Studi Perbandingan Analisis Kolom Persegi Dengan Kolom Perhitungan Kolom Pipih Ini
Studi Perbandingan Analisis Kolom Persegi Dengan Kolom Perhitungan Kolom Pipih Ini
ABSTRAK
Tulisan ini membahas hasil studi perbandingan analisis antara kolom persegi dengan kolom pipih
pada struktur portal tanpa pengaku lateral. Bentuk penampang kolom persegi yang umumnya
digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk
penampang seperti huruf L (L-shaped column), huruf T (T-shaped column) dan bentuk + (plus-
shaped column) dengan ukuran lebar mengikuti tebal dinding sehingga tidak terlihat adanya tonjolan
pada dinding. Perhitungan momen lentur menggunakan pendekatan metode uniaksial ekivalen
dengan prinsip mengubah momen dua arah (biaxial bending) menjadi momen satu arah (uniaxial
bending). Luas penampang kolom yang digunakan untuk kolom persegi dan kolom pipih memiliki
nilai yang sama yaitu 900 cm2 dan 1600 cm2. Hasil perhitungan dengan metode uniaksial ekivalen
terlihat bahwa terjadi peningkatan luas tulangan sebesar 21,62%, 31,50% dan 51,57% masing-
masing dari kolom tepi berbentuk L, kolom tepi tengah berbentuk T dan kolom tengah berbentuk +
secara berturut-turut terhadap hasil perhitungan kolom persegi dengan bantuan program SAP2000
v14 (metode lentur biaksial).
Kata kunci: uniaksial, biaksial, momen inersia
1. PENDAHULUAN
Dalam suatu perencanaan struktur bangunan/gedung, perencana struktur biasanya menyesuaikan dengan letak dan
proporsi ruangan yang telah dibuat oleh perencana arsitektur. Namun setelah perencanaan struktur dilakukan
biasanya luas pemakaian ruangan akan berkurang akibat penonjolan penampang kolom sehingga mengurangi luas
sesungguhnya dari ruangan tersebut. Oleh karena itu sebagai alternatif dibuat kolom pipih dengan tebal mengikuti
lebar ukuran dinding agar masalah pengurangan luas ruangan yang telah direncanakan teratasi.
Sekarang ini kolom pipih semakin banyak digunakan dalam konstruksi rumah tinggal. Bentuk penampang kolom
yang umumnya digunakan (bujursangkar atau empat persegi panjang) diubah menjadi kolom pipih dengan bentuk
penampang seperti huruf L (L-shaped column), huruf T (T-shaped column) dan bentuk + (plus-shaped column).
Penerapan kolom pipih ini dilaksanakan mengikuti lebar dinding sehingga memberikan nilai estetika yaitu memberi
kesan ruangan menjadi lebih luas. Namun pengetahuan atau informasi mengenai penggunaan kolom pipih ini masih
sangat kurang terutama mengenai sifat mekanik dan kekuatannya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Resmi Bestari Muin (2008), kolom merupakan elemen tekan yang menumpu/menahan balok yang memikul
beban-beban pada lantai sehingga kolom ini sangat berarti bagi struktur. Jika kolom runtuh, maka bangunan akan
runtuh pula secara keseluruhan. Pada umumnya kolom beton tidak hanya menerima beban aksial tekan, tapi juga
momen (Gambar 1).
Penataan ruang dari segi arsitektural telah menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan sekarang ini. Oleh sebab itu
penggunaan kolom persegi mulai ditinggalkan lalu digantikan dengan kolom pipih. Kolom pipih ini memiliki bentuk
yang tidak hanya berupa bentuk segiempat melainkan juga berbentuk L, bentuk T dan juga bentuk + (Gambar 2).
Menurut Ghoneim (2008), kolom merupakan elemen terpenting struktur dari suatu gedung. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya keruntuhan gedung yang terjadi diakibatkan oleh keruntuhan kolom.
Kolom pada struktur memikul beban yang berasal dari pelat dan balok kemudian meneruskannya ke pondasi dan
oleh sebab itu maka pada umumnya kolom merupakan komponen tekan disamping juga menerima momen yang
terjadi disebabkan karena kontinuitas yang ada pada struktur (W.H. Mosley, 1987).
