Anda di halaman 1dari 42

DAFTAR ISI

Daftar

Isi ........................................................................................

.....................................1

Pendahuluan ..............................................................................

........................................2

Job I Papan Duga /

Bouwplank ................................................................................

.......14

Job II Bekisting

Kolom ......................................................................................

...............19

Job III Bekisting

Balok ......................................................................................

................23

Job IV Bekisting Pelat

Lantai .....................................................................................

......27

Job V Bekisting

Tangga ....................................................................................

...............30

Lampiran ..................................................................................

..........................................36

1
ACUAN DAN PERANCAH / FORM WORK / BEKISTING 1

Pendahuluan

A. Pengertian

Acuan dan perancah (Bekisting) adalah suatu konstruksi yang bersifat

sementara pada praktik kerja beton sesuai dengan bentuk dan ukuran yang

diinginkan. Dari namanya acuan dan perancah, terbagi menjadi dua fungsi, yaitu

fungsi acuan dan fungsi perancah. Acuan yang dimaksud adalah sebagai cetakan

atau patokan untuk ukuran maupun bentuk beton yang diinginkan, sedangkan

perancah adalah sebagai penyokong tegak dan lurusnya acuan tersebut. Acuan

dan perancah harus kuat memikul beban sendiri, berat beton basah, beban

hidup, dan beban peralatan kerja selama proses pengecoran.

Suatu konstruksi acuan dan perancah harus dapat memungkinkan melakukan

kegiatan-kegiatan:

1. Memasang atau merangkai tulangan beton.

2. Mengecat adukan beton.

3. Mudah melepaskan cetakan sehingga beton tidak rusak.

Sebuah bangunan tidak dapat berdiri dengan kuat ataupun kokoh tanpa

pembuatan bekisting yang sesuai aturan. Maka dari itu, dalam praktik acuan dan

perancah 1 ini dijelaskan tentang pedoman perancanagan dan pembuatannya.

B. Syarat-Syarat Acuan dan Perancah

Perencanaan acuan dan perancah harus dapat memenuhi persyaratan aspek

bisnis dan teknologi. Agar konstruksi dapat berfungsi dengan baik harus

memenuhi:

 Kualitas

2
1. Ukuran sesuai dengan yang diinginkan,

2. Hasil akhir permukaan beton harus baik dan benar,

3. Posisi atau letak acuan dan perancah harus sesuai dengan yang

direncanakan.

 Keamanan

1. Harus stabil tidak goyah,

2. Acuan dan perancah harus kuat menahan beban,

3. Acuan dan perancah harus kaku.

 Ekonomis

1. Mudah dikerjakan dengan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja,

2. Mudah dipasang untuk menghemat waktu,

3. Mudah dibongkar dengan tidak merusak beton.

C. Tipe-Tipe Acuan dan Perancah

Pesatnya perkembangan dan banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi agar

hasil dari suatu konstruksi baik dan ekonomis, maka saat ini tipe-tipr formwork

berkembang menjadi tiga, yaitu:

1. Formwork Konvensial/Tradisional

 Bahan dasarnya dikerjakan secara tradisional.

 Bahan acuan adalah papan.

 Bahan perancahnya adalah dolken (kayu hutan), kasau, dan bambU.

2. Formwork Semi Sistem

 Bahan dasarnya dibuat dengan sistem pabrikasi yang ukurannya sesuai

dengan bentuk beton yang diinginkan.

 Bahan acuan adalah multiplek dan plat.

 Bahan perancahnya adalah scaffolding atau baja yang dipabrikasi.

3. Formwork Full Sistem


3
 Bersifat full universal, digunakan secara berulang kali.

 Bahan acuan dan bahan perancah dirangkai secara pabrikasi.

Jenis bekisting sistem ini sudah dikenal di Indonesia, sebagai berikut:

4. Formwork Pearl

Dibuat dari kayu plywood dan profil baja. Pada selasarnya, panel formwork

ini dipakai untuk semua jenis struktur beton (kolom, dinding, plat, dan balok).

Komponennya terdiri dari:

 Balok penahan,

 Plywood,

 Pengikat melintang dari profil baja.

Keuntungan penggunaan bekisting pearl:

 Singkatnya masa konstruksi.

 Mutu permukaan beton cukup baik.

 Kebersihan proyek dapat dijaga.

 Tingkat pengulangan bahan bekinting cukup tinggi.

5. Formwork Doka

Pada dasarnya sama dengan pearl, bedanya pada balok penahannya berupa

profil tersusun. Dua-duanya mengandalkan kekuatan lem khusus.

