Anda di halaman 1dari 18

KARAKTERISTIK AKIDAH ISLAM

Mata Kuliah : Agama Islam


Dosen : Nur Annisa Q.A, SAg

Disusun Oleh :
Tingkat 1 A

 Cherry Wendina Salsabilah (20007)


 Chintia Dewi Harun (20008)
 Dafa Dhilla Nova Riyanti (20009)
 Dila Puspita Dewi Siregar (20010)
 Dimas Prayogo (20011)
 Dina Lestari (20012)

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI


JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala curahan nikmat karunia- NYA, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Karakteristik Akidah Islam” dalam mata
kuliah Agama Islam.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada ibu dosen dan  teman – teman mahasiswa
semua yang telah mendukung kami dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca .

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang karakteristik Akidah Islam ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI.....................................................................................3
2.1 Pengertian Akidah Islam..............................................................................3
2.2 Karakteristik Akidah Islam..........................................................................3
2.3 Ciri-Ciri Karakteristik Akidah Islam...........................................................4
2.4 Sumber Akidah Islam..................................................................................5
2.5 Kebutuhan Manusia Terhadap Akidah........................................................6
2.6 Faktor buruknya akhlak dan penanggulangannya.......................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan yang kompleks.
Kesempurnaan itu terletak pada tiga aspek yaitu:
a)      Aspek akidah
b)      Aspek syari’ah
c)      Aspek akhlak
Meskipun aspek yang pertama sangat menetukan tanpa integritas kedua aspek
yang lain dalam perilaku kehipan umat Islam tetapi makna realitas kesempurnaan
Islam kurang utuh bahkan dapat menimbulkan degradasi keimanan pada diri Muslim
karena berbarengan dengan itu eksistensi perilaku lahiriah seseorang adalah
perlambangan batinnya. Sehingga akidah merupakan kumpulan dari berbagai masalah
kebenaran yang pasti dipatuhi oleh akal, pendengaran, dan hati.Manusia meyakininya
dengan menetapkan kebenaran dan memastikan eksistensi dan ketetapannya tanpa
keraguan.
Setiap agama memiliki karakteristik ajaran yang membedakan dari agama-
agama lain. Agama yang dapat menyelamatkan dunia yang terpecah pecah dalam
berbagai bagian perpecahan yang dengan berbagai krisis yang belum diketahui
bagaimana cara mengatasinya.
Islam adalah agama Allah SWT yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW yang merupakan agama yang ber intikan iman dan taqwa. Akidah adalah pokok
yang diatasnya berdiri syariat. Sedangkan Taqwa adalah seseorang beramal ketaatan
pada Allah atas petunjuk dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia
meninggalkan maksiat karena petunjuk dari Allah karena takut akan siksa-Nya.
Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan diri pada Allah selain dengan
menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah.
Karakteristik yang dimiliki islam yakni, karakteristik ilmu dan kebudayaan,
pendidikan, sosial, ekonomi, politik, pekerjaan dan disiplin ilmu. Karakteristik ajaran
islam adalah karakter yang harus dimiliki oleh umat muslim yang berdasarkan dengan
Al-Quran dan hadits dalam berbagai bidang illmu. Sumber-sumber ini telah menjadi
pedoman hidup bagi setiap umat islam. Aspek-aspek sumber kehidupan ini diberi
karakter tersendiri dalam berbagai ilmu pengetahuan.
1

1.2 Rumusan Masalah


Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas tentang
Karakteristik Akidah Islam. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah :
A. Apa yang dimaksud dengan akidah?
B. Apa saja macam-macam karakteristik akidah islam?
C. Berasal darimana sumber akidah islam?
D. Bagaimana hubungan antara akidah terhadap kehidupan manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
A. Mengetahui definisi dari akidah
B. Mengetahui macam-macam karakteristik akidah islam
C. Mengetahui sumber akidah islam
D. Mengetahui hubungan akidah terhadap kehidupan manusia

