Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai disiplin ilmu
(multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi kedokteran, ilmu
keperawatan, ilmu perilaku, ilmu sosial budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi,
hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

Dalam kebidanan terpusat pada ibu (wanita) adalah suatu konsep yang mencakup
hal-hal yang lebih memfokuskan pada kebutuhan, harapan dan aspirasi masing-masing
wanita dengan memperhatikan lingkungan sosialnya daripada kebutuhan institusi atau
profesi terkait. Hubungan yang berkualitas merupakan dasar pelayanan yang diberikan
selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. Hubungan antara bidan dan perempuan
menggabungkan semua aspek pelayanan kebidanan..

Harapan perempuan yaitu bidan harus berusaha untuk membangun hubungan


saling percaya, bidan menyambut kedatangan perempuan yang sebelumnya bidan
memperkenalkan dirinya, menanyakan identitas perempuan dan pendampingnya, bidan
dapat mengembalikan nilai-nilai inti dan profesi kebidanan dan menjadikan kebanggan
profesional untuk mengangkat persepsi publik.

Di era globalisasi sekarang ini, keberadaan seorang bidan sangat diperlukan.


Bidan diakui sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra
perempuan dalam Continuity of Care. Continuity of care atau perawatan
berkesinambungan adalah strategi kesehatan yang efektif primer memungkinkan
perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka
dan perawatan kesehatan mereka.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Women Centre?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita?
3. Bagaimanakah peran seorang bidan?
4. Bagaimanakah woman centre care di Indonesia?
5. Apa yang dimaksud Midwifery Partnership?
6. Bagaimanakah partnership bidan dalam pelayanan kesehatan?
7. Apa keuntungan dari midwifery partnership ?
8. Apa hambatan dari midwifery partnership ?
9. Apa yang dimaksud dengan Continuinty of Care?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Women Centre
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita
3. Mengetahui bagaimana peran seorang bidan
4. Mengetahui bagaimana woman centre care di Indonesia
5. Mengetahui apa yang dimaksud Midwifery Partnership
6. Mengetahui bagaimana partnership bidan dalam pelayanan kesehatan
7. Mengetahui apa keuntungan dari midwifery partnership
8. Mengetahui apa hambatan dari midwifery partnership
9. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Continuinty of Care
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Women Centre


2.1.1 Pengertian Women Centre
Women  Center Care adalah asuhan yang berpusat pada wanita, maksudnya
bahwa asuhan yang diberikan oleh bidan harus berorientasi pada wanita sehingga
wanita tidak dipandang sebagai obyek melainkan dipandang sebagai manusia secara
utuh / holistic yang mempunyai hak pilih untuk memelihara kesehatan reproduksinya.
Kesehatan wanita adalah masalah kesehatan reproduksi, fisik dan psikis secara
keseluruhan. Kesehatan wanita dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu status wanita di
masyarakat, resiko reproduksi, pendidikan yang rendah, kurang modal, dan faktor
sosial, budaya dan ekonomi. Wanita adalah manusia yang mempunyai hak asasi
terutama hak dalam bidang kesehatannya yaitu hak untuk memelihara kesehatan
reproduksinya.
Bidan berperan dalam memberikan dukungan pada wanita untuk memperoleh
status yang sama dimasyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan
dirinya. Dalam memberikan asuhan hendaknya ‘women center care’ / asuhan yang
berorientasi pada wanita, dimana fokusnya mencakup seluruh aspek kehidupan yang
memandang wanita sebagai manusia yang utuh, membutuhkan pemenuhan kebutuhan
bio, psiko, sosio, spiritual, dan kultural selama hidupnya.
Model asuhannya adalah wanita harus menjadi figure sentral pada proses asuhan
karena wanita yang mengerti kebutuhannya sendiri sedangkan bidan adalah pemberi
asuhan professional yang membantu ibu untuk pengambilan keputusan dan
menanggapi pilihan ibu. Salah satu faktor yang mencerminkan wanita tetap sebagai
pusat asuhan diasumsikan dengan kepuasan terhadap asuhan kebidanan yaitu faktor
‘continuity of care’ / asuhan yang berkelanjutan.
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program untuk
menurunkan angka kematian ibu diantaranya yaitu program Gerakan sayang
ibu, ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) dan Asuhan Persalinan Normal.
2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Wanita
1. Faktor status wanita dalam masyarakat yang rendah. Status atau kedudukan
seseorang dalam keluarga dan masyarakat akan mempengaruhi seorang wanita
diperlakukan bagaimana dia  dihargai dan kegiatan apa yang boleh dilakukan.
Disebagian besar masyarakat dunia wanita mempunyai kedudukan yang lebih
rendah dari pria. Status yang lebih rendah ini menimbulkan diskriminasi yaitu
diperlakukan secara tidak layak atau ditolak haknya karena mereka wanita dan hal
ini selalu berakibat buruk pada kesehatan wanita, misalnya banyak wanita yang
masih bisa dijual yang mengakibatkan PMS.
2. Faktor resiko kesehatan reproduksi dimana seorang wanita mengalami hamil,
melahirkan, nifas yang beresiko untuk mati.
3. Faktor ketidakmampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri sebagai
akibat dari pendidikan yang rendah.
4. Faktor kurangnya modal dalam upaya pemeliharaan wanita.
5. Faktor sosial budaya, ekonomi dalam kesehatan wanita antara lain;
a. Pelayanan kesehatan tidak terjangkau akan tidak cocok.
b. Pengetahuan yang rendah untuk mengenal tanda dan gejala dari  berbagai
komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas.