D. Pembebanan Formwork

1. Beban Vertikal

 Beban tetap: berat sendiri formwork, baja tulangan, dan beton basah.

 Beban tidak tetap: berat peralatan, tenaga kerja, dan barang lain

diatasnya. Beban tersebut harus dapat dipikul formwork.


4
2. Beban Horizontal

Biasanya pada dinding formwork pada saat pengecoran akibat tekanan

hidrostatis dari beton basah dan gaya getar berpengaruh pada pengecoran

beton. Pada saat beton mulai mengeras, tekanan horizontal semakin

berkurang. Gaya horizontal dipengaruhi oleh:

 Mortar beton

a. Berat volume beton

b. Plastisitas mortar

c. Kecepatan pengerasan mortar

 Proses pengecoran

a. Temperatur lokasi

b. Kecepatan pengecoran

c. Cara pemadatan beton

 Formwork

a. Tinggi formwork

b. Jarak dinding formwork

c. Bentuk formwork

 Kondisi tulangan

E. Pelaksanaan Formwork

Bahan yang digunakan pada acuan dan perancah diklasifikasikan sebagai

berikut:

1. Bahan Organik

Bahan yang digunakan sebagai bahan pembuatan komponen formwork yang

dipakai dalam pencetakan komponen beto. Bahan ini dalam bentuk alami berupa

bamboo, dolken, dan galam serta bahan buatan berupa papan dan balok,

biasanya terdiri dari papan tebal 2 - 3 cm yang dirangkai dan diperkuat dengan

papan dan balok.


5
Jenis bahan organik:

1. Balok dan papan

2. Plywood

3. Hardboard

4. Papan serpih

5. Papan serat

6. Kayu lapis

7. Plywood

8. Papan buatan

6
Kelemahan pemakaian bahan ini adalah:

a. Kemampuannya terbatas untuk digunakan secara berulang.

b. Volume bahan yang banyak terbuang akibat proses penggergajian.

c. Perlu tenaga yang cukup terampil dalam pembuatan bekisting.

Kelebihan pemakaian bahan tersebut adalah:

a. Kualitas seragam.

b. Tidak mudah retak.

c. Dapat digunakan berulang-berulang dan tidak mudah menyusut atau

mengembang.

Bahan plywood untuk konsumsi dalam negeri dapat digunakan 3 - 5 kali.

Ukuran balok dapat digunakan 6 - 12 kali. Papan dapat digunakan 3 - 5 kali

tergantung kualitas kayu yang digunakan. Kayu kualitas rendah dapat digunakan

2 - 3 kali. Pemakaian plywood harus diperhatikan arah serat permukaan karena

berpengaruh terhadap besarnya lendutan yang terjadi arah balok perkuatan

harus tegak lurus terhadap arah serat.

2. Bahan Pasangan

Bahan yang digunakan untuk percetakan beton yang terbuat dari pasangan

bata atau batako. Bahan ini digunakan untuk pekerjaan bangunan bawah

seperti pondasi dan kepala pondasi. Bahan ini tidak dapat digunakan untuk

pekerjaan secara berulang kali, rentan getaran dan memerlukan ketelitian

pekerjaan tulangan yang akan dimasukan.

3. Bahan Logam

Jenis bahan logam yang digunakan:

a. Alumunium

Bahan pengembangan dari material baja dan memiliki keunggulan

karena ringan untuk digunakan dan tidak berkarat. Umumnya penguat

untuk formwork ini menggunakan profil baja. Formwork ini diproduksi

berupa panel.
7
b. Baja

Material ini diproduksi pabrik dalam bentuk dan desain tertentu.

Formwork ini digunakan untuk plat lantai karena mampu menahan beton

basah. Material menjadi satu kesatuan dan struktur beton lantai yang

memikul beton konstruksi sehingga tidak memerlukan perancah. Perancah

pendukung langsung menumpu pada balok.

Kelebihan bahan logam untuk pekerjaan bekisting yaitu:

 Dapat digunakan berulang-ulang.

 Mudah dibongkar pasang.

 Dapat menghasilkan permukaan beton yang baik.

 Dapat memiliki nilai sisa sebagai besi tua.

Bahan ini dapat mencapai usia 20 tahun bila dipelihara dengan baik.

Dengan penurunan bobot komponen perancah secara otomatis akan

menurunkan biaya mobilitas selama pembangunan.

c. Logam Campuran

d. Bahan Lain

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, maka saat ini telah

dikembangankan bahan acuan dan perancah dengan bahan dasar petro

kimia, seperti:

 Bahan thermoplast

 Bahan thermohardener (Fend Formaldehyde)

 Elastamer

 PVC

Pipa PVC dapat digunakan sebagai bahan alternative bahan

formwork untuk kolom bulat, biasanya pipa tipis. Oleh karena itu

pengunaannya diperkuat dengan kayu sehingaa dapat dipakai

berulang kali.

