Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN

SEMISOLIDA

PEMBUATAN SEDIAAN BODY CREAM

Dosen jaga : apt. Lusia Oktora Ruma Kumala Sari, S.Farm., M.Sc.

Kelompok C1-4

1. Sofindra Miftakhuddin A (182210101139)

2. Tasya Salsabila (182210101147)

3. Siti Zulaiha (182210101152)

4. M Reynaldi Archan P.P (182210101155)

5. Willy Lu’lu’ul Ulya (182210101156)

6. Ulfa Ernasari (182210101158)

7. Carolin Enjelin Rumaikewi (182210101164)

LABORATORIUM FARMASETIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Manusia melakukan aktivitas setiap harinya. sebagian besar aktivitas banyak


dilakukan diluar ruangan. dimana aktivitas tersebut akan terpapar sinar matahari. semakin
seringnya terpapar matahari kulit akan rusak. Sinar matahari mempunyai manfaat baik bagi
tubuh. Sinar matahari mengandung vitamin D, mencegah terjadinya kangker, penyembuhan
penyakit kulit, bahkan melindungi tubuh dari berbagai penyakit, tetapi jika terlalu banyak
terpapar sinar matahari, ataupun terpapar disaat waktu yang tidak tepat seperti siang hari akan
menyebabkan efek negative pada tubuh. Maka dari itu kulit membutuhkan perlindungan agar
tetap terjaga meskipun banyak aktivitas diluar ruangan.

Hal itu dapat dicegah dengan cara memakai pelindung untuk kulit. Salah satu sediaan
yang dapat melindungi kulit dengan penggunaan secara topikal dan dapat diaplikasikan ke
seluruh tubuh yaitu krim. Krim dapat dalam bentuk bermacam-macam. sediaan krim yang
cocok untuk melindungi kulit di seluruh tubuh seperti lotion cream minya mawar

Lotion cream adalah sediaan Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang
digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan
bahan pensuspensi yang cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok. Lotion cream
merupakan sediaan topical yang dapat diaplikasikan ke seluruh tubuh. Sediaan ini harus
mempunyai efek anti alergi agar manfaatnya dalam melindungi kulit tetap terjaga

Maka dari itu kami dari kelompok 4 praktikum Teknologi Sediaan Likuida dan
Semisolida membuat sediaan formula lotion cream pada penelitian kali ini. Sediaan lotion
cream yang kami buat adalah lotion cream minyak mawar.

1.2 Tujuan

Mahasiswa dapat merancang dan membuat suatu sediaan yang memenuhi

spesifikasi mutu (aman, efektif, dan stabil) dan dapat diterima oleh konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian krim


Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat,
berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian
luar.Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat
mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai.Menurut Formularian Nasional, krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi
kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim adalah sediaan semi solid kental, umumnya berupa emulsi m/a (krim berair)
atau emulsi a/m (krim berminyak). Secara tradisional, istilah krim digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsentrasi relatif cair di formulasi sebagai
emulsi air dalam minyak (a/m) atau minyak dalam air (m/a).
Krim adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut
dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan
setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair yang diformulasikan sebagai
emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.Sekarang ini batasan tersebut lebih
diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air, yang dapat dicuci
dengan air atau lebih ditunjukkan untuk penggunaan kosmetika (Depkes RI, 1995).
Krim merupakan salah satu sediaan yang berbentuk emulsi. Krim dapat didefinisikan
berbagai macam dari beberapa sumber yang berbeda. Menurut Ansel (1989), krim adalah
emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air yang biasanya
digunakan sebagai emolien (pelembab) atau pemakaian obat pada kulit.
Krim adalah formulasi untuk memberikan persiapan yang pada dasarnya bercampur
dengan sekresi kulit. Mereka dimaksudkan untuk diterapkan pada kulit atau selaput lendir
tertentu untuk pelindung, terapeutik atau profilaksis tujuan, terutama di mana efek oklusif
tidak diperlukan (British Pharmacopeia).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah
digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair
diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan
tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau
dispersi mikrokristal asam asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat
dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim
dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang
dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air
dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan
zat pengemulsi, umurnya berupa surfaktansurfaktan anionik, kationik dan nonionik .
Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat pada
permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci
atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan untuk
mengatasi penyakit kulit seperti jamur, infeksi ataupun sebagai anti radang yang
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit.

