Anda di halaman 1dari 9

JGK-vol.7, no.

14 2015
Pengaruh Latihan Aerobik Intensitas Sedang Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Desa Langensari Kabupaten Semarang

Laily Kurniasari*, Faridah Aini*, Zumrotul Choiriyyah*


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES NGUDI WALUYO

ABSTRAK

Latihan aerobik intensitas sedang adalah latihan dengan gerakan yang dapat memompa
oksigen dan meningkatkan denyut jantung dengan batasan VO2 60-70% dan MHR 50-70%. Latihan
aerobik intensitas sedang akan mengaktifkan otot yang tidak disertai dengan peningkatan kadar
insulin. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh latihan aerobik intensitas sedang terhadap
kadar glukosa darah pada diabetes mellitus tipe 2 di desa Langensari Kabupatan Semarang.
Desain penelitian ini Quasi Experimental Design dengan desain eksperimen Non Equivalent
Control Group Design. Populasi yang diteliti semua pasien diabetes tipe 2 di Desa Langensari.
Jumlah sampel sebanyak 40 responden yang dibagi dalam kelompok kontrol dan intervensi, latihan
dengan durasi 37 menit selama seminggu sebanyak tiga kali. Pengambilan sampel dengan
Purporsive Sampling dan alat pengumpul data dengan Glukometer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh latihan aerobik intensitas sedang terhadap
kadar glukosa darah pada diabetes melitus tipe 2 di desa Langensari Kabupatan Semarang. Hal
tersebut terlihat dari nilai p value sebesar 0,000 (α=0,05). Selisih rata-rata kadar glukosa darah
kelompok intervensi turun sebesar 21,06 mg/dl dan kelompok kontrol naik sebesar 4,43 mg/dl.
Latihan aerobik intensitas sedang dapat digunakan sebagai pengobatan nonfarmakologi dalam
penatalaksanaan diabetes tipe 2 dalam mengontrol kadar glukosa darah. Penelitian lebih lanjut dapat
mengontrol faktor yang mempengaruhi gula darah, yaitu: aktivitas dan diet.

Kata kunci : latihan aerobik intensitas sedang, kadar glukosa darah, pasien diabetes tipe 2.

Jurnal Gizi dan Kesehatan 45


JGK-vol.7, no.14 2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah aerobik termasuk bersepeda, menari, jogging,
Prevalensi DM di seluruh dunia sangat lompat tali, berjalan lewat tangga, berenang,
bervariasi. Jumlah penderita diabetes di dan berjalan (Sarwono, 2012).
seluruh dunia saat ini diperkirakan menjadi Kelebihan latihan aerobik salah satunya
sekitar 190 juta. Pada tahun 2025 meningkat gerakannya mudah dan ada beberapa jenis
menjadi lebih dari 330 juta, dengan mayoritas dari aerobik merupakan aktivitas sehari-hari.
kasus menjadi diabetes tipe 2 (Sudoyo A., Selain menurunkan glukosa darah aerobik
2009). dapat menurunkan tingkat stres, mengurangi
Prevalensi penderita Diabetes Melitus di resiko gagal jantung, dan mengurangi resiko
Indonesia juga mengalami kenaikan, WHO stroke. Kekurangan dari aerobik jika
memprediksikan Indonesia akan mengalami penggunaannya tidak terkendali akan
kenaikan jumlah penderita DM sebesar 12,9 menyebabkan peningkatan nonepinefrin
juta jiwa selama 30 tahun ke depan (2000- sebesar 800 kali sehingga menyebabkan
2030). Khusus penderita DM tipe 2 peningkatan tekanan darah, efek yang
mengalami kenaikan 7,1 juta jiwa selama 10 dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24
tahun yang lalu (2000-2010) (Sudoyo A., jam hilang, oleh karena itu untuk memperoleh
2009). efek tersebut latihan jasmani perlu dilakukan
Komplikasi yang dapat di timbulkan dari seminggu 3 kali (Sidartawan, 2013).
