Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOTERAPI DAN REHABILITASI NARKOBA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1

NAMA: 1. MARISA FRANSISKA ( 18303050530 )

2. TATANIA DWI KARTIKA SARI ( 1830305052)

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG 2020
PEMBAHASAN

NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA

1. PENGERTIAN NAPZA

Narkoba atau Napza adalah singkatan dari ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif )
adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang
( pikiran, perasaan dan prilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis Napza secara berkala
atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan
gangguan fungsi sosial.

Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan
psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah Napza yang makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau deberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawl symtom).
Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh Napza yang dibutuhkannya dengan cara apapun,
agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal. Menurut Hawari (1991)
Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat adiktif lainya. Napza
mencakup segala macam zat yang disalah gunakan untuk Gitting, mabuk, fly atau high, yang
dapat mengubah tingkat kesadaran seseorang. Termasuk dalam Napza adalah obat perangsang,
penenang, penghilang rasa sakit, pencipta ilusi atau psikotropika, dan zat-zat yang tidak
termasuk obat namun dapat disalahgunakan (misalnya alkohol atau zat yang bisa dihirup seperti
bensin, lem, tinner, dan lain-lainya sehingga high.
Narkoba merupakan istilah yang sering dipakai untuk narkotika dan obat berbahaya.
Narkoba merupakan sebutan bagi bahan yang tergolong narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Disamping lazim dinamakan narkoba, bahan-bahan serupa biasa juga disebut
dengan nama lain, seperti NAZA (Narkotika,Alkohol, dan Zat adiktif lainnya) dan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) (Witarsa, 2006).
a. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika terdiri dari 3 golongan :

1. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
2. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan
dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin.
3. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan
bertujuan untuk pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

b. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika terdiri
dari 4 golongan :

1. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
2. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi
dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
3. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
4. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam, Nitrazepam ( BK, DUM ).
c. Zat Adiktif
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif
diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

1. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan
saraf pusat , dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari – hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol : a. Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ). b. Golongan B : kadar etanol 5 – 20
% (Berbagai minuman anggur). c. Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca,
Manson House, Johny Walker).
2. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap berupa senyawa
organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai
pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah : Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku,
Bensin.
3. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat.
4. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan alkohol
terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol
sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang berbahaya.

2. JENIS-JENIS ZAT AKTIF DALAM NAPZA

Menurut UU RI No.22 Tahun 1997 Mengenai Narkotika menggemukakan bahwa:

a. Narkotika

Menurut UU No. 22 Tahun 1997 mengenai narkotika, narkotika dikategorikan kedalam 3


kategori ialah sebagai berikut ;

 Narkotika golongan I ialah narkotika yang dapat digunakan untuk dan tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam terapi, serta juga
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
 Narkotika golongan II ialah narkotika yang berkhasiat untuk dapat pengobatan,
digunakan untuk terapi ataupun tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

 Narkotika golongan III ialah narkotika yang berkhasiat didalam pengobatan yang
banyak digunakan untuk atau dalam terapi dan juga untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan dan mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.

b. Psikotropika

Menurut UU No. 5 Tahun 1997 Mengenai psikotropika yang dapat dikelompokkan


kedalam 4 kelompok ialah sebagai berikut :

 Psikotropika golongan I ialah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan juga tidak digunakan dalam terapi, serta juga mempunyai potensi yang
amat kuat untuk mengakibatkan sindroma ketergantungan.

 Psikotropika golongan II ialah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan juga
dapat digunakan dalam terapi serta atau untuk tujuan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan.

 Psikotropika golongan III ialah psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan
juga banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan juga
mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan.

 Psikotropika golongan IV ialah psikotropika yang mempunyai khasiat dalam


pengobatan dan juga sangat luas digunakan dalam terapi serta untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

c. Zat Adiktif

Zat adiktif ialah penghantar untuk dapat memasuki dunia penyalahgunaan Narkoba.
Zat adiktif yang akrab dalam masyarakat adalah nikotin dalam rokok serta etanol dalam
minuman beralkohol dan juga pelarut lain yang mudah untuk menguap seperti aseton, thiner dan
sebagainya.