 Fiberglass
8
Cocok untuk pelaksanaan beton arsitektural atau beton

precast karena akan menghasilkan beton dengan permukaan halus.

Pada umumnya ketebalan bahan 3 sampai 15 mm.

Pengunaan formwork jenis ini memiliki keunggulan:

1. Fleksibilitas dalam pembentukannya.

2. Dapat mencetak tekstur yang beraneka ragam.

3. Dapat dipakai berulang-ulang.

4. Ringan dan mudah diangkat.

5. Tidak berkarat.

6. Pemasangan dan pembongkaran mudah dilakukan.

F. Persyaratan Bahan yang Digunakan untuk Bekisting

1. Bahan bekisting tidak berdetormasi secara berlebihan karena air atau

semen dan gelembung udara sehingga tidak terjadi patahan beton.

2. Permukaan bekisting tidak menyerap air semen secara berlebihan agar

mutu beton dapat dijaga

3. Lembaran papan yang digunakan harus tertutup tabal, awet, dan kaku

karena bekisting bersifat sementara, maka untuk mempermudah

pembongkaran diperlukan:

a. Untuk bahan cetakan dari papan kayu dilakukan:

 Penyiraman dengan air

 Dilapisi dengan plastik

 Dicat dengan cat dasar

 Dilapisi dengan oli bekas atau solar

b. Untuk bahan cetakan dari multiplek dilakukan:

 Dilapisi dengan plastik

 Pengecatan

 Dilapisi dengan oli bekas


9
G. Peralatan Formwork

1. Palu

Palu dibuat dari besi baja agar keras dan tidak lembek sebab palu

besi sering dipakai untuk memukul benda keras. Bagiannya adalah kepala

dan tangkai. Salah satu tangkai berguna untuk memukul benda yang keras

dan bagian tangkai yang lain berbentuk cakar yang berguna untuk

mencabut paku.

2. Palu Godam

Untuk palu kayu diperlukan kayu yang berat dan liat serta besar

urat-urat kayunya. Kayu yang baik untuk palu ini adalah walikukan dan

sonokeling sedangkan tangkainya dibuat dari kayu waru atau walikukun.

Digunakan untuk membongkar konstruksi kayu dan untuk menyetel pasak-

pasak siar atau penahan pada bangku kerja.

10
3. Paku

Alat yang umum digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan

dengan kayu. Berfungsi untuk menempelkan ataupun menghubungkan kayu

satu dengan yang lainnya. Paku terbuat dari besi dengan berbagai ukuran.

4. Gergaji

Digunakan untuk menyayat melintang jaringan serat kayu dari tepi

potongannya. Gergaji potong mempunyai 5 sampai 7 pucuk gigi. Pada setiap

25 mm panjang gigi berkisar 550 sampai 700 mm. Gigi-giginya dimiringkan

di bagian tepi potong menyebabkan laju perpotongan seperti yang

dilakukan sederet pisau yang menyayat serat-serat kayu.

11
5. Rol Meter

Rol Meter berfungsi sebagai pengukur bahan kerja. Meteran terdiri

dari dua jenis yaitu meteran 30 m dan meteran 3 meter.

6. Waterpass

Waterpass digunakan untuk mengukur keadaan horizontal, vertical,

dan diagonal sewaktu konstruksi sehingga konstruksi tersebut lurus dan

rata. Menggunakan sifat kedataran air.

12
7. Unting-Unting

Berfungsi untuk menandakan tegaknya konstruksi. Terbuat dari

logam atau baja yang ujungnya lancip. Dengan berat ¼ atau ½ kilogram.

8. Benang

Berfungsi dalam menandai batas pembuatan perancah.

9. Selang Plastik

Berfungsi untuk mengukur kedataran suatu bahan (tiang) dengan

menggunakan sifat air yaitu selalu datar dan sejajar.

13
10. Kapur

Berfungsi untuk member tanda pada bahan yang dibuat.

11. Mesin Potong / Sirculer

Mesin ini merupakan gergaji mesin yang dijalankan dengan

menggunakan listrik. Alat ini merupakan alat otomatis.

12. Siku

Siku terdiri dari daun yang badannya terbuat dari baja. Siku dengan

pembagian segitiga yang berguna karena merupakan gabungan dari

14
penyikuan dengan pengukuran sudut yang benar antara keduanya adalah

90⁰.