Diabetes Mellitus yang pertama adalah Intensitas latihan aerobik dibagi menjadi 3,
komplikasi akut yang meliputi hipoglikemi, yaitu intensitas rendah, intensitas sedang
diabetes ketoasidosis, dan sindrom (Moderate Intensity Aerobic Exercise), dan
hiperglikemi hiperosmolar nonketotik. intensitas tinggi (Vigorous Intensity Aerobic
Komplikasi jangka panjang yang di timbulkan Exercise). Intensitas rendah mencapai VO2
meliputi penyakit makrovaskuler, penyakit max 40%, intensitas sedang 50% -70% MHR
mikrovaskuler, dan neuropati (Smeltzer & dan 60% - 70% VO2max, sedangkam
Bare, 2002). intensitas tinggi >70% MHR dan 80%
Upaya untuk megelola DM tipe 2, yaitu VO2max (Harahap 2008). MHR adalah
dengan perencanaan makanan, latihan Maximum Heart Rate yang di dapat dengan
jasmani, obat hipoglikemik, dan penyuluhan. cara 220 – Umur, VO2 adalah volume
Secara garis besar, semua tindakan yang dapat maksimal O2 yang diproses oleh tubuh
dilakukan dalam usaha mengendalikan kadar manusia pada saat melakukan kegiatan yang
glukosa darah pada pasien DM tipe 2. intensif, VO2Maxnya adalah : Jarak yang
Perencanaan makanan dengan diet ditempuh dalam meter – 504.9) / 44.73
karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, dan (Sidartawan, 2013).
lemak 20-25%. Latihan jasmani secara teratur Sedangkan pada penelitian yang dilakukan
sangat di anjurkan (3-4x seminggu) selama oleh Sakamaoto, latihan dengan intensitas
kurang lebih 30 menit. Sedapat mungkin sedang dapat menurunkan kadar glukosa
mencapai zona sasaran 75-85% denyut nadi darah. Penurunan kadar glukosa darah ini
maksimal (220-usia), disesuaikan dengan berhubungan dengan peningkatan glukosa
kemampuan dan penyakit penyerta (Sarwono, transporter karena simulasi oleh hormon
2012). insulin. Pada latihan dengan intensitas sedang
Jenis latihan jasmani untuk penderita DM dapat menurunkan tingkat glukosa darah lebih
bermacam-macam seperti aerobik, yoga, dan besar dari pada latihan dengan intensitas
thai chi, berdasarkan penelitian dari ke tiga tinggi. Pada penelitiannya hanya berdasarkan
jenis latihan yang di anjurkan aerobik pada MHR (60%).
memiliki rata-rata penurunan glukosa darah Dari hasil studi pendahuluan yang
paling tinggi. Latihan jasmani aerobik dilakukan peneliti pada tanggal 9 sampai 11
membuat insulin bekerja lebih keras dan cepat Oktober 2013 di Puskesmas Ungaran
dan mengurangi lemak tubuh. Olahraga didapatkan prevalensi DM tipe 2 tertinggi di
Jurnal Gizi dan Kesehatan 46
JGK-vol.7, no.14 2015
Desa Langensari dengan jumlah 65 pasien mengunakan Non Equivalent Control Group
pada 6 bulan terakhir dan terjadi peningkatan Design.
dari bulan ke bulan selama 6 bulan terakhir, Populasi dalam penelitian ini adalah semua
dari hasil pemeriksaan glukosa darah pada 15 pasien DM tipe 2 yang terdaftar di Puskesmas
pasien DM tipe 2 di desa Langensari, Ungaran di desa Langensari yang berjumlah
didapatkan rata-rata 14 dari 15 pasien sudah 65 orang yang dihitung sejak bulan April
mengalami DM tipe 2 kurang lebih 6 tahun, sampai September 2013.
dan 1 pasien mengatakan lupa berapa lama Metode pengambilan sampel dalam
menderita DM tipe 2. penelitian ini adalah pengambilan sampel
Untuk mengendalikan glukosa darah Purposive Sampling di dasarkan suatu
dengan diet DM, dari 15 pasien 6 diantaranya pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
mengatakan memperhatikan diet makanannya peneliti sendiri, berdasarkan cirri atau sifat-
dan sisanya tidak peduli dengan dietnya, sifat populasi yang sudah diketahui
sedangkan yang meminum obat hipoglikemik sebelumnya (Notoatmojo, 2010).
oral 3 dari 15 meminumnya, dengan 2 pasien Penelitian ini telah dilakukan di Desa
secara teratur dan 1 pasien meminumnya Langensari pada tanggal 7 sampai 15 Februari
karena sisa obat dari hasil pemeriksaan saat 2014. Peneliti memilih desa Langensari
glukosa darahnya tinggi. Kabupaten Semarang.
