Anda di halaman 1dari 11

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

PENERAPAN MANAJEMEN PERAWATAN LUKA PADA KLIEN POST


SECTIO CAESAREA DI RSD LIUN KENDAGE TAHUNA

Titi Suryani Arum Tampilang, Christien Anggreini Rambi, Ferdinand Gansalangi


Program Studi Keperawatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Nusa Utara
Kampus POLNUSTAR Jl.Kesehatan No.1 Tahuna
Tititampilang3698@gmail.com

Abstrak: Sectio caesarea memiliki resiko yang mengancam nyawa, salah satunya resiko
infeksi. Catatan medis menunjukan 15% kematian ibu nifas akibat infeksi. Jadi, perawatan luka
yang salah dapat menyebabkan infeksi yang berujung pada kematian. Tujuan studi kasus ini
untuk menggambarkan penerapan manajemen perawatan luka post sectio caesarea yang sesuai
standar. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang
dilakukan kepada tiga klien pot sectio caesarea selama 7 hari. Hasil: 2 dari 3 klien menunjukan
penyembuhan luka yang baik pada hari ketujuh setelah diterapkan perawatan luka yang sesuai
standar. Kesimpulan: Manajemen perawatan luka yang sesuai standar dan sikap positif klien
dalam menunjang proses perawatan akan membantu proses penyembuhan luka dan
menurunkan intensitas nyeri sehingga meningkatkan kemampuan mobilitas klien. Saran:
perawat dapat meningkatkan perawatan luka dan penyuluhan kesehatan, agar dapat tercipta
sikap positif pada klien untuk menunjang perawatan luka.

Kata Kunci : Manajemen Perawatan Luka, Post Sectio Caesarea

Sectio caesarea kini telah menjadi sekitar 15% kematian ibu nifas akibat
jenis persalinan yang diminati masyarakat infeksi (Daisyzi, 2018).
karena berbagai alasan baik dorongan Salah satu penyebab kematian ibu
medis maupun keinginan klien dan yaitu infeksi pada luka pasca persalinan
keluarga. Persalinan melalui operasi sectio (Astuti, 2017). World aliance for patient
caesarea memiliki resiko yang Safety melaporkan bahwa infeksi luka
membahayakan nyawa ibu dan janin operasi terjadi pada 2% hingga 5% dari 27
dibandingkan persalinan normal. Resiko juta pasien yang melakukan pembedahan
ini tidak hanya dapat dialami ibu pada saat setiap tahun (Rivai, dkk, 2013).
operasi, tapi pada masa nifas ibu masih Penyebab langsung kematian
tetap dihantui oleh resiko ini. maternal terkait masa nifas di Indonesia
Resiko tersebut yaitu resiko infeksi berdasarkan data KEMENKES RI tahun
yang dapat terjadi jika Manajemen 2015, menunjukan bahwa kematian ibu
perawatan luka yang dilakukan tidak yang di sebabkan oleh infeksi post sectio
sesuai Standar Operasional Prosedural caesarea di Indonesia pada tahun 2013
(SOP) dan perawatan luka tidak secara mencapai 7,3% dan 90% dari morbiditas
aseptik, hal ini diperkuat oleh data dari pasca operasi disebabkan oleh infeksi luka
catatan medis yang menunjukan ada operasi (Wardhani, 2016)

126
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Tampilang, Rambi, Gansalangi, Penerapan Manajemen Perawatan Luka ….. 127