Pada KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang diproses dari dengan
bahan hasil pertanian yang mengandung suatu karbohidrat dengan cara fermentasi serta destilasi
ataupun fermentasi tanpa destilasi, ataupun yang diproses dengan mencampur konsentrat dengan
etanol maupun dengan cara pengenceran minuman mengandung etanol.

Minuman beralkohol tersebut dibagi menjadi 3 kelompok , sesuai dengan kadar alkoholnya ialah
sebagai berikut :

1. Golongan A ialah minuman beralkohol dengan kadar etanol ialah 1% – 5%


2. Golongan B ialah minuman beralkohol dengan kadar etanol ialah 5% – 20%
3. Golongan C ialah minuman beralkohol dengan kadar etanol ialah 20% – 55%

d. Morfin

Morfin (morphine) diperkenalkan pada sekitar Perang Sipil Amerika Serikat. Morfin
turunan opium yang kuat, digunakan secara bebas untuk mengurangi rasa sakit akibat terluka.
Ketergantungan fisiologis pada morfin dikenal sebagai “penyakit tentara”. Hanya ada sedikit
stigma yang dilekatkan pada ketergantungan hingga saat morfin menjadi zat yang dilarang.

f. Heroin

Heroin adalah opiate yang paling luas digunakan, merupakan depresan yang kuat yangd
apat menciptakan euphoria yang cepat. Pengguna heroin menyatakan bahwa heroin sangat
nikmat sehingga dapat menghilangkan segala pikirang tentang makanan atau seks.Heroin
biasanya disuntikkan baik secara langsung di bawah kulit (skin popping) atau pada vena
(mainlining).Dampak positif langsung terjadi.Ada aliran cepat yang berlangsung selama 5 hingga
15 menit serta kondisi kepuasan, euphoria, dan bahagia yang berlangsung selama 3 hingga 5
jam.Dalam kondisi ini, semua dorongan positif tampak terpuaskan.Semua perasaan negative
seperti rasa bersalah, tegang, dan kecemasan.Dengan penggunaan yang panjang, dapat
berkembang menjadi adiksi.Heroin adalah depresan yang memiliki dampak kimiawi tidak secara
langsung menstimulasi perilaku criminal atau agresif.

GEJALA PENYALAHGUNAAN OPIOID

1. Pupil mengecil
2. Euforia (gembira berlebihan tanpa sebab sampai terjadi fly)
3. Apatis
4. Retardasi psikomotor
5. Mengantuk/tidur
6. Pembicaraan cadel (slurred speech)
7. Gangguan pemusatan perhatian
8. Daya ingat menurun
9. Tingkah laku maladaptif

GEJALA PUTUS OPIOID/SAKAW

1. Air mata nrocos


2. Hidung meler
3. Medriasis
4. Keringat berlebih, menggigil
5. Mual, muntah, diare
6. Bulu kuduk berdiri/berkedik (piloereksi)
7. Menguap (yawning)
8. Tekanan darah naik

g. Amfetamin

Amfetamin (amphetamines) merupakan golongan stimulan sintesis. Nama jalanan untuk


stimulant ini termasuk speed, upper, bennis, (di Indonesia shabu-shabu) (untuk amfetamin sulfat;
nama dagang Benzidrine), “meth” (untuk metamfetamin; nama dagang Methedrine), dan dexies
(untuk dextroamfetamin; nama dagang; Dexedrine). Amfetamin digunakan dalam dosis tinggi
karena menghasilkan euphoria secara cepat.Sering digunakan dalam bentuk pil, atau dihisap
dalam bentuk murni disebut “ice atau “crystal meth”.Bentuk paling kuat dari amfetamin,
metamfetamin cair, disuntikkan langsung ke dalam vena dan menghasilkan kenikmatan yang
intens dan langsung.Beberapa pengguna menyuntikkan metamfetamin berhari-hari untuk
mempertahankan perasaan “melayang” yang lebih lama.Cepat atau lambat seperti itu harus
berakhir.Dosis tinggi dapat menyebabkan kelelahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid,
hilang selera makan, dan insomnia.