Pengendalian glukosa darah dengan latihan
fisik, 4 dari 15 melakukannya dengan rata-
rata frekuensi 2 kali seminggu dengan jenis HASIL PENELITIAN
latihan aerobik bersepeda dan jogging. Untuk Tabel 1 Distribusi Frekuensi Ber-dasarkan
mengetahui kadar glukosa darah 3 dari 15 Kadar Glukosa Darah Sebelum
melakukan control secara teratur dan sisanya Diberikan Latihan Aerobik Intensitas
mencari bantuan balai kesehatan saat ada Sedang pada Kelompok Intervensi
keluhan-keluhan. dan Kontrol pada pasien DM tipe 2
Mean Std Deviasi Min Max
Dari pemeriksaan kadar glukosa darah saat Kelompok n
(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
wawancara, 4 pasien yang melakukan olah Intervensi 18 182,67 15,755 152 211
raga teratur 2 kali seminggu memiliki rata- Kontrol 19 183,74 19,618 146 210
rata kadar glukosa darah 117,2 mg/dl dan 11 Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
pasien yang tidak melakukan latihan jasmani bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata
memiliki rata-rata kadar glukosa 178,4 mg/dl. kadar glukosa darah responden sebelum
Melihat hasil wawancara diatas, lebih dari diberikan latihan aerobik intensitas sedang
sebagian pasien yang mengalami DM tipe 2 sebesar 182,67 ± 15,755 mg/dl dengan kadar
tidak memperhatikan diet, tidak rajin kontrol, glukosa darah minimum 152 mg/dl dan
dan tidak melakukan aktivitas fisik secara maksimum 211 mg/dl. Sedangkan pada
teratur. kelompok kontrol memiliki rata-rata 183,74 ±
Berdasarkan fenomena - fenomena diatas, 19,618 mg/dl dengan kadar glukosa darah
maka penelitian ini bertujuan untuk minimum 146 mg/dl dan maksimum 210
mengetahui pengaruh Latihan aerobik mg/dl.
Intensitas Sedang terhadap glukosa darah
pada pasien DM tipe 2 sehingga penelitian Tabel.2 Distribusi Frekuensi Berda-sarkan
yang dihasilkan dapat dijadikan landasan Kadar Glukosa Darah Sesudah
dalam memberikan asuhan keperawatan bagi Diberikan Latihan Aerobik Intensitas
pasien DM tipe 2. Sedang pada Kelompok Intervensi
dan Kontrol pada pasien DM tipe 2
Std
METODE PENELITIAN Kelompok n
Mean
Deviasi
Min Max
Desain penelitian yang digunakan (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
(mg/dl)
peneliti adalah rancangan eksperimen semu Intervensi 18 161,61 18,977 134 198
Kontrol 19 188,16 20,015 152 216
(Quasi Eksperiment), yaitu dengan
Jurnal Gizi dan Kesehatan 47
JGK-vol.7, no.14 2015
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui Kadar Sebelum 19 183,74 19,618
Glukosa -2,820 0,011
bahwa sesudah diberikan latihan aerobik Darah Sesudah 19 188,16 20,015
intensitas sedang pada kelompok intervensi,
rata-rata kadar glukosa darah responden Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui
sebesar 161,61 ± 18,977 mg/dl dengan kadar
bahwa pada kelompok kontrol, rata-rata kadar
glukosa darah minimum 134 mg/dl dan glukosa darah responden sebelum perlakuan
maksimum 198 mg/dl. Sedangkan pada sebesar 183,74 mg/dl, setelah perlakuan
kelompok kontrol setelah perlakuan memiliki meningkat menjadi 188,74 mg/dl.
rata-rata 188,16 ± 20,015 mg/dl dengan kadar
glukosa darah minimum 152 mg/dl dan Tabel 6 Perbedaan Kadar Glukosa Darah
maksimum 216 mg/dl. Sesudah Pemberian Latihan Aerobik
Intensitas Sedang antara Kelompok
Tabel 3 Uji Kesetaraan Kadar Glukosa Darah Intervensi dan Kontrol pada
Sebelum Perlakuan antara Kelompok
Penderita DM Tipe 2
Intervensi dan Kontrol pada Pasien P
Variabel Kelompok n Mean SD t
DM tipe 2 value
P Kadar Intervensi 18 161,61 18,977 -4,135 0,000
Variabel Kelompok n Mean SD t Glukosa Kontrol 19 188,16 20,015
value
Darah
Kadar Intervensi 18 182,67 15,755 -0,182 0,856
Glukosa Kontrol 19 183,74 19,618 Berdasarkan tabel 6, rata-rata kadar
Darah
glukosa darah responden kelompok intervensi
Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui sesudah pemberian latihan aerobik intensitas
bahwa sebelum diberikan perlakuan, rata-rata sedang sebesar 161,61 mg/dl, sedangkan pada
kadar glukosa darah responden kelompok kelompok kontrol yang tidak diberikan
intervensi sebesar 182,67 mg/dl, sedangkan perlakuan sebesar 188,16 mg/dl.
