Anda di halaman 1dari 7

Nama : Gede Adi Wiratama

No : 03
Kelas : XII IPS 1
Tugas Sejarah Perkembangan Agama Hindu
SOAL:
1. Jelaskan teori-teori masuknya agama Hindu ke Indonesia
2. sebutkan beberapa bukti-bukti peninggalan agama Hindu di Indonesia
3. jelaskan sistem kepercayaan di Bali sebelum pengaruh Hindu
4. sebutkan dan berikan buktinya para orang suci yang menyebarkan dan mengajarkan masyarakat
Bali agama Hindu. 
5. Hindu sesuai sejarah berasal dari India. mengapa pelaksanaan upacara di Bali berbeda dengan
India. jelaskan. 

JAWABAN:
1. Teori-teori masuknya agama hindu ke Indonesia ada 5 antara lain:

Teori Brahmana Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh para
pendeta dan pemimpin agama, atau kasta Brahmana. Teori ini dikemukakan oleh Jacob Cornelis
(JC) Van Leur. Teori ini dilandasi dengan penemuan prasasti beraksara Pallawa, dan kaum
Brahmana sebagai kaum berpendidikan adalah mereka yang memiliki kemampuan menulis
aksara ini. Brahmana juga merupakan kelompok yang mengerti ajaran kitab-kitab suci agama
Hindu.

Teori Ksatria Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh para
bangsawan dan pemimpin kerajaan, atau kasta Ksatria. Teori ini dikemukakan oleh C. Berg dan
L. Moens. Menurut teori ini para Ksatria ini berperan dalam pendirian kerajaan-kerajaan di
Indonesia.

Teori Waisya Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu dibawa ke Indonesia oleh para
pedagang yang berdagang di Indonesia, atau kasta Waisa. Teori ini dikemukakan oleh Nicolaas
Johannes (N.J.) Krom, seorang ahli sejarah Belanda. Teori ini menyatakan bahwa para pedagang
menggunakan angin muson tropis tiap 6  bulan untuk berlayar dari dan ke India. Bukti dari teori
adalah adanya Kampung Keling (kampung pedagang India, diambbil dari nama kerajaan Kalinga
di India timur), yang ditemukan di kota-kota pesisir.

Teori Sudra Teori ini dikemukakan oleh Van Faber. Ia mengatakan bahwa Agama Hindu
dibawa oleh golongan sudra, yangterdiri dari para budak atau kalangan bawah. Kelompok ini
diduga melakukan migrasi karena ingin merubah nasib mereka dan akhirnya menyebarkan
agama Hindu. Orang-orang Sudra yang merupakan golongan terbawah dalam strata kasta Hindu
masuk ke Indonesia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik
Teori Arus Balik Teori ini menyatakan peran bangsa Indonesia sendiri yang ikut membawa
ajaran agama Hindu dari India. Teori ini dikemukakan oleh Georges Coedes. Teori ini
menyatakan pedagang dan orang Indonesia lain yang datang ke India kemudian mempelajari
ajaran agama Hindu dan menyebarkannya di India.

2. Berikut ini adalah beberapa contoh peninggalan agama hindu di Indonesia :

No. Nama Candi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Prambanan Yogyakarta Abad ke-7 M Mataram Lama
2 Dieng Dieng, Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
3 Badut Malang, Jawa Timur Tahun 760 M Kanjuruhan
4 Canggal Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
5 Gedong Sanga Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
6 Penataran Blitar, Jawa Timur Abad ke-11 M Kediri
7 Sawentar Blitar Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
8 Candi Kidal Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Singasari Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
10 Sukuh Karang Anyar, Jateng Abad ke-13 M Majapahit

