Anda di halaman 1dari 60

PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA

PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT


PUTUSAN SELA

No. Reg. : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus

TERDAKWA

H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,M.Si Alias TAMA

JAKARTA PUSAT, Rabu, 16 Maret 2011

Halaman 1 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


PUTUSAN SELA

No. Reg. : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

yang menerima, memeriksa, mengadili dan memutus perkara pidana dengan

acara pemeriksaan biasa pada tingkat pertama telah menjatuhkan Putusan Sela

perkara Terdakwa:

A. IDENTITAS TERDAKWA

Nama : H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,M.Si

Alias TAMA

Tempat Lahir : Kendari

Umur/Tanggal lahir : 49 Tahun / 23 Agustus 1970

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Ahmad Yani No.21 Kel. Anawai,

Kendari

Agama : Islam

Pekerjaan : Gubernur Sulawesi Tenggara

Pendidikan : Strata 2

Halaman 2 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


B. PENAHANAN

: - Rutan Klas I Jakarta Timur Cabang Komisi

Penyidik KPK Pemberantasan Korupsi sejak tanggal 20

Desember 2010 sampai dengan 11 Januari

2011.
- Perpanjangan oleh Penuntut Umum

KPK di Rutan Klas I Jakarta Timur

Cabang Komisi Pemberantasan

Penuntut Umum Korupsi sejak tanggal 10 Januari 2011

- sampai dengan 04 Februari 2011.

Rutan Klas I Jakarta Timur Cabang

Komisi Pemberantasan Korupsi Sejak

Tanggal 04 Februari 2011 sampai

dengan 24 Februari 2011.

Terdakwa didampingi oleh Penasehat Hukum REYNALDI HASLIM, S.H.,

L.L.M., HARTANTY IMRAN, S.H., L.L.M., dan KEKA TRISNA AL SAPUTRI,

S.H.,L.L.M. ketiganya adalah Advokat dan Konsultan Hukum pada kantor

Reyhaslim and Partner Law Office, bertempat di Mayapada Tower lantai 7, Jalan

Jendral Sudirman Kavling 28. Jakarta Pusat, DKI Jakarta 12180 berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tertanggal 3 Januari 2011.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri tersebut.

Setelah membaca berkas perkara.

Halaman 3 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor : 071/Pid.Sus-

TPK/2019/PN.Jak.Pus tanggal 1 Mei 2019 tentang penunjukan Majelis

Hakim.

- Penetapan Majelis Hakim Nomor : 076/Pid.Sus-TPK/2019/PN.Jak.Pus

tanggal 2 Mei 2019 tentang penetapan hari sidang.

- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan.

Setelah mendengar pembacaan surat dakwaan Penuntut Umum.

Setelah mendengar pembacaan keberatan dari Penasihat Hukum

Terdakwa dan Pendapat dari Penuntut Umum.

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut

Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

DAKWAAN

KESATU

PRIMAIR

----------Bahwa Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si selaku

Gubernur Sulawesi Tenggara Periode Tahun 2010 sampai dengan Periode

Tahun 2015 yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik

Indonesia (Keppres) Nomor 12/P/2010 tanggal 13 April 2010 untuk Periode

2010 sampai dengan 2015 dan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

(Keppres) Nomor 17/P/2015 tanggal 15 Mei 2020 untuk Periode 2015 sampai

dengan 2020 bersama-sama dengan saksi H. AMIRUDDIN, ST. selaku

Bupati Konawe Kepulauan, RAHMAT AULIA NTAKI, S.E. selaku Direktur

Utama PT.NF Sejahtera, (Masing-masing Terdakwa Dalam Berkas Perkara

Halaman 4 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Terpisah) pada hari yang tidak bisa dipastikan lagi pada bulan Oktober 2015

sampai dengan Bulan Februari 2018 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu

lain dalam tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, bertempat di Rumah

Jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara Jalan Taman Suropati, Kelurahan

Manggarai, Kecamatan Mandonga Nomor 2 kendari Sulawesi Tenggara, Dan

Rumah Jabatan Bupati Konawe Kepulauan di Bukit Mekar, Kecamatan

Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan, atau setidak-tidaknya di

tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan

Negeri Kendari berdasarkan ketentuan Pasal 85 KUHAP dan Surat Keputusan

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 10/KMA/SK/I/2018

tanggal 24 April 2018 Tentang Penunjukan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

untuk memeriksa dan memutus perkara pidana, Melakukan atau turut serta

melakukan, yang secara melawan hukum yaitu dengan memberikan

persetujuan dilakukannya kembali kegiatan usaha penambangan Oleh

Gubernur Sulawesi Tenggara kepada PT.NF Sejahtera yang bertentangan

dengan Pasal 35 huruf K Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Pasal 17 ayat (1) Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksana Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan, melakukan perbuatan Memperkaya Diri Sendiri atau Orang

Lain atau Suatu Korporasi, yaitu memperkaya Terdakwa sebesar Rp.

2.700.000.000,00 (Dua milyar tujuh ratus juta rupiah) serta memperkaya

Korporasi yaitu PT.NF Sejahtera sebesar Rp.2.593.000.000.000,00 (Dua

trilyun lima ratus sembilan puluh tiga juta rupiah) yang dapat Merugikan

Keuangan Negara atau Perekonomian Negara akibat Kerusakan Lingkungan

Halaman 5 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Hidup merugikan keuangan negara sebesar Rp.2.000.000.000.000,00 (Dua

trilyun rupiah), dan akibat dari Pemulihan Lingkungan Hidup merugikan negara

sebesar Rp.2.500.000.000.000,00 (Dua trilyun lima ratus juta rupiah), dan juga

akibat tidak dibayarnya Pajak pada daerah pertambangan yang melewati

batas wilayah tambang merugikan negara sebesar Rp. 432.000.000,00

(Empat ratus tiga puluh dua juta rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah

tersebut Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI 268/LHP/XV-AUII/12/2009 yang

dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

---------- Bahwa pada hari Rabu Tanggal 28 Oktober 2015 setelah dilantiknya

Bupati Konawe Kepulauan saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa

dalam berkas terpisah) bersama MUHAMMAD RAJAB, S.T bertemu dengan

H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas terpisah) selaku Bupati Konawe

Kepulauan bertempat di Rumah Jabatan Bupati yang beralamat di Bukit

Mekar, Kecamatan Wawonii Barat pada Pukul 19:30 WITA yang dimana

dalam pertemuan tersebut membahas mengenai kelangsungan PT.NF

Sejahtera dalam melakukan kegiatan pertambangan, RAHMAT AULIA NTAKI,

S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) meminta agar Surat pemberitahuan

pemberhentian kegiatan penambangan di Wilayah Kabupaten Konawe

Kepulauan yang diterbitkan oleh Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Konawe

Kepulauan itu dicabut, tetapi karena hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh

H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas terpisah), sehingga pada

pertemuan tersebut saksi H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas

terpisah) menyarankan agar saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa

dalam berkas terpisah) bertemu dengan Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA,

Halaman 6 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


S.Ip., M.Si Alias TAMA untuk membahas kelanjutan dari Kegiatan Usaha

Pertambangan PT.NF Sejahtera.

---------- Selanjutnya setelah pertemuan yang di lakukan oleh RAHMAT AULIA

NTAKI, S.E dan H.AMIRUDDIN, S.T (masing-masing terdakwa dalam berkas

terpisah), pada hari Jumat tanggal 30 Oktober 2015 sekitar pukul 19:00 WITA,

bertempat di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara yang beralamat di

Jalan Taman Suropati, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Mandonga No. 2

Kendari Sulawesi Tenggara antara Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,

M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara, saksi RAHMAT

AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) selaku Direktur Utama

PT.NF Sejahtera, dan saksi H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas

terpisah) selaku Bupati Konawe Kepulauan, membahas mengenai

kelangsungan kegiatan Pertambangan PT.NF Sejahtera di Wilayah Konawe

Kepulauan yang memerlukan Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara yang

pada saat itu di Jabat oleh Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si

Alias TAMA.

---------- Kemudian dalam pertemuan tersebut RAHMAT AULIA NTAKI, S.E

(terdakwa dalam berkas terpisah) menyampaikan kepada Terdakwa bahwa ia

memerlukan bantuan yaitu meminta persetujuan untuk melanjutkan kembali

kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera dan meminta H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara

agar mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pembatalan Surat

Pemberitahuan Pemberhentian Kegiatan Penambangan di Wilayah Kabupaten

Konawe Kepulauan No.545/199 tertanggal 5 April 2014. Dalam pertemuan

tersebut Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku

Gubernur Sulawesi Tenggara tanpa berfikir panjang bersedia untuk

Halaman 7 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


menyetujui jika PT.NF Sejahtera melanjutkan kembali kegiatan

pertambangannya tetapi dengan catatan bahwa sebagian dari hasil dari

wilayah pertambangan diterima oleh Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,

M.Si Alias TAMA, selain itu untuk lebih melancarkan kegiatan pertambangan

PT.NF Sejahtera, Terdakwa juga memerintahkan H.AMIRUDDIN, S.T

(terdakwa dalam berkas terpisah) selaku Bupati Konawe Kepulauan untuk

tidak terlalu melakukan pengawasan terhadap PT.NF. Sejahtera, dan atas

permintaan dari Terdakwa H. ROLLAN PRATAM, S.Ip., M.Si Alias TAMA

maka RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah)

menyetujuinya.

---------- Kemudian pada tanggal 7 November 2015 Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 404 Tahun 2015 tertanggal 7

November 2015 Tentang Pencabutan Surat Pemberitahuan No.545/199

tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian Kegiatan Pertambangan di

Wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan yang di terbitkan oleh Pelaksana

Tugas Bupati Kabupaten Konawe Kepulauan.

---------- Bahwa selanjutnya setelah di keluarkannya Surat Keputusan Nomor:

404 Tahun 2015 tertanggal 7 November 2015 Tentang Pencabutan Surat

Pemberitahuan No.545/199 tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian

Kegiatan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan, pada hari

kamis 12 November 2015 PT.NF Sejahtera masih terus melakukan kegiatan

penambangan di wilayah yang beralamat di Jalan Tani Desa Tombaoni Utara,

Kecamatan Wawonii Utara Kabupaten Konawe Kepulauan, karena sebelum

pemekaran alamatnya berada di Desa Sukarela Kecamatan Wawonii,

Kabupaten Konawe. Namun selama berlangsung kegiatan penambangan

Halaman 8 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


diwilayah tersebut, akibat tidak adanya pengawasan dan juga tidak adanya

tindakan tegas yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dan di lain sisi juga

tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara terhadap kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera sehingga

kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera semakin meluas melewati batas Izin

Usaha Pertambangan (IUP) dan juga banyaknya pekerja PT.NF Sejahtera

yang mayoritas warna negara asing.

---------- Pada awal tahun 2018, akibat dari Keputusan untuk melanjutkan

Kegiatan Usaha Pertambangan yang di keluarkan oleh Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA kepada PT.NF Sejahtera, kegiatan

penambangan yang dilakukan oleh PT.NF Sejahtera yang melewati batas Izin

Usaha Pertambangan (IUP) telah menimbulkan pencemaran terhadap aliran

sungai sehingga masyarakat susah memperoleh air bersih, dan juga

menimbulkan kerusakan lingkungan, bahkan dalam Kurung Waktu 3 (Tiga)

Tahun Pajak dari wilayah kegiatan usaha pertambangan yang melewati batas

Izin Usaha Pertambangan (IUP) tidak dibayar pada Direktorat Penerimaan

Mineral dan Batu Bara oleh PT.NF Sejahtera. Dan dampak dari limbah

perusahaan mengakibatkan masyarakat terkena dampak buruknya yaitu

masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan pada kulit,

gangguan pernafasan, dan gangguan pencernaan.