2.2 Penggolongan Krim


Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam
lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih
ditujukan untuk pemakain kosmetika dan estetika. Ada 2 tipe krim yaitu krim tipe minyak
dalam air (M/A) dan krim tipe air dalam minyak (A/M). Pemilihan zat pengemulsi harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang dikehendaki. Untuk krim tipe A/M digunakan
sabun polivalen, span, adeps lanae, kolsterol dan cera. Sedangkan untuk krim tipe M/A
digunakan sabun monovalen, seperti trietanolamin, natrium stearat, kalium stearat dan
ammonium stearat. Selain itu juga dipakai tween, natrium lauryl sulfat, kuning telur,
gelatinum, caseinum, cmc dan emulygidum. Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika
sistem campurannya terganggu, terutama disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan
komposisi yang disebabkan perubahan salah satu fase secara berlebihan atau zat
pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat
dilakukan jika diketahui pengencernya yang cocok dan dilakukan dengan teknik aseptic.
Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka waktu 1 bulan. Sebagai
pengawet pada krim umumnya digunakan metil paraben (nipagin) dengan kadar 0,12%
hingga 0,18% atau propil paraben (nipasol) dengan kadar 0,02% hingga 0,05%.
Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat sejuk,
penandaan pada etiket harus juga tertera “obat luar”. Ada 2 tipe krim, yaitu :
 Krim Tipe M/A atau O/W
Vanishing cream adalah kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan,
melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream. Krim m/a (vanishing cream)
yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering
menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang
umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik
pemakaian asam lemak lebih popular. Contoh: vanishing cream. Sebagai pelembab
(moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.

 Krim Tipe A/M atau W/O


Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane,
wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam
bervalensi 2, misal Ca. Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda beda.
Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa. Contoh: Cold cream. Cold cream
adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan
nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold
cream mengandung mineral oil dalam jugramah besar.

2.3 Bahan Bahan Penyusun Krim


Formula dasar krim, antara lain:
 Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam.
Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak,
cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
 Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa.
Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/TEA, NaOH, KOH,
Na2C03, Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na lauril
sulfat, Na setostearil alkohol, polisorbatum/Tween, Span dan sebagainya).

2.4 Bahan penyusun krim


Bahan bahan penyusun krim, antara lain :
 Zat berkhasiat
 Minyak
 Air
 Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis
dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat
digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alcohol, stearil alcohol,
trietanolalamin stearat, polisorbat, PEG.

2.5 Bahan bahan tambahan


Bahan bahan tambahan dalam sediaan krim agar peningkatan penetrasi pada kuli, antara
lain :
1. Zat untuk memperbaiki konsistensi
Konsistensi sediaan topical diatur untuk mendapatkan bioavabilitas yang
maksimal, selain itu juga dimaksudkan untuk mendapatkan formula yang “estetis” dan
“acceptable”. Konsistensi yang disukai umumnya adalah sediaan yang dioleskan, tidak
meninggalkan bekas, tidak terlalu melekat dan berlemak. Hal yang penting lain adalah
mudah dikeluarkan dari tube. Perbaikan konsistensi dapat dilakukan dengan mengatur
komponen sediaan emulsi diperhatikan ratio perbandingan fasa. Untuk krim adalah
jugramah konsentrat campuran zat pengemulsi.

2. Zat pengawet
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan
untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi
mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka
pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu
penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat
pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12% sampai 0,18% atau propil
paraben 0,02%- 0,05%.

3. Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga
stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar
harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam
sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi
karena: perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan
karena mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses
produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia
dari bahan sediaan.

4. Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk
meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,
mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh
zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.

5. Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat
membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul
pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik.
Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.

6. Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi
oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi
atas :
Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara
bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil
gallat, BHA, BHT. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat zat ini mempunyai
potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang
lain kadang-kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh;
garam Na dan K dari asam sulfit.
Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan
logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi.
Contoh: sitrat, tamat, EDTA.

7. Peningkat Penetrasi
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jugramah zat yang
terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal
(kulit). Syarat- syarat:
 Tidak mempunyai efek farmakologi.
 Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.
 Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).
 Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
 Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
 Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
 Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
 Dapat menyebar pada kulit.
 Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
 Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa..
 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim

a. Kelebihan sediaan krim


 Mudah menyebar rata.
 Praktis.
 Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A (minyak
dalam air).
 Cara kerja langsung pada jaringan setempat.
 Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
 Bahan untuk pemakaian topikal jugramah yang diabsorpsi tidak cukup
beracun, sehingga pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.
 Aman digunakan dewasa maupun anak-anak.
 Memberikan rasa dingin, terutama pada tipe A/M (air dalam minyak).
 Bisa digunakan untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi,
pada fase A/M (air dalam minyak) karena kadar lemaknya cukup tinggi.
 Bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara, krim mata, krim kuku,
dan deodorant.
 Bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit, tetapi tidak
menyebabkan kulit berminyak.

b. Kekurangan sediaan krim


 Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu sistem campuran terutama disebabkan karena perubahan
suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara
berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak
tersatukan.
 Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan kirim harus dalam keadaan
panas.
 Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
 Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
 Pembuatannya harus secara aseptis

2.6 Metode Pembuatan Krim


Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi.
Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersama sama di penangas air pada suhu 70-75°C, sementara itu semua larutan berair
yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama
dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan lahan ditambahkan ke
dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan
selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran
perlahan lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus menerus sampai campuran
mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka
beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan
fase cair (Munson, 1991).

2.7 Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:
Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu
sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan
untuk menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya panikel yang
terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.
Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan
bahan berkhasiat, pencampuran bahan bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi.
Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses
homogenisasi bahan bahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit,
kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada bahan bahan yang termolabil.

