Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja terbesar nomor 4 di dunia yaitu ±106
jiwa (survey BPS, 2005) dan jumlah industri yang cukup besar berjumlah ± 102.000
perusahaan. Oleh karena itu kesehatan kerja sangat penting peranannya dalam meningkatkan
produktifitas perusahaan. Jika tingkat kesehatan pekerja terpelihara dengan baik, maka angka
kesakitan, absensi, kecacatan, kecelakaan kerja dan kerugian materi dapat diminimalkan.
Dengan demikian produktifitas pekerja akan meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan.

Dibeberapa daerah di Indonesia pelayanan kesehatan kerja belum banyak dilakukan, hal
ini berdasarkan hasil kajian kebutuhan yang dilakukan pada beberapa propinsi di Indonesia.
Secara factual menggambarkan wawasan mengenai kesehatan kerja dan sumber daya manusia
di bidang K3 masih kurang serta sistem informasi kesehatan kerja yang belum dilaksanakan.

Salah satu permasalahan kesehatan nasional baik masa kini maupun mendatang adalah
penganggulangan dan penatalaksanaan berbagai penyakit yang berkaitan dengan adanya
intensitas industrial. Berbagai penyakit akibat pencemaran lingkungan maupun pnyakit yang
diperoleh dari tempat kerja ataupun karena pekerjaannya diperkirakan akan meningkat baik
kualitas maupun intensitasnya. Untuk itu diperlukan perencanaan maupun pengembangan
institusi pelayanan dalam satu kerangka sistem rujukan yang berkesinambungan.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa


kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam konstitusi organisasi
kesehatan sedunia (WHO) tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang
tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Undang-
undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Pada dasarnya sehat
merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar. Setiap orang berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan termasuk masyarakat pekerja.

Sebagaimana telah diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal
23 menyebutkan bahwa setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan swasta di
tempat kerja adalah klinik di tempat kerja (perusahaan).
Untuk mewujudkan kesehatan pekerjaan yang baik, maka perusahaan diharapkan dapat
menyedIakan sarana kesehatan kerja dasar wilayah kerja. Untuk melaksanakan fungsinya
perusahaan dilengkapi dengan ketenagaan, obat, peralatan, dan prasarana pendukung lainnya.
Perbedaan masalah kesehatan yang ada, potensi bahaya yang dimiliki, kondisi perusahan,
maka jenis pelayanan yang diberikan serta kebutuhan luas dan karakteristik ruangan klinik
perusahaan akan berbeda. Sehubungan hal tersebut, perlu adanya pedomanan klinik di tempat
kerja/perusahaan, agar pelayanan kesehatan yang diberikan termasuk tenaga sarana, dan
prasarana yang dibangun sesuai dengan kaidah pelayanan kesehatan.

I.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan kerja secara optimal di klinik perusahaan
terhadap masyarakat pekerja sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja.
2. Terjalinnya suatu hubungan kerjasama antara Perusahaan dengan dokter dalam
menjamin kesehatan karyawan perusahaan.
B. Tujuan khusus
1. Terlaksananya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative serta rujukan di klinik perusahaan.
2. Terlaksananya pelaporan khususnya tentang penyakit akibat kerja, penyakit akibat
hubungan kerja, dan kecelakaan akibat kerja di klinik perusahaan.
3. Tersedianya tenaga, sarana, dan prasarana di klinik perusahaan.
4. Memberikan kemudahan bagi karyawan untuk berobat, dan mempercepat rujukan.
5. Memperkecil angka indisipliner dengan alasan sakit.
6. Menghindari terjadinya wabah dan penyakit menular.