---------- Bahwa karena perbuatan Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,

M.Si Alias TAMA yang mengeluarkan Keputusan untuk dilakukan kembali

Kegiatan Usaha Penambangan Oleh Gubernur Sulawesi Tenggara kepada

PT.NF Sejahtera telah bertentangan dengan:

a) Pasal 35 huruf K Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Halaman 9 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yang

menyebutkan “Melakukan penambangan mineral pada wilayah yang

apabila secara teknis dan/atau ekologis dan/atau sosial dan/atau

budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran

lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya”.

b) Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 75 Tahun 2001

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1969 tentang Pelaksana Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, yang

menyebutkan “Sebelum Menteri atau Gubernur sesuai

kewenangannya menyetuju permohonan kuasa pertambangan

eksplorasi dan atau kuasa pertambangan eksplorasi, terlebih

dahulu : (a). Menteri sesuai kewenangannya meminta pendapat dari

gubernur dan bupati/walikota dimana usaha pertambangan itu

berada. (b). Gubernur sesuai kewenangannya meminta pendapat

dari bupati/walikota dimana usaha pertambangan itu berada.

---------- Kemudian, sebagian dari hasil pertambangan PT.NF Sejahtera yang

dikelolah oleh RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah)

sebagai syarat dikeluarkannya keputusan untuk melanjutkan kembali kegiatan

usaha pertambangan, dimana dana tersebut telah Memperkaya Diri Terdakwa

atau Orang Lain atau Suatu Korporasi. Adapun penerima dana masing-masing

sebesar sebagai berikut :

1. Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA sebesar Rp.

2.700.000.000,00 (Dua milyar tujuh ratus juta rupiah).

2. Saksi H.AMIRUDDIN (terdakwa dala berkas terpisah) sebesar Rp.

Halaman 10 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

3. PT. NF Sejahtera sebesar Rp.2.593.000.000.000,00 (Dua trilyun lima

ratus sembilan puluh tiga juta rupiah).

---------- Bahwa perbuatan Terdakwa H.ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias

TAMA yang telah mengeluarkan keputusan untuk melanjutkan kembali

kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera yang menurut halnya perbuatan

tersebut telah sesuai dengan ketentuan, namun menurut ketentuan yang

berlaku keputusan yang dikeluarkan oleh Terdakwa telah bertentangan, dan

juga sebelumnya Terdakwa telah mengetahui bahwa adanya larangan

melakukan kegiatan pertambangan didaerah pesisir namun Terdakwa tetap

memberikan izin dengan tujuan Memperkaya Diri Sendiri sebesar Rp.

2.700.000.000,00 (Satu milyar tujuh ratus juta rupiah) serta Memperkaya

Korporasi yaitu PT.NF Sejahtera sebesar Rp. 2.593.000.000.000,00 (Dua

trilyun lima ratus sembilan puluh tiga juta rupiah).

---------- Kemudian, perbuatan Terdakwa Bersama-sama dengan saksi

RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) dimana

Terdakwa memberikan persetujuan kepada PT.NF Sejahtera untuk

melanjutkan kembali kegiatan pertambangannya, dan perbuatan RAHMAT

AULIA NTAKI, S.E melakukan pertambangan melewati batas wilayah juga

telah menimbulkan Kerugian Negara yang berasal dari Pencemaran Air

Sungai dan Kerusakan Lingkungan Hidup akibat Pertambangan sebesar Rp.

2.000.000.000.000,00 (Dua trilyun rupiah) dan Kerugian Negara akibat dari

Pemulihan Lingkungan Hidup sebesar Rp. 2.500.000.000.000,00 (Dua Trilyun

lima ratus juta rupiah). dan juga ternyata dalam Kurung Waktu 3 (Tiga) Tahun

PT.NF Sejahtera tidak Membayar Pajak pada wilayah yang telah melewati

Halaman 11 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


batas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sehingga menimbulkan Kerugian

Negara sebesar Rp. 432.000.000,00 (Empat ratus tiga puluh dua juta rupiah).

---------- Sehingga seluruh Kerugian Negara yang di timbulkan akibat dari

perbuatan Terdakwa bersama-sama dengan saksi RAHMAT AULIA NTAKI,

S.E adalah sebesar Rp. 4.932.000.000.000,00 (Empat Trilyun sembilan ratus

tiga puluh dua milyar rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut.

Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan) RI 268/LHP/XV-AUII/12/2009.

---------Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana (KUHP)---------------------------------

SUBSIDIAIR :

----------Bahwa Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si selaku

Gubernur Sulawesi Tenggara periode Tahun 2010 sampai dengan periode

Tahun 2015 yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik

Indonesia (Keppres) Nomor 12/P/2010 tanggal 13 April 2010 untuk periode

2010 sampai dengan 2015 dan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

(Keppres) Nomor 17/P/2015 tanggal 15 Mei 2020 untuk periode 2015 sampai

dengan 2020 bersama-sama dengan saksi H. AMIRUDDIN, S.T. selaku

Bupati Konawe Kepulauan, dan RAHMAT AULIA NTAKI, S.E. selaku Direktur

Halaman 12 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Utama PT.NF Sejahtera, (Masing-masing Terdakwa Dalam Berkas Perkara

Terpisah) pada hari yang tidak bisa dipastikan lagi pada bulan Oktober 2015

sampai dengan Bulan Februari 2018 atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu

lain dalam tahun 2015 sampai dengan tahun 2018, bertempat di Rumah

Jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara Jalan Taman Suropati, Kelurahan

Manggarai, kecamatan Mandonga Nomor 2 kendari Sulawesi Tenggara, dan

Rumah Jabatan Bupati Konawe Kepulauan di Bukit Mekar, Kecamatan

Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan, atau setidak-tidaknya di

tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan

Negeri Kendari berdasarkan ketentuan Pasal 85 KUHAP dan Surat Keputusan

Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor. 10/KMA/SK/I/2018

tanggal 24 April 2018 Tentang Penunjukan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

untuk memeriksa dan mengadilinya, Melakukan atau turut serta melakukan

perbuatan, dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi, yaitu memperkaya Terdakwa sebesar Rp. 2.700.000.000,00 (Dua

milyar Tujuh ratus juta rupiah) serta Memperkaya Korporasi yaitu PT.NF

Sejahtera sebesar Rp.2.593.000.000.000,00 (Dua trilyun lima ratus sembilan

puluh tiga juta rupiah), Menyalahgunakan Kewenangan, Kesempatan atau

Sarana yang ada padanya karena Jabatan atau Kedudukan, yaitu dengan

Menyalahgunakan Wewenangnya selaku Gubernur Selawesi Tenggara

Terdakwa dengan memberikan persetujuan kepada PT.NF Sejahtera untuk

melanjutkan kembali kegiatan usaha pertambangannya, yang dimana telah

diketahui oleh Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA

bahwa telah ada ketentuan larangan melakukan kegiatan usaha

pertambangan di daerah pesisir dan juga perbuatan Terdakwa telah

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 404 Tahun 2015 tertanggal 9

November 2015 Tentang Pencabutan Surat Pemberitahuan No.545/199

Halaman 13 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian Kegiatan Pertambangan di

Wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan yang di terbitkan oleh Pelaksana

Tugas Bupati Kabupaten Konawe Kepulauan dengan maksud lain dari pada

kewenangannya dengan mengabaikan ketentuan yang di atur dalam Pasal 35

huruf K Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil, Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 75

Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1969 tentang Pelaksana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, yang mana Terdakwa H.

ROLLAN PRATAMA,S.Ip. M.Si Alias TAMA sedang menjabat sebagai

Gubernur Sulawesi Tenggara mempunya kesempatan dan sarana, yang dapat

merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara akibat Kerusakan

Lingkungan merugikan keuangan negara sebesar Rp.2.000.000.000.000,00

(Dua trilyun rupiah), dan akibat dari Pemulihan Lingkungan Hidup merugikan

negara sebesar Rp.2.500.000.000.000,00 (Dua trilyun lima ratus juta rupiah),

dan juga akibat tidak dibayarnya Pajak pada daerah pertambangan yang

melewati batas wilayah tambang merugikan negara sebesar Rp.

432.000.000,00 (Empat ratus tiga puluh dua juta rupiah) atau setidak-tidaknya

sekitar jumlah tersebut Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Hasil

Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI 268/LHP/XV-

AUII/12/2009 yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

---------- Bahwa pada hari Rabu Tanggal 28 Oktober 2015 setelah dilantiknya

Bupati Konawe Kepulauan saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa

dalam berkas terpisah) bersama MUHAMMAD RAJAB, S.T bertemu dengan

H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas terpisah) selaku Bupati Konawe

Halaman 14 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Kepulauan bertempat di Rumah Jabatan Bupati yang beralamat di Bukit

Mekar, Kecamatan Wawonii Barat pada Pukul 19:30 WITA yang dimana

dalam pertemuan tersebut membahas mengenai kelangsungan PT.NF

Sejahtera dalam melakukan kegiatan pertambangan, RAHMAT AULIA NTAKI,

S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) meminta agar surat pemberitahuan

pemberhentian kegiatan penambangan di wilayah kabupaten Konawe

kepulauan yang diterbitkan oleh Pelaksana Tugas Bupati Kabupaten Konawe

Kepulauan itu dicabut tetapi karena hal tersebut tidak dapat di lakukan oleh

H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas terpisah), sehingga pada

pertemuan tersebut saksi H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas

terpisah) menyarankan agar saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa

dalam berkas terpisah) bertemu dengan Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA,

S.Ip., M.Si Alias TAMA untuk membahas kelanjutan dari kegiatan usaha

pertambangan PT.NF Sejahtera.

---------- Bahwa karena kewenangan yang dimiliki Terdakwa, pada hari Jumat

Tanggal 30 Oktober 2015 Pukul 19:00 WITA, bertempat di Rumah Jabatan

Gubernur Sulawesi Tenggara beralamat di Taman Suropati, Kelurahan

Manggarai, Kecamatan Mandonga No. 2 Kendari Sulawesi Tenggara antara

Terdakwa H. ROLLAN PRATAM, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur

Sulawesi Tenggara, saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam

berkas terpisah) selaku Direktur Utama PT.NF Sejahtera, dan saksi

H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas terpisah) selaku Bupati Konawe

Kepulauan membahas mengenai kelangsungan kegiatan Pertambangan

PT.NF Sejahtera di wilayah Konawe Kepulauan yang harus melalui Keputusan

dari Gubernur Sulawesi Tenggara yang pada saat itu di Jabat oleh Terdakwa

H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA.

Halaman 15 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


---------- Selanjutnya, dalam pertemuan tersebut RAHMAT AULIA NTAKI, S.E

(terdakwa dalam berkas terpisah) menyampaikan kepada Terdakwa bahwa ia

memerlukan bantuan yaitu meminta persetujuan untuk melanjutkan kembali

kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera dan meminta Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara

agar mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembatalan surat

pemberitahuan pemberhentian kegiatan penambangan di wilayah Kabupaten

Konawe Kepulauan No.545/199 tertanggal 5 April 2014. Dalam pertemuan

tersebut Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku

Gubernur Sulawesi Tenggara tanpa berfikir panjang dengan

Menyalahgunakan Kewenangannya Terdakwa menyetujui permohonan PT.NF

Sejahtera untuk melanjutkan kegiatan pertambangannya tetapi dengan

catatan sebagian dari hasil wilayah pertambangan diterima oleh Terdakwa H.

ROLLAN PRATAM, S.Ip., M.Si Alias TAMA, selain itu untuk lebih

melancarkan kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera, Terdakwa juga

memerintahkan H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa dalam berkas terpisah) selaku

Bupati Konawe Kepulauan untuk tidak terlalu melakukan pengawasan

terhadap PT.NF. Sejahtera, dan atas permintaan dari Terdakwa H. ROLLAN

PRATAM, S.Ip., M.Si Alias TAMA maka RAHMAT AULIA NTAKI, S.E

(terdakwa dalam berkas terpisah) menyetujuinya.