2.1.3 Hak-Hak Wanita Dalam Mendapatkan Pelayanan Kesehatan


1. Hak untuk mendapatkan keterangan mengenai kesehatannya.
2. Hak untuk mendiskusikan keprihatinan dalam lingkungan dimana ia merasa
percaya.
3. Hak untuk mengetahui prosedur yang akan dilakukan
4. Hak untuk mendapatkan privacy
5. Hak mengatakan pandangan pelayanan yang aman
6. Hak mengatakan pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang  diterimanya.

2.1.4 Women Centre Care


Wanita sebagai pusat asuhan adalah dimana wanita harus menjadi figure
sentral pada proses asuhan, filosofi kebidanan menganggap bahwa wanitanyalah
yang mengerti kebutuhannya sendiri. Bidan adalah pemberi asuhan professional
dengan pengetahuan uniknya masing-masing membantu ibu untuk pengambilan
keputusan dan menanggapi pilihan ibu.
The health committee of the house of common report on maternity
services tahun 1992 memberikan rekomendasi penuh yang tampak di bawah ini,
yaitu:
1. Hubungan antara wanita dan pemberi asuhan dibutuhkan sebagai hal yang sangat
mendasar
2. Pola harus diset untuk memungkinkan wanita mengetahui satu atau dua tenaga
professional selama kehamilan yang akan menemaninya selama persalinan di
rumah sakit dan tenaga yang akan memberi asuhan pada bayinya setelah kelahiran
3. Mayoritas asuhan maternitas harus community based / berdasarkan permintaan
masayarkat dan  dekat dengan rumah ibu dan ahli kandungan dan ahli lain harus
siap menerima rujukan dari para bidan atau dokter umum.
4. Dokter umum harus mampu untuk memberikan asuhan kontinu selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
5. Wanita yang membutuhkan asuhan obstetric yang intensif harus tetap dapat
menikmati asuhan yang berkelanjutan
6. Dalam rumah sakit wanita harus dapat melakukan pemilihan terhadap personil
yang bertanggungjawab dalam asuhan mereka
7. Wanita yang mempunyai bayi harus menhjadi fokus asuhan dan tenaga
professional memberikan asuhan harus mengidentifikasi kebutuhan mereka dan
perkembengannya didasari pada kesamaan kedudukan dalam asuhan
8. Asuhan yang tepat pada kebutuhan bayi, dengan fakta / keterangan dan rasa
hormat untuk dilakukannya resusitasi saat kelahiran, pemeriksaan abnormalitas,
dan pertimbangan untuk meneyusui segera.
Tiap tujuan diwujudkan ke dalam kegiatan dan pelayanan, dengan indikator
kesuksesan dalam lima tahun;
a. Semua wanita berhak membawa sendiri catatan kesehatannya.
b. Setiap wanita harus mengetahui satu bidan yang menjamin asuhan kebidanan
yang berkelanjutan. (nama bidannya)
c. Setidaknya 30 % dari wanita mempunyai bidan sebagai tenaga professional
d. Setiap wanita harus mengetahui tenaga profesional yang mempunyai peran
penting dalam perencanaan dan perlengkapan untuk asuhannya.
e. Setidaknya 75 % wanita aharus mengetahui orang-orang yang menemaninya
selama persalinan
f. Bidan harus mempunyai akses langsung terhadap beberapa tempat tidur dalam
semua unit maternitas.
g. Setidaknya 30 % wanita bersalin di unit maternitas harus diterima di bawah
manajemen kebidanan.
h. Jumlah kunjungan antenatal untuk wanita tanpa komplikasi kehamilan harus
ditinjau lagi dari keterangan dengan bukti yang ada dan dengan pedoman
RCOG
i. Semua staf dari ambulan harus mempunyai paramedic yang mampu untuk
membantu bidan yang dibutuhkan saat merujuk wanita dalam keadaan
gawatdarurat ke rumah sakit.
j. Semua wanita harus mempunyai akses terhadap informasi tentang pelayanan
yang ada di daerah mereka