13. Linggis

Linggis terbuat dari baja yang telah dibentuk di tiap-tiap ujung-

ujungnya dimana di salah satu ujungnya digunakan untuk mencabut paku

dan ujung yang lainnya untuk membuka bahan yang salah.

14. Tangga

Digunakan untuk memudahkan pekerja menjangkau tempat yang

tinggi.

15
14. Steger

Steger merupakan alat berjalan (dijalankan dengan menggunakan

roda). Digunakan untuk membantu pengerjaan konstruksi pada bagian atas.

Job Pada Praktik Kerja Acuan dan Perancah

Job I

Papan Duga/ Bouw Plank

Pendahuluan

Pembuatan bouwplank ini merupakan hal terpenting dalam langkah awal

pembuatan bangunan. Bouwplank bertujuan untuk menentukan letak rumah,

mengatur as bangunan, menentukan ketinggian, dan lain-lain. Bouwplank akan


16
berpengaruh banyak untuk bangunan, penempatan pondasi, dan slump. Karena

dari itu, pembuatan Bouwplank harus sesuai dengan kaidah agar tidak terjadi

kekeliruan pada proses pembuatannya.

Tujuan

Adapun tujuan dari praktik pembuatan bouwplank ini yaitu:

1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam praktek acuan dan

perancah secara benar.

2. Dapat merencanakan papan duga yang akan dibuat dengan baik.

3. Dapat melaksanakan pembuatan papan duga secara benar dan menghasilkan

konstruksi yang kaku.

4. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat

papan duga secara tepat.

5. Dapat melakukan pembongkaran papan duga dengan baik.

1.3 Instruksi Umum

Papan duga dibuat untuk menentukan as bangunan, letak bangunan, dan

ketinggian bangunan yang merupakan pekerjaan awal dari pekerjaan

konstruksi di lapangan. Bentuk konstruksi papan duga ada dua macam, yaitu:

1. Papan duga tertutup digunakan pada bangunan yang memiliki jumlah as

bangunan banyak.

2. Papan duga terbuka digunakan pada bangunan yang memiliki jumlah as

bangunan relative sedikit.

Fungsi papan duga (bouwplank) adalah:

1. Menentukan elevasi sudut ketinggian bangunan.

2. Menentukan as bangunan.
17
3. Menentukan letak bangunan.

Jenis-jenis elevasi atau ketinggian (suatu bangunan gedung), yaitu:

1. Sama tinggi dengan lantai bangunan.

2. Lebih tinggi dari lantai bangunan.

3. Lebih rendah dari lantai bangunan.

Dalam menentukan ketinggian lantai banguanan (gedung) diperlukan

pertimbangan, diantaranya yaitu:

1. Ketinggian permukaan jalan terdekat.

2. Ketinggian lantai bangunan terdekat.

3. Ketinggian air hujan.

4. Ketinggian permukaan tanah setempat.

1.4 Alat dan Bahan yang Digunakan

Adapun alat yang digunakan adalah:

1.Palu godam

2. Palu

3. Selang air

4. Gergaji

5. Meteran

6. Linggis

7. Kapur

Adapun bahan yang digunakan adalah:

1. Papan Borneo 2/20 x 400 cm

2. Kaso 4/6 x 400 cm

3. Benang

4. Paku

1.5 Langkah Kerja

1. Menentukan ukuran rencana bangunan. Tancapkan patok pada salah satu

titik as bangunan lalu buat as bangunan sesuai ukuran. Untuk menentukan


18
kesikuan tiap sudutnya menggunakan perbandingan rumus phytagoras,

yaitu 3 : 4 : 5, cek pula diagonalnya.

2. Pasang tiang-tiang untuk bouwplank antara 1 - 1,5 m dari as bangunan kke

arah luar, jarak antar tiang maksimal 1 m. Setelah tiang-tiang terpasang,

tentukan ketinggian atau elevasi bouwplank menggunakan selang air.

3. Pasang papan sesuai dengan ketinggian bouwplank dan pakukan pada tiang

bouwplank, lalu tarik benang yang kedua ujungnya diberi pemberat dan

letakkan pada bouwplank segaris dengan as bangunan.

4. Cek titik sudut benang harus tepat diatas titik sudut as bangunan

menggunakan unting-unting.

5. Pada papan duga, beri tanda panah/segitiga dengan warna mencolok tepat

di as atau diberi tanda dengan menggunakan dua buah paku yang

ditancapkan berbentuk V atau dengan menggergaji papan duga sedalah 1

mm, jika as yang dibuat banyak, dapat diberi nomor serta ketinggian

masing-masing nomor.