Kematian ibu pada masa nifas di kasus yang dilakukan pada tiga orang
Sulawesi Utara tahun 2015 berdasarkan klien post sectio caesarea di RSD Liun
penelitian Buangsampuhi dan kawan- kendage Tahuna dan dilanjutkan dengan
kawan tahun 2016 yang berjudul kunjungan ke rumah klien pada 10-27
“Gambaran faktor penyebab kematian ibu April 2018, dengan kriteria: dapat
di Sulawesi Utara tahun 2013-2015”, yaitu berkomunikasi dengan baik, bersedia
71 kasus dengan penyebabnya pendarahan menjadi klien kelolaan, berusia <35 tahun
55%, eklampsia 32%, dan infeksi 13% dan tidak memiliki riwayat penyakit
(Buangsampuhi, 2016). degeneratife. Fokus dari studi kasus ini
Perawatan luka pada ibu nifas yang yaitu bagaimanakah penerapan manajemen
salah dan tidak sesuai standar seta prinsip perawatan luka yang sesuai dengan SOP
aseptik dapat menyebabkan infeksi luka pada klien post sectio caesarea.
yang berujung kematian. Perawatan luka Manajemen perawatan luka post
dilakukan dengan tujuan menjaga luka sectio caesarea merupakan tindakan
tetap bersih, mencegah infeksi, dan perawatan luka sesuai dengan SOP dan
membantu proses penyembuhan luka, serta secara aseptik. Klien post sectio caesarea
meningkatkan kenyamanann fisik dan merupakan klien yang menjalani
psikologis (Smeltzer & Bare, 2001). persalinan melalui operasi. Metode
Uraian diatas membuat penulis pengumpulan data yang digunakan dalam
merasa tertarik dan memutuskan untuk studi kasus ini yaitu wawancara, observasi
melakukan sebuah studi kasus mengenai dan dokumentasi dengan menggunakan
penerapan manajemen perawatan luka beberapa instrument penelitian sebagai
untuk mencegah terjadinya infeksi dan pendukung dalam pengambilan data.
untuk mengetahui perkembangan Instrumen penelitian yang
penyembuhan luka pada klien post sectio digunakan dalam studi kasus ini yaitu
caesarea setelah diterapkan perawatan pengkajian maternitas, pengkajian luka,
luka sesuai standar dan secara aseptik. lembar observasi penyembuhan luka dan
TUJUAN STUDI KASUS tanda-tanda infeksi, serta kuesioner
Menggambarkan penerapkan gambaran nyeri dan kondisi luka menurut
manajemen perawatan luka sesuai standar klien. Penyajian data secara tekstular atau
pada klien post sectio caesarea. narasi dan dalam bentuk tabelar disertai
dengan data subjektif dari subyek studi
kasus yang merupakan data-data yang
METODE STUDI KASUS menjadi pendukung dari studi kasus ini.
Studi kasus ini menggunakan
metode deskriptif dengan pendekatan studi

HASIL STUDI KASUS


A. Pengkajian
Tabel 1. Karakteristik Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang Dahlia RSD
Liunkendage Tahuna tahun 2018

Karakteristik responden Klien 1 Klien 2 Klien 3

Nama Ny. J.A Ny. R. K Ny. N. T

Umur 30 thn 30 thn 31 thn

Pekerjaan IRT PNS IRT

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

128 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm.126 – 136

Pendidikan SMA S1 SMA

Paritas 1 2 2

Riwayat Obstetri P1A1 P2A0 P2A0

Tabel 1 menujukan bahwa ketiga klien memiliki usia ≥30 tahun. Riwayat pendidikan
dari ketiga klien berbeda dimana klien 1 dan 3 merupakan lulusan SMA dan klien 2
merupakan sarjana. Tabel ini menunjukan bahwa klien 1 merupakan primipara dan
pernah mengalami abortus, sedangkan klien 2 dan 3 merupakan multipara.
Tabel 2. Jenis Luka dan Tipe Penyembuhan Luka Klien Studi Kasus Post Sectio
Caesarea di Ruang Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018

Jenis dan Tipe


Penyembuhan Klien 1 Klien 2 Klien 3
Luka

Jenis Luka Akut Akut Akut

Tipe Penyembuhan Luka Primary intention Primary intention Primary intention

Tabel 2 dapat menunjukan bahwa ketiga klien memiliki jenis luka dan tipe penyembuhan
luka yang sama yaitu luka akut dan memiliki tipe penyembuhan luka Primary
intention.
Tabel 3. Kondisi Kulit Sekitar Luka Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang
Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018

Kondisi Kulit Klien 1 Klien 2 Klien 3

Warna Kemerahan Normal Normal

Tekstur Lembab Lembab Lembab

Tabel 3 menunjukan bahwa ketiga klien memiliki kondisi kulit yang berbeda, dimana klien 1
warna kulit sekitar berwarna merah dengan tekstur lembab, sedangkan klien 2 dan 3
warna kulitnya normal dengan tekstur lembab.
Tabel 4. Nyeri Pada Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang Dahlia
RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018

Gambaran Nyeri Klien 1 Klien 2 Klien 3

Seperti diiris-iris dan


Seperti diiris-iris dan Bertambah
Kualitas Seperti ditusuk-tusuk bertambah saat
saat beraktifitas
beraktifitas

Skala 4-5 6 3-4

Saat melakukan Saat melakukan aktifitas


Saat melakukan pergerakan dan
Frekuensi aktifitas atau dan pergerakan
merubah posisi
pergerakan

Durasi 3-4 menit 3-4 menit 1-2 menit

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Tampilang, Rambi, Gansalangi, Penerapan Manajemen Perawatan Luka ….. 129