1.4 Manfaat Penulisan


Dari penulisan makalah ini, diharapkan pembaca lebih mengetahui dan memahami
dari karakteristik akidah islam. Juga kami mengharapkan materi yang ada didalam
makalah ini dapat diterapkan bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana
umat muslim yang beriman dan bertaqwa.
2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Akidah Islam

Bahwa yang kita ketahui berbagai banyak pengertian akidah itu sendiri.
Seperti, Akidah (ُ‫ )اَ ْل َعقِ ْي َدة‬menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu
ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu(ُ‫ق‬PPْ‫ )التَّوْ ثِي‬yang berarti kepercayaan atau
(ُ‫د‬PP‫)ال َع ْق‬
keyakinan yang kuat, al-ihkaamu (‫ا ُم‬PPPP‫)ا ِإلحْ َك‬ ْ yang artinya mengokohkan
ُ ُ ْ َّ
(menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah ( ‫ )الربط بِق َّو ٍة‬yang berarti mengikat dengan
kuat. Ada juga pengertian akidah secara umum, Akidah merupakan pusat dan asas
berdirinya prinsip-prinsip dan syariat-syariat. Pengertian akidah juga dapat di arti
kan Secara bahasa, Aqidah bisa diartikan sebagai ikatan atau keyakinan.
Sedangkan secara istilah Aqidah merupakan sebuah keimanan yang kuat terhadap
suatu dzat tanpa ada keraguan sedikitpun.
Dari pengertian di atas kita menjadi tahu bahwa akidah sebagai keyakinan
atau kepercayaan yang bisa di ibarakan sebagai pondasi bagi umat manusia. Harus
di bangun dengan kokoh apabila manusia tersebut bergoyah, maka akan berkaitan
dengan semua rukun iman yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab, Rasul, Hari
Kiamat serta iman kepada Qada dan Qadar. berbicara terkait akidah tentu nya tidak lengkap
tanpa di sertai akhlak.
Akhlak adalah wujud realisasi dari akidah seseorang. Pengertian akhlak
secara bahasa adalah sifat yang tertanam dalam jiwa sesorang yang berakibat
secara spontan tanpa di sertai pertimbangan. Akhlak dapat menimbulkan 2 akhlak
yaitu aklhlak mulia dan akhlak buruk. Akhlak mulia (al- akhlaaq al-kariimah)
adalah perbuatan terpuji. Sedangkan, akhlak buruk ( al- akhlaaq al- madz
muumah ) adalah perbuataan tercelaa.
Aqidah dan akhlak sangat erat kaitannya. Aqidah yang kuat dan benar
tercermin dari akhlak terpuji yang seseorang miliki. Maka dari itu kesimpulan
akidah adalah kepercayaan atau keyakinan yang kuat dengan prinsip-prinsip yang
sesuai syairat tanpa ada nya keraguan sedikitpun. Sedangkan, akhlak adalah wujud
realisasi sesorang yang sifatnya di tanamkan dalam jiwa sesorang yang secara
spontan. Serta dapat kita simpulakan akidah akhlak adalah keyakinan atau
kepercayaan yang kuat pada seseorang dapat terwujud realisasi secara spontan.

2.2. Karakteristik Akidah Islam


1.          Aqidah Tauqifiyah (‫عقيدة توقيفية‬ )
Aqidah Tauqifiyah, yakni bahwa dalam beraqidah dan memahami aqidah
islam, kita wajib berhenti dan membatasi diri pada batas-batas ketetapan wahyu Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang shaih saja. Kita tidak dibenarkan mengedepankan dan
mendominankan peran penalaran akal dan logika dalam berakidah dan memahami
akidah islam.
2.          Aqidah Ghaibiyah (‫)عقيدة غيبية‬
Aqidah Ghaibiyah, yakni bahwa muatan dan esensi aqidah islam itu didominasi
oleh keimanan kepada yang gahib. Yang dimaksud dengan istilah ghaib dalam
keimanan islam disini bukanlah “ghaib” versi dunia dukun dan paranormal, yang
dibatasi pada keghaiban alam jin saja, dan hanya terkait dengan hal-hal yang selalu
berbau mistik. Namun, yang dimaksud degan istilah ghaib menurut Al-Qur’an dan As-
Sunnah ialah yang meliputi semua yang ada di balik alam nyata, yang tidak bisa
ditangkap oleh kemampuan alami indra manusia, dan bahkan tidak mampu dijangkau
oleh penalaran akal dan logika
3

