SEMISOLIDA
Dosen jaga : apt. Lusia Oktora Ruma Kumala Sari, S.Farm., M.Sc.
Kelompok C1-4
LABORATORIUM FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Hal itu dapat dicegah dengan cara memakai pelindung untuk kulit. Salah satu sediaan
yang dapat melindungi kulit dengan penggunaan secara topikal dan dapat diaplikasikan ke
seluruh tubuh yaitu krim. Krim dapat dalam bentuk bermacam-macam. sediaan krim yang
cocok untuk melindungi kulit di seluruh tubuh seperti lotion cream minya mawar
Lotion cream adalah sediaan Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang
digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat dalam serbuk halus dengan
bahan pensuspensi yang cocok , emulsi tipe o/w dengan surfaktan yang cocok. Lotion cream
merupakan sediaan topical yang dapat diaplikasikan ke seluruh tubuh. Sediaan ini harus
mempunyai efek anti alergi agar manfaatnya dalam melindungi kulit tetap terjaga
Maka dari itu kami dari kelompok 4 praktikum Teknologi Sediaan Likuida dan
Semisolida membuat sediaan formula lotion cream pada penelitian kali ini. Sediaan lotion
cream yang kami buat adalah lotion cream minyak mawar.
1.2 Tujuan
spesifikasi mutu (aman, efektif, dan stabil) dan dapat diterima oleh konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Zat pengawet
Pengawet yang dimaksudkan adalah zat yang ditambahkan dan dimaksudkan
untuk meningkatkan stabilitas sediaan dengan mencegah terjadinya kontaminasi
mikroorganisme. Karena pada sediaan krim mengandung fase air dan lemak maka
pada sediaan ini mudah ditumbuhi bakteri dan jamur. Oleh karena itu perlu
penambahan zat yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Zat
pengawet yang digunakan umumnya metil paraben 0.12% sampai 0,18% atau propil
paraben 0,02%- 0,05%.
3. Pendapar
Pendapar dimaksudkan untuk mempertahankan pH sediaan untuk menjaga
stabilitas sediaan. pH dipilih berdasarkan stabilitas bahan aktif. Pemilihan pendapar
harus diperhitungkan ketercampurannya dengan bahan lainnya yang terdapat dalam
sediaan, terutama pH efektif untuk pengawet. Perubahan pH sediaan dapat terjadi
karena: perubahan kimia zat aktif atau zat tambahan dalam sediaan pada penyimpanan
karena mungkin pengaruh pembawa atau lingkungan. Kontaminasi logam pada proses
produksi atau wadah (tube) seringkali merupakan katalisator bagi pertumbuhan kimia
dari bahan sediaan.
4. Pelembab
Pelembab atau humectan ditambahkan dalam sediaan topical dimaksudkan untuk
meningkatkan hidrasi kulit. Hidrasi pada kulit menyebabkan jaringan menjadi lunak,
mengembang dan tidak berkeriput sehingga penetrasi zat akan lebih efektif. Contoh
zat tambahan ini adalah: gliserol, PEG, sorbitol.
5. Pengompleks (sequestering)
Pengompleks adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan zat ini dapat
membentuk kompleks dengan logam yang mungkin terdapat dalam sediaan, timbul
pada proses pembuatan atau pada penyimpanan karena wadah yang kurang baik.
Contoh : Sitrat, EDTA, dsb.
6. Anti Oksidan
Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi
oleh cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi
atas :
Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara
bereaksi dengan radikal bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil
gallat, BHA, BHT. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat zat ini mempunyai
potensial reduksi lebih tinggi sehingga lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang
lain kadang-kadang bekerja dengan cara bereaksi dengan radikal bebas. Contoh;
garam Na dan K dari asam sulfit.
Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan
logam, karena adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi.
Contoh: sitrat, tamat, EDTA.
7. Peningkat Penetrasi
Zat tambahan ini dimaksudkan untuk meningkatkan jugramah zat yang
terpenetrasi agar dapat digunakan untuk tujuan pengobatan sistemik lewat dermal
(kulit). Syarat- syarat:
Tidak mempunyai efek farmakologi.