---------- Kemudian, pada tanggal 7 November 2015 Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 404 Tahun 2015 tertanggal 9

November 2015 Tentang Pencabutan Surat Pemberitahuan No.545/199

tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian Kegiatan Pertambangan di

Halaman 16 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan yang di terbitkan oleh Pelaksana

Tugas Bupati Kabupaten Konawe Kepulauan.

---------- Bahwa setelah di keluarkannya Surat Keputusan Nomor: 404 Tahun

2015 tertanggal 7 November 2015 Tentang Pencabutan Surat Pemberitahuan

No.545/199 tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian Kegiatan

Kertambangan di Wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan, pada hari kamis 12

November 2015 PT.NF Sejahtera masih terus melakukan kegiatan

penambangan di wilayah yang beralamat di Jalan Tani Desa Tombaoni Utara,

Kecamatan Wawonii Utara Kabupaten Konawe Kepulauan, karena sebelum

pemekaran alamatnya berada di Desa Sukarela Kecamatan Wawonii,

Kabupaten Konawe. Namun selama berlangsung kegiatan penambangan

diwilayah tersebut, akibat tidak adanya pengawasan dan juga tidak adanya

tindakan tegas yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dan di lain sisi juga

tidak ada pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi

Tenggara terhadap kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera sehingga

kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera semakin meluas melewati batas Izin

Usaha Pertambangan (IUP) dan juga banyaknya pekerja PT.NF Sejahtera

yang mayoritas warna negara asing.

---------- Pada awal tahun 2018, akibat dari Keputusan untuk melanjutkan

kegiatan usaha pertambangan yang di keluarkan oleh Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA kepada PT.NF Sejahtera, kegiatan

penambangan yang dilakukan oleh PT.NF Sejahtera yang melewati batas Izin

Usaha Pertambangan (IUP) telah menimbulkan pencemaran terhadap aliran

sungai sehingga masyarakat susah memperoleh air bersih, dan juga

menimbulkan kerusakan lingkungan, bahkan dalam Kurung Waktu 3 (Tiga)

Tahun Pajak dari wilayah kegiatan usaha pertambangan yang melewati batas

Halaman 17 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Izin Usaha Pertambangan (IUP) Tidak dibayar pada Direktorat Penerimaan

Mineral dan Batu Bara oleh PT.NF Sejahtera. Dan dampak dari limbah

perusahaan mengakibatkan masyarakat terkena dampak buruknya yaitu

masyarakat mengalami gangguan kesehatan seperti gangguan pada kulit,

gangguan pernafasan, dan gangguan pencernaan.

---------- Bahwa karena perbuatan terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,

M.Si Alias TAMA yang mengeluarkan Keputusan untuk dilakukan kembali

Kegiatan Usaha Penambangan Oleh Gubernur Sulawesi Tenggara kepada

PT.NF Sejahtera telah bertentangan dengan:

a) Pasal 35 huruf K Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, yang

menyebutkan “Melakukan penambangan mineral pada wilayah yang

apabila secara teknis dan/atau ekologis dan/atau sosial dan/atau

budaya menimbulkan kerusakan lingkungan dan/atau pencemaran

lingkungan dan/atau merugikan masyarakat sekitarnya”.

b) Pasal 17 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 75 Tahun 2001

tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 32

Tahun 1969 tentang Pelaksana Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan, yang

menyebutkan “Sebelum Menteri atau Gubernur sesuai

kewenangannya menyetuju permohonan kuasa pertambangan

eksplorasi dan atau kuasa pertambangan eksplorasi, terlebih

dahulu : (a). Menteri sesuai kewenangannya meminta pendapat dari

gubernur dan bupati/walikota dimana usaha pertambangan itu

berada. (b). Gubernur sesuai kewenangannya meminta pendapat

Halaman 18 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


dari bupati/walikota dimana usaha pertambangan itu berada.

---------- Kemudian, sebagian dari hasil pertambangan PT.NF Sejahtera yang

dikelolah oleh RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah)

sebagai syarat dikeluarkannya keputusan untuk melanjutkan kembali kegiatan

usaha pertambangan, Dimana dana tersebut telah memperkaya diri Terdakwa

atau orang lain atau suatu korporasi. Adapun penerima dana masing-masing

sebesar sebagai berikut :

1. Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA sebesar

Rp. 2.700.000.000,00 (Dua milyar tujuh ratus juta rupiah).

2. Saksi H.AMIRUDDIN (terdakwa dala berkas terpisah) sebesar Rp.

500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

3. PT. NF Sejahtera sebesar Rp.2.593.000.000.000,00 (Dua trilyun

lima ratus sembilan puluh tiga juta rupiah).

---------- Bahwa perbuatan Terdakwa H.ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias

TAMA yang telah mengeluarkan Keputusan untuk melanjutkan kembali

Kegiatan Usaha Pertambangan PT.NF Sejahtera yang menurut halnya

perbuatan tersebut telah sesuai dengan ketentuan, namun menurut ketentuan

yang berlaku keputusan yang dikeluarkan oleh Terdakwa telah bertentangan,

dan juga sebelumnya Terdakwa telah mengatahui bahwa adanya larangan

melakukan kegiatan pertambangan didaerah pesisir namun Terdakwa tetap

memberikan izin dengan tujuan Memperkaya Diri Sendiri sebesar Rp.

2.700.000.000,00 (Satu milyar tujuh ratus juta rupiah) serta Memperkaya

Korporasi yaitu PT.NF Sejahtera sebesar Rp. 2.593.000.000.000,00 (Dua

trilyun lima ratus sembilan puluh tiga juta rupiah).

Halaman 19 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


--------- Kemudian, perbuatan Terdakwa bersama-sama dengan saksi

RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) dimana

Terdakwa memberikan persetujuan kepada PT.NF Sejahtera untuk

melanjutkan kembali kegiatan pertambangannya, dan perbuatan RAHMAT

AULIA NTAKI, S.E melakukan pertambangan melewati batas wilayah juga

telah menimbulkan Kerugian Negara yang berasal dari Pencemaran Air

Sungai dan Kerusakan Lingkungan Hidup akibat Pertambangan sebesar Rp.

2.000.000.000.000,00 (Dua trilyun rupiah) dan Kerugian Negara akibat dari

Pemulihan Lingkungan Hidup sebesar Rp. 2.500.000.000.000,00 (Dua Trilyun

lima ratus juta rupiah). dan juga ternyata dalam Kurung Waktu 3 (Tiga) Tahun

PT.NF Sejahtera tidak Membayar Pajak pada wilayah yang telah melewati

batas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sehingga menimbulkan Kerugian

Negara sebesar Rp. 432.000.000,00 (Empat ratus tiga puluh dua juta rupiah).

---------- Sehingga seluruh Kerugian Negara yang di timbulkan akibat

perbuatan Terdakwa bersama-sama dengan saksi RAHMAT AULIA NTAKI,

S.E adalah sebesar Rp. 4.932.000.000.000,00 (Empat Trilyun sembilan ratus

tiga puluh dua milyar rupiah) atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut.

Sebagaimana yang tercantum dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK (Badan

Pemeriksa Keuangan) RI 268/LHP/XV-AUII/12/2009.

---------- Perbuatan Terdakwa Diatur dan diancam Pidana pada Pasal 3

Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah di ubah dan di

Tambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Halaman 20 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 ayat 1 ke (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ---------------------------

DAN

KEDUA :

----------Bahwa Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si selaku

Gubernur Sulawesi Tenggara Periode tahun 2010 sampai dengan

Periode 2015 yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik

Indonesia (Keppres) Nomor 12/P/2010 tanggal 13 April 2010 untuk Periode

2010 sampai dengan 2015 dan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia

(Keppres) Nomor 17/P/2015 tanggal 15 Mei 2020 untuk Periode 2015 sampai

dengan 2020, pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Februari 2018

atau setidak-tidaknya pada waktu-waktu lain dalam tahun 2015 sampai

dengan tahun 2018, bertempat di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi

Tenggara Jalan Taman Suropati, Kelurahan Manggarai, Kecamatan

Mandonga Nomor 2 kendari Sulawesi Tenggara, Dan Rumah Jabatan Bupati

Konawe Kepulauan di Bukit Mekar, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten

Konawe Kepulauan, atau setidak-tidaknya di tempat-tempat lain yang masih

termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kendari berdasarkan

ketentuan Pasal 85 KUHAP dan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung

Republik Indonesia Nomor. 10/KMA/SK/I/2018 tanggal 24 April 2018 Tentang

Penunjukan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk Memeriksa dan

Mengadilinya, Melakukan atau turut serta melakukan perbuatan,

Membayarkan atau Membelanjakan harta Kekayaan yang diketahuinya atau

Halaman 21 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


patut diduganya merupakan hasil Tindak Pidana, baik perbuatan itu atas nama

sendiri maupun atas nama pihak lain, bahwa Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA membelanjakan uang yang di titipkan ke

rekening Istrinya di Bank BCA 6860 2254 17 atas nama Annisa Nurmala

sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah) dan uang yang di transfer

ke rekening pribadinya yang lain di Bank Mandiri 070-00-018775606 Atas

nama Rollan Pratama sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (Satu milyar rupiah), dari

sebagian hasil usaha pertambangan yang telah diperjanjikan dengan PT.NF

Sejahtera digunakan untuk membeli 1 unit Mobil Mitsubishi Pajero sebesar

Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupian), dan Membeli 1 unit Villa di Jalan

Sindang Jaya, Desa Sindang Jaya, Kota Bogor sebesar Rp.2.200.000.000,00

(Dua milyar dua ratus juta rupiah) dengan total harga Rp.2.700.000.000,00

(Dua milyar tujuh ratus juta rupiah), dan juga perbuatan Terdakwa yang

menitipkan uang kerekening ajudannya di Bank Mandiri 070-00-01855555-5

Atas nama Hamdan Reynaldi yang kemudian dikirim kembali kerekening

pribandinya di Bank BCA 6860 1331 55 atas nama Rollan Pratama, yang

dilakukan Terdakwa sebagai berikut :

---------- Bahwa pada hari Jumat tanggal 30 Oktober 2015 sekitar Pukul 19:00

WITA, bertempat di Rumah Jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara yang

beralamat di Jalan Taman Suropati, Kelurahan Manggarai, Kecamatan

Mandonga No. 2 Kendari Sulawesi Tenggara antara Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara,

saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) selaku

Direktur Utama PT.NF Sejahtera, dan saksi H.AMIRUDDIN, S.T (terdakwa

dalam berkas terpisah) selaku Bupati Konawe Kepulauan, membahas

mengenai kelangsungan kegiatan Pertambangan PT.NF Sejahtera di wilayah

Halaman 22 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Konawe Kepulauan yang memerlukan Keputusan Gubernur Sulawesi

Tenggara yang pada saat itu di Jabat oleh Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA,

S.Ip., M.Si Alias TAMA.

---------- Selanjutnya dalam pertemuan tersebut RAHMAT AULIA NTAKI, S.E

(terdakwa dalam berkas terpisah) menyampaikan kepada Terdakwa bahwa ia

memerlukan bantuan yaitu meminta persetujuan untuk melanjutkan kembali

kegiatan pertambangan PT.NF Sejahtera dan meminta H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara

agar mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembatalan surat

pemberitahuan pemberhentian kegiatan penembangan di wilayah Kabupaten

Konawe Kepulauan No.545/199 tertanggal 5 April 2014. Dan dalam

pertemuan tersebut Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias

TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara tanpa berfikir panjang bersedia

untuk menyetujui PT.NF Sejahtera melanjutkan kembali kegiatan

pertambangannya tetapi dengan catatan bahwa sebagian hasil dari wilayah

pertambangan diterima oleh Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si

Alias TAMA, selain itu untuk lebih melancarkan kegiatan pertambangan

PT.NF Sejahtera, Terdakwa juga memerintahkan H.AMIRUDDIN, S.T

(terdakwa dalam berkas terpisah) selaku Bupati Konawe Kepulauan untuk

tidak terlalu melakukan pengawasan terhadap PT.NF. Sejahtera, dan atas

permintaan dari Terdakwa H. ROLLAN PRATAM, S.Ip., M.Si Alias TAMA

maka RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah)

menyetujuinya.