Tabel 4 menujukan bahwa ketiga klien berada dalam rentang nyeri ringan-sedang, dimana
pada klien 1 dengan skala 4-5 saat bergerak/merubah posisi, klien 2 dengan skala 6
saat melakukan aktifitas/bergerak, klien 3 mengalami dengan skala 3-4 saat
beraktifitas.
B. Gambaran Perkembangan Penyembuhan Luka dan Reaksi Peradangan
Tabel 5. Kondisi Luka dan reaksi peradangan Klien Studi Kasus Post Sectio
Caesarea di Ruang Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018

Hari ke: Kondisi Luka dan Respon Peradangan

Klien 1 Klien 2 Klien 3

Tidak1 gatal dan tidak panas, perban


Tidak panas dan tidak gatal, perban tidak gatal dan tidak panas,
tampak bersih dan kering, tampak bersih dan kering perban tampak bersih
dan suhu badan klien 37oC dan suhu badan klien dan kering, dan suhu
36,5oC baan klien 37,3oC

lembab
2 tidak berair, merah dan
Lembab tidak berair, merah dan
Lembab tidak berair, merah dan
bengkak, bersih (tapi bengkak, kulit bekas bengkak, bersih (terdapat
terdapat darah dan plester terasa gatal, luka darah dan betadine yang
betadine yang mengering), bersih (terdapat darah dan mengering), tidak gatal
tidak panas dan tidak gatal betadine yang mengering) dan tidak panas, dan
dan suhu badan klien dan suhu badan klien suhu badan klien 36,5oC
36,8oC 37,2oC

3Tidak gatal dan tidak panas,Tidak panas dan tidak gatal,


tidak gatal dan tidak panas,
perban tampak bersih perban tampak bersih perban tampak bersih
dan kering, dan suhu dan kering dan suhu dan kering, dan suhu
badan klien 37oC badan klien 36,5oC baan klien 37,3oC

4 Luka mulai menutup, Luka mulai menutup,Luka mulai mengering dan


mengering, tampak mengering, tidak menutup, tidak
merah, bengkak, tidak lembab, dan merah lembab, berwarna
lembab dan, kulit pudar, sedikit bengkak. merah muda, tidak
sekitar sudah tidak tampak bersih dan bengkak. tampak
merah, luka tampak kering, tidak gatal dan bersih dan kering dan
bersih, tidak merasa tidak panas, suhu badan tidak berbauh atau
panas dan tidak gatal, klien 36oC bernanah, tidak gatal
suhu badan klien 36,6oC dan tidak panas, suhu
badan klien 37oC

Luka
5 mulai mengering, tidak Luka mulai mengering, merah Luka mulai mengering,
lembab, merah muda muda, tidak bengkak, menutup, berwarna
dan sedikit bengkak luka dan perban bersih, merah muda, tidak
pada tepi kanan, luka kering dan masih bengkak, luka dan
tampak bersih, tidak merekat kuat, tidak gatal perban bersih dan
merasa gatal dan panas dan tidak panas, suhu kering, tidak gatal dan
pada daerah luka dan badan klien 37,2oC tidak panas, suhu
sekitarnya, perban badan klien 37,2oC
sedikit basah dan
mengkerut suhu badan
klien 36,9oC

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
130 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm.126 – 136

Luka6 sedikit lembab, merah dan Luka mulai mengering, merah


Luka mulai mengering, merah
sedikit bengkak karena muda dan tidak muda, tidak bengkak,
terkena rebesan air saat bengkak, bersih dan bersih, kering, tidak
mandi, perban sedikit kering, tidak gatal dan gatal dan tidak panas,
basah dan berkerut dan tidak panas, suhu badan suhu badan klien
terlihat ada dua titik klien 36,5oC 37,2oC
nanah pada daerah
perban sebelah kanan,
luka tidak terasa panas
dan tidak gatal, suhu
badan klien 38oC

sedikit
7 lembab, tepi kanan luka Luka kering , berwarna merah Luka menutup dan saling
tampak merah muda muda, tidak bengkak, merekat, berwarna
dan bengkak mulai bersih, kering, tidak merah muda, bersih,
mengecil, bersih, panas dan tidak gatal, kering, tidak panas dan
kering, dan ketika luka suhu badan klien 36oC tidak gatal, suhu badan
ditekan tidak ada pus, klien 36,9oC
tidak panas dan tidak
gatal, suhu badan klien
37oC