pada kelompok kontrol tidak jauh berbeda,
yaitu sebesar 183,74 mg/dl. PEMBAHASAN
Tabel 4 Perbedaan Kadar Glukosa Darah
Sebelum dan Sesudah Diberikan 1. Gambaran Kadar Glukosa Darah
Latihan Aerobik Intensitas Sedang Sebelum Dilakukan Latihan Aerobik
pada Kelompok Intervensi pada Intensitas Sedang pada Kelompok
Pasien DM tipe 2 Intervensi dan Kontrol di Desa
P
Langensari Kabupaten Semarang.
Variabel Perlakuan n Mean SD t
value Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
Kadar Sebelum 18 182,67 15,755 kelompok intervensi dengan jumlah
Glukosa 5,058 0,000
Darah Sesudah 18 161,61 18,977 responden 18 di Desa Langensari Kabupaten
Semarang, didapatkan rata-rata kadar glukosa
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui darah responden sebelum diberikan latihan
bahwa pada kelompok intervensi, rata-rata aerobik intensitas sedang sebesar 182,67
kadar glukosa darah responden sebelum mg/dl dengan standar deviasi 15,755 mg/dl,
diberikan latihan aerobik intensitas sedang kadar glukosa darah minimum 152 mg/dl dan
sebesar 182,67 mg/dl, setelah diberikan maksimum 211 mg/dl. Sedangkan pada
latihan aerobik intensitas sedang berkurang kelompok kontrol dengan jumlah responden
menjadi 161,61 mg/dl. 19 di Desa Langensari Kabupaten Semarang,
memiliki rata-rata 183,74 mg/dl dengan
Tabel 5 Perbedaan Kadar Glukosa Darah standar deviasi 19,618 mg/dl, kadar glukosa
Sebelum dan Sesudah Perlakuan darah minimum 146 mg/dl dan maksimum
pada Kelompok Kontrol pada Pasien 210 mg/dl.
DM tipe 2 Penderita diabetes mellitus tipe 2 memiliki
P kadar glukosa tinggi karena kelainan pada
Variabel Perlakuan n Mean SD t
value insulin yang tidak sensitive pada reseptor

Jurnal Gizi dan Kesehatan 48


JGK-vol.7, no.14 2015
sehingga glukosa tidak dapat masuk dalam sel memiliki penyakit gula (diabetes mellitus),
dan tetap ada dalam darah. Hal ini sesuai kemudian hanya 2 yang mengatakan rajin
dengan penelitian pengertian diabetes berolahraga dengan bersepeda dan lari pagi.
mellitus. Faktor kurang latihan dan herediter sangat
Kadar glukosa pada penderita diabetes berpengaruh dalam hal ini, tetapi faktor
mellitus tipe 2 di Desa Langensari tinggi latihan dapat diubah.
karena berdasarkan hasil wawancara dari 15 Pasien di Desa Leyangan Kabupaten
penderita didapatkan bahwa 9 diantaranya Semarang pada kelompok intervensi
tidak memperhatikan dietnya, padahal diet didapatkan rata-rata kadar glukosa darah
merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan responden sebelum diberikan latihan aerobik
diabetes mellitus, dengan diet yang tidak intensitas sedang sebesar 182,67 mg/dl dan
sesuai aturan akan meningkatkan timbunan pada kelompok kontrol memiliki rata-rata
lemak yang akan memperparah kadar glukosa darah sebesar 183,74 mg/dl, hal
ketidaksensivitasan insulin, hal ini yang akan ini dapat di kategorikan pengendalian buruk.
memicu peningkatan kadar glukosa darah. Pada pasien diabetes mellitus terjadi resistensi
Berdasarkan hasil wawancara dengan insulin yang menyebabkan glukosa banyak
responden, 11 dari 15 responden mengatakan beredar dalam darah dan insulin tidak bisa
bahwa mereka tidak membatasi makan, salah efektif dalam memfasilitasi glukosa masuk
satunya nasi, padahal nasi akan dipecah dalam sel.