---------- Kemudian pada tanggal 7 November 2015 Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA selaku Gubernur Sulawesi Tenggara

mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 404 Tahun 2015 tertanggal 7

Halaman 23 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


November 2015 Tentang Pencabutan Surat Pemberitahuan No.545/199

tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian Kegiatan Pertambangan di

Wilayah kabupaten Konawe Kepulauan yang di terbitkan oleh Pelaksana

Tugas Bupati Kabupaten Konawe Kepulauan.

---------- Selanjutnya setelah di keluarkannya Surat Keputusan Nomor: 404

Tahun 2015 tertanggal 7 November 2015 Tentang Pencabutan Surat

Pemberitahuan No.545/199 tertanggal 5 April 2015 tentang Pemberhentian

Kegiatan Pertambangan di Wilayah kabupaten Konawe Kepulauan, pada hari

kamis 12 November 2015 PT.NF Sejahtera masih terus melakukan kegiatan

penambangan di wilayah yang beralamat di Jalan Tani Desa Tombaoni Utara,

Kecamatan Wawonii Utara Kabupaten Konawe Kepulauan, karena sebelum

pemekaran alamatnya berada di Desa Sukarela Kecamatan Wawonii,

Kabupaten Konawe.

---------- Bahwa pada tahun 2017, RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa

dalam berkas terpisah) sebagai Direktur Utama PT.NF Sejahtera dinilai

berhasil dalam penyelesaikan permasalahan perusahaan, tidak hanya itu

pengelolaan wilayah tambang yang dilakukan semakin meluas.

---------- Kemudian, pada hari Rabu 1 Juni 2017, RAHMAT AULIA NTAKI, S.E

(terdakwa dalam berkas terpisah) menghubungi Terdakwa H. ROLLAN

PRATAM, S.Ip., M.Si Alias TAMA melalui via telepon Iphone 6s 16 gb model

A1633 warna hitam dengan sim card 0812435232, bahwa dalam

percakapannya : RAHMAT AULIA NTAKI mengatakan “Hallo pak” kemudian

Terdakwa Menjawab “Iya pak” RAHMAT AULIA NTAKI bertanya kepada

Terdakwa “Pak pesanan sinongginya sudah ada, ini mau saya kirim

Halaman 24 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


sekarang pak?” Terdakwa menjawab “iya pak kalau bisa di kirim

sekarang” kemudian RAHMAT AULIA NTAKI bertanya kembali “Ini saya

kirim langsung ke bapak?” kemudian terdakwa menjawab “Iya kirim

langsung ke saya” setelah itu RAHMAT AULIA NTAKI mengatakan “Oh iya

baik, terima kasih pak” dan Terdakwa mengatakan “iya pak” dan setelah itu

Terdakwa mengakhiri panggilan telfon tersebut menggunakan Iphone 6s 16gb

Model A1543 warna silver dengan sim card 081232154.

---------- Bahwa berdasarkan perjanjian yang telah dilakukan oleh Terdakwa H.

ROLLAN PRATAMA, S. Ip., M.Si Alias TAMA dengan RAHMAT AULIA

NTAKI,S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) atas dikeluarkannya keputusan

untuk melanjutkan kembali kegiatan usaha pertambangan PT.NF Sejahtera,

maka Terdakwa menerima dana sebesar Rp.2.700.000.000,00 (Dua milyar

tujuh ratus juta rupiah) dalam 2 (Dua) tahun dari tahun 2017 sampai 2018

yang diberikan oleh saksi RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam

berkas terpisah) di transfer ke rekening BCA Nomor 6860 1331 55 atas nama

Rollan Pratama dalam 2 (Dua) tahap masing-masing yaitu :

1. Pada tanggal 9 Mei 2017 sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (Dua milyar

Rupiah) melalui Transfer yang dikirim langsung ke rekening BCA 6860

1331 55 milik Terdakwa . H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias

TAMA.

2. Pada tanggal 4 April 2018 sebesar Rp. 700.000.000,00 (Tujuh ratus juta

rupiah) melalui Transfer yang dikirim langsung ke rekening BCA 6860

1331 55 milik Terdakwa . H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias

TAMA.

Halaman 25 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


---------- Selanjutnya untuk menyamarkan uang yang diberikan oleh saksi

RAHMAT AULIA NTAKI, S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) sebesar Rp.

2.700.000.000,00 (Dua milyar tujuh ratus juta rupiah), Terdakwa H. ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA mentransfer sebagian uang tersebut ke

rekening istrinya yaitu Rekening BCA Nomor 6860 2254 17 atas nama Annisa

Nurmala sebesar Rp. 1.000.000.000,000 (Satu milyar rupiah), agar tidak di

curigai Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA juga

mentransfer uang tersebut ke rekening pribadinya yang lain yaitu rekening

Mandiri Nomor 070-00-018775606 atas nama Rollan Pratama sebesar Rp.

700.000,000,00 (Tujuh Ratus juta rupiah), dan juga Terdakwa mentrasfer uang

kerekening milik ajudannya di Bank Mandiri 070-00-01855555-5 Atas nama

Hamdan Reynaldi yang kemudian dikirim kembali kerekening pribandinya di

Bank BCA 6860 1331 55 atas nama Rollan Pratama.

---------- Kemudian mengenai uang yang di transferkan pada istrinya, di

gunakan Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA untuk

Membeli dan Membelanjakan Aset berupa, 1 (Satu) Unit Mobil Mitsubishi

Pajero Tipe warna putih dengan Nomor Polisi: B 902 OVC Nomor Rangka :

BBZDS74UDE7512348, Nomor Mesin: 6DZ6755815 beserta dengan Surat

Tanda Nomor Kendaraan. Selanjutnya uang yang berada di rekening

peribadinya yang lain di Bank Mandiri digunakan Terdakwa H.ROLLAN

PRATAMA,S.Ip., M.Si Alias TAMA untuk Membeli dan Membelanjakan Aset

berupa, 1 (Satu) Unit Villa di Jalan Sindang Jaya, Desa Sindang Jaya, Kota

Bogor. Kemudian mengenai uang yang di transfer ke rekening milik ajudannya

telah dikirim kembali kerekening pribadi di Bank BCA 6860 1331 55 milik

Terdakwa.

Halaman 26 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


---------- Bahwa pada tahun 2017 sampai 2018 saksi RAHMAT AULIA NTAKI,

S.E (terdakwa dalam berkas terpisah) mengirimkan uang kepada Terdakwa H.

ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA sebesar Rp. 2.700.000.000,00

(Dua milyar Tujuh ratus juta rupiah) yang dilakukan dalam dua tahap, pada

tahap pertama tahun 2017 sebesar Rp. 2.000.000.000.00 (Dua milyar rupiah)

dan tahap kedua tahun 2018 sebesar Rp. 700.000.000,00 (Tujuh ratus juta

rupiah) Ke rekening BCA Nomor 6860 1331 55 atas nama Rollan Pratama

dan setelah pengiriman tersebut agar tidak dicurigai, Terdakwa H.ROLLAN

PRATAMA, S.Ip., M.Si mentransfer kembali uang tersebut ke rekening milik

Terdakwa H.ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si sebesar Rp. 1.000.000.000,00

(Satu milyar rupiah) ke rekening Mandiri Nomor 070-00-018775606 atas nama

Rollan Pratama, ke rekening milik istrinya di Bank BCA Nomor 6860 2254 17

atas nama Annisa Nurmala sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (Satu milyar

rupiah). Dan ke rekening milik ajudannya di Bank Mandiri 070-00-01855555-5

Atas nama Hamdan Reynaldi sebesar Rp.700.000.000,00 (Tujuh ratus juta

rupiah), dan bahwa Terdakwa H.ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si dalam

melakukan transaksi keuangan terkait dengan Pencucian Uang dan

mengalihkan uang tersebut menggunakan rekening-rekening lain:

1. Rekening BCA Nomor 6860 1331 55 atas nama ROLLAN

PRATAMA.

2. Rekening Mandiri Nomor 070-00-018775606 atas nama ROLLAN

PRATAMA.

3. Rekening BCA Nomor 6860 2254 17 atas nama Annisa Nurmala.

4. Rekening Mandiri Nomor 070-00-01855555-5 atas nama Hamdan

Reynaldi.

Halaman 27 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


----------Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 3 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang Jo P asal 2 ayat (1) huruf a------------------------

Menimbang, bahwa atas dakwaan dari Penuntut Umum tersebut

Terdakwa Penasihat Hukum Terdakwa telah mengajukan keberatan

sebagai berikut:

I. KEBERATAN TENTANG KEWENANGAN MENGADILI

PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN

NEGERI JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG MENGADILI

PERKARA AQUO

Kewenangan absolut pengadilan merupakan kewenangan

lingkungan peradilan tertentu untuk memeriksa dan memutus suatu perkara

berdasarkan jenis perkara yang akan diperiksa dan diputus. Menurut

Undang-undang No. 4 Tahun 2004, kekuasaan kehakiman (judicial power)

yang berada di bawah Mahkamah Agung (MA) merupakan penyelenggara

kekuasaan negara di bidang yudikatif yang dilakukan oleh lingkungan

Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata

Usaha Negara.

Menurut Yahya Harahap, pembagian lingkungan peradilan tersebut

merupakan landasan sistem peradilan negara (state court system) di

Indonesia yang terpisah berdasarkan yurisdiksi (separation court system

based on jurisdiction). Berdasarkan penjelasan Undang-undang No. 14

Halaman 28 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Tahun 1970, pembagian itu berdasarkan pada lingkungan kewenangan

yang dimiliki masing-masing berdasarkan diversity jurisdiction, kewenangan

tersebut memberikan kewenangan absolut pada masing-masing lingkungan

peradilan sesuai dengan subject matter of jurisdiction, sehingga masing-

masing lingkungan berwenang mengadili sebatas kasus yang dilimpahkan

undang-undang kepadanya. Lingkungan kewenangan mengadili itu

meliputi:

a. Peradilan Umum berdasarkan UU No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan

Umum, memeriksa dan memutus perkara dalam hukum Pidana (umum

dan khusus) dan Perdata (umum dan niaga).

b. Peradilan Agama berdasarkan UU No. 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama, memeriksa dan memutus perkara perkawinan,

kewarisan, wakaf  dan shadaqah.

c. Peradilan Tata Usaha Negera berdasarkan UU No. 5 Tahun 1986

Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, memeriksa dan memutusa

sengketa Tata Usaha Negara.

d. Peradilan Militer yang berwenang memeriksa dan memutus perkara

pidana yang terdakwanya anggota TNI dengan pangkat tertentu”.

Undang-undang tentang peradilan Tata Usaha Negara pasal 1 Angka

berbunyi :

“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis

yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha Negara yang berisi

tindakan Hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan

Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat Konkret, Individual, dan

Final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum

perdata”

Halaman 29 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Dalam kasus ini jelas menyangkut masalah pengeluaran Surat

Keputusan yang dikeluarkan oleh Gubernur tentang pencabutan Surat

Pemberitahuan Kegiatan Pertambangan Di Wilayah Kabupaten Konawe

Kepulauan oleh Plt Bupati maka dengan ini yang berwenang mengadili

perkara tersebut adalah pengadilan Tata Usaha Negara sebagai mana

diatur dalam UU Nomor 5 tahun 1986 pasal 47 yang selengkapnya

berbunyi sebagai berikut:

“Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara”.

II. PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG

MENGADILI PERKARA AQUO

Maka dalam Kasus ini dijelaskan bahwa semua tindak pidana tersebut

terjadi diwilayah Kabupaten Konawe kepulauan maka atas dasar Asas

“ Peradilan dilaksanakan secara cepat, sederahan dan biaya Ringan”

Yang dimaksud dengan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan

adalah hakim dalam mengadili suatu perkara harus berusaha semaksimal

mungkin untuk menyelesaikan perkara dalam tempo yang tidak terlalu lama

serta biaya yang ringan. Dan pada kalimat “Sederhana dan cepat” telah

dilaksanakan oleh hakim pengadilan khususnya dalam hakim dapat

mengupayakan perdamaian maupun memberikan keputusan serta merta

dalam suatu perkara, sudah barang tentu selain masalah akan cepat

selesai, biaya yang akan dikeluarkan oleh para pihak juga akan semakin

ringan. Begitu juga sebaliknya apabila dalam kalimat tersebut belum

terlaksana sebagaimana mestinya, maka biaya yang akan dikeluarkan oleh

para pihak yang sedang berperkara juga akan semakin banyak karena

Halaman 30 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


adanya perlawanan dari pihak yang dikalahkan terhadap keputusan hakim.

Jadi, agar dalam suatu persidangan dapat dilaksanakan dengan

sederhana, cepat, dan biaya ringan, maka hakim yang menyelesaikan

sengketa harus profesional dan betul-betul orang yang ahli di bidangnya

serta penuh dengan kearifan di dalam menangani suatu perkara, sehingga

permasalahan yang dihadapi oleh para pihak yang sedang berperkara

dapat terselesaikan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

M. Yahya Harahap dalam bukunya yang berjudul Pembahasan

Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan,

Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali (hal. 96), menjelaskan bahwa

pada dasarnya masalah sengketa kewenangan mengadili yang diatur pada

Bagian Kedua, Bab XVI adalah kewenangan mengadili secara relatif.

Artinya, Pengadilan Negeri atau Pengadilan Tinggi mana yang berwenang

mengadili suatu perkara. Landasan pedoman menentukan kewenangan

mengadili bagi setiap Pengadilan Negeri ditinjau dari segi kompetensi

relatif, diatur dalam Bagian Kedua, Bab X, Pasal 84, Pasal 85, dan Pasal 86

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

(“KUHAP”). Bertitik tolak dari ketentuan yang dirumuskan dalam ketiga

pasal tersebut, ada beberapa kriteria yang bisa dipergunakan Pengadilan

Negeri sebagai tolak ukur untuk menguji kewenangannya mengadili perkara

yang dilimpahkan penuntut umum kepadanya. Kriteria-kriteria yang

dimaksud antara lain adalah:

a. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)

Menurut M. Yahya Harahap (ibid hal. 96-97), inilah asas atau kriteria

yang pertama dan utama. Pengadilan Negeri berwenang mengadili setiap

Halaman 31 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


perkara pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya. Hal ini ditegaskan

dalam Pasal 84 ayat (1) KUHAP berbunyi:

“pengadilan negeri berwenang mengadili segala mengenai tindak

pidana yang dilakukan dalam daerah hukumnya.”

Asas atau kriteria yang dipergunakan pada pasal ini adalah “tempat

tindak pidana dilakukan” atau disebut locus delicti. M. Yahya Harahap

mengatakan bahwa prinsip dimaksud didasarkan atas tempat terjadinya

tindak pidana. Di tempat mana dilakukan tindak pidana atau di daerah

hukum Pengadilan Negeri mana dilakukan tindak pidana, Pengadilan

Negeri tersebut yang berwenang mengadili. Asas ini merupakan ketentuan

umum dalam menentukan kewenangan relatif. Yang pertama-tama diteliti

menentukan berwenang tidaknya memeriksa suatu perkara yang

dilimpahkan penuntut umum berdasar “tempat terjadinya” tindak pidana.

Pengadilan Negeri meneliti dengan seksama apakah tindak pidana itu

terjadi di wilayah hukumnya. Jika sudah nyata terjadi di lingkungan wilayah

hukumnya, dia yang berwenang memeriksa dan mengadilinya. Sebaliknya,

apabila dari hasil penelitian ternyata perbuatan tindak pidana dilakukan di

luar wilayah hukumnya, tidak berwenang untuk memeriksa dan

mengadilinya dan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan

menyerahkan surat pelimpahan perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri

yang dianggapnya berwenang, dengan jalan mengeluarkan surat

“penetapan”.

b. Tempat tinggal terdakwa dan tempat kediaman sebagian besar

saksi yang dipanggil

Halaman 32 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


M. Yahya Harahap (Ibid, hal. 99-100) menjelaskan bahwa asas kedua

menentukan kewenangan relatif berdasar tempat tinggal sebagian besar

saksi. Jika saksi yang hendak dipanggil sebagian besar bertempat tinggal

atau lebih dekat dengan suatu Pengadilan Negeri maka Pengadilan Negeri

tersebut yang paling berwenang memeriksa dan mengadili. Asas ini diatur

dalam Pasal 84 ayat (2) KUHAP (dan sekaligus mengecualikan atau

menyingkirkan asas locus delicti).

Lebih lanjut, M. Yahya Harahap menjelaskan bahwa penerapan asas

tempat kediaman, dapat terjadi dalam hal-hal sebagai berikut:

1) Apabila terdakwa bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan Negeri

di mana sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal.

Agar asas ini dapat diterapkan, terdapat dua syarat yang harus dipenuhi:

a) terdakwa bertempat tinggal di daerah hukum Pengadilan Negeri yang

bersangkutan.

b) sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di

daerah hukum pengadilan negeri tersebut.

Dengan dipenuhinya kedua syarat tersebut, kewenangan relatif

mengadili terdakwa atau memeriksa perkara, beralih dari Pengadilan

Negeri tempat di mana peristiwa pidana terjadi ke Pengadilan Negeri

tempat di mana terdakwa bertempat tinggal.

2) Tempat kediaman terakhir terdakwa

Syarat yang harus dipenuhi:

a) terdakwa berkediaman terakhir di daerah hukum suatu Pengadilan Negeri.

Halaman 33 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


b) sebagian besar saksi yang hendak dipanggil bertempat tinggal di daerah

hukum Pengadilan Negeri tersebut.

Jadi, apabila terdakwa melakukan tindak pidana di suatu daerah hukum

Pengadilan Negeri, akan tetapi ternyata terdakwa berkediaman terakhir di

daerah hukum Pengadilan Negeri yang lain. Demikian pula, saksi-saksi

yang hendak dipanggil sebagian besar bertempat tinggal atau lebih dekat

dengan daerah hukum Pengadilan Negeri tempat kediaman terakhir

terdakwa, asas locus delicti dapat dikesampingkan, dan yang berwenang

mengadili ialah Pengadilan Negeri tempat kediaman terakhir terdakwa.

3) Di tempat terdakwa diketemukan

Di samping itu, tempat terdakwa diketemukan dapat dijadikan asas

menentukan kewenangan relatif Penagdilan Negeri dengan jalan

menyampingkan locus delicti dengan syarat:

a) terdakwa diketemukan di suatu daerah hukum Pengadilan Negeri, serta

b) saksi-saksi yang hendak dipanggil kebanyakan bertempat tinggal atau lebih

dekat dengan Pengadilan Negeri tempat di mana terdakwa diketemukan.

Tempat terdakwa diketemukan dapat mengesampingkan asas locus

delicti apabila sebagian besar saksi yang akan dipanggil bertempat tinggal

atau lebih dekat dengan Pengadilan Negeri tempat di mana terdakwa

diketemukan.

4) Di tempat terdakwa ditahan

Syarat-syaratnya adalah:

a) tempat penahanan terdakwa

Halaman 34 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


b) saksi-saksi yang hendak diperiksa sebagian besar bertempat

tinggal atau lebih dekat ke Pengadilan Negeri tempat di mana

terdakwa ditahan.

Maka yang berhak mengadili, memutus dan menyelesaikan

perkara ini adalah pengadilan negeri kendari bukan pengadilan

Jakarta Pusat.Dan sebagaimana diatur dalam KUHAP pasal 84 ayat

(2) dan ayat (3) yang berbunyi sebagai berikut:

“pengadilan negeri yang didalam daerah hukumnya terdakwa

bertempat tinggal, berdiam terakhir, ditempat ia diketemukan atu

ditahan, hanya berwenang mengadili perkara terdakwa tersebut,

apa bila tempat kediaman sebagian besar saksi yang dipanggil

lebih dekat pada tempat pengadilan negeri itu dari pada tempat

kedudukan pengadilan negeri yang didalam daerahnya tindak

pidana itu dilakukan”.

“ Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak

pidana dalam daerah hukum pelbagai pengadilan negeri, maka tiap

pengadilan negeri itu masing-masing berwenang mengadili perkara

pidana itu”.

III. SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM TIDAK DAPAT DITERIMA

DAKWAAN ERORR IN PERSONA

Yang seharusnya menjadi Terdakwa dalam kasus ini adalah saudara

H. Amirrudin selaku Bupati di Konawe Kepulauan yang berupaya

membantu atau memperlancar pembuatan surat pencabutan

pemberhentian tambang dikawasan Konawe kepulauan dan Rahmat Aulia

Halaman 35 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Ntaki selaku Direktur PT.NF sejahtera yang melakukan kerusakan

Lingkungan dikawasan Konawe kepulauan.

Pada saat H. Amirrudin menemui H. Rolla Pratama, H.Amirrudin

telah menyembunyikan fakta lapangan dengan memberikan laporan yang

isinya bahwa PT.NF Sejahtera adalah perusahaan yang berjalan dengan

baik dan tanpa celah sehingga jika diajukannya surat pemberhentian

tersebut maka akan banyak masyarakat yang di PHK. Juga H. Amirrudin

tidak memberikan laporan bagaimana keadaan perusahaan setelah

dikeluarkannya SK pencabutan surat pemberhentian pertambangan

didaerah Konawe Kepulauan maka dari itu yang patut dipersalahkan adalah

H. Amirrudin yang tidak secara seksama memberikan laporan mengenai

PT.NF Sejahtera dan tanpa adanya laporan pengawasan.

Mengenai permasalan Lingkungan H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,

M.Si sama sekali tidak terkait dengan perusakan Lingkungan yang

dilakukan oleh PT.NF Sejahtera dan dalam hal itu yang patut bertanggung

jawab yaitu sekalu Direktur perusahaan PT.NF Sejahtera saudara Rahmat

Aulia Ntaki yang dengan sengaja membuang dan tidak mengolah Limbah

perusahaannya dengan baik.

Makna error in persona dapat ditemukan pada doktrin M. Marwan,

yang mеnjеlaskan kеliru mеngеnai orang yang dimaksud atau kеkеliruan

mеngеnai orangnya. Kekeliruan itu bisa terjadi pada saat dilakukan

penangkapan, atau penahanan, atau penuntutan, atau pada

saatpemeriksaan oleh hakim di pengadilan sampai perkaranya

diputus.Pengertian ini tersirat dalam Pasal 95 KUHAP yang membahas

tentang ganti rugi terhadap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut dan

diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau kekeliruan

mengenai orangnya.

Halaman 36 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


M.Yahya Harahap (2002:47) menjelaskan bahwa kekeliruan dalam

penangkapan mengenai orangnya di istilahkan dengan disqualification in

person yang berarti orang yang ditangkap atau ditahan terdapat kekeliruan,

sedangkan orang yang ditangkap tersebut telah menjelaskan bahwa bukan

dirinya yang dimaksud hendak ditangkap atau ditahan.Menurut

yurisprudensi dari Mahkamah Agung berdasarkan Putusan Nomor. 89

KP/PID/2008 terdapat istilah lain tentang menangkap orang dan salah

mendakwa orang yang disebut sebagai error in subjectif.

Jika terjadi kekeliruan yang demikian, Penuntut Umum telah

mendakwa seseorang yang tidak mempunyai hubungan hukum dan

pertanggungjawaban dengan Tindak Pidana atau kejahatan yang

didakwakan. Oleh karena itu, Dakwaan Penuntut Umum harus dinyatakan

error in persona atau tidak dapat diterima.