6.

1.6 Gambar Kerja

1000 cm

800 cm

150 cm
19
Gambar Penampang Tampak Atas Pekerjaan Bouwplank dengan Skala 1:100

1.7 Dokumentasi Hasil Kerja

20
Job II

Bekisting Kolom

2.1 Pendahuluan

Bekisting kolom adalah bekisting yang digunakan untuk pengecoran beton

kolom. Bekisting kolom akan menghasilkan beton kolom yang dapat menahan

beban yang ada di atasnya. Berebentuk persegi maupun bentuk lainnya.

Didalamnya akan di cor sebuah beton dan diletakkan pembesian untuk sebuah

pondasi bangunan. Pemasangan bekisting kolom harus tegak lurus dan tidak

boleh miring, karena hal tersebut berpengaruh pada pembebanan bangunan

21
yang ada diatasnya. Bekisting kolom biasanya dipasang di tiap-tiap sudut

suatu bangunan.

2.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktik pembuatan bekisting kolom, yaitu:

1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting

kolom secara benar.

2. Dapat merencanakan bekisting kolom yang akan dibuat dengan benar.

3. Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi kolom secara benar dan

menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.

4. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat

bekisting kolom secara tepat.

5. Dapat melakukan pembongkaran bekisting kolom dengan baik dan benar.

2.3 Instruksi Umum

Bekisting kolom berfungsi untuk menahan beban di atasnya. Bentuk

penampang kolom ada yang berbentuk bulat, persegi panjang, atau bentuk sisi

yang tidak beraturan. Pada pekerjaan pembuatan bekisting kolom kali ini dibuat

dalam bentuk persegi. Kolom yang dibuat kemudian diberi klem penjepit yang

berfungsi untuk pengakuan kolom.

Pada umumnya, kolom tidak dapat dicor pada waktu yang bersamaan

dengan bak-lok lantai yang berada di atasnya melainkan mendahului beberapa

hari. Untuk mempermudah penuangan dan pemadatan adukan beton pada

pengecoran kolom, biasanya dibuatkan jendela penuangaan pada tempat-


22
tempat tertentu terutama pada struktur kolom tinggi dengan menggunakan

pipa atau selang pengantar untuk menghindari terjadinya segregasi dan

agregatnya.

2.4 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunkan dalam pembuatan bekisting kolom ini, yaitu :

1. Palu

2. Gergaji tangan
3. Unting-unting
4. Meteran
5. Klem penjepit
6. Kapur
7. Steger
Dan bahan yang digunkan adalah:
1. Papan Borneo 2/20 x 400 cm
2. Kaso 4/6 x 400 cm
3. Paku

4. Benang

2.5 Langkah Kerja

1. Menentukan letak kolom dan membuat bouwplank untuk menentukan as

kolom. As yang digunakan adalah as pinjaman.

2. Merangkai papan untuk cetakan samping yang terbuat dapi papan dan kaso.

Untuk penyambungan papan digunakan klem.

3. Rangkai keempat sisi kolom dan dipaku mamakai kaso sebagai penjepit

dengan memastikan bahwa tulangan kolom sudah terselubungi dan bentuk

penampang sudah sesuai dengan rencana.

4. Tegakkan cetakan kolom pada as yang sudah ditentukan.

5. Pasang kaso penjepit cetakan tepat pada klemnya yang saling mengikat

keempat sisi.

6. Cek ketegakan menggunakan unting-unting, lalu pasang skur diagonal dan

horizontal agar konstruksinya kokoh dan kaku.

23
2.6 Gambar Kerja

Axonometry Bekisting Kolom

.7 Dokumentasi Hasil Kerja

24
Job III

Bekisting Balok

3.1 Pendahuluan

Bekisting balok adalah cetakan untuk membuat suatu balok pada bangunan.

Balok itu sendiri artinya, beton yang dibentuk sedemikian rupa dengan arah

horisontal yang menghubungkan kolom satu dengan yang lainnya. Berfungsi

untuk menahan beban yang ada diatasnya dan tempat melekatnya partisi pada

bangunan. Beton yang dihasilkan dari bekisting kolom mempunyai bentuk yang

25
berbeda. Perbedaan bentuk tergantung dari bentuk balok yang akan dibangun

pada suatu bangunan, biasanya diperhitungkan dari bentuk bangunan dan

beban yang akan ditahan balok dan gaya-gaya yang bekeja.

3.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam praktik pembuatan bekisting balok adalah:

1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bekisting

balok secara benar.