No. Nama Prasasti Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Kutai Kutai, Kaltim Abad ke-4 M Kutai
2 Ciaruteun Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Tugu Cilincing, Jakut Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Jambu Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Kebon Kopi Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Cidanghiang Pandeglang Abad ke-5 M Tarumanegara
7 Pasir Awi Leuwiliang, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
8 Muara Cianten Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
9 Canggal Magelang, Jateng Abad ke-7 M Mataram Lama
10 Kalasan Yogyakarta Tahun 732 M Mataram Lama
11 Dinoyo Malang, Jatim Tahun 760 M Mataram Lama
12 Kedu Temanggung, Jateng Tahun 778 M Mataram Lama
13 Sanur Bali Abad ke-9 M Bali
No. Nama Patung Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan
1 Trimurti – – –
2 Dwarapala Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Wisnu Cibuaya I Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Wisnu Cibuaya II Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Rajasari Jakarta Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Airlangga Medang Kemulan Abad ke-10 M Medang Kemulan
7 Ken Dedes Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri
8 Kertanegara Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Kertarajasa Mojekerto, Jatim Abad ke-13 M Majapahit

No. Nama Kitab Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Carita Parahayangan Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
2 Kresnayana Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kemulan
4 Lubdaka Kediri, Jatim Abad ke-11 M Kediri
5 Baratayuda Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri

3. Sistem kepercayaan Bali sebelum mengenal agama hindu menganut kepercayaan animisme dan
dinamisme
a.) Animisme (percaya kepada roh roh nenek moyang) didukung dengan menyembah dan menyucikan
pohon-pohon besar, tempat-tempat keramat,
b.) Dinamisme (percaya kepada benda berkekuatan gaib) adanya senjata tradisional yang di anggap
memiliki kekuatan mistis (gaib)

4. Berikut adalah contoh orang-orang suci yang menyebarkan agama hindu di Bali
-DANGHYANG MARKANDEYA : beliau memantapkan ajaran Siwa Sidhanta kepada para
pengikutnya dalam bentuk ritual: Surya sewana, Bebali (Banten), dan Pecaruan. Karena semua ritual
menggunakan banten atau bebali maka ketika itu agama ini dinamakan Agama Bali.Beliau juga lah yang
membangun pura Besakih dan pura Batur, Sukawana, Batukaru, Andakasa, dan Lempuyang. Beliau juga
mendapat pencerahan ketika Hyang Widhi berwujud sebagai sinar terang gemerlap yang menyerupai
sinar matahari dan bulan. Oleh karena itu beliau menetapkan bahwa warna merah sebagai simbol
matahari dan warna putih sebagai simbol bulan digunakan dalam hiasan di Pura antara lain berupa ider-
ider, lelontek, dll. Selain itu beliau mengenalkan hari Tumpek Kandang untuk mohon keselamatan pada
Hyang Widhi, digelari Rare Angon yang menciptakan darah, dan hari Tumpek Pengatag untuk
menghormati Hyang Widhi, digelari Sanghyang Tumuwuh yang menciptakan getah.
- MPU SANGKULPUTIH : Mpu Sangkulputih meneruskan dan melengkapi ritual bebali antara lain
dengan membuat variasi dan dekorasi yang menarik untuk berbagai jenis banten dengan menambahkan
unsur-unsur tetumbuhan lainnya seperti daun sirih, daun pisang, daun janur, buah-buahan: pisang, kelapa,
dan biji-bijian: beras, injin, kacang komak. Bentuk banten yang diciptakan antara lain canang sari, canang
tubugan, canang raka, daksina, peras, panyeneng, tehenan, segehan, lis, nasi panca warna, prayascita,
durmenggala, pungu-pungu, beakala, ulap ngambe, dll. Banten dibuat menarik dan indah untuk
menggugah rasa bhakti kepada Hyang Widhi agar timbul getaran-getaran spiritual. Di samping itu beliau
mendidik para pengikutnya menjadi sulinggih dengan gelar Dukuh, Prawayah, dan Kabayan. Beliau juga
pelopor pembuatan arca/pralingga dan patung-patung Dewa yang dibuat dari bahan batu, kayu, atau
logam sebagai alat konsentrasi dalam pemujaan Hyang Widhi tidak kurang pentingnya, beliau
mengenalkan tata cara pelaksanan peringatan hari Piodalan di Pura Besakih dan pura-pura lainnya, ritual
hari-hari raya : Galungan, Kuningan, Pagerwesi, Nyepi, dll. Jabatan resmi beliau adalah Sulinggih yang
bertanggung jawab di Pura Besakih dan pura-pura lainnya yang telah didirikan oleh Danghyang
Markandeya.
- MPU KUTURAN : Beliau adalah orang yang menyederhanakan agama Hindu dan menegakkan paham
tri murti (Brahma,Wisnu,Ciwa) untuk menjadi inti keagamaan di Bali dan yang layak dianggap
sebagai perwujudan atau manifestasi dari Sang Hyang Widhi Wasa.Konsesus yang tercapai pada
waktu itu menjadi keputusan pemerintah kerajaan, dimana ditetapkan bahwa semua aliran di Bali
ditampung dalam satu wadah yang disebut “Ciwa Budha” sebagai persenyawaan Ciwa dan
Budha. Semenjak itu penganut Ciwa Budha harus mendirikan tiga buah bangunan suci (pura)
untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam perwujudannya yang masing-masing bernama:

1. Pura Desa Bale Agung untuk memuja kemuliaan Brahma sebagai perwujudan dari Sang
Hyang Widhi Wasa (Tuhan)
2. Pura Puseh untuk memuja kemulian Wisnu sebagai perwujudan dari Sang Hyang Widhi
Wasa
3. Pura Dalem untuk memuja kemuliaan Bhatari Durga yaitu caktinya Bhatara Ciwa sebagai
perwujudan dari Sang Hyang Widhi Wasa
Ketiga pura tersebut disebut Pura “Kahyangan Tiga” yang menjadi lambang persatuan umat
Ciwa Budha di Bali. Sekaligus dengan dikristalisasinya seluruh sekta tersebut dalam pemujaan
kepada Tri Murti menjadi landasan dalam pembangunan Desa Krama (Pakraman) atau desa Adat
di Bali. Sejak saat itu berbagai perubahan diciptakan oleh Mpu Kuturan, baik dalam bidang
politik, social, dan spiritual. Jika sebelum keempat Brahmana tersebut semua prasasti ditulis
dengan menggunakan huruf Bali Kuna, maka sesudah itu mulai ditulis dengan bahasa Jawa Kuna
(Kawi). Beliau juga membangun Pura Samuan Tiga.Atas wahyu Hyang Widhi beliau
mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang mengajak umat Hindu di Bali mengembangkan
konsep Trimurti dalam wujud simbol palinggih Kemulan Rong Tiga di tiap perumahan, Pura
Kahyangan Tiga di tiap Desa Adat, dan Pembangunan Pura-pura Kiduling Kreteg (Brahma),
Batumadeg (Wisnu), dan Gelap (Siwa), serta Padma Tiga, di Besakih. Paham Trimurti adalah
pemujaan manifestasi Hyang Widhi dalam posisi horizontal (pangider-ider).

- MPU MANIK ANGKERAN : Setelah Mpu Sangkulputih moksah, tugas-tugas beliau diganti
oleh Mpu Manik Angkeran. Beliau adalah Brahmana dari Majapahit putra Danghyang
Siddimantra. Dengan maksud agar putranya ini tidak kembali ke Jawa dan untuk melindungi Bali
dari pengaruh luar, maka tanah genting yang menghubungkan Jawa dan Bali diputus dengan
memakai kekuatan bathin Danghyang Siddimantra. Tanah genting yang putus itu disebut segara
rupek.

- MPU JIWAYA : Beliau menyebarkan Agama Budha Mahayana aliran Tantri terutama kepada kaum
bangsawan di zaman Dinasti Warmadewa (abad ke-9). Sisa-sisa ajaran itu kini dijumpai dalam bentuk
kepercayaan kekuatan mistik yang berkaitan dengan keangkeran (tenget) dan pemasupati untuk kesaktian
senjata-senjata alat perang, topeng, barong, dll.