3.          Aqidah Syumuliyah (‫)عقيدة شملية‬


Aqidah Syumuliyah, yakni aqidah yang lengkap, sempurna, menyeluruh,
komprehensif dan integral, yaitu aqidah dengan makna yang mencakup dan meliputi
keseluruhan pokok, prinsip-prinsip dan rukun-rukun keimanan dengan segala
konsekuensinya sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu sama
lain. Sehingga seandainya ada seorang muslim yang telah menyatakan menerima dan
mengimani semua isi dan konsekuensi rukun-rukun iman tersebut, kecuali ada 1%-nya
saja misalnyaatau bahkan kurang dari itu yang tidak ia imani dengan penuh
kepahaman kesadaran dan kesengajaan, maka seluruh keimanannya yang 99% itu bisa
menjadi sia-sia.
2.3. Ciri-Ciri Karakteristik Akidah Islam
Akidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah ) yang bersih dari
pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Akidah Islam memiliki ciri-ciri
berikut ini :
1. Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di
dalamnya
2. Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah
salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : “Fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah..” QS.
30:30
3. Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari
siapapun. Firman Allah :”Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan lain selain
Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ?“ QS.
42:21
4. Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan
pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep akidah lainnya. Aqidah Islam selalu
menegakkan : “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”
QS 2:111
5. Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan
maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan
penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Akidah Islam menolak fanatisme buta
seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah “Sesungguhnya kami mendapati bapak-
bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang
mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka” QS.43:22.

4
2.4. Sumber Akidah Islam
Sumber akidah Islam adalah Al-Qur’an dan sunnah. Artinya apa saja yang
disampikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam sunnahnya wajib
diimani.

Akal pikiran tidaklah menjadi sumber akidah, tetapi hanya berfungsi untuk
memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau
diperlukan membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh Al-Qur’an
dan Sunnah.Itupun harus disadari oleh suatu kesadaran bahwa kemapuan akal sangat
terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemampuan semua makhluk Allah. Akal tidak
akan mampu mencapai masail ghaibiyah(masalah gaib), bahkan akal tidak akan
mampu menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang dan waktu. Misalnya
akal tidak akan mampu menjawab kekal itu sampai kapan?Oleh sebab itu akal tidak
boleh dipaksa memahami hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala
sesuatu tentang hal-hal ghaib itu.Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah
kejujuran si pembawa berita tentang hal-hal ghaib tersebut bisa dibuktikan secara
ilmiah oleh akal pikiran.

Penyelewengan akidah banyak bentuknya, tetapi dinegeri kita yang dianggap


paling berbahaya ada empat yaitu, paham syirik, tahayul dan khufarat, tawasul wal
wasilah, dan paham kebatinan.Keempat paham ini harus dibasmi sampai ke akar-
akarnya.