2.8 Pencampuran terdiri dari tiga macam :


 Pencampuran bahan padat. Pada prinsipnya pencampuran bahan padat adalah
menghancurkan aglomerat yang terjadi menjadi partikel dengan ukuran yang serba
sama.
 Pencampuran untuk larutan. Tujuan pencampuran larutan didasarkan pada dua tujuan
yaitu: adanya transfer panas dan homogenitas komponen sediaan.
 Pencampuran semi solida. Untuk pencampuran sediaan semi solid dapat digunakan
alat pencampuran dengan bentuk mixer planetary dan bentuk sigma blade. Alat
dengan sigma blade dapat membersihkan salep/krim yang menempel pada dinding
wadah dan menjamin homogenitas produk serta proses transfer panas lebih baik.
 Penghalusan dan Homogenisasi. Proses terakhir dari seluruh rangkaian pembuatan
adalah penghalusan dan homogenisasi produk semi solid yang telah tercampur dengan
baik.

2.9 Alasan Pembuatan Sediaan Krim


Alasan pembuatan sediaan krim untuk mendapatkan efek emolien atau pelembut
jaringan dari preparat tersebut dan keadaan permukaan kulit. Karena emulsi yang dipakai
pada kulit sebagai obat luar bisa dibuat sebagai emulsi m/a (minyak dalam air) atau
emulsi a/m (air dalam minyak), tergantung pada berbagai faktor seperti sifat zat
terapeutik yang akan dimasukkan ke dalam emulsi.
Zat obat yang akan mengiritasi kulit umumnya kurang mengiritasi jika ada dalam
fase luar yang mengalami kontak langsung dengan kulit. Tentu saja dapat bercampurnya
dan kelarutan dalam air dan dalam minyak dari zat obat yang digunakan dalam preparat
yang diemulsikan menentukan banyaknya pelarut yang harus ada dan sifatnya yang
meramalkan fase emulsi yang dihasilkan. Pada kulit yang tidak luka, suatu emulsi air
dalam minyak biasanya dapat dipakai lebih rata karena kulit diselaputi oleh suatu lapisan
tipis dari sabun dan permukaan ini lebih mudah dibasahi oleh minyak daripada oleh air.
Suatu emulsi air dalam minyak juga lebih lembut ke kulit, karena ia mencegah
mengeringnya kulit dan tidak mudah hilang bila kena air. Sebaliknya jika diinginkan
preparat yang mudah dihilangkan dari kulit dengan air, harus dipilih suatu emulsi minyak
dalam air, harus dipilih suatu emulsi minyak dalam air. Seperti untuk absorpsi, abnsorpsi
melalui kulit (absorpsi perkutan) bisa ditambah dengan mengurangi ukuran partikel dari
fase dalam.
2.10 Prosedur Evaluasi Sediaan

a. Organoleptis

Pengujian organoleptis dilakukan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk,


bau dan warna sediaan yang dilakukan secara visual sesudah pembuatan basis. Sediaan
harus tercampur secara sempurna dengan konsistensi setengah padat (Wardiyah, 2015).
 Warna : putih
 Bau : tidak berbau
 Bentuk : Krim (Setengah padat)

b. Uji Homogenitas

Salah satu syarat sediaan krim adalah homogen dan tidak terjadi pemisahan
(Hendriana, 2016). Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel krim
dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok (Prastianto, 2016).
Suatu sediaan harus menunjukkan warna yang merata dan tidak terlihat adanya butiran
kasar didalamnya (Wardiyah, 2015).

c. Uji pH

Rentang pH yang aman untuk kulit dalam sediaan setengah padat adalah 4,5-6,5.
Jika krim memiliki nilai pH basa, dapat menyebabkan kulit bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit (Wulandari, 2016). Uji pH dilakukan
menggunakan alat indikator pH, dengan cara perbandingan 0,5 g : 5 gram air digunakan
untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, diamkan agar mengendap,
kemudian ukur menggunakan indikator pH, catat hasil yang ditunjukkan sesuai
indikator pH (Naiboho dkk ., 2013).

d. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan krim saat diaplikasikan pada
kulit. Menimbang krim sebanyak 0,5 gram kemudian diletakkan ditengah cawan petri
yang telah diberi skala. Lalu menimbang cawan petri lain dan diletakkan diatas cawan
petri yang pertama sebagai beban awal dan biarkan selama 1 menit, ukur berapa
diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari
beberapa sisi).
Selanjutnya menambahkan 50 gram beban diatasnya, diamkan 1 menit dan ukur
diameter penyebarannya seperti sebelumnya. Lakukan pengulangan penambahan beban
50 gram hingga beraat beban mencapai 250 gram dan catat diameter penyebaran krim
yang didapat (Putri, 2012). Daya sebar krim yang baik antara 5-7 cm (Mappa dkk,
2013).