- DANGHYANG DWIJENDRA : Beliau mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang bahwa di Bali


perlu dikembangkan paham Tripurusa yakni pemujaan Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai
Siwa, Sadha Siwa, dan Parama Siwa. Bentuk bangunan pemujaannya adalah Padmasari atau Padmasana.
Karya sastra beliau yang terkenal antara lain : Sebun bangkung, Sara kusuma, Legarang, Mahisa langit,
Dharma pitutur, Wilet Demung Sawit, Gagutuk menur, Brati Sesana, Siwa Sesana, Aji Pangukiran, dll.
Beliau juga aktif mengunjungi rakyat di berbagai pedesaan untuk memberikan Dharma wacana. Saksi
sejarah kegiatan ini adalah didirikannya Pura-Pura untuk memuja beliau di tempat mana beliau pernah
bermukim membimbing umat misalnya : Pura Purancak, Pura Rambut Siwi, Pura Pakendungan, Pura
Hulu Watu, Pura Bukit Gong, Pura Bukit Payung,Pura Sakenan, Pura Air Jeruk, Pura Tugu, Pura
Tengkulak, Pura Gowa Lawah, Pura Ponjok Batu, Pura Suranadi (Lombok), Pura Pangajengan, Pura
Masceti, Pura Peti Tenget, PuraAmertasari, Pura Melanting, Pura Pulaki, Pura Bukcabe, Pura Dalem
Gandamayu, Pura Pucak Tedung, dll.

- SRI WILATIKTA BRAHMARAJA XI : menegaskan kembali peradaban Hindu Bali dengan


mempertebal keyakinan umat terhadap Leluhur/Kawitan dengan praktek nyata/karya nyata Beliau
membikin dan memelihara kembali Palinggih Stana Kawitan Pusat di seluruh daerah yang ada di Jawa
dan bali yaitu menyempurnakan kembali Pura Majapahit(Bali) dalam bidang Adat Budaya Nusantara
baik di wilayah Negara,Tabanan,Badung,Bangli,Singaraja,Gianyar,dan Karangasem lewat Budaya
pemersatu kerukunan umat(Nguri nguri Leluhur).

5. Menurut saya pelaksanaan upacara agama hindu di Bali dan India bisa berbeda karena perbedaan
budaya dan adat , berikut contoh perbedaan agama hindu di Bali dan India :
Hari Raya

Hari-hari besar Hindu Dharma (menggunakan kalendar Saka dan Wewaran)

1. Nyepi/Tahun Baru Saka


2. Galungan
3. Kuningan
4. Saraswati Puja
5. Siwaratri
6. Pagerwesi

Hari-hari besar Hindu di India (menggunakan kalendar Hindu/India kuno)

1. Holi
2. Dipawali
3. Siwaratri
4. Saraswati Puja
5. Durga Puja
6. Chhath Puja
7. Guru Purnima
8. Dsb.

Hanya ada dua hari raya yang sama-sama dirayakan, yaitu Siwaratri dan Saraswati Puja.
Upacara

Hindu Dharma

1. Manusa Yadnya: Otonan, Potong Gigi, Perkawinan


2. Pitra Yadnya: Ngaben

Hindu di India

1. Manusa Yadnya: Kelahiran, Perkawinan, dsb.


2. Pitra Yadnya: Pemakaman, Ziarah

Pola Hidup

Banyak pengikut Hindu Saiwa di India yang vegetarian. Sementara di kalangan Hindu Dharma,
jarang sekali yang vegetarian. Ini karena Hindu Dharma berasal dari aliran Siwa Sidhanta, di
mana aliran ini hanya mengajarkan pokok-pokok dari Hindu Saiwa.

Hindu di India mempraktekkan Pancawarna (Brahmana, Ksathrya, Waisya, Sudra, dan Paria),
sedangkan Hindu Dharma mempraktekkan Caturwarna (Brahmana, Ksathrya, Waisya, dan
Sudra).

Anda mungkin juga menyukai