I.3 Dasar Hukum


1. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No.3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
4. Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
5. Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
6. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Social Nasional
7. Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Akibat
Hubungan Kerja
8. Instruksi Presiden No.7 Tahun 1999 Tentang Wajiab Laporan Penyakit Akibat
Hubungan Kerja
II. KESEHATAN KERJA
II.1 Definisi
Kesehatan kerja adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap pekerja dapat bekerja produktif secara sosial ekonomi tanpa
membahayakan diri sendiri, teman sekerja, keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya.
Penyakit akibat kerja atau penyakit akibat hubungan kerja (occupational disease) adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja. Penyakit berhubungan
dengan pekerjaan atau penyakit terkait kerja (work related disease) adalah penyakit yang
dipermudah timbulnya, diperberat atau diperparah oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja.

Pelayanan kesehatan kerja adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan :

- Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik maupun
mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja
- Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan
atau lingkungan kerja
- Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga
kerja
- Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang
menderita sakit.

Upaya kesehatan kerja adalah berbagai program dan kegiatan kesehatan di tempat kerja
yang terdiri dari 4 (empat) upaya kesehatan yaitu :

- Pencegahan (Preventif)
- Peningkatan (Promotif)
- Pengobatan (Kuratif)
- Pemulihan (Rehabilitatif)

Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja adalah dokter sebagai penanggung jawab
dalam menjalankan pelayanan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh pengusaha atau kepalna
instansi/lembaga yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja.
II.2 Prinsip- Prinsip Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Pelayanan kesehatan kerja wajib melaksanaakan tugas pokok pelayanan kesehatan kerja
secara menyeluruh dan terpadu (komprehensif) yang meliputi upaya kesehatan :

- Pencegahan (Preventif),
- Pembinaan/Peningkatan (Promotif),
- Pengobatan (Kuratif)
- Pemulihan (Rehabilitatif), dengan lebih menitik beratkan pada upaya kesehatan
pencegahan dan pembinaan/peningkatan (promotif dan preventif).

Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja adalah dokter pemeriksa kesehatan tenaga
kerja, sedangkan tenaga pelaksananya dapat terdiri dari :

- Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja (penanggung jawab merangkap pelaksana),


- Dokter perusahaan dan atau
- Paramedis perusahaan.
II.3 Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
A. Syarat Lembaga Pelayanan Kesehatan Kerja :
1. Memiliki personil kesehatan kerja yang yang meliputi :
o Dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja,
o Tenaga pelaksanan kesehatan kerja berupa dokter perusahaan dan atau
paramedis perusahaan,
o Petugas administrasi atau pencatatan dan pelaporan pelayanan
kesehatan kerja.
2. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan kesehatan kerja,
3. Pelayanan kesehatan kerja yang ada di perusahaan mendapat pengesahan dari
instansi di bidang ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya,
4. Pelayanan kesehatan kerja yang dilaksanakan oleh pihak di luar perusahaan
wajib dilengkapi dengan Nota Kesepahaman (MoU) penyelenggaraan
pelayanan kesehatan kerja antara pengusaha dengan kepala unit pelayanan
kesehatan yang bersangkutan dan dilaporkan ke instansi di bidang
ketenagakerjaan sesuai wilayah kewenangannya.
B. Syarat Personil Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Syarat dokter penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja :
a. Ditunjuk oleh pimpinan perusahaan atau kepala unit/instansi yang
bersangkutan dan dilaporkan ke instansi ketenagakerjaan sesuai
wilayah kewenangannya;

b. Telah mendapatkan Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sebagai


dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja dari Direktur Jenderal
Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi
2. Syarat tenaga pelaksana pelayanan kesehatan kerja (dokter perusahaan dan atau
paramedis perusahaan) :
a. Memiliki sertifikat pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja (atau
sertifikat lainnya) sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
b. Mematuhi etika profesi dokter dan tenaga kesehatan lainnya sesuai
kode etik profesi dan peraturan perundangan yang berlaku;
3. Syarat dokter perusahaan :
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dokter, atau sejenisnya
sesuai peraturan perundangan yang berlaku;
b. Surat ijin praktek (SIP) dokter yang masih berlaku dari instansi
yang berwenang