e. Uji Daya Lekat

Peningkatan viskositas krim akan meningkatkan daya lekat krim. Sampel sebanyak
0,25 gram diletakkan diantara 2 gelas objek, kemudian ditekan dengan beban 1 kg
selama 5 menit. Setelah itu, beban diangkat dari gelas objek, kemudian gelas objek
dipasang pada alat uji daya lekat. Alat uji diberi beban 80 gram lalu dicatat waktu
pelepasan krim dari gelas objek (Maulina dan Sugihartini, 2015). Tidak ada persyaratan
khusus mengenai daya lekat sediaan semipadat, namun sebaiknya daya lekat sediaan
semipadat adalah lebih dari 1 detik (Afianti dan Murrukmihadi, 2015). Uji daya lekat
dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit, semakin besar daya
lekat krim maka kontak antar krim dan kulit semakin lama, sehingga absorbsi obat
melalui kulit semakin besar (Dini, 2015)

f. Uji Tipe Krim

Sediaan krim yang stabil harus mampu mempertahankan tipe emulsinya selama
waktu penyimpanan. Pengujian tipe emulsi dilakukan selama 4 minggu pentimpanan yang
menunjukkan bahwa formula yang optimum tidak mengalami perubahan tipe emulsinya.
Formula optimum setelah penyimpanan tetap terencerkan saat dilarutkan di media air itu
menandakan bahwa krim formula optimum stabil dalam penyimpanan. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh kecepatan homogenisasi yang tepat selama formulasi
emulsi sehingga mencegah kerusakan dari formulasi selama pengujian (Abdurahman &
Rosli, 2006).

g. Uji Efektifitas Pelembab

Uji ini dilakukan dengan metode in vitro modifikasi SDT (The Sorption-
Desorption Test) dengan cara membuat suatu kondisi yang dapat menggambarkan
keadaan kulit manusia, yaitu dengan cara membuat basis gel yang terdiri dari gel (CMC
Na) 3%, pengawet (Natrium Benzoat) 0,5% dan air sampai 100%. Kemudian dimasukkan
ke dalam
suatu wadah dengan ukuran diameter dan ketebalan yang sama sehingga dapat
menggambarkan kondisi air di bawah kulit. Wadah yang sudah berisi gel tersebut ditutup
dengan suatu mebran milipore 0,45 µ yang telah diimpregnasi dengan isopropilmiristat
sebagai gambaran lapisan kulit. Kemudian dioleskan sediaan krim pelembab sebanyak 2g
diatas membrane. Selanjutnya seperangkat alat uji ditimbang (sebagai berat hari ke-0)
kemudian disimpan pada climatic chamber pada suhu 31-32º C dan kelembaban relatifnya
(66-84%). Pengujian dilakukan dengan penimbangan seperangkat alat uji tiap interval
waktu pengukuran. Uji dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali untuk tiga macam
formula dan control. Pengujian dilakukan pada jam ke-0, 1, 2, 7, 23, 25, 27, dan 30.
Analisa efektivitas pelembab secara in vitro, dilakukan dengan menimbang
seperangkat alat uji tiap kali pengujian. Dari data yang diperoleh kemudian dihitung
persen berat (gel dan sediaan) terhadap berat awal. Untuk mengetahui profil efektifitas
sediaan, dibuat kurva antara persen berat (gel dan sediaan) terhadap waktu pengamatan
dari masing- masing formula. Dari profil efektivitas kemudian dihitung nilai AUC-nya.
Nilai AUC kemudian dianalisis menggunakan program statistic ANOVA oneway untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai AUC yang bermakna antar formula dengan
membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel, apabila nilai dari F hitung lebih
besar dibandingkan nilai F tabel, berarti terdapat minimal satu pasang nilai AUC yang
berbeda bermakna antar formula. Kemudian dilakukan uji HSD untuk mengetahui
formula mana yang berbeda bermakna. Nilai AUC menggambarkan jugramah air yang
masih terkandung dalam kulit. Formula yang memiliki nilai AUC paling besar merupakan
formula yang paling baik dalam mempertahankan air dalam kulit atau formula yang
paling efektif sebagai pelembab.
BAB III

EVALUASI PRODUK REFEREN

3.1. Tabel evaluasi produk referen

NO Nama Produk dan keterangan Gambar

1. LAIKOU Krim Kecantikan 300 gram Whitening Body


Cream Bleaching Cream Putih Body Lotion Perawatan
kulit Pelembab Untuk Pria dan Wanita

✅ Spesifikasi:

Nama merek: LAIKOU

Nama Produk: LAIKOU Rose Body Cream

Umur simpan: 3 tahun

Volume Bersih: 300

gram Bahan utama:

Rose Essence

Fungsi:

Pemutih, Pelembab, Bergizi, Hydrating

✅Penggunaan : Gunakan setelah membersihkan


kulit

✅ Catatan:

1. Tolong jauhkan produk dari jangkauan anak-anak.

2. Penggunaan eksternal saja;

3. Berhenti menggunakan jika Anda merasa tidak


nyaman
4. Silakan simpan di tempat yang dingin, dan hindari
suhu tinggi dan sinar matahari langsung.