Tidak menyebabkan iritasi alergi atau toksik.
Bekerja secara cepat dengan efek terduga (dapat diramalkan).
Dapat dihilangkan dari kulit secara normal.
Tidak mempengaruhi cairan tubuh, elektrolit dan zat endogen lainnya.
Dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat.
Dapat berfungsi sebagai pelarut obat dengan baik.
Dapat menyebar pada kulit.
Dapat dibuat sebagai bentuk sediaan.
Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa..
Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Krim
2.7 Dasar-dasar proses pembuatan sediaan semi solid (termasuk krim) dapat dibagi:
Reduksi ukuran partikel, skrining partikel dan penyaringan. Bahan padat dalam suatu
sediaan diusahakan mempunyai ukuran yang homogen. Skrining partikel dimaksudkan
untuk menghilangkan partikel asing yang dapat terjadi akibatadanya panikel yang
terflokulasi dan aglomerisasi selama proses.
Pemanasan dan pendinginan Proses pemanasan diperlukan pada saat melarutkan
bahan berkhasiat, pencampuran bahan bahan semisolid pada proses pembuatan emulsi.
Pembuatan sediaan semi solid dibutuhkan pemanasan, sehingga pada proses
homogenisasi bahan bahan yang digunakan tidak membutuhkan penanganan yang sulit,
kecuali apabila didalam sediaan tersebut ada bahan bahan yang termolabil.
a. Organoleptis
b. Uji Homogenitas
Salah satu syarat sediaan krim adalah homogen dan tidak terjadi pemisahan
(Hendriana, 2016). Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel krim
dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok (Prastianto, 2016).
Suatu sediaan harus menunjukkan warna yang merata dan tidak terlihat adanya butiran
kasar didalamnya (Wardiyah, 2015).
c. Uji pH
Rentang pH yang aman untuk kulit dalam sediaan setengah padat adalah 4,5-6,5.
Jika krim memiliki nilai pH basa, dapat menyebabkan kulit bersisik, sedangkan jika pH
terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit (Wulandari, 2016). Uji pH dilakukan
menggunakan alat indikator pH, dengan cara perbandingan 0,5 g : 5 gram air digunakan
untuk mengencerkan, kemudian aduk hingga homogen, diamkan agar mengendap,
kemudian ukur menggunakan indikator pH, catat hasil yang ditunjukkan sesuai
indikator pH (Naiboho dkk ., 2013).
Uji daya sebar dilakukan untuk menjamin pemerataan krim saat diaplikasikan pada
kulit. Menimbang krim sebanyak 0,5 gram kemudian diletakkan ditengah cawan petri
yang telah diberi skala. Lalu menimbang cawan petri lain dan diletakkan diatas cawan
petri yang pertama sebagai beban awal dan biarkan selama 1 menit, ukur berapa
diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata diameter dari
beberapa sisi).
Selanjutnya menambahkan 50 gram beban diatasnya, diamkan 1 menit dan ukur
diameter penyebarannya seperti sebelumnya. Lakukan pengulangan penambahan beban
50 gram hingga beraat beban mencapai 250 gram dan catat diameter penyebaran krim
yang didapat (Putri, 2012). Daya sebar krim yang baik antara 5-7 cm (Mappa dkk,
2013).
Peningkatan viskositas krim akan meningkatkan daya lekat krim. Sampel sebanyak
0,25 gram diletakkan diantara 2 gelas objek, kemudian ditekan dengan beban 1 kg
selama 5 menit. Setelah itu, beban diangkat dari gelas objek, kemudian gelas objek
dipasang pada alat uji daya lekat. Alat uji diberi beban 80 gram lalu dicatat waktu
pelepasan krim dari gelas objek (Maulina dan Sugihartini, 2015). Tidak ada persyaratan
khusus mengenai daya lekat sediaan semipadat, namun sebaiknya daya lekat sediaan
semipadat adalah lebih dari 1 detik (Afianti dan Murrukmihadi, 2015). Uji daya lekat
dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim melekat pada kulit, semakin besar daya
lekat krim maka kontak antar krim dan kulit semakin lama, sehingga absorbsi obat
melalui kulit semakin besar (Dini, 2015)
Sediaan krim yang stabil harus mampu mempertahankan tipe emulsinya selama
waktu penyimpanan. Pengujian tipe emulsi dilakukan selama 4 minggu pentimpanan yang
menunjukkan bahwa formula yang optimum tidak mengalami perubahan tipe emulsinya.