Tabel 5 menunjukan bahwa terdapat kesamaan beberapa kesamaan dalam kondisi luka
dan reaksi peradangan yang muncul pada ketiga klien sejak hari perawatan pertama
hingga hari perawatan ke lima diman luka tampak membaik diantaranya luka tidak
gatal dan tidak panas, lembab, merah dan sedikit bengkak serta bersih. Perbedaan
mulai timbul pada hari keenam dimana pada klien 1 mengalami pemanjangan tahap
inflamasi hingga hari ketujuh sedangkan pada klien 2 dan 3 tahap inflamasinya
berangsur hilang sejak hari keempat.
Tabel 6. Gambaran Nyeri Pada Luka Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di
Ruang Dahlia RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018

Hari ke: Gambaran Nyeri

Klien 1 Klien 2 Klien 3

Klien
1 mengatakan merasa nyeri Klien
saat mengatakan merasa nyeri
Seperti diirs-iris saat melakukan
beraktifitas/merubah posisi, saat melakukan aktifitas dan pergerakan,
skala 4-5 selama ± 3-4 pergerakan, skala 6, skala 3-4 selama 1-2 menit
menit Selama ± 3-4 menit

2 Klien mengatakanKlien mengatakan merasaKlien mengatakan masih nyeri


merasa nyeri saat nyeri saat bergerak, ditusuk-tusuk saat
beraktifitas/merubah skala 5, Selama ± 3-4 melakukan pergerakan
posisi, skala 4 selama ± menit skala 3-4 selama ± 1-2
2-3 menit menit

Nyeri
3 saat beraktifitas /merubah Nyeri saat melakukan
Nyeri seperti ditusuk-tusuk saat
posisi, skala 4, Selama pergerakan skala 4-5, melakukan pergerakan,
±2-3 menit Selama ± 3-4 menit skala 3 selama ± 2-3
menit

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Tampilang, Rambi, Gansalangi, Penerapan Manajemen Perawatan Luka ….. 131

Merasa
4 nyeri saat merubah posisi
Merasa perih saat melakukan Merasa nyeri diiris-iris saat
skala 3 pergerakan, skala 4 beraktifitas skala 3
selama ± 1-2 menit selama ± 1-2 menit

Nyeri
5 saat beraktifitas dengan
Merasa perih pada luka saat
Merasa nyeri seperti diiris-iris
skala nyeri 3 beraktifitas, skala 3-4 saat beraktifitas skala 2-3
selama ± 1-2 menit selama ± 1-2 menit

Nyeri
6 saat beraktifitas dengan
nyeri saat beraktifitas dengan Nyeri seperti diiris-iris saat
skala 4 pada tepih luka skala nyeri 3 beraktifitas, skala 2
sebelah kanan selama ± 1-2 menit

Nyeri
7 saat beraktifitas dengan nyeri saat beraktifitas
Klien masih merasa nyeri seperti
skala nyeri 2-3 pada tepi berlebihan dengan diiris-iris saat beraktifitas
luka sebelah kanan skala nyeri 2 pada skala 2 selama 1-2 menit,
luka

Tabel 6 menunjukan bahwa respon nyeri ketiga klien berbeda, dimana klien 1 dan 2
berada pada nyeri sedang sedangkan klien 3 pada nyeri ringan-sedang, lalu mengalami
penurunan seiring penyembuhan luka. Klien 1 skala nyerinya kembali ke skala 4 di
hari keenam. Intensitas nyeri ketiga klien pada katujuh berada pada nyeri ringan
dengan skala 2-3.

Tabel 7. Gambaran Mobilisasi Klien Studi Kasus Post Sectio Caesarea di Ruang Dahlia
RSD Liunkendage Tahuna tahun 2018

Gambaran Mobilisasi
Hari ke:
Klien 1 Klien 2 Klien 3

1 klien sudah bisa mika-miki


Klien masih tampak berbaring
Klien sudah bisa mika-miki dan
walaupun masih dibantu tanpa melakukan duduk serta memangku
oleh orang lain pergerakan bayi walaupun masih
dibantu

2 klien sudah bisa mika-


Klien terlihat masih berbaringPasien sudah bisa mika-miki
miki, duduk, walau masih di tempat tidur tapi sendiri, duduk dan
dibantu sudah bisa melakukan berjalan secara perlahan
mika-miki

3 Pasien sudah bisa mika-miki,


Klien sudah bisa melakukan klien sudah bisa berjalan,
duduk, dan memangku mika-miki dan duduk berbaring dan bangun
bayi sendiri dari tempat tidur sendiri,
dan juga sudah bisa
memangku bayinya
sendiri

4 Pasien sudah bisa mika-


Klien sudah bisa mika-miki klien sudah bisa berjalan,
miki, duduk, berdiri dan sendiri, duduk, berbaring dan bangun
berjalan ringan berdiri dan berjalan dari tempat tidur sendiri,
sendiri mandi masih dibantu