2. Nama produk : SARIAYU BODY LOTION WHITE


AROMATIC MAWAR

Volume : 150GRAM

Menfandung ekstrak kembang sepatu untuk merawat


kulit hingga tampak lebih putih, Allantoin untuk
menjaga kelembutan kulit, tabir surya untik
melindungi kulit dari sinar UV, sertq Vitamin E
sebagai Anti Oksidan. Diperkaya dengan kandungan
minyak essential Mawar dan Neroli ( bunga jeruk )
yang aromanya dapat memberikan ketenangan dan
kesegaran.

Penggunaan : Untuk hasil optimal, usapkan pada tubuh


setelah mandi secara teratur agar kulit tampak lebih
putih.

Produk sudah bersertifikat halal dari Majelis Ulama


Indonesia 00150061130312

3. Nama Produk : Sidia

Asal produk : PT. Lion wings

- Variasi : Mawar

- botol lotion 85 gram

- Membuat kulit terasa lembut dan lebih terawat

- Dengan aroma perfume yang menyegarkan

Penggunaan : gunakan secukupnya secara

merata
4. Nama produk : weleda

Nama Produk: Weleda memanjakan perasaan Anda


dengan lotion tubuh mawar liar yang matang dari
Weleda. Biarkan aroma manis Damascen naik lalu
menenangkan jiwamu, sementara lotion kerja keras
menghaluskan kulit Anda. Selain minyak mawar liar,
lotion tubuh yang indah juga mencakup minyak
jojoba, sela sela dan sihir hazel untuk membantu
merangsang proses regeneratif alami tubuh dan
memperbaiki elastisitas kulit. Dibuat di Swiss, Natru
Certified Organic, GMO & KRUE FYPOR, VEGAN,
CERTIFIED FAIR DRAGE.

Komposisi :Air (Aqua), Simmondsia Chinensis


(Jojoba) Benih Minyak, Alkohol, Gliserin, Minyak
Tenunan Rosa Moschata, Glyceryl Stearat Se, Wangi
(Parfum) *, Butyrospermum Parihi (BEA) mentega,
glyceryl Stearate Citrate, Hamamelis Virginiana
(Witch Hazel) Distilate, Rosa Damascena Extract,
Magnesium Aluminium Silikat, Chondrus Crispus
(Carrageenan), Xanthan Gum, Limonene *, Linalous
*, Citronellol *, Geraniol *, Citral *, Farnesol *. * Dari
minyakesensial alami

Penggunaan : Kocok botol terbalik sebelumdigunakan.


Semprotkan sedikit produk ke tangan Anda dan usap
merata ke tubuh
5. Nama Produk : Emeron Sweet Wild Rose + Vitamin C
Hand & Body Lotion

Volume : 200 gram

lotion dengan ekstrak wild rose memberikan nutrisi


pada kulit yang lelah dan kusam menjadikannya lebih
lembut dan tetap sehat. Kandungan Vit C dan
Antioksidannya melindungi kulit dari efek buruk sinar
matahari. Kulit jadi lebih lembut dan tetap sehat,
dengan keharuman menyegarkan.

6. Varian body lotion Love Beauty and Planet atau LBP


ini memiliki aroma Bulgarian Rose yang lembut dan
menyegarkan. Body lotion ini juga sangat cocok untuk
kamu yang ingin kulit sehat dan glowing .

kandungan :

Glycine Soja, Astrocaryum Murumuru Seed Butter,


Rosa Damascena Flower Oil, Triethanolamine dan
berbagai minyak alami tumbuhan

Kegunaan : dapat menutrisi kulit agar senantiasa


lembut dan tampak cerah, sehat bercahaya.

Penggunaan : balurkan kepada kulit setelah mandi atau


sedang kering. Untuk hasil maksimal gunakan setiap
hari.

Volume : 400 gram


BAB IV

STUDI PRAFORMULASI

Studi praformulasi bahan aktif

No Baha Efek utama Efek Karakteristik fisik Karakteristik kimia


. n samping
aktif
1. Rose menjaga Jika Minyak Tidak Kandungan kimia bunga
oil kelembaban penggunaa berwarna atau mawar
kulit dan n pada kuning, bau cukup beragam, yaitu t
membantu badan menyerupai annin,geraniol, nerol,
menyamarkan yang tidak bunga mawar,rasa citronellol, asam gerani
kerutan pada cocok khas dan sedikit k, terpene,flavonoid, pe
kulit. dengan rasa manis. ktin polyphenol,vanillin,
menenangkan, lotion (Martindale karotenoid, stearopten, f
mengurangi kandunga hal 682). arnesol, eugenol,
depresi, stress, n minyak feniletilakohol, vitamin
ketegangan, mawar ini B, C, E, dan K
mengendorkan akan (Wulandari, dkk. 2016.).
saraf dan terasa
membantu gatal, atau
mengatasi sedikit
masalah tidak enak
insomnia pada kulit.
(Yulianingsih,
dkk., 2006).

Alasan pemilihan bahan aktif

Minyak mawar adalah minyak atsiri bunga mawar yang didapat dari ekstraksi bunga
mawar, terutama dari spesies rosa damascena. Minyak mawar mengandung geraniol dan
citronellol dengan konsentrasi keduanya mencapai 75% dari minyak. Selain itu, juga
terdapat linalool, citral dan phenyl ethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol, serta nonylic
aldehyde dalam jugramah sedikit (BugBad, 2007). Minyak mawar terdiri dari geraniol
beraroma wangi yang mempunyai rumus kimia C10H18O dengan rumus bangun
CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH dan l-sitronelol; serta rose camphor
(parafin tanpa bau) (Robinson, 1995).