2. Dapat merencanakan bekisting balok yang akan dibuat dengan benar.

3. Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi balok secara benar dan

menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.

4. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat

bekisting secara tepat.

5. Dapat melakukan pembongkaran bekisting balok dengan baik dan benar.

3.3 Instruksi Umum

Struktur balok beton adalah konstruksi yang menghubungkan satu kolom

dengan kolom lainnya untuk menopang lantai dan beban-beban yang ada di

atasnya. Bentuk penampang balok beton umumya persegi panjang dengan

posisi berdiri.

Bagian-bagian dari acuan terdiri dari:

1. Dinding atau papan acuan

Bagian ini terdiri dari bahanmultiplek atau papan kayu yang disambung

rapat.

2. Gelagar

Bagian ini terbuat dari papan kayu atau kayu kaso, berfungsi sebagai

penahan atau pemberi ketinggian pada acuan di atasnya.

3. Balok Alas
26
Bagian ini menggunakan bahan balok agar tekanan merata atas permukaan

tanah.

4. Tiang penyokong atau perancah

Bagian ini menggunakan bahan kayu 4/6, 5/7, 5/10, atau dolkan dipasang

dengan jarak antar tiang 40 - 60 cm.

5. Pengaku tiang/ Skur

Bagian ini berfungsi sebagai pengaku diagonal agar konstruksi lebih kaku.

Bahan yang digunakan adalah papan kayu atau kayu kaso.

3.4 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah:

1. Palu

2. Gergaji mesin

3. meteran

4. Klem penjepit

5. Linggis

6. Kapur

Dan bahan yang digunakan, yaitu:

1. Papan Borneo 2/20 x 400 cm

2. Kaso 4/6 x 400 cm

3. Balok alas 6/12 x 400 cm

4. Paku

5. Benang

3.5 Langkah Kerja

1. Menentukan dan mengukur ketinggian dasar cetakan balok lalu menarik dua

buah benang dengan ketinggian sama dan sejajar untuk patokan memasang

dasar cetakan balok.


27
2. Memasang balok atas sebagai tempat berdirinya perancah atau tiang.

3. Mendirikan tiang-tiang perancah diatas balok alas dengan jarak antara 50

- 80 cm.

4. Memasang skur horizontal atau diagonal untuk pengaku tiang dari papan

2/20 cm/kaso 4/6

5. Memasang gelagar dengan posisi bagian atas menyentuh benang.

6. Memasang cetakan balok mulai dari cetakan atas lalu cetakan sampingnya.

7. Memasang skur untuk cetakan samping tepat pada klemnya dan memasang

balok pengapit untuk menjepit alas cetakan.

3.6 Gambar Kerja

28
Potongan Depan Bekisting Balok

3.7 Dokumentasi Hasil Kerja

29
Job IV

Bekisting Pelat Lantai

4.1 Pendahuluan

Pembuatan gedung bertingkat tentunya harus ada pembuatan lantai

berikutnya. Tentu saja lantai tersebut harus dicetak agar hasilnya sesuai

dengan perhitungan awal. Maka dari itu dibentuklah bekisting untuk pelat

lantai setelah membuat bekisting balok. Bekisting pelat lantai trerdiri dari

beton yang pipih yang sebelumnya diletakkan pembesian. Digunakan papan

triplek ataupun multiplek sebagai acuan beton tersebut.

4.2 Tujuan
30
Adapun tujuan dari praktik kerja pembuatan bekisting pelat lantai adalah

1. Mahasiswa dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan

bakisting plat lantai secara benar.

2. Mahasiswa dapat merencanakan bekisting plat lantai yang akan dibuat

dengan benar.

3. Mahasiswa dapat melaksanakan pembuatan konstruksi plat lantai secara

benar dan menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.

4. Mahasiswa dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk

membuat bekisting plat lantai secara tepat.

5. Mahasiswa dapat melakukan pembongkaran bekisting plat lantai dengan

baik dan benar.

4.3 Instruksi Umum

Pada umumnya lantai dicor bersama-sama dengan balok. Bekisting lantai

harus dapat menahan beban yang bekerja di atasnya agar memenuhi syarat

sebagai acuan dan perancah dan tidak melebihi lendutan yang diizinkan. Bagian

pada acuan lantai yang menerima baban terdiri dari balok kayu yang

dihubungkan satu dengan yang lainnya dibantu oleh papan pengokoh dan skur

yang terdiri dari kayu papan agar konstruksi stabil. Tebal lantai beton untuk

lantai umumnya bekisting antara 12 - 15 cm.

Tipe struktur plat lantai beton antara lain:

 Plat lantai yang didukung oleh struktur balok.