IV. SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM BATAL DEMI HUKUM

Menurut KUHAP dalam pasal 143 ayat (3) menjelaskan bahwa hal-

hal yang dapat membuat Dakwaan batal demi hukum meliputi 3 aspek yaitu

dakwaan uraian Dakwaan tidak cermat, tidak jelas, tidak lengkap yang

menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan.

Rumusan Dakwaan Tidak Sesuai Ketentuan Pasal 143 Ayat (2) Huruf b

KUHAP; Sehingga Harus Dinyatakan Batal Demi Hukum

Pasal 143 Ayat (2) KUHAP menentukan :

Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan

ditanda tangani serta berisi:

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,

kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka.

Halaman 37 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana

yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak

pidana itu dilakukan.

Dengan kata lain Surat dakwaan harus memenuhi syarat

formil dan materiil. Syarat formil sebagaimana ditentukan dalam

huruf a, sedangkan syarat materil sebagaimana huruf b tersebut

diatas. Kemudian lebih Pasal 143 Ayat (3)KUHAP menyatakan :

Surat Dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana Ayat

(2) Huruf B di atas batal demi hukum.

Berdasarkan ketentuan KUHAP dan Yurisprudensi tersebut

diatas, maka diperoleh konklusi bahwa in casu yang harus

diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap oleh saudara Penuntut

Umum dalam surat dakwaan aquo adalah :

- Rumusan dan unsur-unsur delik atau tindak pidana yang didakwakan, dan;

- Rumusan perbuatan-perbuatan material mengenai perbuatan yang dilakukan

oleh terdakwa yang keseluruhannya dapat mengisi secara cermat dan benar

semua unsur dari delik yang ditentukan dalam pasal undang-undang yang

didakwakan kepada terdakwa tersebut.

Adapun mengenai syarat materil tersebut Mahkamah

Agung Republik Indonesia telah mempedomani Yurisprudensi

Mahkamah Agung Republik Indonesia, No 492/K/KR/1981, Tanggal

8 Januari 1983 yang menetapkan:

“Bahwa syarat materiil Surat Dakwaan, adalah adanya perumusan

secara lengkap, jelas dan tepat, mengenai perbutan-perbuatan

yang didakwakan terhadap Terdakwa, sesuai dengan rumusan

delik yang mengancam perbuatan-perbuatan itu dengan hukuman

Halaman 38 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


pidana yang dilakukan oleh Terdakwa, keseluruhannya harus

mengisi secara cermat, tepat, dan benar, semua unsure dari semua

delik yang ditentukan undang-undang yang didakwakan

kepadanya”

Cacat formal dan kekeliruan surat dakwaan Penuntut Umum

dalam perkara ini akan dikemukakan dalam bentuk keberatan

dibawah menurut pasal 143 ayat (3) sehingga surat dakwaan

Penuntut Umum dinyatakan tidak dapat diterima (niet

ontvanjelijk verklaard).

Dakwaan tidak cermat

Bahwa dakwaan penuntut umum tidak memenuhi syarat

materil yaitu tidak menyebut locus delicti berdasarkan pasal 143

ayat (2) sebagaimana tertuang dalam dakwaan tidak secara jelas

menyebutkan waktu dam tempat tindak pidana itu dilakukan yang

dimana dalam dakwaan pada hari yang tidak bisa dipastikan lagi

pada bulan oktober 2015 sampai dengan bulan Februari 2018 atau

setidak – tidaknya pada waktu – waktu lain dalam tahun 2015

sampai dengan 2018, bertempat dirumah jabatan Gubernur

Sulawesi Tenggara, Jl. Taman Suropati, Desa Magarai Kel.

Mandonga No.2 Kendari, Sulawesi Tenggara dan rumah jabatan

Bupati Konawe Kepulauan di Bukit Mekar, Kec. Wawonii Barat,

Kabupaten Konawe Kepulauan.

Sehingga penuntut umum nampak ragu dalam merumuskan

secara jelas dan tegas unsur tindak pidana yang didakwakan,

sehingga dakwaan penuntut umum menurut pendapat penasehat

hukum adalah kabur atau obscure sehingga has dinilai sebagai

Halaman 39 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


dakwaan yang tidak cermat, tidak jelas dan tidak lengkap

menguraikan tindak pidana dengan kata laintidak memenuhi syarat

materil sehingga berdasarkan pasal 143 ayat (3) maka dakwaan

batal demi hukum

1. PENUNTUT UMUM TIDAK CERMAT DALAM MENGURAIKAN

PERBUATAN TERDAKWA.

Dakwaan tidak cermat

Bahwa dakwaan penuntut umum tidak memenuhi syarat materil yaitu

tidak menyebut locus delicti berdasarkan pasal 143 ayat (2) sebagaimana

tertuang dalam dakwaan tidak secara jelas menyebutkan waktu dam

tempat tindak pidana itu dilakukan yang dimana dalam dakwaan pada hari

yang tidak bisa dipastikan lagi pada bulan oktober 2015 sampai dengan

bulan Februari 2018 atau setidak – tidaknya pada waktu – waktu lain dalam

tahun 2015 sampai dengan 2018, bertempat dirumah jabatan Gubernur

Sulawesi Tenggara, Jl. Taman Suropati, Desa Magarai Kel. Mandonga

No.2 Kendari, Sulawesi Tenggara dan rumah jabatan Bupati Konawe

Kepulauan di Bukit Mekar, Kec. Wawonii Barat, Kabupaten Konawe

Kepulauan.

Sehingga penuntut umum nampak ragu dalam merumuskan secara

jelas dan tegas unsur tindak pidana yang didakwakan, sehingga dakwaan

penuntut umum menurut pendapat penasehat hukum adalah kabur atau

obscure sehingga has dinilai sebagai dakwaan yang tidak cermat, tidak

jelas dan tidak lengkap menguraikan tindak pidana dengan kata laintidak

memenuhi syarat materil sehingga berdasarkan pasal 143 ayat (3) maka

dakwaan batal demi hukum

Halaman 40 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Dakwaan tidak jelas

Setelah mempelajari Surat Dakwaan Penuntut Umum dalam perkara

ini, kami berpendapat bahwa Dakwaan dimaksud mengandung berbagai

cacat hukum, sehingga seharusnya Majelis Yang Mulia menyatakan tidak

dapat diterima (niet onvankelijk verklaard), sebagaimana diatur dalam

Pasal 156 Ayat (1) Dan Ayat (2) KUHAP yang selengkapnya berbunyi

sebagai berikut:

1. Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan

keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili

perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat

dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan

kepada Penuntut Umum menyatakan pendapatnya, hakim

mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya

mengambil keputusan;

2. Jika Hakim menyatakan keberatan tersebut diterima, maka

perkara itu tidak diperiksa lebih lanjut, sebaliknya dalam hal

tidak diterima atau hakim berpendapat hal tersebut baru dapat

diputus setelah selesai pemeriksaan, maka sidang

dilanjutkan.

Walapun KUHAP tidak mengatur secara rinci tentang alasan-alasan

mengapa atau dalam hal-hal apa suatu dakwaan dinyatakan tidak dapat

diterima, tetapi dalam doktrin dan yurisprudensi dapat ditemui alasan-

alasan dimaksud, yang pada intinya dikaitkan dengan cacat hukum yang

terdapat dalam dakwaan, baik menyangkut bentuk Surat dengan cacat

hukum yang terdapat dalam dakwaan, baik menyangkut bentuk Surat

Dakwaan maupun mengenai isinya yang menimbulkan kebingungan di

Halaman 41 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


pihak Terdakwa tentang perbuatan dan tindak pidana yang didakwakan

kepadanya.

Surat Dakwaan yang mengandung cacat hukum seperti itu jelas

melanggar hak-hak asasi Terdakwa dan sangat merugikan dalam hal

pembelaan dirinya.

M. Yahya Harahap, S.H. Dalam bukunya “Pembahasan

Permasalahan Penerapan KUHAP”, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit:

Sinar Grafika, Jakarta, pada halaman 122 mengemukakan:

“ Pengertian yang umum diberikan terhadap eksepsi dakwaan tidak

dapat diterima: apabila dakwaan yang diajukan mengandung “cacat

formal” atau mengandung “kekeliruan beracara (error inprocedur). Bias

catat mengenai orang yang didakwa, keliru, susunan atau bentuk Surat

Dakwaan yang diajukan Penutut Umum, salah atau keliru”.

Dakwaan tidak lengkap

Dalam Dakwaan juga tidak Dijelaskan secara lengkap bahwa

dakwaan dalam perkara terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si

tidak jelas apa tindakan dari Terdakwa yang dapat dinyatakan sebagai

tindak pidana sebagaimana harus dirumuskan sesuai ketentuan Pasal 143

ayat (2) huruf b KUHAP, rumusan tindakan Terdakwa dalam dakwaan

hanya didasarkan pada asumsi-asumsi atau Kemudian ketika kita

mencermati dakwaan Penuntut Umum, dimana penuntut umum ternyata

telah salah dan keliru menuntut Terdakwa dengan dakwaan :

KESATU

Halaman 42 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


PRIMAIR:

---------Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsijo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana

(KUHP)--------------------------------------------------------------

SUBSIDAIR :

----------Perbuatan Terdakwa Diatur dan diancam Pidana pada Pasal 3 jo

Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah di

ubah dan di Tambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke

(1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ---

DAN

KEDUA:

---------Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 3 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak

Pidana Pencucian Uang------------------------------------------------------------------

Halaman 43 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


2. KESALAHAN PENGGUNAAN UNDANG-UNDANG DALAM DAKWAAN

Rezim anti-pencucian uang di Indonesia menganut asas hukum

kriminalitas ganda. Asas ini erat kaitannya dengan yuridiksi dari perkara

pencucian uang. Pada Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Tindak

Pidana Penucian Uang ditegaskan bahwa Undang-Undang tersebut

menganut asas kriminalitas ganda dalam menentukan tindak pidana asal

atau predicate crime.

Dalam tulisannya di beberapa makalah dan jurnal, Yenti Garnasih,

mengatakan bahwa yang dimaksud dengan asas kriminalitas ganda adalah

sifat dari kejahatan pencucian uang itu sendiri yakni berperan sebagai

follow up crime (tindak pidana lanjutan), karena didahului dengan tindak

pidana asal. Menurutnya, tidak mungkin terjadi kejahatan pencucian uang

tanpa adanya atau didahului oleh tindak pidana asal atau dengan kata lain

no money laundering without core crime. Dengan demikian kejahatan

pencucian uang sangatlah tergantung pada dilakukannya tindak pidana

asalnya terlebih dahulu meskipun tetap kedua tindak pidana ini merupakan

tindak pidana yang berdiri sendiri (as seperate crime).

Sejalan dengan pemikiran dengan Yenti Garnasih, Artidjo Alkostar

juga mengatakan hal yang sama, yakni kejahatan pencucian adalah

supplementary crime. Bahwa kejahatan pencucian merupakan kejahatan

tambahan atau lanjutan dari dilakukannya tindak pidana asal. Juni Sjafrien

juga mengartikan asas kriminalitas ganda ini dengan adanya dua kejahatan

pidana yang masing-masing sebagai perbuatan tersendiri yang dalam

terminologi hukum pidana dikenal sebagai concursus realis yang terdiri dari

kejahatan asal dan pidana pencucian uang (follow up crime/ supplementary

crime).

Halaman 44 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Namun, sebagaimana tercantum dalam naskah akademik UU No. 8

tahun 2010, pengertian mengenai hal ini bukanlah dinamakan dengan asas

Doube Criminality (Kriminalitas Ganda) bahkan mengenai keterkaitan tindak

pidana asal dan TPPU tidaklah dianut sebagaimana dianut oleh beberapa

ahli. Pada naskah akademik dikatakan bahwa TPPU ini bersifat

independent crime atau kejahatan yang berdiri sendiri. Sehingga dari

perbedaan tersebut membuat Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010

tidaklah tepat untuk digunakan.

