhitungan momen inersia kolom, titik berat penampang,
luas penampang kolom dan jari-jari girasi kolom.

S-206 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5


Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur

Pengaruh kelangsingan kolom dalam perhitungan perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah kolom akan
dianalisis sebagai kolom pendek atau kolom langsing. Pengaruh kelangsingan untuk struktur kolom tanpa pengaku
lateral dapat ditentukan berdasarkan angka kelangsingan yang dinyatakan dengan rumus:
kl u
< 22 (3)
r
Ig
r= (4)
Ag
dengan k = faktor panjang efektif panjang efektif [m] , r = jari-jari girasi [m] , Ig = momen inersia bruto penampang
[m4] dan Ag = luas penampang bruto penampang [m2].
Apabila termasuk kolom langsing dan angka kelangsingan tidak lebih besar daripada 100 maka digunakan metode
perbesaran momen untuk menghitung hasil momen akhir yang diperoleh. Rumus perbesaran momen yang
digunakan yaitu:
Mc = Mns + dsMs (5)
dengan Mc = momen pada kolom setelah terjadi perbesaran [N-mm], Mns = momen pada kolom akibat dipengaruhi
gaya gravitasi [N-mm], Ms = momen pada kolom akibat dipengaruhi gaya lateral [N-mm] dan ds = faktor perbesaran
momen akibat adanya pergoyangan.
Setelah memperoleh nilai Mc untuk masing-masing arah momen yang bekerja maka momen akhir setelah diperbesar
akan diubah menjadi momen satu arah (uniaksial ekivalen) dengan menggunakan persamaan (2). Selanjutnya
dihitung nilai eksentrisitas yang terjadi lalu ditetapkan suatu nilai c asumsi yang akan digunakan dalam perhitungan
penulangan.

5. PERHITUNGAN PENULANGAN KOLOM PADA EMPAT SISI


Perhitungan penulangan kolom pada empat sisi memberikan kesulitan tersendiri dalam hal menentukan nilai c
secara tepat. Oleh karena itu digunakan metode coba-coba (trial-error) dalam menentukan nilai c yang tepat.
Perhitungan dipisahkan berdasarkan momen dan aksial yang diterima penampang beton dan yang diterima oleh
tulangan. Masing-masing nilai tersebut akan diakumulasikan untuk memperoleh nilai momen nominal dan kapasitas
aksial nominal penampang kolom.
Diagram regangan yang terjadi merupakan gabungan antara regangan beton dengan regangan tulangan (Gambar 4).
Nilai a (tinggi blok ekivalen) perlu diperhatikan dalam perhitungan momen dan aksial pada beton sedangkan nilai di
merupakan nilai yang perlu diperhatikan dalam perhitungan momen dan aksial pada tulangan (Gambar 5).

Gambar 4. Diagram regangan beton


c - di fy (6)
f si = 600 x £
c γs
æ7 eö (7)
γ s = 1,15 x çç - ÷÷
è6 3ø
Fsi = Σ{fsi (ni x Asi)} (8)
Msi = Fsi (yp - di) (9)
Perhitungan momen dan aksial pada beton pada dasarnya juga memiliki prinsip perhitungan yang sama dengan
momen dan aksial pada tulangan yang diperoleh dengan menjumlahkan tiap-tiap baris yang ada apabila terdapat
perbedaan lebar penampang b.

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-207


Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur

0,67 x fcu
Fci = x A ci
γc
(10)
æ7 eö
γ c = 1,5 x çç - ÷÷
è6 3ø (11)
A ci = a x b (12)
Mci = Fci (yp - ½ a) (13)

Gambar 5. Contoh nilai d dan a pada kolom L (mm)


Setelah memperoleh nilai ΣFci dan ΣFsi maka diperoleh nilai Pn yang merupakan hasil penjumlahan antara keduanya.
Untuk memperoleh nilai c yang sebenarnya maka nilai Pn harus dibandingkan terhadap Pu dengan persyaratan
bahwa perbedaan antara nilai Pn dan Pu tidak lebih besar dari 5%. Apabila nilai Pn telah mendekati nilai dari Pu maka
yang perlu dilihat perbandingan antara nilai Mn dengan Mu. Nilai Mn diperoleh dari penjumlahan antara ΣMci dan
ΣMsi. Apabila nilai dari Mn > Mu maka berarti penampang mampu memikul aksial dan lentur yang terjadi bersama-
sama sedangkan apabila Mn < Mu berarti penulangan harus ditambah atau luas penampang kolom harus diperbesar.
Pn = ΣFci + ΣFsi (14)
Mn = ΣMci + ΣMsi (15)
Jarak spasi antartulangan sengkang tidak boleh lebih besar dari:
a. 48 kali diameter batang tulangan sengkang
b. 16 kali diameter batang tulangan memanjang
c. ukuran kolom arah terkecil

6. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


Berikut disajikan hasil perhitungan penulangan dan perbandingan antara kolom pipih dengan kolom persegi. Hasil
penulangan yang diperoleh berasal dari perhitungan SAP2000 v14 (lentur biaksial) dan perhitungan manual
menggunakan metode uniaksial ekivalen.
Perhitungan gaya-gaya dalam yang diperoleh dengan menggunakan bantuan program SAP2000 v14 (lentur biaksial)
untuk selanjutnya digunakan dalam menghitung penulangan dengan metode uniaksial ekivalen (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil perhitungan perbandingan kolom persegi dengan kolom pipih

Kolom C4 (kolom tepi


Kolom A4 (kolom tepi) Kolom C3 (kolom tengah)
tengah)
Kolom Kolom Kolom
Kolom L Kolom T Kolom +
persegi persegi persegi
Pc (kN) 1995.06 3058.53 1835.51 2218.89 5688.91 7941.57
δs 2.38 1.74 2.38 1.74 2.38 1.74
Myns (kN-m) -15.99 9.77 -27.05 14.17 -4.43 -4.53
Mys (kN-m) -19.78 21.93 -17.03 15.13 -58.04 -44.71
Myc (kN-m) -63.14 48.04 -67.63 40.56 -142.77 -82.54
Mxns (kN-m) 19.92 -12.09 -1.35 -1.24 -5.49 -5.93
Mxs (kN-m) 19.36 -19.98 -25.46 -25.25 -58.76 -42.23
Mxc (kN-m) 66.08 -46.95 -62.04 -45.29 -145.53 -79.61
Me (kN-m) 105.10 77.25 105.54 69.92 234.45 131.88
Pu (kN) 501.28 514.42 1066.83 1063.10 2319.61 2317.48
Ix (cm4) 67500 103481.6598 67500 103481.6598 213333.3333 296663.75

S-208 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5


Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur

Iy (cm4) 67500 103481.6598 67500 75058.75 213333.3333 296663.75


Imin (cm4) 67500 103481.6598 67500 75058.75 213333.3333 296663.75
Imax (cm4) 67500 103481.6598 67500 103481.6598 213333.3333 296663.75
Ag (cm2) 900 915 900 915 1600 1605
As perlu dari SAP (mm2) 1891.11 - 3107.59 - 3844.49 -
As uniaksial ekuivalen (mm2) 3402.34 2412.74 5890.49 4536.46 9817.48 7938.80
Hasil perhitungan memberikan nilai perbandingan antara luas penulangan kolom persegi menggunakan SAP2000
v14 (lentur biaksial) dibandingkan dengan hasil penulangan kolom pipih L, T dan + menggunakan metode uniaksial
ekivalen (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil rekapitulasi perhitungan kolom persegi SAP2000 v14 dengan kolom pipih metode uniaksial ekivalen
Nilai As kolom (mm2)
Kolom Tepi Kolom Tepi Tengah Kolom Tengah
Persegi L Persegi T Persegi +
SAP2000 v14 1891.11 - 3107.59 - 3844.49 -
Uniaksial ekivalen - 2412.74 - 4536.46 - 7938.80
% kenaikan 21.62% 31.50% 51.57%

7. PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai luas penulangan secara berurutan mulai dari kolom
tepi (L-shaped column), kolom tepi tengah (T-shaped column) dan kolom tengah (+-shaped column) yang
digunakan sebesar 21.62%, 31.50% dan 51.57% terhadap kolom persegi hasil perhitungan SAP2000 v14 (lentur
biaksial) bila dibandingkan terhadap kolom pipih hasil perhitungan metode uniaksial ekivalen. Luas penampang
kolom yang digunakan antara kolom persegi dengan kolom pipih memiliki nilai yang sama yaitu 900 cm2 dan 1600
cm2. Walaupun memiliki nilai luas penampang yang sama namun momen inersia yang dimiliki kolom pipih lebih
besar bila dibandingkan dengan kolom persegi sehingga akan dihasilkan faktor perbesaran momen yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan kolom persegi.

8. KESIMPULAN
Kolom pipih (uniaksial ekivalen) menghasilkan luas penulangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan kolom
persegi (SAP2000 v14- lentur biaksial) dengan luas penampang yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung: Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Dipohusodo, I. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ghoneim, M. & El-Mihilmy, M. 2008. Design of Reinforced Concrete Structures, Volume 2. Cairo University.
Menon, D. & Pillai, U. 2008. Reinforced Concrete Design, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw Hill.
Mosley, W. H. & Bungey, J. H. 1987. Reinforced Concrete Design, Third Edition. London: Macmillan Education
Ltd.
Muin, Resmi B. 2008. Struktur Beton Bertulang II. (Online), (http://pskm.mercubuana.ac.id, diakses 10 Maret
2011).
Nawy, Edward G. 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan Ketiga. Terjemahan oleh Bambang
Suryoatmono. Bandung: PT Refika Aditama.
Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). 2002. Bandung: Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITB.
Wijaya, H. & Alfonso, J. 2006. Aplikasi Kolom Langsing Pada Bangunan Bertingkat Banyak. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Makassar.

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-209


Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
Struktur

S-210 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5


Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

Anda mungkin juga menyukai