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

132 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm.126 – 136

suami

5 klien sudah bisa berjalan, klien sudah bisa sudah bisa berjalan,
berbaring dan bangun dari berjalan, berbaring berbaring , bangun dari
tempat tidur sendiri dan bangun dari tempat tidur, dan mandi
tempat tidur sendiri, sendiri, tapi untuk g anti
dan ketika merasa pakaian masih dibantu
nyeri pada daerah suami
luka klien akan
menghentikan
aktifitasnya sampai
nyeri itu hilang
6 klien sudah bisa berjalan,klien sudah bisa berjalan, klien sudah bisa berjalan,
berbaring dan bangun dari berbaring , bangun berbaring , bangun dari
tempat tidur sendiri dari tempat tidur, dan tempat tidur, dan mandi
memasak makanan sendiri, tapi untuk ganti
pakaian (khususnya
celana)klien masih
dibantu suami

7 klien sudah bisa duduk,klien sudah bisa berjalan, klien sudah bisa
berjalan, berbaring dan berbaring dan bangun berjalan, berbaring ,
bangun dari tempat tidur dari tempat tidur, bangun dari tempat tidur,
sendiri serta duduk dan mandi dan ganti pakaian
berdiri sendiri sendiri

Tabel 7 menunjukan bahwa mobilisasi ketiga klien berbeda, dimana pada hari pertama klien 1
dan 3 sudah bisa mika-miki dan duduk walaupun dibantu, sedangkan klien 2 masih
berbaring ditempat tidur. Pada hari ketujuh semakin banyak aktivitas yang dapat
dilakukan ketiga klien secara mandiri.

PEMBAHASAN perbedaan yang terlihat jelas pada


klien 2 dan 3 yang lebih patuh dalam
A. Pengkajian perawatan luka sedangkan klien 1
Studi kasus ini merupakan menunjukan hal sebaliknya, sehingga
gambaran hasil penerapan manajemen klien 1 mengalami pemanjangan tahap
perawatan luka yang sesuai standar pada iflamasi hingga hari keenam,
tiga klien post sectio caesarea selama sedangkan pada klien 2 dan 3 tahap
tujuh hari yang dilakukan di ruang dahlia inflamasi telah berhenti pada hari
RSD Liun Kendage Tahuna. keempat. Tingkat pendidikan dapat
1. Pendidikan dan Kepatuhan Untuk mempengaruhi kepatuhan dalam
Keikutsertaan Dalam Manajemen perawatan luka untuk mempercepat
Perawatan Luka proses penyembuhan luka post sectio
Studi kasus yang telah caesarea, sejalan dengan
dilakukan kepada tiga orang klien ini Notoadmodjo (2007) bahwa semakin
menunjukan bahwa terdapat perbedaan meningkatnya pengetahuan seseorang
tingkat kepatuhan pada klien 1 dan akan menimbulkan kesadaran dan
klien 3 dengan tingkat pendidikan akhirnya akan menyebabkan orang
SMA dan klien 2 yaitu sarjana, berprilaku sesuai dengan tingkat

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Tampilang, Rambi, Gansalangi, Penerapan Manajemen Perawatan Luka ….. 133