C. Syarat Sarana Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja


Jumlah dan jenis sarana dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
dapat disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja dan tingkat risiko yang ada di
perusahaan. Jenis sarana pelayanan kesehatan kerja minimal terdiri dari sarana dasar
dan dapat dilengkapi dengan sarana penunjang sesuai kebutuhan. (Tabel 1)
II.4 Tata Cara Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan,
dalam bentuk rumah sakit perusahaan atau klinik perusahaan atau dilakukan dengan cara
kerjasama melalui unit/lembaga pelayanan kesehatan di luar perusahaan baik milik
pemerintah maupun swasta, seperti : Rumah Sakit, Puskesmas, Poliklinik, Balai Pengobatan,
Perusahaan Jasa K3 (PJK3) bidang Kesehatan Kerja dan pelayanan kesehatan lainnya yang
telah memiliki perijinan sesuai ketentuan yang berlaku.

A. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan sendiri oleh perusahaan :


1. Dilaksanakan bagi perusahaan dengan :
a. Jumlah tenaga kerja 1000 orang atau lebih
b. Jumlah tenaga kerja 500 orang sd 1000 orang tetapi memiliki tingkat risiko
tinggi (penentuan tingkat risiko suatu perusahaan/tempat kerja mengacu
pada standar atau peraturan perundangan yang berlaku).
2. Perusahaan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja sendiri di
perusahaan melaksanakan program pelayanan kesehatan kerja yang bersifat
komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi tenaga
kerja sebagaimana tabel 2.
B. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dilaksanakan melalui pihak di luar
perusahaan :
1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja melalui kerja sama dengan pihak di
luar perusahaan dapat dilaksanakan untuk perusahaan yang memiliki tenaga kerja
kurang dari 1000 orang;
2. Program/kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak di luar perusahaan harus meliputi
upaya kesehatan secara komprehensif (preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif) dengan cara sebagai berikut :
a. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif kecuali tindakan
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dapat dilaksanakan di
unit/lembaga pelayanan kesehatan di luar perusahaan.
b. Tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dilaksanakan di
dalam perusahaan, oleh oleh tenaga medis dan tenaga kerja yang telah
dilatih menjadi petugas P3K sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Upaya kesehatan yang bersifat preventif dan promotif dilaksanakan di
dalam perusahaan.
d. Cara penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja disesuaikan dengan
jumlah tenaga kerja dan tingkat risiko perusahaan (lihat tabel 3).
III. TEKNIS KERJASAMA
III.1 Bentuk Kerjasama
Bentuk kerjasama pelayanan kesehatan kerja ini adalah kerjasama yang dilakukan oleh
perusahaan dengan klinik pratama rawat inap santa Carolina dimana penanggung jawab klinik
tersebut adalah seorang dokter yang telah mempunyai Surat Izin Praktek (SIP). Kemudian
untuk melaksanakan kerjasama klinik dengan pihak perusahaan, tidak diwajibkan lagi untuk
mengurus Surat Izin Klinik di perusahaan tersebut. Dalam hal ini klinik perusahaan
merupakan klinik satelit atau anak usaha dari klinik santa Carolina.

III.2 Lokasi
Lokasi klinik satelit ini berada di dalam lingkungan perusahaan sendiri. Untuk itu
Perusahaan harus siap menyediakan sarana klinik berupa tempat dan bangunan beserta sarana
dasar yang telah dijelaskan sebelumnya.

III.3 Obat-Obatan Dan Alkes


Untuk keperluan klinik, obat-obatan dan alat kesehatan disediakan oleh penyedia layanan
kesehatan. Adapun obat-obatan yang menjadi prioritas adalah sebagai berikut :