menjadi glukosa yang akan masuk ke dalam Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
sistem pencernaan yang akan terbawa oleh Desa Langensari Kabupaten Semarang
aliran darah. Pada orang diabetes mellitus sebagian besar mengabaikannya dan tidak
glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke melakukan pengobatan farmakologis atau
dalam sel karena kekurang sensivitasan nonfarmakologis untuk mengendalikan kadar
reseptor, hal ini bisa meningkatkan kadar glukosa darah tetap dalam ambang normal,
glukosa di dalam sirkulasi darah atau biasa hal tersebut terbuktiolah hasil wawancara dari
disebut hiperglikemi, tetapi penderita diabetes 15 responden mengatakan bahwa hanya 3
mellitus tipe 2 tidak hanya hiperglikemi tetapi yang melakukan kontrol teratur, 12 lainnya
bisa saja terjadi hipoglikemi, saat hipoglikemi periksa hanya jika ada keluhan.
terjadi sel alfa akan bertanggung jawab
dengan meningkatkan kadar glukosa darah. 2. Gambaran Kadar Glukosa Darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan Setelah Dilakukan Latihan Aerobik
balik negatif untuk mempertahankan Intensitas Sedang pada Kelompok
keseimbangan di dalam tubuh. level glukosa Intervensi dan Kontrol di Desa
di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila Langensari Kabupaten Semarang.
konsentrasi glukosa menurun, karena Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dikonsumsi untuk memenehi kebutuhan sesudah diberikan latihan aerobik intensitas
energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, sedang pada kelompok intervensi dengan
hormon yang menargetkan sel-sel di lever jumlah responden 18 di Desa Langensari
(hati). Kemudian sel-sel ini mengubah Kabupaten Semarang, rata-rata kadar glukosa
glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut darah responden sebesar 161,61 mg/dl dengan
glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam standar deviasi sebesar 18,977 mg/dl, kadar
aliran darah, hingga meningkatkan level gula glukosa darah minimum 134 mg/dl dan
darah. maksimum 198 mg/dl. Sedangkan pada
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa kelompok kontrol dengan jumlah responden
darah bervariasi, dalam hasil wawancara pada 19 di Desa Langensari Kabupaten Semarang
10 responden kelompok kontrol dan setelah perlakuan memiliki rata-rata kadar
intervensi di Desa Langensari Kabupaten glukosa darah 188,16 mg/dl dengan standar
Semarang yang berjumlah 7 mengatakan deviasi 20,015 mg/dl, kadar glukosa darah
bahwa orang tua atau nenek-kakek responden
Jurnal Gizi dan Kesehatan 49
JGK-vol.7, no.14 2015
minimum 152 mg/dl dan maksimum 216 sekresi insulin oleh sel beta sehingga pada
mg/dl. tahap inilah kadar glukosa mulai turun.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan Berdasarkan hasil wawancara mengatakan
pendekatan non farmakologi, yaitu berupa bahwa 15 pasien 6 diantaranya mengatakan
pemberian edukasi, perencanaan memperhatikan diet makanannya dan sisanya
makanan/terapi nutrisi medis, kegiatan tidak peduli dengan dietnya, diet sangat
jasmani dan penurunan berat badan bila berpengaruh dan berperan besar bagi kadar
didapat berat badan lebih atau obesitas. Bila glukosa penderita diabetes mellitus tipe 2.
dengan langkah-langkah pendekatan non Pada pasien diabetes mellitus kelompok
farmakologi tersebut belum mampu mencapai kontrol di Desa Langensari Kabupaten
sasaran pengendalian DM belum tercapai, Semarang di dapatkan rata-rata kadar glukosa
maka dilanjutkan dengan penggunaan perlu pretest sebesar 183,74 mg/dl dan posttest
penambahan terapi medikamentosa atau sebesar 188,16 mg/dl, dengan demikian ada
intervensi farmakologi disamping tetap peningkatan sedikit pada kelompok kontrol,
melakukan pangaturan makan dan aktivitas hal ini di sebabkan oleh variabel yang tidak
fisik yang sesuai (Sudoyo A., 2009). bisa dikendalikan oleh peneliti yaitu diet.