2.5. Kebutuhan Manusia Terhadap Akidah


1.      Manusia tidak lepas dari akidah
Adanya seruan (pengakuan) bahwa manusia tidak membutuhkan akidah adalah
seruan yang bathil, bertentangan dengan realitas dan bertolakbelakang dengan sejarah
kemanusiaann yang panjang.Realitas kemanusiaan membuktikan bahwa manusia di
mana saja berada, dalam kondisi bagaimnapun, keadaan yang berbeda dan kondisi
yang bertentangan selamanya manusia membutuhkan akidah, baik aqidah itu benar
atau batil, sahih ataupun rusak.
Di zaman modern perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang begitu
pesat hampir membutakan banyak mata sehingga manusia cenderung meninggalkan
agama dan akidah namun dibalik hal ini tampak jelas kegelisahan  dan ketakutan
dalam melihat realitas alam. Kenyataan ini seolah mengisyaratkan adanya kelemahan
rasio yang tidak terbatas.
2.      Membebaskan keputusan yang menyesatkan
Orang-orang yang mempunyai konsep pemikiran dengan lantang bersuara
menjelaskan kejinya kekafiran dan pembangkangan dengan menganjurkan agar
kembali kepada agama dan iman.Tujuan menuangkan ketentuan ini adalah
menetapkan kebenaran ilmiah yang kuat dan akurat terhadap setiap peraturan rasio
dan syariat, yaitu bahwa manusia selalu membutuhkan iman, agama, dan
akidah.Agama merupakan urgensi kehidupan manusia dan kebutuhan dirinya.Oleh
karenanya, manusia harus beriman kepada Tuhan dan beribadah kepada-Nya dalam
segala hal. Dengan demikian, umat tidak akan kosong dan selalu ditemukan di muka
bumi, karena sejak manusia mengetahui kehidupan, dia sudah mengenal akidah dan
agama.
2.6. Faktor buruknya akhlak dan penanggulangan nya
A. Penyebab Akhlak Buruk
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada umumnya, ada tiga
aliran yang sudah amat populer. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme,
dan ketiga aliran Konvergensi. 
1. Nativisme
Menurut aliran nativisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya
dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki
pembawaan atau kecenderungan kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi baik.

Sebaliknya, jika seseorang memiliki kecenderungan kepada yang buruk, maka dengan
sendirinya orang tersebut menjadi buruk.
Aliran ini tampaknya begitu yakin terhadap potensi batin yang ada dalam diri
manusia. Aliran ini tampak kurang menghargai atau kurang memperhitungkan
peranan pembinaan dan pendidikan.
2. Empirisme
Menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap
pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk
pembinaan dan pendidikan yang diberikan.[2] jika pembinaan dan pendidikan yang
diberikan kepada anak itu buruk, maka buruklah pula anak itu. Aliran ini tampak
begitu yakin bahwa akhlak buruk seorang anak ditentukan oleh faktor lingkungan.
3. Konvergensi
Dalam aliran konvergensi akhlak dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pendidikan dan pembinaan yang dibuat
secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.
Aliran ini tampaknya sesuai dengan ajaran islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan
hadis di bawah ini:
)78 : ‫وهللا اخر جكم من بطون امهتكم ال تعلمون شيئاوجعل لكم السمع واالبصارواالفئدة لعلكم تشكرون (النحل‬
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. Al-Nahl, 78)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk dididik, yaitu
penglihatan, pendengaran dan hati sanubari.[3] Kesesuaian teori konvergensi tersebut,
juga sejalan dengan hadis Nabi yang berbunyi:
)‫كل مولود يولدعلى الفطرةفابواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه (رواه البخارى‬
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fithrah (rasa ketuhanan dan
kecenderungan kepada kebenaran), maka kedua orang tuanyalah yang membentuk
anak itu menjadi yahudi, nasrani atau majusi. (HR. Bukhari).
Ayat dan hadis tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori konvergensi juga
menunjukan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam pendidikan akhlak adalah
kedua orang tua.[4] Orang tuanyalah yang dapat menjadikan anaknya menjadi yahudi,
nasrani atau majusi. Dengan kata lain, orang tua berperan penting dalam penentuan
akhlak buruk seorang anak. Lingkungan pun ikut berperan didalamnya.

7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aklak buruk seseorang ditentukan oleh faktor
internal yang disebabkan karena Keadaan Iman, Bisikan nafsu-syaitan, Makanan dan
Minuman Haram. Dan faktor eksternal yang disebabkan oleh lingkungan dan
pergaulan.