Formula optimum setelah penyimpanan tetap terencerkan saat dilarutkan di media air itu
menandakan bahwa krim formula optimum stabil dalam penyimpanan. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan oleh kecepatan homogenisasi yang tepat selama formulasi
emulsi sehingga mencegah kerusakan dari formulasi selama pengujian (Abdurahman &
Rosli, 2006).
Uji ini dilakukan dengan metode in vitro modifikasi SDT (The Sorption-
Desorption Test) dengan cara membuat suatu kondisi yang dapat menggambarkan
keadaan kulit manusia, yaitu dengan cara membuat basis gel yang terdiri dari gel (CMC
Na) 3%, pengawet (Natrium Benzoat) 0,5% dan air sampai 100%. Kemudian dimasukkan
ke dalam
suatu wadah dengan ukuran diameter dan ketebalan yang sama sehingga dapat
menggambarkan kondisi air di bawah kulit. Wadah yang sudah berisi gel tersebut ditutup
dengan suatu mebran milipore 0,45 µ yang telah diimpregnasi dengan isopropilmiristat
sebagai gambaran lapisan kulit. Kemudian dioleskan sediaan krim pelembab sebanyak 2g
diatas membrane. Selanjutnya seperangkat alat uji ditimbang (sebagai berat hari ke-0)
kemudian disimpan pada climatic chamber pada suhu 31-32º C dan kelembaban relatifnya
(66-84%). Pengujian dilakukan dengan penimbangan seperangkat alat uji tiap interval
waktu pengukuran. Uji dilakukan dengan replikasi sebanyak tiga kali untuk tiga macam
formula dan control. Pengujian dilakukan pada jam ke-0, 1, 2, 7, 23, 25, 27, dan 30.
Analisa efektivitas pelembab secara in vitro, dilakukan dengan menimbang
seperangkat alat uji tiap kali pengujian. Dari data yang diperoleh kemudian dihitung
persen berat (gel dan sediaan) terhadap berat awal. Untuk mengetahui profil efektifitas
sediaan, dibuat kurva antara persen berat (gel dan sediaan) terhadap waktu pengamatan
dari masing- masing formula. Dari profil efektivitas kemudian dihitung nilai AUC-nya.
Nilai AUC kemudian dianalisis menggunakan program statistic ANOVA oneway untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai AUC yang bermakna antar formula dengan
membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel, apabila nilai dari F hitung lebih
besar dibandingkan nilai F tabel, berarti terdapat minimal satu pasang nilai AUC yang
berbeda bermakna antar formula. Kemudian dilakukan uji HSD untuk mengetahui
formula mana yang berbeda bermakna. Nilai AUC menggambarkan jugramah air yang
masih terkandung dalam kulit. Formula yang memiliki nilai AUC paling besar merupakan
formula yang paling baik dalam mempertahankan air dalam kulit atau formula yang
paling efektif sebagai pelembab.
BAB III
✅ Spesifikasi:
Rose Essence
Fungsi:
✅ Catatan:
Volume : 150GRAM
- Variasi : Mawar
merata
4. Nama produk : weleda
kandungan :
STUDI PRAFORMULASI
Minyak mawar adalah minyak atsiri bunga mawar yang didapat dari ekstraksi bunga
mawar, terutama dari spesies rosa damascena. Minyak mawar mengandung geraniol dan
citronellol dengan konsentrasi keduanya mencapai 75% dari minyak. Selain itu, juga
terdapat linalool, citral dan phenyl ethyl alcohol, nerol, farnesol, eugenol, serta nonylic
aldehyde dalam jugramah sedikit (BugBad, 2007). Minyak mawar terdiri dari geraniol
beraroma wangi yang mempunyai rumus kimia C10H18O dengan rumus bangun
CH3.C[CH3]:CH.CH2.CH2.C[CH3]:CH.CH2OH dan l-sitronelol; serta rose camphor
(parafin tanpa bau) (Robinson, 1995).