Pasien diabetes mellitus tipe 2 di Desa
Langensari Kabupaten Semarang pada 3. Perbedaan Kadar Glukosa Darah
kelompok intervensi dilakukan latihan Sebelum dan Setelah Dilakukan Latihan
aerobik intensitas sedang sebanyak tiga kali Aerobik Intensitas Sedang pada
dalam seminggu yang dilakukan di pagi hari Kelompok Intervensi di Desa
di rumah masing-masing dengan durasi Langensari Kabupaten Semarang.
sekitar 37 menit mulai dari tanggal 7 sampai Hasil penelitian menunjukkan bahwa
15 Februari 2014. Latihan aerobik intensitas bahwa pada kelompok intervensi dengan
sedang yang dilakukan memiliki gerakan- responden sejumlah 18 di Desa Langensari
gerakan yang bertujuan untuk dapat Kabupaten Semarang, rata-rata kadar glukosa
menurunkan kadar glukosa darah. darah responden sebelum diberikan latihan
Program latihan yang diberikan pada pada aerobik intensitas sedang sebesar 182,67
responden kelompok intervensi di Desa mg/dl, setelah diberikan latihan aerobik
Langensari Kabupaten Semarang dikenal intensitas sedang berkurang menjadi 161,61
dengan CRIPE (Continuous, Rhytmical, mg/dl dan selisih kadar glukosa darah turun
Interval, Progressive, dan Endurance) yaitu sebesar 21,06 mg/dl.
melakukan latihan 37 menit, 3 kali per Kadar glukosa sebelum latihan tinggi
minggu, latihan aerobik intensitas sedang karena terjadinya hiperglikemi akibat
dapat menurunkan kadar glukosa darah gangguan resistensi insulin (kerja insulin di
dengan cara membuka jala-jala kapiler perifer) dan gangguan pada sekresi insulin,
sehingga reseptor akan semakin sensitive tingginya kadar glukosa sebelum latihan juga
terhadap insulin. disebabkan karena ketidakmauan dan
Latihan aerobik intensitas sedang pada ketidakmampuan responden dalam
kelompok intervensi dilakukan dengan mengontrol kadar glukosa darah, selain itu
jogging dengan jarak yang telah ditentukan sedikit dari mereka yang mengetahui bahwa
sesuai dengan VO2 dan MHR responden latihan fisik dapat menurunkan kadar glukosa
kelompok intervensi, pada saat responden darah.
melakukan jogging akan mengaktifkan otot- Penurunan kadar glukosa darah pada
otot sehingga kebutuhan oksigen dan glukosa penelitian ini memiliki rata-rata sebesar 21,06
akan meningkat setelah beberapa menit awal. mg/dl, hal ini serupa dengan penelitian M.
Saat responden dalam keadaan latihan, Zuhal Purnomo (2004) bahwa ada pengaruh
kebutuhan glukosa akan meningkat disertai olah raga terhadap penurunan gula darah pada
kenaikan sensivitas insulin tanpa peningkatan NIDDM di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD
Kabupaten Kudus, terjadi penurunan sebesar
Jurnal Gizi dan Kesehatan 50
JGK-vol.7, no.14 2015
17,30 mg/dl setelah dilakukan olah raga aerobik intensitas sedang yang ke dua, hal ini
dengan durasi 45 menit. dikarenakan banyak faktor, misalnya dari diet
Saat kelompok intervensi melakukan responden yang tidak bisa dikendalikan oleh
latihan aerobik intensits sedang, maka akan peneliti, kebanyakan responden saat
terjadi peningkatan pengambilan oksigen, diwawancara mengaku tidak memperhatikan
kemudian juga akan terjadi peningkatan aliran dietnya karena selama ini tidak ada keluhan-
darah yang akan mengakibatkan peningakatan keluhan yang dirasakan.
pembukaan jala - jala kapiler sehingga banyak Kelompok intervensi berjumlah 20
reseptor yang akitf. responden, satu responden saat diperiksa
Pada kelompok intervens di Desa kadar glukosa darahnya sebelum latihan
Langensari Kabupaten Semarang saat sebesar 275 mg/dl, dan satu responden lagi
diberikan latihan sangat diperhatikan VO2 tidak ada dirumah saat akan diberikan
dan MHRnya karena melihat peningkatan intervensi sehingga di drop out, dan
kebutuhan oksigen dan peningkatan curah kelompok intervensi berjumlah akhir 18
jantung, pada latihan yang dilakukan tanggal responden.