B.  Dampak Buruknya Akhlak


1. Akhlaqul Madzmumah Kepada Allah SWT
Dalam rangka menghambakan diri secara total kepada Allah SWT, kita wajib
berakhlaqul-karimah kepada-Nya dan jangan sampai membiasakan akhlaqul
madzmumah kepada-Nya. Adapun bentuk-bentuk perbuatan yang termasuk perbuatan
akhlaqul madzmumah kepada Allah SWT. antara lain meliputi pokok-pokok sebagai
berikut:
a.          Enggan mengenali-Nya dengan baik dan benar
b.          Mendustakan firman-Nya
c.          Membangkang perintah dan melanggar larangan-Nya
d.          Melupakan-Nya
e.          Enggan memuji-Nya
f.           Menduakan-Nya
g.          Berprasangka buruk kepada-Nya
h.          Mengingkari Nikmat-Nya
i.           Terlalu percaya diri
j.           Berputus harapan kepada-Nya
2.          Akhlaqul Madzmumah Terhadap Sesama Manusia
Akhlaqul madzmumah terhadap sesama manusia pada prinsipnya ialah
pembiasaan perbuatan yang tidak tepat dalam menempatkan diri di tengah-tengah
komunitas manusia, khususnya dilihat dari kacamata islam. Sehingga harus
ditinggalkan sejauh mungkin oleh setiap muslim.[6] Adapun bentuk-bentuk perbuatan
yang termasuk perbuatan akhlaqul madzmumah kepada sesama manusia antara lain
meliputi pokok-pokok sebagai berikut:
a.          Mendustakan Para Ulama
b.          Durhaka Kepada Kedua Orang Tua
c.          Membangkang terhadap Ulil Amri

8
d.          Tidak menghormati yang Tua, tidak menyayangi yang Muda
e.          Tidak menghargai Teman Sejawat
f.           Mengabaikan pihak yang lemah
g.          Tidak menghormati tetangga dan tamu
h.          Tidak menghargai lawan jenis
i.           Tidak waspada saat bergaul dengan non-muslim
3.          Akhlaqul Madzmumah Terhadap Dirinya Sendiri
a.          Tidak memiliki teman
b.          Terganggu psikisnya
Ali bin Abi Thalib r.a berkata :
“Tidak ada ketenangan bagi para pendengki, tidaklah memiliki teman orang yang
cepat bosan, dan tidaklah ada yang menyukai orang yang buruk akhlaknya”.
4.          Akhlaqul Madzmumah Terhadap Alam
Akhlaqul madzmumah terhadap makhluk lain selain manusia yang harus kita jauhi,
pada prinsipnya ialah ketidaktepatan kita dalam menempatkan makhluk
lain itu pada posisinya masing-masing.[7] Adapun bentuk nyatanya antara lain
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a.          Semena-mena terhadap binatang
b.          Merusak tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar
C. Penanggulangan Terhadap Akhlak Buruk
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam.
Perhatian islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak dapat dilihat dari perhatian
islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada
tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada
seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
D. Implementasi Rukun Islam Dalam Penanggulangan Akhlak Buruk
a.          Mengucapkan dua kalimat Syahadat
Kalimat ini mengandung pernyataan bahwa selama hidupnya manusia hanya tunduk
kepada aturan dan tuntutan Allah. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan Allah dan
Rasul-Nya sudah dapat dipastikan akan menjadi orang yang baik.
9