Minyak atsiri mawar yang diekstrak dari bahan mahkota bunga berfungsi menjaga
kelembaban kulit dan membantu menyamarkan kerutan pada kulit. Efek emosional minyak
atsiri mawar adalah : menenangkan, mengurangi depresi, stress, ketegangan, mengendorkan
saraf dan membantu mengatasi masalah insomnia (Yulianingsih, dkk., 2006). Manfaat
minyak atsiri yang dihasilkan oleh mahkota bunga mawar menurut Zheljazkov dan
Konvatcheva (2011) sebagai aroma terapi yang bersifat menenangkan, meningkatkan
mood bila dicampur dengan minuman seperti teh dan juga dapat digunakan sebagai
antiseptik pembunuh jamur Candida albican.

Minyak mawar esensial umumnya warna kuning muda dan dan sedikit rasa manis.
Komponen utama minyak mawar yang penting adalah sitronelol. Sitronelol membentuk 30-
35% (dengan volume) minyak atsiri bunga mawar. Dua senyawa lain yang berlimpah dalam
minyak mawar geraniol (15-25%) dan Nonadecane (10-25%). Banyak molekul tambahan
yang hadir dalam konsentrasi yang lebih rendah termasuk alkohol phenylethyl, heptadecane,
geranyl asetat, eugenol, alpha-pinene dan nerol. Banyak dari bau yang menyenangkan bunga
mawar berasal dari sekelompok molekul yang disebut Damascenones, yang sering membuat
kurang minyak mawar berkadar ential oil (Loghmani-Khouzani, 2007).

Tidak kurang dari 300 komponen kimia yang ditemukan dalam minyak atsiri mawardi
antaranya adalah citronellol, geraniol, nerol, linalool, phenyl ethyl alcohol, farnesol,
stearoptene, α-pinene, β-pinene, α-terpinene, limonene, p-cymene, camphene, β-
caryophyllene, neral, citronellyl acetate, geranyl acetate, neryl acetate, eugenol, methyl
eugenol, rose oxide, α-damascenone, β-damascenone, benzaldehyde, benzyl alcohol, rhodinyl
acetate, phenyl ethyl formate. Kandungan minyak atsiri mawar yang sangat kecil dalambunga
mawar menyebabkan harga minyak atsiri mawar sangat mahal hingga puluhan juta rupiah per
liter (Lavid, et al., 2002).
Manfaat dari minyak mawar adalah untuk parfum, kosmestik, dan obat-obatan.
Minyak air mawar juga dapat Meringankan Depresi, untuk Kesehatan Kulit , untuk Libido &
Hormon Kesehatan dan masih banyak keuntungannya.

Banyak manfaat penggunaan perawatan yang menggunakan bahan alami yang bagus
untuk tubuh terutama untuk kulit pada sediaan lotion kali ini, bahan alami cenderung sedikit
bahkan tidak memiliki efek samping layaknya bahan kimia atau obat-obatan kimia.
BAB V

JENIS DAN CONTOH BAHAN TAMBAHAN

Bahan Tambahan

1. Asam Stearat (Handbook of Pharmaceutical Excipients hal:697)


 Rumus molekul : C18H36O2
 Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan
hablur putih atau kuning pucat mirip lemak lilin
 Titik lebur : ≥54°C
 Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut bebas dalam benzena,
karobon tetraklorida, kloroform, dan eter, larut dalam etanol 95%,
heksana, dan propilen glikol.
 Kegunaan : Emulsifying agent
 Alasan pemilihan : bahan yang digunakan untuk meningkatkan
konsistensi krim dan salep dan juga untuk menstabilkan emulsi
dalam minyak.

2. Cera Alba (FI IV : 186)


Pemerian : Tidak berasa, berwarna putih atau kuning telur, bentuk granul
berupa fine atau sheet dengan bentuk warna jernih. Rasa
hampir sama dengan malam kuning tetapi tidak berasa.
Fungsi : Basis krim, stabilizing agnet ( W / O )
Kelarutan : Larut dalam Kloroform, Eter, Minyak, Minyak mengup dan
Karbon Disulfid hangat. Sedikit larut dalam Etanol 95 %.
Praktis tidak larut dalam air.
Incompatibilitas : Inkompatible dengan oksigen.
Titik lebur : 61 – 65 oC
Konsentrasi : 5 – 20 %

3. Vaselin Putih (FI IV : 822)


Pemerian : Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam
lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0oC
Kelarutan : Sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam air; mudah larut dalam
benzena
Syarat : Dapat mengandung stabilitator yang sesuai; memnuhi syarat seperti
yang tertera pada vaselin kuning
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan

4. Twen 80 ( Farmakope Indonesia IV halaman 687, Handbook of Pharmaceutical excipient


edisi VI halaman 375 )

Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning mudahingga coklat


muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis tidak
berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam
minyak mineral.
Konsentrasi : 1-15%.
Stabilitas : Stabil pada elektrolit dan asam lemah, dan basa. Berangsur-angsur
akan tersaponi dengan asam kuat dan basa.
OTT : Akan berubah warna atau mengendap dengan phenol, dan tannin.
pH larutan : 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan berair
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan
kering.