2.1.5 Peran Bidan


Bidan dalam memberikan asuhan yang berpusat pada wanita harus
berlandaskan pada filosofi asuhan kebidanan yaitu safety, satisfying, menghormati
martabat manusia dan self determination, respecting culture dan etic diversity, family
centered, dan health promotion.
1. Karakteristik Model Asuhan Yang Dilakukan
a. Ada monitoring fisik, psikologis dan kesejahteraan soial selama siklus
reproduksi
b. Menyiapkan wanita dengan pendidikan yang berbeda, konseling, dan asuhan
prenatal
c. Bantuan penanganan yang berkesinambungan selama persalinan dan
melahirkan
d. Dukungan post partum
e. Meminimalkan penggunaan intervensi teknologi
f. Identifikasi masalah obstetric, dengan perujukan kepada provider yang tepat
untuk asuhan(UCSF, 1999)
2. Faktor-Faktor Yang Membuat Ibu Puas
a. Komunikasi
Cara berkomunikasi yang dipakai bidan melibatkan ibu dan keluarga.
Informasi yang diberikan hanya sebatas pengertian ibu, pengambilan keputusan
sepenuhnya diberikan kepada ibu. Komunikasi akan mendekatkan antara bidan
dan ibu, adanya kesejajaran dalam proses asuhan antara ibu dan bidan, untuk
mencapai tujuan asuhan bidan harus berempati (Rooks, 1999).
b. Kontrol
Hasil dari salah satu proyek penelitian menunjukkan bahwa ibu lebih
menyukai bidan yang mendemonstrasikan lebih dulu kemampuan dari ibu,
memungkinkan ibu merasakan jadi special,dan menolong ibu untuk relaks dan
tetap dalam kontrol dan dapat menjadi aspek advokasi (Frager,1999)
c. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
Bidan dan praktisi lain yang praktek dalam model kebidanan diharapkan
memberikan asuhan secara personal tradisional seperti yang wanita inginkan.
d. Asuhan yang berkelanjutan
Ada 4 (empat) Pandangan terhadap Asuhan Berkelanjutan. Caroline Flint
(1993) menggunakan sebuah slogan menggambarkan konsep dari asuhan yang
berkelanjutan. Hal tersebut tertuang dalam bentuk ‘hati’ yang berarti
‘berkelanjutan’ dan memilik makna ganda yaitu ‘bidan sebaiknya mengetahui
wanita atau wanita sebaiknya tahu bidan‘. Model tersebut menunjukkan makna
‘mengetahui atau mengenal’  satu sama lain pada dua group partisipan dalam
asuhan maternitas yaitu ibu dan bidan. Terdapat pandangan bidan dan
pandangan ibu. Masing-masing memiliki persepsi terhadap dua aspek
‘mengenal’ yakni ‘bidan mengenal ibu dan ibu mngenal bidan’. Sehingga
seluruhnya ada 4  persepsi, 2 dari sisi ibu dan 2 dari sisi bidan.
Sebagian besar pusat perhatian ibu-ibu adalah pada keterlibatan mereka
secara individual dengan para  professional dalam system. Bidan sendiri
berfokus terhadap system yang ada di tempat kerja mereka, yang
mempengaruhi cara pandang mereka terhadap jalinan kerjasama dengan ibu.
Flint sendiri yakin bahwa secara umum terdapat 2 tipe bidan. Dua system
asuhan tertulis dalam diagram, yang masing-masing memuat gambaran yang
sesuai dengan pandangan bidan pada kuadran 2. Gambaran panah terletak di
tengah diagram yang mana menunjukkan system asuhan masing-masing group
meningkat yang juga lebih disukai oleh para ibu.
Bidan yang ditampilkan pada kuadran 1  mempunyai focus utama pada
bagaimana ibu mengetahui bidan beserta kualitas asuhan yang mampu
diberikan pada ibu. Bidan tidak terlalu perduli dengan jalinan keakraban
dengan ibu. Dia lebih suka bekerja pada sistem kuadran 1. Bidan yang
ditampilkan pada kuadran 2, berfokus  pada pengetahuannya tentang ibu-
hubngan akrab dengan ibu- dibandingkan pada pandangan ibu itu
sendiri  terhadap hubungan mereka. Bidan tersebut akan lebih suka bekerja
pada sistem asuhan di kuadran 2.
Terdapat juga 2 tipe ibu. Tipe yang satu beranggapan bahwa bidan tahu
sendiri akan dirinya. Ibu-ibu tersebut yang ada pada kuadran 3 akan tertarik
pada system yang ditampilkan pada kuadran 1.
Beberapa ibu dalam kuadran 4 ingin mengenal bidan sebagai respon
dari pandangan bidan  pada kuadran 1 dan merekapun akan tertarik oleh
system asuhan  tersebut.Walau bagaimanapun juga, sebagian ibu-ibu pada
kuadran 4 berfokus pada hubunganya dengan bidan sebagai cara untuk
mengetahui bahwa mereka akan lebih menyukai personalisasi asuhan yang ada
pada kuadran 2.
Penting untuk disampaikan, bahwa tidak semua ibu dan semua bidan akan
cocok  dengan kategori tersebut, tetapi Flint menyarankan agar ibu-ibu dan
bidan memperlihatkan kecenderungan masing-masing terhadap salah satu dari
kuadran. Dua system tersebut bukanlah suatu kategori yang kaku tetapi
mewakili kecenderungan dalam spectrum / ruang lingkup asuhan. Gambaran
objektif dari pengkategorian tersebut adalah untuk menghasilkan suatu model
yang akan turut meningkatkan pengembangan dari sistem kerja asuhan
maternitas. Sistem-sistem tersebut masih berjalan, akan tetapi tidak sesuuai
dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ibu dan bidan perlu untuk
menyesuaikan dengan system yang mereka anggap yang terbaik bagi mereka.
e. Kehadiran orang yang memberi support
f. Informasi (prenatal dan kelas menjadi orang tua)
g. Asuhan dari bidan
h. Lingkungan fisik yang mendukung
3. Praktek Sesuai Evidence Base  / Bukti Ilmiah
a. Penting untuk memberikan asuhan yang sesuai evidence based bagi bidan
professional. WHO mengungkapkan bukti yang kuat untuk menolak intervensi
dan praktek asuhan dengan 4 kategori yaitu asuhan yang aman dan berguna.
Model asuhan yang dapat diberikan yaitu:
1) Dukungan emosional dan psikologi selama kehamilan dan persalinan
2) Memfasilitasi mobilitas dan pemilihan posisi untuk ibu
3) Dukungan untuk proses menyusui
4) Memberi kesempatan yang luas untuk ibu dalam menyusui
b. Asuhan yang membahayakan atau tidak efektif harus dihindari. Menghindari
hal yang membahayakan dan tidak efektif seperti menghindari enema,
episiotomi yang rutin, mencukur rambut pubis. Sedangkan asuhan yang
dikurangi meliputi:
1) Pemakaian electrical fetal monitoring secara lanjut
2) Pemakaian oxytocin untuk meningkatkan kontraksi
3) Pemakaian analgesia epidural untuk mengurangi nyeri karena his
c. Kurangnya penelitian untuk mengklarifikasi issue sehngga bukti kurang untuk
mendukung rekomendasi yang jelas
d. Asuhan itu memang perlu untuk wanita tetapi tidak semua tepat untuk semua
orang