b.          Mengerjakan Shalat lima waktu


Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan
yang keji dan munkar. Shalat dapat menghasilkan akhlak yang mulia, yaitu bersikap
tawadlu, mengagungkan Allah, berzikir, membantu fakir miskin, ibn sabil, janda dan
orang yang mendapat musibah.
Selain itu shalat (khususnya jika dilaksanakan berjamaah) menghasilkan serangkaian
perbuatan seperti kesahajaan, imam dan ma’mum sama-sama berada dalam satu
tempat, tidak saling berebut jadi imam, jika imam batal dengan rela untuk digantikan
yang lainnya, selesai shalat saling berjabat tangan, dan seterusnya. Semua ini
mengandung ajaran akhlak.
c.          Zakat mengandung didikan akhlak
Orang yang melaksanakannya dapat membersihkan dirinya dari sifat kikir,
mementingkan diri sendiri, dan membersihkan hartanya dari hak orang lain, yaitu hak
fakir miskin dan seterusnya. Muhammad al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat
adalah untuk membersihkan jiwa dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang
lebih mulia.
d.          Ibadah Puasa
Bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam waktu yang
terbatas, tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri dari keinginan
melakukan perbuatan keji yang dilarang.
e.          Ibadah Haji
Dalam ibadah haji ini pun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan
dengan nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun islam lainnya. Hal
ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah dalam islam bersifat komprehensif yang
menuntut persyaratan yang banyak, yaitu harus menguasai ilmunya, juga harus sehat
fisiknya, ada kemauan keras, bersabar dalam menjalankannya, serta rela
meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.  Hubungan ibadah haji dengan
pembinaan akhlak ini dapat dipahami dari ayat yang artinya sebagai berikut :
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan
niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh berkata kotor
(jorok), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS. Al-Baqarah, 197)

10
Hubungan antara rukun islam terhadap pembinaan akhlak sebagaimana digambarkan
di atas, menunjukan bahwa pembinaan akhlak yang ditempuh islam adalah
menggunakan cara atau sistem yang integrated, yaitu sistem yang menggunakan
berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara simultan untuk diarahkan pada
pembinaan akhlak.
1. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan
yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus-menerus. Al-Ghazali
menganjurkan agar akhlak diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan
atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah,
maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga
murah hati dan murah tangan itu menjadi bi’atnya yang mendarah daging.[10] Dalam
tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak khususnya akhlak lahiriah dapat pula
dilakukan dengan cara paksaan yang kelamaan tidak lagi terasa dipaksa.
2. Memberikan Tauladan
Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara di atas dalam hal pembinaan
akhlak ini adalah melalui keteladanan.
3. Bersikap Tawadu
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa
mengaggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya daripada kelebihannya.
4. Memperhatikan Faktor Kejiwaan
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan memperhatikan
faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina.[11] Ajaran akhlak yang diberikan kepada
anak-anak dapat disajikan dalam bentuk permainan karena anak-anak lebih menyukai
hal-hal yang bersifat rekreatif dan permainan.

11

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak pada umumnya, ada tiga
aliran yang sudah amat populer. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme,
dan ketiga aliran Konvergensi. Dalam aliran konvergensi akhlak dipengaruhi oleh
faktor internal yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pendidikan dan
pembinaan yang dibuat secara khusus atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.
Aliran ini tampaknya sesuai dengan ajaran islam.
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam.
Perhatian islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak dapat dilihat dari perhatian
islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik,
karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada
tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada
seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books/about/Pengantar_Studi_Akidah_Islam.html?
id=yf_dDwAAQBAJ&printsec=frontcover&source=kp_read_button&redir_esc=y

https://www.ayat-kursi.com/2017/01/pengertian-aqidah-islam-dan.html
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-aqidah.html

https://books.google.co.id/books?
id=iUI9DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=ebook+aqidah+akhlak+perguruan+tinggi&hl
=id&sa=X&ved=2ahUKEwiKxt7bgeTrAhVTaCsKHSldBgcQ6AEwAHoECAUQAg#v=one
page&q&f=true

https://ustadzmudzoffar.wordpress.com/2017/03/16/karakteristik-aqidah-
islam/https://syekher34.blogspot.com/2016/10/a.html
http://.blogspot.com/2016/04/makalah-karakteristik-akidah-islam.html
13

Anda mungkin juga menyukai