5. TEA (FI IV hal.1203)


Fungsi : Alkalizing agent, pengemulsi
Kelarutan : Didalam Aseton berbentuk misel pada suhu tertentu 1 : 24 Benzen,

1 : 63 Etil Eter berbentuk misel dalam Methanol, air, Karbon Tetra


Klorida.
Titik lebur : 20 – 21oC
Incompatibilitas: Reaksi dengan Asam mineral, membentuk garam kristal dan Ester
dalam Asam lemah tinggi, TEA membentuk garam yang terlarut
dalam air dan membentuk karakter busa. TEA dapat beraksi dengan
Coper membentuk garam kompleks.
ADI : 5 – 15 g / kg BB

6. Propilen Glikol (FI. Edisi III Hal. 534)


Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama sinonim : Propilenglikol
Rumus molekul : C3H8O2
Berat molekul : 76,10
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, higroskopik
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)p, dan dengan
kloroform p, larut dalam 6 bagian eter p, tidak dapat campur
dengan eter minyak tanah p, dan dengan minyak lemak
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan, pelarut

7. Aquadest (Handbook of Pharmaceutical Excipients Hal:336)


Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Ph : 7 (netral)
Kegunaan : sebagai pelarut
Alasan pemilihan : air merupakan larutan yang umum digunakan, dapat
melarutkan berbagai macam bahan dalam sediaan, tidak
menimbulkan efek toksik dan memiliki sifat kompatibel dengan
pelarut lain.

8. Oleum rosae (Martindale The Extra Pharmacopoeia Hal:682)


Pemerian : minyak yang dihasilkan dari destilasi bunga segar (bunga
mawar damask) dan spesies lainnya. Itu adalah sediaan semi
solid berwarna kuning pucat, bau dengan karakteristik yang
kuat dan sedikit rasa manis.

Kelarutan : larut dalam alcohol, 1 gram rose oil dalam 50 gram alcohol
90%

Kegunaan : pengharum atau pewangi


Alasan pemilihan : oleum rosae merupakan ekstrak yang diuat dari ekstrak
mawar dengan cara merebus atau menyaring uap air kelopak
bnga mawar dan di ambil sari minyaknya. Banyak manfaat
penggunaan perawatan yang menguunakan bahan alami yang
bagus untuk tubuh terutama untuk kulit pada sediaan ini,
karena bahan alami cenderung sdikit bahkan tidak memiliki
efek samping layaknya bahan kimia atau obat-obatan kimia
BAB VI

SUSUNAN FORMULASI DAN KOMPOSISI BAHAN

Susunan Formula dan Komposisi Bahan yang Direncanakan


Bahan Formulasi Jumlah bahan (gram)
Oleum rosae 3% 3

Asam Stearat 15 % 15

Cera alba 2% 2

Vaselin putih 8% 8

Twen 80 6% 6

TEA 1,5 % 1,5

Propilenglikol 8% 8

Nipagin 0,18% 0,18

Nipasol 0,02 % 0,02

Aquades 100 g 100 g

Perhitungan Bahan

1. Asam stearat
Massa asam stearat = 15 x 100 gram = 15 gram
100

2. Cera alba
Massa cera alba = 2 x 100 gram = 2 gram
100

3. Vaselin putih
Massa vaselin putih = 8 x 100 gram = 8 gram
100

4. Twen 80
MassaTwen 80 = 6 x 100 gram= 6 gram
100
5. TEA
Massa TEA = 1,5 x 100 gram = 1,5 gram
100

6. Propilenglikol
8
Massa propilenglikol = x 100ml = 8 gram
100

8. oleum Rosae
3
Massaoleum rosae = x 100ml = 3 gram
100
Rancangan Spesifikasi Sediaan

Bentuk sediaan Body Cream


pH sediaan 5,5-6,5
Wadah penyimpanan Kemasan tube
Volume Kemasan 100 ml
Warna Putih
Bau Khas mawar

Prosedur Kerja
(Arpiwi et al., 2019)

1.Siapkan bahan bahan yang dibutuhkan

Panaskan bahan yang termasuk pada fase minyak pada beker glas terpisah menggunakan
hot plate, fase minyak terdiri dari: sunflower oil, asam stearat, cera alba, Vaselin putih.
Setelah bahan – bahan tersebut meleleh kemudian dicampurkan menjadi satu sambil
diaduk

Kemudian panaskan fase air yang terdiri dari: Twen 80, TEA, propilenglikol.nipagin,
nipasol. Panaskan fase air pada suhu 70°C sambil diaduk hingga tercampur merata

Pada suhu 70°C, fase minyak dicampurkan dengan fase air secara perlahan – lahan sambil
dimixer sehingga diperoleh body cream yang homogen.