2.1.6 Women Centre Care di Indonesia


A. Program di Indonesia
Bentuk-bentuk ‘women center care’ di Indonesia merupakan program untuk
menurunkan angka kematian ibu yang merujuk pada program-program sedunia
yang didukung oleh WHO yaitu:
1. ‘Safe Motherhood’ tahun 1988, di Indonesia dibentuknya Standar
Pelayanan Kebidanan, yang diikuti dengan program-program lainnya yang
masih berkesinambungan.
2. ‘The Mother Friendly Movement’ pada tahun 1996 Indonesia
menterjemahkannya sebagai ‘Gerakan Sayang Ibu’
3. ‘Live Saving Skill’
4. Komunikasi Inter Personal dan Konseling (KIP-K)
5. Asuhan Persalinan Dasar (APD) yang kemudian berganti nama menjadi
Asuhan Persalinan Normal (APN)
6. ‘Making Pregnancies Safer‘(MPS) tahun 2000, dan
7. IBI sendiri mengeluarkan Standar Asuhan Kebidanan, dan usulan
peningkatan pendidikan bidan (dari DI, DIII, dan DIV).
Keseluruh program di atas bertujuan untuk mencapai ‘Safe Motherhood’, sesuai
kriteria yang diberikan oleh WHO tentang asuhan / pelayanan yang baik yaitu harus
memenuhi kriteria:
1. ‘Available’ (pelayanan harus ada dan bisa dicapai oleh siapapun)
2. ‘Acceptable’ (diterima masyarakat), dan
3. ‘Accessable’ (mudah dijangkau).
Women centre ini sangat sesuai dengan keinginan ICM (International
Confenderation of Midwifery) yang tertuang dalam visinya yaitu :
1. Bidan memberikan asuhan pada perempuan yang membutuhkan asuhan
kebidanan.
2. Bidan mempunyai otonomi sebagai pemberi asuhan yang menghargai kerjasama
tim dalam memberikan asuhan untuk seluruh kebutuhan perempuan dan keluarga.
3. Bidan memegang kunci dalam menentukan asuhan dimasa mendatang termasuk
pelayanan kesehatan utama pada komunitas untuk seluruh perempuan dan
keluarga.
4. Bidan bekerja sama dengan perempuan dalam memberikan asuhan sesuai dengan
harapan perempuan.
Untuk memberikan care atau asuhan yang baik terhadap perempuan, bidan harus
menerapkan hal-hal berikut:
a. Lakukan intervensi minimal
b. Memberikan asuhan yang komprehensif
c. Memberikan asuhan sesuai kebutuhan
d. Melakukan segala tindakan sesuai dengan standart, wewenang, otonomi, dan
kompetisi
e. Memberikan informed concent
f. Memberikan asuhan aman, nyaman, lofis, dan berkualitas
g. Menerapkan asuhan sayang ibu
B. Gerakan Sayang Ibu
1. Pengertian
Gerakan sayang ibu merupakan gerakan percepatan penurunan angka
kematian ibu yang dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan kesadaran dan kepedulian dalam upaya
integral dan sinergis.
2. Prinsip Asuhan
a) Intervensi minimal
b) Komprehensif
c) Sesuai kebutuhan
d) Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi dan kompetensi provider
e) Dilakukan secara komplek oleh team kerja
f) Asuhan sayang ibu
g) Filosofi bahwa proses persalinan, menstruasi, menopause adalah normal
h) Memberikan informed consent
i) Aman, nyaman, logis dan berkualitas
3. Program
Progamnya adalah gerakan asuhan sayang ibu yang dioperasionalkan di
kecamatan dan desa / kelurahan. Dalam pelaksanaannya GSI mempromosikan
kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu dan rumah sakit sayang ibu
untuk mencegah tiga keterlambatan yaitu:
a) Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan
membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan.
b) Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat pertolongan
yang dibutuhkan.
4. Kegiatan
Ruang lingkup GSI meliputi advokasi dan mobilisasi sosial.
5. Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalianan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
Dengan demikian penolong persalinandapat memberikan asuhan yang mengacu
pada upaya-upaya pencegahan yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman
bagi ibu dan bayi baru lahir selama persalinan, pasca persalinan dan masa nifas
dini.
Ada lima aspek dasar atau lima benang dasar yang penting dan salin
terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut
melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang
merah tersebut adalah:
a. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.

b. Asuhan sayang ibu dan bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih tidak mau meminta pertolongan
tenaga penolong persalinan terlatih untuk memberikan asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian dari mereka memberi alasan bahwa
penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan atau
kebudayaan, tradisi dan keinginan pribadi para ibu  dalam persalinan dan
kelahiran bayinya. Alasan lain yang juga berpengaruh adalah bahwa sebagian
besar fasilitas kesehatan  memiliki peraturan dan prosedur kurang bersahabat
dan menakutkan bagi ibu.
Peraturan dan prosedur tersebut termasuk, tidak memperkenankan ibu
untuk berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mngizinkan anggota
keluarga menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi tertentu selama
persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayi segera setelah
bayi dilahirkan.  
c. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan:
1.) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.
2.) Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti
Hepatitis dan HIV / AIDS.
d. Pencatatan (rekam medis)
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelairan
bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang
telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan  suatu diagnosis
serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya. 
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan
rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar
ibu menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15% di antaranya akan
mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu
dirujuk ke fasilitas rujukan. Sangatlah sulit untuk menduga kapan penyulit
akan terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan / atau bayinya ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit
terjadi.
6. Making Pregnancy Safer (MPS)
Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman sebagai strategi pembangunan
kesehatan masyrakat menuju Indonesia Sehat 2010
a. Pengertian
MPS melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan
cara  mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan
dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
b. Program
1.) Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir berkualitas dan efektif berdasar bukti.
2.) Membangun pemikiran yang efektif
3.) Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga
4.) Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin pneyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
5.) Kegiatan
6.) Menjamin adanya pertolongan pertama obstetric sesuai standar nasional,
maupun pedoman klinis dan rujukan pada semua polindes dan puskesmas
tanpa tempat tidur
7.) Menjamin semua desa terpencil punya polindes dan tenaga bidan
8.) Menyediakan bahan-bahan dan obat-obatan esensial, peralatan dan
transportasi untuk pelayanan efektif.
9.) Menyediakan pelayanan ANC sesuai standar nasional dan pedoman
klinik.
10.) Memberikan pelayanan selama persalinan sesuai standar nasional dan
pedoman klinis yang dianjutkan dengan pendokumentasian.
11.) Mendeteksi dan mengelola masalah kehamilan sesuai standar nasional
dan pedoman khusus.
12.) Menjamin pencegahan dan penanggulangan infeksi.
13.) Menetapkan peran dukun bayi untuk mnedukung kerja bidan.
14.) Bekerjasama dengan GSI untuk melibatkan dukun bayi, kader dan PKK
untuk menjamin bantuan pelayanan kebidanan pada ibu.
15.) Melakukan konseling pada semua ibu tentang KB sesuai standar nasional
dan pedoman klinis.
c. Pesan Kunci MPS
Kompleknya masalah kematian ibu memerlukan strategi kesehatan yang
memastikan bahwa:
1.) Setiap persalinan harus diinginkan
2.) Setiap persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih
3.) Setiap komplikasi memperoleh pertolongan yang adekuat. 
C. Asuhan Sayang Ibu
Coalition for Improving Maternity Services (CIMS), 1996
1. Menawarkan ibu
2. Memilih untuk mendampingi untuk mensupport fisik dan emosional
3. Menginformasikan praktek, intervensi dan hasil asuhan
4. Asuhan responsif pada keyakinan nilai adat istiadat.
5. Memberikan kebebasan memilih posisi dalam bersalin
6. Kebijakan dan prosedur yang jelas dan asuhan yang berkesinambungan.
7. Menghindari tindakan rutin yang yang tidak jelas
8. Mendidik pemberi asuhan, pengurangan rasa nyeri tanpa obat
9. Mendorong semua ibu: bonding attachment dan breast feeding
10. Menghindari penyunatan bayi baru lahir yang tidak diperlukan
11. Sayang bayi: pemberian ASI dengan sukses.