Menariknya TPPU yang mensyaratkan terjadinya tindak pidananya

dengan memerlukan pembuktian dari unsur tindak pidana asal atau biasa

disebut juga sebagai predicate offense. Sesuai dengan teori no money

laundering without core crime yang berarti tidak ada kejahatan pencucian

uang tanpa adanya tindak pidana asal (predicate offense), maka kedua

tindak pidana ini harus dibuktikan karena keduanya adalah kejahatan yang

saling terkait.

Pasal 69 UU TPPU telah menyatakan secara tegas :

“Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di

sidang pengadilan terhadap tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib

dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya.”

Kemudian mengenai ketentuan Pasal 69 ini terdapat kata “tidak

wajib” sehingga kami Penasihat Hukum menganggap bahwa Pasal

tersebut tidak sejalan dengan asas yang dianut dalam UU TPPU, yakni

kejahatan pencucian uang ini merupakan kejahatan yang berasas

kriminalitas ganda. TPPU sebagai bentuk kejahatan yang berdimensi

kriminalitas ganda sesungguhnya dapat dilihat dalam beberapa rumusan

Halaman 45 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


pasal di UU TPPU. Pasal 3 - 5 UU TPPU menjelaskan bahwa tindak pidana

ini memiliki karakteristik khusus yang merupakan follow up crime atau

supplementary crime yaitu kejahatan yang menjadi kelanjutan dari adanya

suatu tindak pidana asal (predicate offense) / unlawful activity yang telah

dilakukan terlebih dahulu untuk memperoleh harta kekayaan. Artinya,

kejahatan pencucian uang (follow up crime / supplementary crime)

sangatlah bergantung pada terjadinya tindak pidana asal, meskipun seperti

yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa kejahatan-kejahatan ini

merupakan kejahatan yang berdiri sendiri (as seperate crime).

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 terdapat

pendekatan yaitu follow the money karena yang dikejar itu adalah uang

atau aset, maka yang membuktikan aset itu berasal dari sumber yang sah

adalah si Terdakwa. Kalau memang ada tindak pidana, sudah ada tindak

pidana dan ada hasilnya, itu yang harus ada tapi tidak tidak harus

dibuktikan pelakunya siapa atau dihukum dulu. Dengan pendekatan follow

the money ini, maka aset atau uang hasil tindak pidana itu dibuktikanlah

oleh si Terdakwa karena tujuannya prioritas money laundering adalah

mengejar uang, mengejar aset, bukan prioritas mengejar pelakunya.

Ahli Eva Achjani Zulfa, memberikan keterangan mengenai perlu

tidaknya dibuktikan pada dasarnya ini sangat bergantung kepada

kebutuhan pembuktian, rasanya bukan bagian dari perumusan undang-

undang yang menjadi masalah. Variasi yang muncul dari kasus-kasus

tindak pidana pencucian uang ini sangat beragam. Ada pelaku predicate

crime adalah juga pelaku pencucian uang, atau pelaku pencucian uang

yang bukan merupakan pelaku predicate crime, atau bahkan mereka

sebagai peserta delik yang dalam konsep hukum pidana peserta delik

Halaman 46 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


belum tentu orang yang memenuhi unsur delik. Oleh karena itu, menurut

Ahli Eva Zulfa, bahwa kebutuhan untuk membuktikan tindak pidana asal

atau tidak sangat bergantung pada rumusan pasal apa yang didakwaan

kepada seseorang dan apakah fakta itu adalah fakta yang menentukan

untuk membuktikan unsur yang didakwakan tersebut. Oleh karena itu,

dalam variasi-variasi tindak pidana semacam ini kalau kemudian harus atau

wajib dibuktikan terlebih dahulu Ahli berpendapat menjadi tidak tepat,

terkait dengan penegakan hukum.

Dari uraian diatas, kami Penasihat Hukum menganggap bahwa

Penuntut Umum haruslah terlebih dahulu membuktikan H. ROLLAN

PRATAMA ALIAS TAMA dalam kasus ini melakukan tindak pidana korupsi

lalu kemudian dapat dikenakan Tindak Pidana Pencucian Uang. Karena

perlu dipahami tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang yang

merupakan tindak pidana tambahan atau lanjutan adalah masing-masing

tindak pidana yang berdiri sendiri sebagaimana tercantum dalam naskah

akademik UU No. 8 tahun 2010, TPPU ini bersifat independent crime atau

kejahatan yang berdiri sendiri. Sehingga tidaklah tepat jika Penuntut Umum

mendakwa Terdakwa dengan TPPU sedangkan tindak pidana asalnya

belum terbukti.

Kemudian apabila Penuntut Umum menggunakan dasar pada Pasal

69 UU TPPU yang menyatakan tindak pidana Pencucian Uang tidak wajib

dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya, kami Penasehat Hukum

menganggap hal tersebut merupakan sebuah kesalahan karena hanya

meng copy pasal yang termuat dalam Undang-Undang tetapi tidak

mempelajari penjelasan dari Pasal tersebut karena apabila di telisik lebih

mendalam Pasal 69 UU TPPU tidak sejalan dengan asas yang dianut

Halaman 47 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


dalam UU TPPU, yakni kejahatan pencucian uang ini merupakan kejahatan

yang berasas kriminalitas ganda.

Sehingga dalam hal ini, Penuntut Umum tidak cermat menjerat

H.ROLLAN PRATAMA ALIAS TAMA dengan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana

Pencucian Uang. Maka berdasarkan uraian demikian, dakwaan Penuntut

Umum Batal Demi Hukum.

Menimbang, bahwa atas keberatan Terdakwa Penasihat Hukum

Terdakwa tersebut, Penuntut Umum telah mengajukan pendapat atas

keberatan yang pada pokoknya, sebagai berikut :

I. PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN

NEGERI JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG MENGADILI

a. Kami penuntut umum berpendapat bahwa Terkait kewenangan


absolut pengadilan tindak pidana korupsi berwenang mengadili
perkara A Quo hal ini di dasarkan mengenai surat keputusan yang
dikeluarkan oleh gubernur Sulawesi Tenggara mengakibatkan
timbulnya kerugian keuangan Negara sehingga pengadilan tindak
pidana korupsi berwenang mengadili perkara.

b. Terkait kewenangan relatif bahwa akan menimbulkan tindakan


anarkis dan mengganggu jalannya persidangan pasca demonstrasi
besar-besaran jika perkara pidana di adili di pengadilan Negeri
kendari. berdasarkan ketentuan pasal 85 KUHAP kepala kejaksaan
negeri kendari mengusulkan kepada Mentri kehakiman dengan
Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor. 10/KMA/SK/I/2018 tanggal 24 April 2018 Tentang

Halaman 48 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Penunjukan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk memeriksa dan
memutus perkara pidana.

II. DAKWAAN ERROR IN PERSONA

Penasihat hukum berdalih bahwa seharusnya yang menjadi


terdakwa dalam kasus ini adalah H.Amiruddin, ST selaku Bupati di
Konawe Kepulauan yang berupaya membantu atau memperlancar
pembuatan surat pencabutan pemberhentian tambang di kawasan
Konawe Kepulauan. Namun penuntut umum tidak menanggapi poin
keberatan ini karena telah menyentuh pokok perkara yang masih perlu
dibuktikan di mana ini telah sesuai dengan pasal 156 ayat (2) KUHAP.

III. SURAT DAKWAAN PENUNTUT UMUM BATAL DEMI HUKUM

a) Ketidakjelasan penuntut umum menguraikan tempus dan locus delicti

dalam surat dakwaan

Kami penuntut umum beranggapan bahwa tempus dan locus delicti

tersebut merujuk pada daluwarsa perkara dan kewenangan relative dari

pengadilan dimana tempus itu hanya mengkroscek mengenai waktu

kejadian perkara apakah yang dimaksud daluwarsa sehingga tidak semata-

mata menjadikan dakwaan menjadi tidak jelas.

b) Penuntut umum tidak menguraikan secara menyeluruh tindakan

terdakwa

Penasihat hukum berdalih bahwa penuntut umum tidak menjelaskan

tindakan dari terdakwa yang dapat dinyatakan sebagai tindak

pidana.namun kami dari penuntut umum berpendapat kalau penasihat

hukum hanya melihat secara parsial dan tidak menyeluruh. isi dakwaan

sudah menguraikan secara jelas unsur-unsur yang ada pada dakwaan

bahwa tindakan terdakwa telah meyebabkan kerugian keuangan Negara

Halaman 49 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


sehingga dakwaan telah memenuhi unsur pidana dan dapat mimtai

pertanggungjawaban hukum.

c) Kesalahan penggunaan Undang-Undang di dalam dakwaan

Penasihat hukum berdalih berdasarkan asas double criminality sehingga

tindak pidana pencucian uang yang di dakwakan oleh terdakwa harus

dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. kami penuntut umum

beranggapan bahwa di sini penasihat hukum keliru dalam penafsiran asas

double criminality bahwa maksud asas tersebut tidak mengartikan bahwa

tindak pidana asal harus dibuktikan terlebih dahulu.karena tindak pidana

korupsi tidak selalu menjadi tindak pidana asal terhadap tindak pidana

pencucian uang dan secara normatif telah jelas dijelaskan dalam tindak

pidana pencucian uang pasal 77 bahwa “terdakwa wajib membuktikan

bahwa harta kekayaannya bukan merupakan hasil tindak pidana”.

Setelah memberikan pendapat maka kami memohon kepada majelis


hakim yang memeriksa,mengadili,memutuskan :

1) Menolak seluruh keberatan penasihat hukum terdakwa;

2) Menyatakan pengadilan tindak pidana korupsi pada pengadilan negeri

kendari berwenang mengadili;

3) Menyatakan bahwa rumusan dakwaan adalah sah ;

4) Menyatakan bahwa terdakwa dalam kasus ini adalah benar H. Rollan

Pratama,S.Ip.,M.Si;

5) Menyatakan bahwa pasal yang di dakwakan adalah sah;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan tersebut, Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut :

Halaman 50 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Ad.I Keberatan tentang Kewenangan Mengadili

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat tidak Berwenang Mengadili perkara aquo.

Menimbang, bahwa mengenai keberatan point ke 1 mengenai

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

Tidak Berwenang Mengadili. Penasihat hukum berdalih bahwa Tindak

Pidana yang dilakukan oleh terdakwa merupakan perbuatan hukum dalam

Hukum Administrasi Negara sehingga, menurut Penasihat Hukum yang

berwenang mengadili perkara ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara.

Majelis Hakim berpendapat bahwa Penyalahgunaan wewenang dalam

konteks Tindak Pidana Korupsi dan Hukum Administrasi itu ada perbedaan

dimana penyalahgunaan wewenang dalam konteks Tindak Pidana Korupsi

yaitu menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang melekat

padanya karena jabatan atau kedudukannya yang dapat merugikan Negara

atau perekenomian Negara. penyalahgunaan wewenang dalam tindak

pidana korupsi harus dikaitkan dengan unsur lainnya dan tidak dapat

dipisahkan yaitu merugikan keuangan negara dan prekonomian negara.

Kemudian Puspenkum Kejagung juga menjelaskan bahwa arti

menyalahgunakan wewenang dalam konteks Tindak pidana Korupsi yaitu

melanggar aturan tertulis yang menjadi dasar kewenangan memiliki

maksud yang menyimpang walaupun perbuatan sudah sesuai dengan

peraturan dan berpotensi merugikan Negara. Artinya harus berdampak

adanya kerugian negara baik secara langsung maupun tidak langsung

sedangkan dalam Undang-undang Administrasi Negara berbeda dengan

Undang-undang tindak pidana korupsi yang mana tidak dijelaskan tentang

adanya kerugiaan negara didalamnya. Maka dalam hal ini meskipun

terdapat penyalahgunaan wewenang yang dimaksudkan oleh Penasihat

Halaman 51 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Hukum namun karena penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh

Terdakwa dalam hal ini telah mengakibatkan indikasi Kerugian Keuangan

Negara maka kasus tersebut telah masuk dalam rana Tindak Pidana

Korupsi yang bertitik pada Kerugian Keuangan Negara.