pengetahuan yang dimiliki. Diperkuat caesarea sehingga terbentuk


dengan penelitian Septyani, dkk kesadaran dan sikap yang positif.
(2015) berjudul “Hubungan tingkat Didukung oleh Safitri dan Cahyanti
pengetahuan dengan sikap tentang (2016) bahwa paritas dapat dikaitkan
luka diabetes menggunakan teknik dengan pengalaman, dimana
moist wound healing”, dari 54 pengalaman memberi pengaruh pada
responden menunjukan tingkat prilaku untuk melakukan perawatan
pendidikan tinggi 59 % menimbulkan diri di masa nifas.
37,5% bersikap negatif dan 62,5% B. Gambaran Kondisi Luka dan Reaksi
positif, pendidikan sedang 32% Peradangan yang Muncul Setelah
menimbulkan 47% bersikap negatif Diterapkan Manajemen Perawatan
dan 53% positif, pendidikan rendah Luka
dan bersikap negatif 9% positif 1%, 1. Proses Penyembuhan Luka Klien
maka diketahui responden dengan Setelah Perawatan Luka
pengetahuan tinggi memiliki sikap
positif terhadap perawatan luka, Studi kasus penerapan
sebaliknya yang memiliki pengetahuan manajemen perawatan luka post sectio
rendah memiliki sikap negatif terhadap caesarea yang sesuai standar yang
perawatan luka. dilakuakan pada 3 klien selama tujuh
2. Pengalaman dan Kepatuhan Dalam hari menunjukan bahwa pada hari
Menunjang Manajemen Perawatan yang ketujuh proses penyembuhan
Luka luka ketiga klien berada pada keadaan
Studi kasus ini menunjukan yang baik, walaupun pada klien 1
terdapat perbedaan dari upaya ketiga mengalami pemanjangan tahap
klien untuk ikut serta menunjang inflamasi yang harusnya hanya
perawatan luka. Klien 2 dan 3 yang berlangsung hingga hari keempat-lima
merupakan multipara terlihat lebih bertambah hingga hari keenam karena
berpengalaman dalam menghadapi timbulnya tanda-tanda infeksi akibat
masa nifas dan dalam perawatan luka kurang patuhnya klien dalam
post sectio caesarea sehingga lebih perawatan luka, tapi setelah dilakukan
patuh serta paham tindakan untuk penanganan segera dan sesuai standar,
menjaga keadaan luka sehingga tanda-tanda infeksi tersebut dapat
menunjang proses penyembuhan luka, teratasi dan luka mulai membaik pada
sedangkan pada klien 1 yang hari ketujuh dimana tahap inflamasi
merupakan primipara yang belum mulai berakhir.
memiliki pengalaman dalam
perawatan masa nifas terlihat kurang Ibu nifas yang memiliki sikap
patuh ikut dalam perawatan luka positif akan menimbulkan rasa akan
sehingga mempengaruhi penyembuhan pentingnya perawatan luka
luka, sejalan dengan penelitian Meo, (Widyastuti, dkk, 2016), sehingga
dkk (2005) berjudul “Hubungan dapat mempercepat penyembuhan
pengetahuan ibu tentang luka post luka, tapi setelah dilakukan pengkajian
sectio caesarea dengan penyembuhan kembali tidak terlihat adanya sikap ini
luka post sectio caesarea di poliklinik pada klien 1 yang justru terlihat sedikit
kebidanan dan kandungan RSD Kota kurang patuh dalam perawatan luka
Surakarta”, bawha dengan sehingga terjadi perlambatan proses
pengalaman dan pengetahuan yang penyembuhan luka dimana tahap
baik tentang luka sectio caesarea, ibu inflamasi memanjang hingga hari
mampu mengetahui hal-hal yang keenam. Proses penyembuhan luka
berhubungan dengan luka post sectio klien 2 dan 3 hingga hari ketujuh
berjalan baik dan tahap inflamasi

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
134 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm.126 – 136

terjadi hingga hari lima dan pada hari yang bermakna antara tingkat
keenam hingga ketujuh respon kepatuhan pelaksanaan protap
peradangan yang timbul mulai perawatan luka dengan kejadian
berangsur hilang setelah diterapkan infeksi luka post sectio caesarea.
manajemen perawatan luka yang
sesuai standar dan sesuai prinsip 2. Respon Tingkat Nyeri yang
aseptik secara rutin. Dirasakan Klien Setelah Perawatan
Luka
Penerapan manajemen
perawatan luka yang sesuai dengan Klien 1 dan 2 yang mengalami
standar secara rutin dengan selalu proses penyembuhan lukanya yang
mempertahankan prinsip aseptik serta baik hingga hari ketujuh mengalami
didukung sikap positif klien dapat penurunan intensitas nyeri yang baik
menunjang percepatan proses dari sedang menjadi ringan. tetapi
penyembuhan luka pada klien post pada klien 1 ketika proses
sectio caesarea. Selaras dengan Potter penyembuhan luka pada hari keenam
(2005) dalam Hakim (2015) yang mengalami perlambatan atau
menyatakan bahwa perawatan luka pemanjangan tahap inflamasi akibat
yang dilakukan sesuai prosedur perban yang berkerut sehingga air
bertujuan mempercepat proses merembes masuk yang membuat luka
penyembuhan dan bebas dari infeksi. menjadi basah sehingga nyeri yang
sebelumnya turun menjadi nyeri
Didukung pendapat Fridawaty ringan skala 2-3 di hari kelima,
(2013) dalam Rahman, dkk (2016) kembali mengalami peningkatan
bahwa pelaksanaan prosedur menjadi nyeri sedang skala 4 di hari
perawatan luka yang tepat akan keenam.
mempercepat proses penyembuhan
luka. Diperkuat penelitian Rahman, Peningkatan proses
dkk (2016) berjudul “Hubungan antara penyembuhan luka post sectio
pelaksanaan perosedur pencegahan caesarea sangat memengaruhi tingkat
infeksi pada pasien post operasi nyeri yang dirasakan, karena nyeri
dengan proses penyembuhan luka di merupakan salah satu indikator
rumah sakit islam unisman Malang”, pengukur dalam penyembuhan luka,
kepada 63 responden dalam hasil uji sehingga perawatan luka yang sesuai
spearman rank diketahui nilai p-value standar penting untuk menunjang
= (0,000) < (0,005) sehingga H0 proses penyembuhan luka. Didukung
ditolak yang artinya adanya hubungan oleh Kasdu (2013) dalam Fitri, dkk
antara pelaksanaan prosedur (2012) yang menyatakan bahwa nyeri
pencegahan infeksi dengan proses yang dirasakan oleh ibu post partum
penyembuhan luka. Kembali diperkuat dengan sectio caesarea berasal dari
penelitian Himatusujanah dan luka yang terdapat diperut. Sehingga
Rahayuningsih (2008) berjudul dapat diartikan bahwa ketika kondisi
“Hubungan tingkat kepatuhan luka dalam keadaan baik dan mulai
pelaksanaan protap perawatan luka berangsur sembuh maka nyeri yang
dengan kejadian infeksi luka post dirasakan pun akan berangsur hilang.
sectio caesarea (SC) di ruang mawar
RSUD dr. Moewardi Surakarta”, 3. Respon Mobilisasi yang Dapat
kepada 23 responden dalam hasil uji Dilakukan Setelah Perawatan Luka
Chi-Square didapatkan nilai p sebesar Setelah dilakukan studi kasus
0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak, dan ini terlihat klien 1 dan 3 yang
disimpulkan bahwa terdapat hubungan