2.2 Midwifery Partnership

2.2.1 Pengertian
1. Partnership
Partnership (Kemitraan) adalah suatu kerjasama yang formal antara individu –
individu, kelompok – kelompok atau organisasi – organisasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Kemitraan adalah sistem kerjasama formal, yang terikat secara
hukum atau pemahaman informal, hubungan kerjasama dan saling mengadopsi
rencana antara sejumlah lembaga.
2. Bidan
Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh
sejumlah praktisi diseluruh dunia. Definisi bidan menurut International
Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972 International Federation of
Gynaecologist and Obstetrian tahun 1973, dan WHO. Bidan adalah seseorang yang
telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta
memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktif kebidanan di
negeri tersebut, ia harus mampu memberi supervisi, asuhan, dan memberi nasihat
yang dibutuhkan wanita selama hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan,
memimpin persalinan atas tanggungjawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru
lahir dan anak.
3. Pelayanan Kebidanan
Pelayanan Kebidanan adalah bagian dari pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang terdaftar (teregister), yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau rujukan.

2.2.2 Partnership Bidan dalam Pelayanan Kebidanan


1. Partnership Bidan dengan Perempuan
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan,
asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan jika tidak
ada tidak ada tenaga kesehatan lainnya.
a. Bidan
1. Melaksanakan asuhan kebidanan sesui dengan standar pelayanan kebidanan
2. Memberikan informasi kesehatan dan memberikan pilihan kepada
perempuan dalam hal : pemilihan terhadap kehamilan, persalinan, nifas, dll.
3. Memberikan penyuluhan dan pelayanan kebidanan kepada perempuan
sehingga mereka mampu membentuk hubungan saling percaya antara
sesama.
b. Perempuan
Melakukan segala bentuk anjuran dan informasi yang diberikan oleh bidan
baik selama tindakan asuhan kebidanan maupun penyuluhan terhadap kebiasaan
untuk meningkatkan derajat perempuan.
2. Partnership Bidan dengan Dukun
Kemitraan bidan dengan dukun adalah suatu bentuk kerjasama bidan dengan
dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan
kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan
menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun
dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa
nifas, dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan
dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada. Dalam pola
kemitraan bidan dengan dukun berbagai elemen masyarakat yang ada dilibatkan
sebagai unsur yang dapat memberikan dukungan dalam kesuksesan pelaksanaan
kegiatan ini. Berikut adalah peran bidan dan dukun bayi dalam pelaksanaan
kemitraannya:
a. Periode Kehamilan
1. Bidan
a) Melakukan Pemeriksaan fisik ibu hamil
b) Memberikan Imunisasi TT, obat dan tindakan lain apabila ada
komplikasi
c) Melakukan rujukan apabila diperlukan
2. Dukun
a) Memotivasi ibu untuk memeriksakan kehamilan ibu ke Bidan
b) Mengantar ibu hamil yang tidak mau memeriksa kehamilannya ke
Bidan
c) Membantu bidan dalam melakukan pemeriksaan
b. Periode Persalinan
1. Bidan
a) Mempersiapkan sarana dan prasarana persalinan aman dan alat
resusitasi bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi.
b) Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partogram
c) Melakukan asuhan persalinan
2. Dukun
a) Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan.
b) Mempersiapkan sarana prasaran persalinan aman seperti :Air
bersih,Kain bersih.
c) Mendampingi ibu pada saat persalinan
c. Periode Nifas
1. Bidan
a) Melakukan Kunjungan Neonatal dan sekaligus pelayanan nifas (KN1,
KN2 dan KN3)
b) Melakukan Penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga
mengenai : Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, Tanda-tanda
bayi sakit