Kemudian Penasehat Hukum menggunakan asas Ultimum

Remedium merupakan salah satu asas yang terdapat dalam hukum pidana

Indonesia yang mengatakan bahwa hukum pidana hendaklah dijadikan

upaya terakhir dalam hal penegakan hukum. Hal ini memiliki makna apabila

suatu perkara dapat diselesaikan melalui jalur lain (kekeluargaan,

negosiasi, mediasi, perdata, ataupun hukum administrasi) hendaklah jalur

tersebut terlebih dahulu dilalui. Namun dalam penerapannya di Indonesia

hukum pidana sebagai Ultimum Remedium masih terbatas dimana

Ultimum Remedium baru berlaku pada kasus lingkungan, belum dapat

digunakan dalam perkara tindak pidana korupsi dikarenakan Ultimum

Remedium tidak berlaku untuk extraordinary crime atau kejahat luar biasa

salah satunya yaitu Tindak pidana korupsi, karena dalam hal ini Tindak

Pidana Korupsi secara umum dimaknai sebagai suatu bentuk perbuatan

melawan hukum yang merugikan keuangan atau perekonomian negara

dimana masalah dan ancaman yang ditimbulkan oleh korupsi terhadap

stabilitas dan keamanan masyarakat begitu besar. Ultimum Remedium

pun tidak diberlakukan pada tindak pidana korupsi dikarenakan belum ada

pasal yang diselipkan mengenai asas tersebut. Dalam hal ini Ultimum

Remedium hanyalah pangkal tolak sesuatu, jadi asas ini bersifat abstrak

yang pemberlakuannya tidak dapat dipaksakan kecuali ada hukum yang

mengatur. Sehingga Majelis Hakim berpendapat Pengadilan Tindak Pidana

Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang mengadili

perkara aquo.

Halaman 52 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Pengadilan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak Berwenang

Mengadili perkara aquo.

Maka berdasarkan pertimbangan tersebut keberatan poin Ke 1

Ditolak.

Ad.II Dakwaan tidak dapat diterima

Dakwaan Error In Persona

Menimbang, bahwa mengenai keberatan poin ke dua Majelis Hakim

berpendapat bahwa Penuntut Umum dalam menentukan Terdakwa sudah

sesuai dimana ini berdasarkan pada alat bukti yang diajukan yang telah

menunjukkan, menggambarkan bahwa Tindak Pidana yang terjadi adalah

akibat perbuatan Terdakwa dalam hal ini adalah H. ROLLAN PRATAMA,

S.Ip., M.Si Alias TAMA. Meskipun penasehat hukum berdalih bahwa

kerugian keuangan Negara Yang seharusnya menjadi Terdakwa dalam

kasus ini adalah saudara H. Amirrudin selaku Bupati di Konawe Kepulauan

yang berupaya membantu atau memperlancar pembuatan surat

pencabutan pemberhentian tambang dikawasan Konawe kepulauan dan

Rahmat Aulia Ntaki selaku Direktur PT.NF sejahtera yang melakukan

kerusakan Lingkungan dikawasan Konawe kepulauan.

Pada saat H. Amirrudin menemui H. Rollan Pratama, H.Amirrudin

telah menyembunyikan fakta lapangan dengan memberikan laporan yang

isinya bahwa PT.NF Sejahtera adalah perusahaan yang berjalan dengan

baik dan tanpa celah sehingga jika diajukannya surat pemberhentian

tersebut maka akan banyak masyarakat yang di PHK. Juga H. Amirrudin

tidak memberikan laporan bagaimana keadaan perusahaan setelah

Halaman 53 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


dikeluarkannya SK pencabutan surat pemberhentian pertambangan

didaerah Konawe Kepulauan maka dari itu yang patut dipersalahkan adalah

H. Amirrudin yang tidak secara seksama memberikan laporan mengenai

PT.NF Sejahtera dan tanpa adanya laporan pengawasan.

Mengenai permasalahan Lingkungan H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip.,

M.Si sama sekali tidak terkait dengan perusakan Lingkungan yang

dilakukan oleh PT.NF Sejahtera dan dalam hal itu yang patut bertanggung

jawab yaitu sekalu Direktur perusahaan PT.NF Sejahtera saudara Rahmat

Aulia Ntaki yang dengan sengaja membuang dan tidak mengolah Limbah

perusahaannya dengan baik.

Akan tetapi Majelis Hakim masih perlu membuktikan terlebih dahulu,

ini berdasarkan Pasal 156 ayat (2) KUHAP karena keberatan tersebut di

atas sudah masuk dalam pokok perkara.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka keberatan poin Ke 2 ditolak.

Ad.III Surat Dakwaan Penuntut Umum Batal Demi Hukum

1. Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Menguraikan Perbuatan

Terdakwa.

Menimbang, bahwa mengenai keberatan poin ke tiga angka 1,

Majelis Hakim berpendapat bahwa dakwaan Penuntut Umum sudah

sesuai pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP, dimana Penuntut Umum telah

sesuai dalam menguraikan secara jelas dan lengkap mengenai tindak

pidana yang didakwakan. Namun Majelis Hakim berpendapat bahwa

keberatan dari Penasihat Hukum telah menyentuh pokok perkara yang

harus dibuktikan terlebih dahulu, terkait pendapat Penasihat Hukum

yang menyatakan bahwa pemberian dana Fasilitas Pendanaan Jangka

Halaman 54 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Pendek yang diberikan bukan berdasarkan keputusan sepihak dari

Terdakwa, namun pemberiannya tidak berdasarkan prinsip Kehati-

hatian yang telah diatur dalam Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 23

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Dalam rangka melaksanakan tugas

mengatur Bank agar tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan atas

keputusannya tersebut.

Kemudian Majelis Hakim berpendapat, bahwa terkait Krisis Ekonomi

yang terjadi pada tahun 2008 dimana perbuatan terdakwa yang merubah

persyaratan CAR (Capital Adequacy Racio) 8% menjadi cukup positif dan

menetapkan PT. Bank Royanmer Tbk sebagai bank gagal yang

berdampak sistemik untuk pemberian FPJP (Fasilitas Pendenaan Jangka

Pendek) dengan tujuan mencegah kondisi bank dan perekonomian negara

Indonesia hingga menjadi buruk bukanlah salah satu alasan yang kuat

karena itu hanyalah permasalahan struktural dari PT. Bank Royanmer

Tbk. itu sendiri.

Sehingga Majelis Hakim menilai bahwa berdasarkan pertimbangan

tersebut keberatan poin Ke 3 angka I ditolak.

1. Kesalahan Penggunaan Undang-undang dalam dakwaan.

Menimbang, bahwa mengenai keberatan poin ketiga bagian dua,

Majelis Hakim sependapat dengan penuntut umum bahwa mengenai

penerapan Undang-undang No. 25 Tahun 2003 yang tergolong sebagai

Undang-undang lama karena sudah berlakunya Undang-undang No. 8

Tahun 2010 sebagai Undang-undang yang baru telah sesuai, mengacu

pada Pasal 95 Undang-undang No. 8 Tahun 2010, yang berbunyi: “Tindak

Pidana Pencucian Uang yang dilakukan sebelum berlakunya Undang-

Undang ini, diperiksa dan diputus dengan Undang-Undang Nomor 15

Halaman 55 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan

atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana

Pencucian Uang”. Dan juga mengacu pada pasal 1 ayat (2) KUHP, yang

berbunyi : “Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah

perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang

paling menguntungkannya”. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut maka

dalam hal ini Undang-undang No 25 Tahun 2003 lebih menguntungkan bagi

terdakwa dibanding Undang-undang No. 8 Tahun 2010.

Kemudian Majelis Hakim berpendapat, bahwa dalam kewenangan

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dalam menuntut tindak pidana

pencucian uang memang tidak dijelaskan secara ekplisit dalam Pasal 74

Undang-undang No. 8 Tahun 2010 yang berbunyi: “Penyidikan tindak

pidana Pencucian Uang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal sesuai

dengan ketentuan hukum acara dan ketentuan peraturan perundang-

undangan, kecuali ditentukan lain menurut Undang-Undang ini.” Namun

mengacu pada Pasal 6 huruf b Undang-undang No. 46 Tahun 2009 yang

menyatakan bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berwenang

memeriksa, mengadili, dan memutus perkara tindak pidana pencucian uang

yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi. Berdasarkan

pasal tersebut secara mutatis mutandis, selain KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi) dapat melakukan penyidikan terhadap tindak

pidana pencucian uang secara tidak langsung KPK (Komisi Pemberantasan

Korupsi) juga berwenang dalam menuntut tindak pidana pencucian uang.

Dan apabila KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) melakukan Penyidikan

dan Penuntutan secara terpisah akan timbul ketidak efektifitas dalam

penegakkan hukumnya.

Halaman 56 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Maka berdasarkan pertimbangan tersebut, keberatan poin ketiga

angka II ditolak.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,

maka keberatan Terdakwa/Penasihat Hukum Terdakwa ini haruslah

dinyatakan tidak diterima.

Menimbang, bahwa oleh karena keberatan Terdakwa/Penasihat

Hukum Terdakwa tidak diterima, maka pemeriksaan perkara ini harus

dilanjutkan.

Memperhatikan, Pasal 156 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-

undangan lain yang bersangkutan.

Halaman 57 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


M E N G A D I L I

1. Menolak keberatan Penasehat Hukum Terdakwa seluruhnya.

2. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

berwenang mengadili perkara Aquo.

3. Memerintahkan Penuntut Umum untuk melanjutkan pemeriksaan perkara

Tindak Pidana Korupsi Nomor Reg : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus

atas nama Terdakwa : H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA

tersebut diatas.

4. Memerintahkan penuntut Umum untuk menghadirkan Terdakwa berikut

saksi-saksi pada hari persidangan selanjutnya.

5. Menangguhkan pembebanan biaya yang timbul dalam perkara ini hingga

putusan akhir.

Demikian diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada hari : Rabu,

16 Maret 2011 oleh kami DR. RIZA AZIKIN, S.H., M.H sebagai Hakim

Ketua , BUDIANA SYARIF, S.H., M.H, AGUSTINA YUNIAR, S.H., M.H.,

RAGILIA ULHAJ, S.H., M.H., dan RAY KURNIAWAN, S.H.,M.H., masing-

masing Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri

Jakarta Pusat sebagai Hakim Anggota, putusan yang mana diucapkan

Halaman 58 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


pada hari itu juga dalam sidang yang terbuka untuk umum oleh kami DR.

RIZA AZIKIN, S.H., M.H selaku Hakim Ketua Majelis, didampingi oleh

Hakim-Hakim Anggota tersebut di atas, dibantu oleh HARFIANTI, S.H.

selaku Panitera Pengganti, dihadiri oleh FENDI SETIAWAN NTAKI, S.H.,

M.H., dan INNAYAH MAGHFIRAH PATOLA, S.H., M.H., Selaku Jaksa

Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi dan dihadapan

Terdakwa H. ROLLAN PRATAMA, S.Ip., M.Si Alias TAMA serta

Penasehat Hukumnya REYNALDI HASLIM, S.H., L.L.M., HARTANTY

IMRAN, S.H., L.L.M., dan KEKA TRISNA AL SAPUTRI, S.H.,L.L.M.

Hakim- Hakim Anggota, Hakim Ketua,

I. BUDIANA SYARIF, S.H., M.H. DR. RIZA AZIKIN, S.H., M.H

II. AGUSTINA YUNIAR, S.H., M.H.

III. RAGILIA ULHAJ, S.H., M.H.

IV. RAY KURNIAWAN, S.H.,M.H.

Panitera Pengganti

HARFIANTI, S.H.

Halaman 59 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus


Halaman 60 dari 78 Putusan No.Register : 038/Pid.Sus-TPK/2011/PN.Jak.Pus

Anda mungkin juga menyukai