7-15 Februari 2014 responden berada dalam Pada saat kelompok intervensi melakukan
interval 60-70 % dari VO2 maksimal dan 50- latihan aerobik intensitas sedang, akan
70% dari MHR maksimal, hal ini ditunjukkan mengaktifkan otot responden kelompok
agar menghindari dampak yang tidak intervensi, walaupun kebutuhan otot terhadap
diinginkan. glukosa meningkat, tidak disertai dengan
Pada kriteria eksklusi peneliti salah peningkatan kadar insulin. Hal ini disebabkan
satunya mencantumkan responden dengan oleh meningkatnya kepekaan reseptor insulin
kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl, hal di otot dan bertambahnya jumlah reseptor
ini karena latihan jasmani akan menyebabkan insulin yang aktif pada waktu berolahraga.
terjadinya peningkatan kadar glukosa darah
dan benda keton yang dapat berakibat fatal 4. Perbedaan Kadar Glukosa Darah
pada pasien dengan kadar glukosa darah tak Sebelum dan Setelah Dilakukan Latihan
terkontrol. Satu penelitian mendapati bahwa Aerobik Intensitas Sedang pada
pada kadar glukosa darah sekitar 332 mg/dl Kelompok Kontrol di Desa Langensari
bila tetap melakukan latihan jasmani, akan Kabupaten Semarang.
berbahaya bagi yang bersangkutan. Jadi Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
sebaiknya, bila ingin melakukan latihan kelompok kontrol sejumlah 19 responden di
jasmani, seseorang diabetisi harus mempunyai desa Langensari Kabupaten Semarang, rata-
kadar glukosa darah tak lebih dari 250 mg/dl. rata kadar glukosa darah responden sebelum
Latihan Aerobik dengan intensitas sedang perlakuan sebesar 183,74 mg/dl, setelah
dilakukan pada 20 responden oleh peneliti perlakuan meningkat menjadi 188,74 mg/dl.
selama seminggu sebanyak 3 kali dengan Kadar glukosa darah orang yang menderita
durasi 37 menit setiap latihan di Desa diabetes mellitus tipe 2 akan tetap bersirkulasi
Langensari Kabupaten Ungaran pada pasien di pembuluh darah karena tidak dapat masuk
dengan Diabetes Melitus tipe 2, latihan ke dalam sel dan disimpan oleh hati, lemak,
dilakukan pagi hari karena responden belum dan otot, sehingga dapat mengganggu
banyak melakukan aktifitas dengan metabolism dalam tubuh.
memeriksa kadar glukosa darahnya terlebih Pada pengelolaan diabetes ada 4 pilar salah
dahulu untuk memastikan kadar glukosa di satunya terapi gizi medis pada diabetes tipe 2
atas 100 mg/dl dan dibawah 250 mg/dl. Hasil hendaknya pada pengendalian glukosa, lipid,
ahir hanya 18 responden karena 2 lainnya dan hipertensi.. Diet dengan kalori rendah,
mengalami drop out. pada umumnya tidak efektif untuk mencapai
Responden yang mengalami drop out penurunan berat badan jangka lama, dalam
karena kadar glukosa darah mereka diatas 250 hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet
mg/dl (257 mg/dl) saat akan diberikan latihan adalah pada pengendalian glukosa dan lipid.
Jurnal Gizi dan Kesehatan 51
JGK-vol.7, no.14 2015
Namun demikian pada sebagian individu jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih
penurunan berat badan dapat juga dicapai dan banyak reseptor insulin yang tersedia dan
dipertahankan. Perencanaan makan aktif.
hendaknya dengan kandungan zat gizi yang
cukup dan disertai pengurangan total lemak SIMPULAN
terutama lemak jenuh (Perkumpulan 1. Kadar glukosa darah kelompok intervensi
Endokrinologi Indonesia). sebelum dilakukan latihan aerobik
intensitas sedang 182,67 mg/dl dan
setelah perlakuan 161,61 mg/dl.
2. Kadar glukosa darah kelompok kontrol
5. Pengaruh Latihan Aerobik Intesitas sebelum dilakukan latihan aerobik
Sedang terhadap Kadar Glukosa intensitas sedang 183,74 mg/dl dan
Darah pada Pasien Diabetes Melitus posttest 188,16 mg/dl.
tipe 2 di Desa Langensari Kabupaten 3. Ada perbedaan kadar glukosa darah
Semarang. sebelum dan setelah latihan aerobik
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan intensitas sedang pada kelompok
rata-rata kadar glukosa darah responden intervensi perubahan rata-rata kadar
kelompok intervensi sesudah pemberian glukosa darah dari 182,67 mg/dl menjadi
latihan aerobik intensitas sedang sebesar 161,61 mg/dl dengan selisih 21,06 mg/dl
161,61 mg/dl, sedangkan pada kelompok dengan p value 0,000.