Ketergantungan fisiologis dapat berkembang dari penggunaan amfetamin, menyebabkan


sindrom putus zat yang kebanyakan ditandai oleh depresi dan kelelahan, juga perasaan tidak
senang, mimpi aneh, insomnia atau hipersomnia. (tidur berlebihan), meningkatnya nafsu makan,
dan menurunnya perilaku motorik atau aitasi (APA, 2000). Ketergantungan pikologis tampak
paling banyak pada orang yang menggunakan amfetamin sebagai cara mengatasi stress atau
depresi.

Penyalahgunaan metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan otak, kesulitan belajar,


dan mengingat sebagai tambahan dan efek-efek lainnya.Perilaku agresif juga dapat terjadi,
terutama bila obat dihisap atau disuntikkan melalui vena (APA, 2000).Halusinasi dan delusi
psikosis amfetamin mirip ciri-ciri skizofrenia paranoid, yang telah mendorong peneliti untuk
mempelajari perubahan kimiawi yang disebabkan amfetamin sebagai kemungkinan penyeban
skizofrenia.

h. Ekstasi

Obat ekstasi atau MDMA adalah obat terlarang yang keras, tiruan murahan yang struktur
kimianya mirip dengan amfetamin. Ekstasi menghasilkan euphoria ringan dan halusinasi dan
terus bertambah penggunanya di kalangan anak muda, terutama di kampus dan di klub serta
pesta-pesta riuh di banyak kota. Obat tersebut dapat menimbulkan efek psikologis yang
merugikan, termsuk depresi, kecemasan, insomnia, dan bahkan paranoia dan psikosis.Obat
tersebut dapat merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan perhatian (atensi) dan
dapat memiliki efek jangka panjang terhadap memori.Obat tersebut juga dapat mengurangi
tingkat serotonin dalam otak, sebuah neurotransmitter yang berhubungan dengan pengaturan
mood dan selera makan.Hal ini menjelaskan mengapa pengguna obat dapat mengalami perasaan
depresi saat mereka berhenti mengonsumsi obat. Efek samping fisik termasuk detak jantung dan
tekanan darah berhenti mengonsumsi, rahang yang tegang atau gemeletuk, dan tubuh yang panas
dan/atau dingin. Obat ini dapat mematikan dikonsumsi dalam dosis tinggi.

i. Kokain

Mungkin mengejutkan bahwa resep asli Coca-Cola mengandung sari kokain


(cocain).Pada tahun 1906, perusahaan menghilangkan kokain dari resep rahasianya. Minuman
tersebut tadinya digambarkan sebagai :tonik otak dan minuman intelektual”, sebagian karena
kandungan kokainnya. Kokain adalah stimulant natural yang disuling dari daun coca, tanaman
dari mana minuman ringan tersebut mendapatkan namanya.Coca-Cola masih diberi rasa dari sari
tanaman coca, satu yang tidak diketahui merupakan psikoaktif.

Telah lama diyakini bahwa kokain tidak menyebabkan adiksi secara fisik.Namun, bukti-
bukti menunjukkan adanya cirri adiktif dari obat tersebut, yaitu menghasilkan efek toleransi dan
sindrom putus zat yang dapat diidentifikasi, yang ditandai oelh mood yang depresif dan
gangguan dalam tidur dan selera makan (APA, 2000).Ketagihan yang kuat terhadap obat dan
hilangnya kemampuan untuk merasakan kesenangan dapat juga muncul. Sindrom putus zat
biasanya berdurasi singkat dan dapat disertai “crash”, atau periode depresi yang kuat dan
kelelahan setelah putus zat mendadak. Kokain biasanya dihirup dalam bentuk bubuk atau dihisap
dalam bentuk crack, bentuk yang lebih padat dari kokain yang mengandung lebih dar 75%
kokain murni. Crack “rocks” demikian disebutnya karena kelihatan seperti kerikil putih, tersedia
dalam jumlah kecil yang siap untuk dihisap. Crack menghasilkan rush yang cepat dan kuat, yang
akan menghilang dalam beberapa menit. Rush dari hirupan lebih ringan dan perlu waktu untuk
bereaksi, namun cenderung menetap lebih lama dripada rush dari crack.