 Plat lantai rata, tidak sama dengan tanpa balok.

 Plat lantai system waffle atau grid.

 Plat lantai rata, tebal, dan didukung oleh struktur baja.


31
Pada umumnya struktur plat lantai dan balok menjadi satu kesamaan yang

monolit, maka formwork balok yang menjadi satu kesatuan dengan plat lantai.

Terdapat dua elevasi yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Elevasi dasar balok

2. Elevasi dasar plat

4.4 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan yaitu 1. Papan Borneo 2/20 x 400

1. Palu cm

2. Gergaji mesin 2. Kaso 4/6 x 400

3. Gergaji tangan 3. Multiplek 12 mm 125 x 225

4. Linggis cm

5. Meteran 4. Paku

6. Kapur 5. Benang

Sedangkan bahan yang digunkan:

4.5 Langkah Kerja

1. Memasang tiang untuk patokan tinggi lantai lalu ratakan dengan

menggunakan waterpass dan tarik benang.

2. Memasang balok alas lalu mendirikan tiang di atasnya dengan jarak antar

tiang 50 sampai 80 cm, tingginya tidak boleh melebihi tinggi tiang patokan.

3. Memasang skur untuk mendukung berdirinya tiang.

4. Memasang gelagar dengan posisi gelagar bagian atas menyentuh benang

patokan.

5. Memasang cetakan alas dari multiplek yang diletakan di atas gelagar.

6. 4.6 gambar Kerja

32
Potongan Depan Bekisting Pelat Lantai

4.6 Dokumentasi Hasil Kerja

33
Job V

Bekisting Tangga

5.1 Pendahuluan

Tangga merupakan bangunan yang menghubungkan lantai satu dengan lantai

yang lainnya. Bentuk tangga bermacam-macam. Namun semua itu haruslah

mengikuti kaidah yang telah ditentukan, agar tangga tersebut nyaman

digunakan. Seperti tinggi dan lebar anak tangga terdapat ukuran minimum dan

maksimum sesuai tempat kegunaannya. Dalam proses pembuatannya kita harus

terlebih dahulu membuat perencanaan dan penggambaran. Yang kemudian

cetakan tangga tersebut di cor dengan beton.

5.2 Tujuan

34
1. Dapat menggunakan alat-alat yang digunakan dalam peembuatan bekisting

tanggga secara benar.

2. Dapat merenanakan bekisting tangga yang akan dibuat dengan benar dan

ideal.

3. Dapat melaksanakan pembuatan konstruksi tangga secara benar dan

menghasilkan konstruksi yang kuat dan kaku.

4. Dapat membuat cetakan dan acuan balok tangga dan menentukan jumlah

optride dan antride.

5. Dapat menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan untuk membuat

bekisting tangga secara tepat.

6. Dapat melakukan pembongkaran bekisting tangga dengan baik dan benar.

5.3 Instruksi Umum

Di dalam pembuatan cetakan dan acuan tangga, kita harus mengetahui

bentuk tangga yang ideal. Syarat-syarat tangga yang ideal antara lain:

1. 2 oprtide + 1 antride ~ 64 langkah (satu langkah).

2. Optride untuk bangunan tempat tinggal maksimum 20 cm.

3. Optride untuk bangunan umum maksimum 17 cm.

4. Antride minimum 25 cm.

5. Lebar tangga untuk bangunan tempat tinggal 80 sampai 120 cm. Lebar

tangga ideal 90 cm.

6. Lebar tangga untuk bangunan umum 120 cm atau lebih besar dari 120 cm.

5.4 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan adalah

1. Kapur

2. Siku
35
3. Unting-unting

4. Alat ukur (meteran)

5. Gergaji tangan

6. Gerjagi mesin

7. Linggis

8. Palu

Sedangkan bahan yang digunakan adalah

1. Multiplek 12mm 125 x 225

2. Papan 2/20 x 400 cm

3. Kaso 4/6 atau 5/7

4. Balok Alas 6/12 x 400 cm

5. Paku

6. Benang

5.5 Langkah Kerja

1. Tahap Perencanaan

a. Mengambil data mengenai perbedaan tinggi lantai, bentuk, dan luas

lokasi yang dibuat tangga.

b. Menghitung jumlah anak tangga, yaitu jumlah optride dan antride serta

ukurannya:

∑ Optride = Beda tinggi lantai (∆H)

Ukuran optride

 tinggi optride untuk rumah tinggal maksimal 20 cm.

 tinggi optride untuk bangunan umum maksimal 17 cm.

 ukuran antride minimal untuk bangunan umum dan rumah tinggal

adalah 25 cm.