kontrol yang tidak diberikan perlakuan 4. Ada perbedaan kadar glukosa darah
sebesar 188,16 mg/dl, dengan selisih rata-rata sebelum dan setelah latihan aerobik
penurunan sebesar 21,04 mg/dl. intensitas sedang (latihan pada kelompok
Peningkatan sensivitas insulin pada saat intervensi) pada kelompok kontrol dengan
berolahraga. Pada waktu berolahraga blood perubahan rata-rata kadar glukosa darah
flow akan meningkat, ini menyebabkan lebih dari 183,74 mg/dl menjadi 188,16 mg/dl
banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga dengan selisih 4,42 mg/dl dengan p value
lebih banyak reseptor insulin yang tersedia 0,011.
dan aktif. Olahraga secara terkendali sesuai 5. Ada pengaruh latihan aerobik intensitas
MHR dan VO2 maksimal akan menyebabkan sedang terhadap kadar glukosa darah
peningkatan sekresi katekolamin, sedangkan dengan rata-rata kadar glukosa pada
jika tidak sesuai dengan interval MHR dan kelompok intervensi sebesar 161,61 mg/dl
VO2 maksimal akan terjadi peningkatan dan pada kelompok kontrol sebesar
nonepinefrin sebesar 800 kali, akibat 188,16 mg/dl dengan selisih 26,55 mg/dl
peningkatan ini akan menyebabkan dengan p value 0,000.
peningkatan tekanan darah dan frekuensi
denyut jantung, selanjutnya dapat terjadi
mikroangiopati, selain itu akan terjadi
peningkatan kadar kortisol lebih cepat
(Suyono S., 2013).
Dari data hasil penelitian di desa
Langensari Kabupaten Semarang
menunjukkan bahwa latihan aerobik intensitas
sedang memilik pengaruh terhadap kadar
glukosa darah pada pasien diabetes mellitus
tipe 2. Hasil penelitian ini sejalan dengan
teori yang menyebutkan bahwa peningkatan
sensivitas insulin pada saat berolahraga, pada
waktu berolahraga blood flow akan
meningkat, ini menyebabkan lebih banyak
Jurnal Gizi dan Kesehatan 52
JGK-vol.7, no.14 2015

DAFTAR PUSTAKA
Fahey, H. (2005). Weight Training Basics.
New Yersey: Humana Press Inc. Smeltzer, C. S., & Bare, B. G. (2002). Buku
Gilang, M., dkk. (2007). Pendidikan Jasmani, Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Olah Raga, dan Kesehatan. Jakarta: Brunner & Suddart alih bahasa Waluyo
Ganesa Exact. A, Ester M Edisi 8. Jakarta: EGC.
Goldman, Ausellio. (2008). Cecil Medicine. Soegondo, S., Pradana, Imam S., (2013).
Edisi XXIII. Louis: Elsvier.Inc. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2007). Buku Terpadu. Edisi II. Jakarta :Departemen
Ajar Fisiologi Kedokteran Alih Bahasa Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Irawati. Jakarta: EGC. Sudoyo, A. W, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Departemen Ilmu Penyakit Dalam FIK
Cipta. UI.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Permanente, K. (2008). Healthwise Suyono, S. (2013). Penangan Diabetes
Handbook. Beth Workmen : Melitus tipe 1 dan 2. Jakarta :
ConsuclonUdave. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FIK
Price, A. S., Wilson M. L., 2006. UI
Patofisiologi Volume 2. Jakarta : EGC. Sylvia, A. P., & Lorraine, M. W. (2006).
Sarwono W., dkk. (2012). Petunjuk Praktis Konsep Klinis Proses Penyakit Alih
Bagi Penyandang Diabetes Melitus Tipe Bahasa Brahm, Huriawati, Pita
2. Edisi I. Jakarta : Fakultas Kedokteran Wulansari, Dewi Asih. Jakarta : EGC
Universitas Indonesia. Waluyo, S. (2009). Questions & Answers
Semium, Y. (2010). Kesehatan Mental. Jilid Diabetes. Jakarta : Elex Media
II Edisi V. Yogyakarta : KANISIUS Komputindo

Jurnal Gizi dan Kesehatan 53

Anda mungkin juga menyukai