Penyalahgunaan kokain ditandai dengan penggunaan berkala yang berat yang


berlangsungmungkin sekitar 12 hingga 36 jam, yang kemudian disertai 2-5 hari abstinensi,
selama masa itu pengguna dapat mengalami ketagihan yang mendorong penguna berat
berikutnya.

j. Nikotin
Kebiasaan merokok bukan cuma kebiasaan yang buruk, tetapi juga merupakan bentuk
adiksi fisik terhadap obat stimulant, nikotin, yang ditemukan dalam bentuk tembakau termasuk
rokok, cerutu, dan tembakau tanpa asap.

Nikotin adalah zat yang menyebabkan ketergantungan, yang terdapat pada tembakau. Zat
ini menstimulasi neuron dopamin di mesolimbik, yang kemudian menimbulkan efek yang
diharapkan oleh pengguna. Namun nikotin juga memiliki efek negatif. Selain menyebabkan
kematian, nikotin menyebabkan berbagai gangguan bagi kesehatan, antara lain kanker saluran
pernapasan, kanker laring, dan beberapa jenis penyakit kardiovaskuler.

Nikotin dihantarkan ke tubuh melalui penggunaan produk tembakau.Sebagai stimulant,


nikotin meningkatkan kewaspadaan tetapi juga dapat meningkatkan risiko flu, kulit berkeringat,
mual dan muntah, kebingungan dan pusing, serta diare, semua rasa tidak nyaman yang diakui
oleh perokok pemula.Nikotin juga merangsang pelepasan epinefrina, hormone yang
menimbulkan aktivitas otonom yang cepat termasuk detak jantung yang meningkat, dan
pelepasan cadangan gula ke dalam darah.Nikotin menekan selera makan dan member
“kenikmatan” psikologis yang singkat. Nikotin juga menyebabkan lepasnya endofrin, hormone
seperti opiate yang diproduksi di otak. Ini yang menyebabkan rasa senang yang dihubungkan
dengan penggunaan tembakau.

Penggunaan habitual dari nikotin menyebabkan ketergantungan fisiologis dari obat.


Ketergantungan nikotin dihubungkan dengan toleransi (konsumsi meningkat hingga tingkat satu
atau dua pak sehari) dan gejala sindrom putus zat. Sindrom putus zat untuk nikotin mencakup
ciri seperti kurang energy, mood tertekan, iritabilitas, frustrasi, kegugupan, konsentrasi yang
rusak, pusing dan kebingungan, mengantuk, sakit kepala, kelelahan, buang air besar tidak teratur,
insomnia, kejang, detak jantung melemah, detak jantung tidak teratur, meningkatnya selera
makan, peningkatan berat badan, berkeringat, gemetar, dan ketagihan akan rokok.
KESIMPULAN

Narkoba atau Napza adalah singkatan dari ( Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif )
adalah bahan atau zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang
( pikiran, perasaan dan prilaku ) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Penyalahgunaan Napza adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis Napza secara berkala
atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan
gangguan fungsi sosial.

Pengaruh narkoba sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya maupun dampak
sosial yang ditimbulkannya, pencegahan penyalahgunaan narkoba bukanlah menjadi tugas dari
sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas bersama.

Peran orangtua dalam keluarga dan juga dari peran pendidikan disekolah sangatlah besar
DAFTAR PUSTAKA
Https://www.gurupendidikan.co.id/tag/data-bnn-pengguna-narkoba-2018

Simuh, dkk., Tasawuf dan Krisis, Semarang, Pustaka Pelajar, 2001

Anda mungkin juga menyukai