Pengaruh kelangsingan kolom dalam perhitungan perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah kolom akan
dianalisis sebagai kolom pendek atau kolom langsing. Pengaruh kelangsingan untuk struktur kolom tanpa pengaku
lateral dapat ditentukan berdasarkan angka kelangsingan yang dinyatakan dengan rumus:
kl u
< 22 (3)
r
Ig
r= (4)
Ag
dengan k = faktor panjang efektif panjang efektif [m] , r = jari-jari girasi [m] , Ig = momen inersia bruto penampang
[m4] dan Ag = luas penampang bruto penampang [m2].
Apabila termasuk kolom langsing dan angka kelangsingan tidak lebih besar daripada 100 maka digunakan metode
perbesaran momen untuk menghitung hasil momen akhir yang diperoleh. Rumus perbesaran momen yang
digunakan yaitu:
Mc = Mns + dsMs (5)
dengan Mc = momen pada kolom setelah terjadi perbesaran [N-mm], Mns = momen pada kolom akibat dipengaruhi
gaya gravitasi [N-mm], Ms = momen pada kolom akibat dipengaruhi gaya lateral [N-mm] dan ds = faktor perbesaran
momen akibat adanya pergoyangan.
Setelah memperoleh nilai Mc untuk masing-masing arah momen yang bekerja maka momen akhir setelah diperbesar
akan diubah menjadi momen satu arah (uniaksial ekivalen) dengan menggunakan persamaan (2). Selanjutnya
dihitung nilai eksentrisitas yang terjadi lalu ditetapkan suatu nilai c asumsi yang akan digunakan dalam perhitungan
penulangan.
0,67 x fcu
Fci = x A ci
γc
(10)
æ7 eö
γ c = 1,5 x çç - ÷÷
è6 3ø (11)
A ci = a x b (12)
Mci = Fci (yp - ½ a) (13)
Tabel 2. Hasil rekapitulasi perhitungan kolom persegi SAP2000 v14 dengan kolom pipih metode uniaksial ekivalen
Nilai As kolom (mm2)
Kolom Tepi Kolom Tepi Tengah Kolom Tengah
Persegi L Persegi T Persegi +
SAP2000 v14 1891.11 - 3107.59 - 3844.49 -
Uniaksial ekivalen - 2412.74 - 4536.46 - 7938.80
% kenaikan 21.62% 31.50% 51.57%
7. PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai luas penulangan secara berurutan mulai dari kolom
tepi (L-shaped column), kolom tepi tengah (T-shaped column) dan kolom tengah (+-shaped column) yang
digunakan sebesar 21.62%, 31.50% dan 51.57% terhadap kolom persegi hasil perhitungan SAP2000 v14 (lentur
biaksial) bila dibandingkan terhadap kolom pipih hasil perhitungan metode uniaksial ekivalen. Luas penampang
kolom yang digunakan antara kolom persegi dengan kolom pipih memiliki nilai yang sama yaitu 900 cm2 dan 1600
cm2. Walaupun memiliki nilai luas penampang yang sama namun momen inersia yang dimiliki kolom pipih lebih
besar bila dibandingkan dengan kolom persegi sehingga akan dihasilkan faktor perbesaran momen yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan kolom persegi.
8. KESIMPULAN
Kolom pipih (uniaksial ekivalen) menghasilkan luas penulangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan kolom
persegi (SAP2000 v14- lentur biaksial) dengan luas penampang yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung. Bandung: Yayasan
Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
Dipohusodo, I. 1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ghoneim, M. & El-Mihilmy, M. 2008. Design of Reinforced Concrete Structures, Volume 2. Cairo University.
Menon, D. & Pillai, U. 2008. Reinforced Concrete Design, Second Edition. New Delhi: Tata McGraw Hill.
Mosley, W. H. & Bungey, J. H. 1987. Reinforced Concrete Design, Third Edition. London: Macmillan Education
Ltd.
Muin, Resmi B. 2008. Struktur Beton Bertulang II. (Online), (http://pskm.mercubuana.ac.id, diakses 10 Maret
2011).
Nawy, Edward G. 2008. Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar, Cetakan Ketiga. Terjemahan oleh Bambang
Suryoatmono. Bandung: PT Refika Aditama.
Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). 2002. Bandung: Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITB.
Wijaya, H. & Alfonso, J. 2006. Aplikasi Kolom Langsing Pada Bangunan Bertingkat Banyak. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar: Fakultas Teknik Universitas Atmajaya Makassar.