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA
Tampilang, Rambi, Gansalangi, Penerapan Manajemen Perawatan Luka ….. 135

mengalami penurunan nyeri menjadi caesarea penting untuk menunjang


skala 3-4 terlihat sudah bisa proses penyembuhan dan mencegah
melakukan miring kanan dan kiri serta terjadinya infeksi, yang dibuktikan
duduk walau masih dibantu, oleh kondisi/proses luka pada klien
sedangkan pada klien 2 yang Ny. R. K dan Ny. N. T berada pada
mengalami penurunan nyeri menjadi kondisi baik dimana tidak ditemukan
skala 5, terlihat berbaring dan mulai adanya infeksi, selain itu ketiga klien
bisa melakukan miring kanan dan kiri. juga membantu menurunkan nyeri dari
skala sedang menjadi ringan di hari
Tingkat mobilisasi pada ketiga ketujuh sehingga makin banyak
klien mengalami peningkatan setiap aktivitas yang dilakukan secara
harinya hingga pada hari ketujuh saat mandiri.
intensitas nyeri ketiga klien yaitu nyeri
ringan sehingga mobilisasi/aktivitas SARAN
yang dilakukan semakin banyak.
Peningkatan mobiliasi klien akan 1. Klien/Keluarga :
terjadi jika nyeri yang dirasakan Perawatan luka post sectio
semakin berkurang yang terwujud jika caesarea bukan hanya menjadi tanggung
kondisi luka semakin baik serta jawab dari perawat dan petugas kesehatan
penyembuhannya lancar, oleh karena lainya, tapi juga merupakan tanggung
itu manajemen perawatan luka baik jawab dari klien dan keluarga, sehingga
oleh perawat ataupun klien sangat diharapkan klien dapat meningkatkan
penting dilakukan, sejalan dengan kepatuhan dalam mengikuti saran yang
Setiohadi (2009) dalam Shofani (2011) telah diberikan oleh petugas kesehatan,
bahwa nyeri dapat menyebabkan selain itu keluarga juga dapat membatu
impairment dan disabilitas, mengingatkan serta dapat ikut serta dalam
impairment (abnormalitas atau upaya menjaga keadaan luka klien agar
hilangnya fungsi anatomik, fisiologik tetap dalam keadaan kering dan
dan psikologik), sedangkan disabilitas mendorong klien untuk tidak melakukan
(keterbatasan atau ketidakmampuan aktifitas yang terlalu berat terlebih
melakukan aktivitas sehari-hari). dahulu.
2. Perawat :
Didukung oleh kesimpulan Diharapkan perawat dan petugas
penelitian Pratiwi, dkk (2012) berjudul kesehatan lainnya lebih perhatian
“Penurunan intensitas nyeri akibat terhadap perawatan luka dan pemberian
luka post sectio caesarea setelah penyuluhan kepada klien perawatan ibu
dilakukan teknik pernapasan nifas sebagai upaya untuk mencegah
nmenggunakan aroma terapi lavender persepsi yang salah pada ibu dan
di rumah sakit Al Islam Bandung”, meningkatkan sikap positif ibu sehingga
bahwa jika ibu dapat mengontrol menurunkan angka kejadian infeksi.
nyeri, maka nantinya aktivitas ibu post 3. Peneliti selanjutnya:
sectio caesarea tidak akan terganggu Diharapakan dapat lebih
dan dapat melewati fase letting go meningkatkan pengetahunanya lagi dan
(kemandirian) sesegera mungkin. kedepannya dapat melakukan penelitian
yang lebih luas lagi tentang faktor yang
KESIMPULAN dapat mempengaruhi proses
Stelah dilakukan studi kasus, penyembuhan luka dengan waktu
maka diperoleh hasil setelah tujuh hari penelitian yang lebih lama lagi sehingga
perawatan menunjukan bahwa: hasil yang dipeolehpun lebih banyak lagi.
penerapan manajemen perawatan luka yang
sesuai standar pada klien post sectio