Minyak atsiri mawar yang diekstrak dari bahan mahkota bunga berfungsi menjaga
kelembaban kulit dan membantu menyamarkan kerutan pada kulit. Efek emosional minyak
atsiri mawar adalah : menenangkan, mengurangi depresi, stress, ketegangan, mengendorkan
saraf dan membantu mengatasi masalah insomnia (Yulianingsih, dkk., 2006). Manfaat
minyak atsiri yang dihasilkan oleh mahkota bunga mawar menurut Zheljazkov dan
Konvatcheva (2011) sebagai aroma terapi yang bersifat menenangkan, meningkatkan
mood bila dicampur dengan minuman seperti teh dan juga dapat digunakan sebagai
antiseptik pembunuh jamur Candida albican.
Minyak mawar esensial umumnya warna kuning muda dan dan sedikit rasa manis.
Komponen utama minyak mawar yang penting adalah sitronelol. Sitronelol membentuk 30-
35% (dengan volume) minyak atsiri bunga mawar. Dua senyawa lain yang berlimpah dalam
minyak mawar geraniol (15-25%) dan Nonadecane (10-25%). Banyak molekul tambahan
yang hadir dalam konsentrasi yang lebih rendah termasuk alkohol phenylethyl, heptadecane,
geranyl asetat, eugenol, alpha-pinene dan nerol. Banyak dari bau yang menyenangkan bunga
mawar berasal dari sekelompok molekul yang disebut Damascenones, yang sering membuat
kurang minyak mawar berkadar ential oil (Loghmani-Khouzani, 2007).
Tidak kurang dari 300 komponen kimia yang ditemukan dalam minyak atsiri mawardi
antaranya adalah citronellol, geraniol, nerol, linalool, phenyl ethyl alcohol, farnesol,
stearoptene, α-pinene, β-pinene, α-terpinene, limonene, p-cymene, camphene, β-
caryophyllene, neral, citronellyl acetate, geranyl acetate, neryl acetate, eugenol, methyl
eugenol, rose oxide, α-damascenone, β-damascenone, benzaldehyde, benzyl alcohol, rhodinyl
acetate, phenyl ethyl formate. Kandungan minyak atsiri mawar yang sangat kecil dalambunga
mawar menyebabkan harga minyak atsiri mawar sangat mahal hingga puluhan juta rupiah per
liter (Lavid, et al., 2002).
Manfaat dari minyak mawar adalah untuk parfum, kosmestik, dan obat-obatan.
Minyak air mawar juga dapat Meringankan Depresi, untuk Kesehatan Kulit , untuk Libido &
Hormon Kesehatan dan masih banyak keuntungannya.
Banyak manfaat penggunaan perawatan yang menggunakan bahan alami yang bagus
untuk tubuh terutama untuk kulit pada sediaan lotion kali ini, bahan alami cenderung sedikit
bahkan tidak memiliki efek samping layaknya bahan kimia atau obat-obatan kimia.