Beda tinggi ∆H = 283 cm


36
Ukuran optride untuk bangunan pribadi = 17 - 20 cm

∑ Optride = 283 cm = 16,6 buah ≈ 17 buah

17 cm

Ukuran Optride = 283 cm = 16,6 cm

17 buah

c. Mengontrol ukuran tangga dengan memasukan ke dalam rumus:

2 optride + 1 antride = 58 - 64 cm (satu langkah).

2 x 16,6 + 1 x 25 = 58,2 cm ( tangga ideal: 58 - 64 cm)

Peletakan bordes: 16,6 x 11 = 182,6 cm

d. Mengontrol kemiringan tangga

arc tan α = Ukuran opteride ≤ 45o

Ukuran antride

arc tan α = 16,6 cm = 33,6o

25 cm

e. Menentukan lebar tangga yang akan dibuat. Untuk rumah tinggal antara

60 sampai 120 cm sedangkan untuk bangunan umum ≥ 120 cm.

Pada perencanaan = 90 cm.

2. Tahap Penggambaran

Menggambar tampak atas, tampak samping, serta potongan

membujur sesuai dengan ukuran optride, antride, dan bordes pada tahap

perencanaan.

3. Tahap Pelaksanaan

37
a. Memasang balok landasan tempat berdirinya perancah atau tiang pada

lokasi yang akan dibuat konstruksi bekisting tangga.

b. Membuat cetakan bordes dengan mendirikan tiang perancah dan

gelagarnya sesuai dengan elevasi yang telah ditentukanpada tahap

perencanaan.

c. Membuat kemiringan tangga dengan cara menarik benang dari lantai

bawah ke bordes dan bordes ke lantai atas.

d. Memasang gelagar arah melintang di setiap tiang dengan mengacu

kepada elevasi kemiringan tangga.

e. Memasang acuan atau cetakan dasar tangga sesuai lebar tangga yang

akan dibuat.

f. Memasang acuan samping dengan diperkuat skur.

g. Menggambar anak tangga (optride dan antride) pada acuan samping

dengan memperhatikan ketegakan optride dan kedataran antride.

h. Memasang cetakan optride yang diperkuat dengan klos pada kedua

ujungnya dan pada tengah-tengah cetakan optride.

i. Memasang skur di tempat-tempat yang dianggap perlu agar acuan dan

perancah kuat dan kaku.

j. 5.6 Gambar kerja

BORDES

38
Antride

Potongan Tampak Atas Bekisting Tangga

5.7 Dokumentasi Hasil Kerja

39
ANALISA KEBUTUHAN BAHAN

Pekerjaan : Praktik "Form Work 1"

Lokasi : Workshop Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado

HARGA
NO SA JUMLAH KE
URAIAN VOL. SATUAN
. T. (Rp) T.
(Rp)

I Pekerjaan Papan Duga/ Bow Plank          

1 Kaso uk. 4/6 x 400 btg 4.00

2 Papan Borneo uk. 2/20 x 400 btg 4.00

3 Paku kg 1.00

4 Benang rol 1.00


40
 

       
Pekerjaan Bekisting 3 Kolom uk. 30
II x 30    

1 Kaso uk. 4/6 x 400 btg 33.00

2 Papan Borneo uk. 2/20 x 400 btg 18.00

3 Paku kg 1.00

4 Benang rol 1.00

       

III Pekerjaan Bekisting 3 Balok Lantai    

1 Kaso uk. 4/6 x 400 btg 44.00

2 Papan Borneo uk. 2/20 x 400 btg 12.00

3 Balok untuk Alas uk. 6/12 x 400 btg 6.00

4 Paku kg 1.00

5 Benang rol 1.00

       

IV Pekerjaan Pelat Lantai    

1 Kaso uk. 4/6 x 400 btg 12.00

2 Papan Borneo uk. 2/20 x 400 btg 3.00

3 Multiplek 12 mm uk. 122 x 244 lbr 2.00

4 Balok untuk Alas uk. 6/12 x 400 btg 2.00

5 Paku kg 1.00

       

V Pekerjaan Bekisting Tangga    

41
1 Kaso uk. 4/6 x 400 btg 18.00

2 Papan Borneo uk. 2/20 x 400 btg 8.00

3 Balok untuk Alas uk. 6/12 x 400 btg 2.00

4 Multiplek 12 mm uk. 122 x 244 lbr 2.00

5 Paku kg 1.00

6 Benang rol 1.00

  Sub Total V  

  TOTAL  

42

Anda mungkin juga menyukai