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA


P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

136 JURNAL ILMIAH SESEBANUA, Volume 2, Nomor 2, Nopember 2018, hlm.126 – 136

DAFTAR PUSTAKA Nursing News. Vol. 3(1). p. 14.


Hakim, Y., (2015). Gambaran pengetahuan Diakses pada 18 Mei 2018
dan sikap perawat tentang <http://publikasi.unitri.ac.id>.
pelaksanaan standar oprasional
prosedur (SOP) perawatan luka di Safitri, Y., & Chayanti, D, R., (2016).
ruang bedah RSUD Prof Dr. H. Hubungan tingkat pengetahuan dan
Aloeisaboe kota Gorontalo. Diakses motivasi terhadap kemandirian ibu
pada 16 Mei 2018 nifas dalam perawatan diri selama
<Http://kim.ung.ac.id>. early post partum. Program Studi S-
Himatusujanah., & Rahayuningsih, B, F., 1 Kedokteran Umum Fakultas
(2008). Hubungan tingkat kepatuhan Kedoteran Universitas Diponegoro.
pelaksanaan protap perawatan luka Diakses pada 16 Mei 2018 <Http://.
dengan kejadian infeksi luka post Media. Neliti.com>.
sectio caesarea (SC) di Ruang Septyani, M, dkk., (2015). Hubungan tingkat
Mawar RSUD Dr. Moewardi pengetahuan dengan sikap perawat
Surakarta. Surakarta : Jurusah S1 tentang luka diabetes menggunakan
Keperawatan FIK UMS. Surakarta: teknik moist wound healing. Riau:
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Program Studi Ilmu Keperawatan
Muhamadiyah Surakarta. Diakses universitas Riau. Diakses pada 16
pada 17 Mei 2018 Mei 2018 <Http://Media.neliti.com>.
<Http://researchgate.net>. Shofani, A, K., (2011). Hubungan antara
Meo, M, P (2015), dkk., (2015). Hubungan intensitas nyeri dengan disabilitas
pengetahuan ibu tentang luka post aktivitas sehari-hari pada pasien
sectio caesarea dengan nyeri punggung bawah (NPB) di
penyembuhan luka post sectio RSUD Dr. Meowardi Surakarta.
caesarea di poliklinik kebidanan dan Surakarta: Fakultas Kedokteran
kandungan RSUD Kota Surakarta. Universitas Muhamaiyah Surakarta.
Priode 26 Oktober sampai 07 Diakses pada 17 Mei 2018
Desember 2015. Diakses pada <Http://eprints.ums.ac.id>.
tanggal 11 mei 2018. Widyastuti, D, dkk., (2016). Gambaran sikap
<Http://digilib.stikeskusumahusada.a ibu nifas tentang perawatan luka
c.id>. perineum di RSD Wonosari Gunung
Notoatmodjo S. 2007. Ilmu masyarakat: ilmu Kidul.Yogyakarta : Fakultas Ilmu
dan seni. Rinekacipta: Jakarta. Kebidanan Universitas Alma Ata
Pratiwi, R, Dkk,. (2018). Penurunan Yogyakarta. Diakses pada 22 mei
intensitas nyeri akibat luka post 2018 <Http://elibrary.almaata.ac.id>.
section caesarea setelah dilakukan
latihan teknik relaksasi pernapasan
menggunakan aroma terapi lavender
di Rumah Sakit Al Islam Bandung.
Bandung: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran
Bandung. Diakses pada 15 mei 2018
<Http://Jurnal.Unimus.ac.id>.

Rahman, M., dkk., (2018) Hubungan antara


pelaksanaan prosedur pencegahan
infeksi pada pasien post operasi
dengan proses penyembuhan luka di
rumah sakit islam unisman Malang.

P3M POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

Anda mungkin juga menyukai