1. Anti Biotik 19. Obat Batuk


2. Anti Jamur 20. Salep Kulit
3. Anti Virus 21. Tetes Mata
4. Anti Helmintes 22. Spuit / Suntikan
5. Anti Pieretik 23. Infus set
6. Anti Radang 24. Cairan Infus
7. Anti Diare 25. Analgetik
8. Anti Alergi
9. Anti Asma
10. Anti Rematik
11. Anti Hipertensi
12. Anti Diabetikum
13. Anti Vertigo
14. Anti Spasmodik
15. Anti Kejang
16. Anti Emetik
17. Tetanus Toxoid
18. Multi Vitamin
Adapun alat kesehatan yang disediakan oleh penyedia kesehatan kerja adalah sebagai berikut :

1. Tensimeter
2. Stetoskop
3. Thermometer
4. Timbangan
5. Senter
6. Minor set
III.4 Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan yang ditawarkan terdiri dari 3 (tiga) pilihan paket, yaitu :

A. PAKET I
a. Pelayanan dilakukan dalam 24 jam dengan 3 shift dengan sistem :
 Dokter umum selama 2 jam kerja, yaitu Seminggu hanya 2 hari selama 2
jam kerja
 Perawat 7 (tujuh) hari kerja , yaitu Senin s/d Minggu selama 24 jam kerja
terbagi 3 shif
b. Adapun pelayanan yang akan diberikan :
 Rawat jalan ( termasuk obat-obatan dan suntikan )
 Tindakan dan perawatan luka
 Observasi dengan menggunakan infus dan oksigen
 Membuat laporan bulanan kunjungan pasien dan laporan tahunan hasil
Medickal Check Up
c. Adapun harga untuk paket ini sebesar Rp.13.000.000,00 ( Tiga Belas Juta Rupiah)
/ Bulan
B. PAKET II
a. Pelayanan dilakukan dalam 24 jam dengan sistem :
 Dokter umum selama 6 jam kerja, yaitu senin s/d sabtu 6 (enam) selama
08.00 - 14.00 jam kerja
 Perawat 7 (enam) hari kerja, yaitu Senin s/d minggu selama 24 jam kerja
tiga shif
b. Adapun pelayanan yang akan diberikan :
 Rawat jalan ( termasuk obat-obatan dan suntikan )
 Tindakan dan perawatan luka
 Observasi dengan menggunakan infus dan oksigen
 Membuat laporan bulanan kunjungan pasien dan laporan tahunan hasil
Medickal Check Up
c. Adapun harga untuk paket ini sebesar Rp.18.000.000,00 (Delapan Belas Juta)/
Bulan
C. PAKET III
a. Pelayanan dilakukan 24 jam dengan sistem :
 Dokter umum selama 24 jam yaitu :Senin s/d Minggu 7 (tujuh) hari kerja
dengan 3 shif selama 24 jam standby
 Perawat selama 24 jam, yaitu : Senin s/d Minggu 7 (tujuh) hari kerja dengan
3 shif selama 24 jam standby
b. Adapun pelayanan yang akan diberikan :
 Rawat jalan ( termasuk obat-obatan dan suntikan )
 Tindakan dan perawatan luka
 Observasi dengan menggunakan infus dan oksigen
 Membuat laporan bulanan kunjungan pasien dan laporan tahunan hasil
Medickal Check Up seleksi calon karyawan baru
 Membuat laporan bulanan kunjungan pasien dan laporan tahunan hasil
Medickal Check Up
c. Adapun harga untuk paket ini sebesar Dengan Biaya : Rp.28.000.000 ( Dua puluh
Delapan Juta ) / Bulan
IV. PENUTUP
Demikian proposal ini kami sampaikan sebagai bahan pertimbangan bapak/ibu pimpinan PT.
Sugar Labinta, besar harapan penawaran yang kami berikan ini dapat menjadi dasar kerjasama di
Perusahaan yang Bapak/Ibu pimpin, sehingga akan tercipta kondisi yang Hiegine dan sehat
diperusahaan yang dapat menjadi penunjang dalam meningkatkan produktifitas dan kualitas
kerja karyawan.

Atas perhatian kami ucapkan terima kasih. Sebagai bahan pertimbangan kami sertakan dan
lampirkan sertifikasi klinik dan dokter.

Anda mungkin juga menyukai