Body cream didinginkan pada suhu ruang, kemudian ditambahkan dengan pewangi
Oleum rosae sambil diaduk hingga tercampur merata.

Body cream siap dikemas dalam kemasan tube 100ml yang telah diberi label
E. Prosedur Evaluasi Sediaan Body Cream
a. Uji Organoleptis : warna, bau, bentuk
b. Uji homogenitas

alat : 2 buah glass objek


Diambil sedikit sampel sediaan

Diletakkan sedikit krim diantara dua kaca objek

Amati, diraba dan digosok,ada tidaknya partikel - partikel kasar atau


ketidakhomogenan

c. Uji pH (pH normal : 5,5 – 6,5)


Alat : beaker glass, pH meter

Ditimbang 0,1 gram sampel dilarutkan dengan aquadest hingga 10 mL

pH meter dikalibrasi dengan asam, netral, basa

lakukan uji pH pada sediaan, Catat hasil pH

d. Uji Daya Sebar

Di timbang krim sebanyak 0,5 gram

Krim diletakkan tepat di bawah kaca bulat yang di bawahnya disertai dengan skala
diameter

Ditutup dengan kaca lain yang telah di timbang, dibiarkan selama 1 menit, ukur
diameter sebarnya

Ditambahkan beban 50 gram, biarkan 1 menit, ukur diameter sebarnya

Ditambahkan beban 50 gram, biarkan 1 menit, ukur diameter sebarnya

tiap 1 menit dengan penambahan beban 50 gram hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap diam
e. Uji Daya Lekat
Alat : gelas abjek

Krim diletakkan diatas gelas objek

Gelas objek lain di letakkan di atasnya, di tekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit

Gelas objek yang telah dilekatkan, dipasang pada alat uji

Beban seberat 80 g pada alat uji dilepakan dan dicatat waktunyavhingga kedua geas
objek terlepas

f. Uji Viskositas

Alat : Viskometer Brookfield

Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass

Alat Viskositas brookfield , dimasukkan spindle ke dalam sampel

ngatur kecepatan kemudian jarum penunjuk diamati,pada saat konstan dan angka yang ditunjuk jarum hitung viskositas dic

g. Penentuan Angka Lempeng Total (ALT)


Alat : Tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri

Sampel 1 gram diencerkan sebanyak 4x, 10 mL

Dilakukan inokulasi sampel pada media

1 mL sampel yang telah diencerkan dimasukkan dalam cawan petri

Dituangkan nutrient agar steril sebanyak 12-15 mL, Cawan petri diputar membentuk
angka delapan supaya homogen

Dibiarkan sampai media padat, diinkubasi suhu 37oC semalam

setelah di inkubasi. Dihitung angka lempeng total bakteri (ALTB) dengan menghitung
koloni yang berdiameter 0,5-3,5 mm dengan jumlah koloni antara 30-300 CFU/gram
h. Uji Type
Emulsi Alat :

Diambil sedikit sampel sediaan dalam beaker glass

Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit

Jika bercampur maka tipe emulsi minyak dalam air


beaker glass

i. Stabilitas krim
Pengamatan stabilitas krim dilakukan pada suhu ruangan dalam waktu 14
minggu. Parameter yang diuji adalah nilai pH, viskositas dan angka lempeng
total (ALT) mikroba.
BAB VII
CARA KERJA DAN DESAIN KEMASAN

7.1 Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan

Panaskan bahan fase minyak yaitu asam stearat, cera alba, vaselin putih pada suhu
70o C

Panaskan bahan fase air yaitu twen 80, TEA, propilenglikol pada suhu 70 o C

Tambahkan fase minyak kedalam fase air lalu diaduk kuat hingga terbentuk massa
krim dan homogen

Ditambah oleum rosae, kemudian diaduk sampai homogen. Lalu masukkan kedalam wadah

7.2 Rancangan Kemasan


PEMBAHASAN
Daftar Pustaka

Damayanti A, Fitriana EA. 2012. Pemungutan minyak atsiri mawar (Rose Oil) dengan
metode maserasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1 (3).

Hongratanaworakit, Tapanee. 2009. Relaxing Effect of Rose Oil on Humans.


Natural Product Communications. 4 (2) : 291-296.

Loghmani-Khouzani. 2007. Minyak Komposisi penting dari Mill Damascena


Rosa Dibudidayakan di Tengah Iran

Martindale, The Complete Drug Reference (35 th edition). 2007. In Scan C.


Sweerman.London: The Pharmaceutical Press.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Ed ke-6. Padmawinata K,


penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Organic Constituent of
Higher Plants.

Wulandari, dkk. 2016. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak bunga mawar merah (rosa
damascena mill) terhadap stabilitas warna antosianin agar-agar sebagai sumber
belajar biologi he influence of various concentration of red roses (rosa
damascena mill) flower extract to anthocyanin color stability jelly as biology
learning source. Jurnal pendidikan biologi Indonesia. Volume 2 nomor 1 tahun
2016 (Halaman 48-56).

Anda mungkin juga menyukai