BAB V
Bahan Tambahan
Kelarutan : larut dalam alcohol, 1 gram rose oil dalam 50 gram alcohol
90%
Asam Stearat 15 % 15
Cera alba 2% 2
Vaselin putih 8% 8
Twen 80 6% 6
Propilenglikol 8% 8
Perhitungan Bahan
1. Asam stearat
Massa asam stearat = 15 x 100 gram = 15 gram
100
2. Cera alba
Massa cera alba = 2 x 100 gram = 2 gram
100
3. Vaselin putih
Massa vaselin putih = 8 x 100 gram = 8 gram
100
4. Twen 80
MassaTwen 80 = 6 x 100 gram= 6 gram
100
5. TEA
Massa TEA = 1,5 x 100 gram = 1,5 gram
100
6. Propilenglikol
8
Massa propilenglikol = x 100ml = 8 gram
100
8. oleum Rosae
3
Massaoleum rosae = x 100ml = 3 gram
100
Rancangan Spesifikasi Sediaan
Prosedur Kerja
(Arpiwi et al., 2019)
Panaskan bahan yang termasuk pada fase minyak pada beker glas terpisah menggunakan
hot plate, fase minyak terdiri dari: sunflower oil, asam stearat, cera alba, Vaselin putih.
Setelah bahan – bahan tersebut meleleh kemudian dicampurkan menjadi satu sambil
diaduk
Kemudian panaskan fase air yang terdiri dari: Twen 80, TEA, propilenglikol.nipagin,
nipasol. Panaskan fase air pada suhu 70°C sambil diaduk hingga tercampur merata
Pada suhu 70°C, fase minyak dicampurkan dengan fase air secara perlahan – lahan sambil
dimixer sehingga diperoleh body cream yang homogen.
Body cream didinginkan pada suhu ruang, kemudian ditambahkan dengan pewangi
Oleum rosae sambil diaduk hingga tercampur merata.
Body cream siap dikemas dalam kemasan tube 100ml yang telah diberi label
E. Prosedur Evaluasi Sediaan Body Cream
a. Uji Organoleptis : warna, bau, bentuk
b. Uji homogenitas
Krim diletakkan tepat di bawah kaca bulat yang di bawahnya disertai dengan skala
diameter
Ditutup dengan kaca lain yang telah di timbang, dibiarkan selama 1 menit, ukur
diameter sebarnya
tiap 1 menit dengan penambahan beban 50 gram hingga diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban terhadap diam
e. Uji Daya Lekat
Alat : gelas abjek
Gelas objek lain di letakkan di atasnya, di tekan dengan beban seberat 1 kg selama 5 menit
Beban seberat 80 g pada alat uji dilepakan dan dicatat waktunyavhingga kedua geas
objek terlepas
f. Uji Viskositas
ngatur kecepatan kemudian jarum penunjuk diamati,pada saat konstan dan angka yang ditunjuk jarum hitung viskositas dic
Dituangkan nutrient agar steril sebanyak 12-15 mL, Cawan petri diputar membentuk
angka delapan supaya homogen
setelah di inkubasi. Dihitung angka lempeng total bakteri (ALTB) dengan menghitung
koloni yang berdiameter 0,5-3,5 mm dengan jumlah koloni antara 30-300 CFU/gram
h. Uji Type
Emulsi Alat :
i. Stabilitas krim
Pengamatan stabilitas krim dilakukan pada suhu ruangan dalam waktu 14
minggu. Parameter yang diuji adalah nilai pH, viskositas dan angka lempeng
total (ALT) mikroba.
BAB VII
CARA KERJA DAN DESAIN KEMASAN
Panaskan bahan fase minyak yaitu asam stearat, cera alba, vaselin putih pada suhu
70o C
Panaskan bahan fase air yaitu twen 80, TEA, propilenglikol pada suhu 70 o C
Tambahkan fase minyak kedalam fase air lalu diaduk kuat hingga terbentuk massa
krim dan homogen
Ditambah oleum rosae, kemudian diaduk sampai homogen. Lalu masukkan kedalam wadah
Damayanti A, Fitriana EA. 2012. Pemungutan minyak atsiri mawar (Rose Oil) dengan
metode maserasi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 1 (3).
Wulandari, dkk. 2016. Pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak bunga mawar merah (rosa
damascena mill) terhadap stabilitas warna antosianin agar-agar sebagai sumber
belajar biologi he influence of various concentration of red roses (rosa
damascena mill) flower extract to anthocyanin color stability jelly as biology
learning source. Jurnal pendidikan biologi Indonesia. Volume 2 nomor 1 tahun
2016 (Halaman 48-56).