2. Dukun
a) Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-KB setelah melahirkan.
b) Melakukan ritual keagamaan / tradisional yang sehat sesuai tradisi
setempat.
3. Partnership Bidan dengan Masyarakat
Pola kemitraan bidan dengan berbagai elemen masyarakat
dilibatkan sebagai unsur yang dapat memberikan dukungan dalam
kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini. Berikut adalah peran bidan dan
masyarakat dalam pelaksanaan kemitraannya:
1. Bidan
a. Bidan melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan
Kebidanan sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Bidan melakukan tindakan pemeriksaan fisik, menolong persalinan,
pemantauan nifas,bayi dan program KB
2. Kader
a. Membantu Bidan dalam menjangkau segala masyarakat untuk mau
dan rutin memeriksakan kesehatannya ke bidan
b. Kader memberikan motivasi dan menemani ibu untuk
memeriksakan kehamilan, persalinan, dan nifas.
1. Partnership Bidan dengan Tenaga Kesehatan
Bidan melakukan kerjasama (bermitra) dengan tenaga kesehatan
lainnya untuk menunjang segala bentuk pemeriksaan,menegakkan
diagnosa dan memberi pengobatan terhadap pasien yang memiliki resiko
tinggi dan kegawatdaruratan.
1. Bidan
a. Bidan mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi
atau kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dan
rujukan.
b. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tnggi dan memberi
pertolongan pertama.
c. Melaksanakan upaya Preventif dan Promotif.
2. Tenaga Kesehatan (Dokter)
a. Menegakkan diagnosa, melakukan tindak lanjut untuk menangani
resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
b. Melaksanakan upaya Kuratif dan Rehabilitatif
2. Partnertship Bidan dengan Pemerintah
1. Bidan
Bidan melakukakan Advokasi atau lintas sektoral kepada
pemerintah dalam hal penyediaan sarana dan prasarana kesehatan
seperti penyediaan air bersih, Jaminan Kesehatan, Peralatan dan Obat-
obatan serta bantuan berupa dana untuk kegiatan yang berhubungan
dengan peningkatan derajat kesehatan.
2. Pemerintah
Pemerintah memberikan sarana dan prasaranan sesuai dengan
kebutuhan suatu daerah untuk membantu bidan dan masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatan sehingga tercipta masyarakat yang
sehat.

2.2.3 Keuntungan dan Hambatan


1. Bidan dalam melakukan Kemitraan keuntungannya:
a. Bidan sebagai tenaga kesehatan terdidik memberi pengaruh optimal kepada
masyarakat terutama pengaruh kesehatan yaitu : Ibu hamil, bersalin, nifas, bayi
dan balita.
b. Membantu mengurangi angka kesakitan dan kematian.
c. Menjadi dan sudah terlatih sebagai konselor kesehatan dan inovator agent
dalam perilaku hidup bersih dan sehat dimasyarakat.
d. Berpotensi menjadi pemimpin informal untuk mengerakkan masyarakat di
bidang kesehatan.
e. Sebagai mata rantai dalam sistem kesehatan nasional dengan bermitra dengan
dukun,masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Bersama dengan dukun, masyarakat dan Tenaga Kesehatan lainnya bidan
mampu mempercepat tercapainya Health For All.

2. Bidan dalam melakukan Kemitraan memiliki hambatan:


a. Kesulitan dalam beradaptasi dikarenakan usia yang relatif masih muda, lokasi
yang baru dikunjungi, dan kesulitan dalam bahasa.
b. Kesulitan dalam mengubah perilaku masyarakat atas budaya tradisional yang
masih dijunjung tinggi.
c. Geografis suatu wilayah khususnya desa yang tidak mendukung yang
merupakan salah satu pencetus keterlambatan dalam mencapai fasilitas rujukan
yang memadai.
2.3 Continuinty of Care

Continuity of care dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai perawatan yang
berkesinambungan. Definisi perawatan bidan yang berkesinambungan dinyatakan dalam: "... Bidan
diakui sebagai seorang profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja
dalam kemitraan dengan wanita selama kehamilan, persalinan dan periode postpartum dan
untuk melakukan kelahiran merupakan tanggung jawab bidan danuntuk memberikan
perawatan pada bayi baru lahir..." (definisi ICM tahun 2005).
Jadi, perawatan berkesinambungan adalah strategi kesehatan yang efektif primer
memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan
mereka dan perawatan kesehatan mereka. Bidan yang memenuhi syarat untuk bekerja dimodel
kesinambungan perawatan dalam berbagai pengaturan, termasuk rumah sakit umum dan swasta, layanan
masyarakat ,pelayanan kesehatan pedesaan dan daerah terpencil dan praktek swasta..
Continuity of care adalah suatu proses dimana tenaga kesehatan yang koperatif terlibat
dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus menerus menuju pelayanan yang
berkualitas tinggi biaya perawatan medis yang efektif Continuity of care pada awalnya
merupakan ciri dan tujuan utama pengobatan keluarga yang lebih menitik beratkan kepada
kualitas pelayanan kepada pasien (keluarga) dengan dapat membantu bidan (tenaga
kesehatan). Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas. Secara tradisional
perawatan yang berkesinambungan idealnya membutuhkan hubungan terus menerus dengan
tenaga professional.
Selama trisemester III, kehamilan dan melahirkan sampai enam minggu pertama
postpartum. Penyediaan pelayanan individual yang aman,fasilitasi pilihan informasi, untuk
lebih mendorong kaum wanita selama persalinan dan kelahiran, dan untuk menyediakan
perawatan komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir selama periode postpartum
(Estiningtyas,dkk, 2013:32)
Berdasarkan uraian masalah diatas untuk mengurangi angka kematian pada ibu maka
penulis ingin melakukan asuhan kebidanan secara Continuity of care dan komprehensif
dengan prosedur manajemen kebidanan dan didokumentasikan metode SOAP.
Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI dan AKB dengan memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan (Continuity of care) mulai dari hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan pemilihan alat kontrasepsi. Pelayanan kesehatan yang diberikan
pada ibu hamil melalui pemberian pelayanan antenatal minimum 4 kali selama masa
kehamilan yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu).
Minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-28 minggu). Minimal 2 kali pada
trimester ketiga (usia kehamilan 28 minggu – lahir). Pelayanan tersebut diberikan untuk
menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan janin berupa deteksi dini faktor resiko,
pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pemberian zat besi sebanyak
90 tablet (Fe) (Kemenkes RI, 2015:106). Pelayanan kesehatan yang di berikan pada ibu
bersalin yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter spesialis
kebidanan dan kandungan (SpoG), dokter umum dan bidan). Pelayanan kesehatan ibu nifas
adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-
kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga
hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan
pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. (Kemenkes RI.2015:114).
Pelayanan kesehatan neonatus dengan melakukan kunjungan nenonatus (KN) lengkap yaitu
KN 1 kali pada usia 0 jam- 48 jam, KN 2 pada hari ke 3 - 7 hari dan KN 3 pada hari ke 8-
28.
Pelayanan pertama yang di berikan pada kunjungan neonatus adalah pemeriksaan sesuai
Standart Manajemen Terbaru bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir
termasuk ASI Ekslusif dan perawatan tali pusat.Pelayanan kesehatan pada ibu nifas dan
neonatus juga mencakup pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kesehatan
Ibu nifas dan bayi baru lahir.termasuk keluarga berencana pasca salin. (Kemenkes, RI .
2013: 72-90 )
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Perempuan-centredness dirancang untuk meningkatkan kepuasan dengan
pengalaman bersalin perawatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi perempuan, bayi,
keluarga dan profesional kesehatan, yang merupakan komponen penting dari peningkatan
kualitas kesehatan. Hubungan yang berkualitas merupakan dasar pelayanan yang
diberikan selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. Hubungan antara bidan dan
perempuan menggabungkan semua aspek pelayanan kebidanan. Bidan diakui sebagai
profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam
Continuity of Care. Continuity of care atau perawatan berkesinambungan adalah strategi
kesehatan yang efektif primer memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka dan perawatan kesehatan mereka.

3.2 SARAN
Bidan harus mampu memberi supervisi, asuhan, dan memberi nasihat yang
dibutuhkan wanita selama hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan, memimpin
persalinan atas tanggungjawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
Dan bagi perempuan melakukan segala bentuk anjuran dan informasi yang diberikan oleh
bidan baik selama tindakan asuhan kebidanan maupun penyuluhan terhadap kebiasaan
untuk meningkatkan derajat perempuan.

Anda mungkin juga menyukai