2ojan31591559140 PDF
2ojan31591559140 PDF
Publishing.
Prentice Hall
10. Mulyono, Tri, Ir. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi Publishing.
66
Jakarta.
15. Pardamean M. 2014. Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara
16. Rajput, R.K. 2000. Engineering Materials. New Delhi, India: S. Chand &
Jakarta
Sawit Sebagai Campuran Semen Pada Beton, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil
21. Sunarko. 2009. Budi Daya Dan Pengelolaan Kebun Kelapa sawit dengan
22. Tjokrodimuljo, K., 1992, Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
23. Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Teknik
25. Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002., Telur : Komposisi, Penanganan dan
67
:KANISIUS.
68
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
f. Pembuatan cetakan
g. Pengecoran
i. Perawatan
38
Mulai
Penghalusan Penghalusan
Kerak Boiler Persiapan Alat dan Bahan Cangkang
Telur
Campuran Campuran
pada Agregat Semen Air Pasir Kerikil pada Semen
Jika Tidak
Pemeriksaan Bahan
Memenuhi Syarat
Jika Memenuhi Syarat
Perawatan beton
Pengujian Absorbsi Beton Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian Kuat Tarik Belah
Analisa
Kesimpulan
Selesai
39
Bahan utama penyusun beton segar normal terdiri dari semen, pasir
(agregat halus), kerikil (agregat kasar), dan air. Dengan menggunakan proporsi
campuran yang tepat, bisa didapat karakteristik yang diinginkan. Namun selain
beton normal, bisa juga ditambah dengan bahan tambahan lainnya untuk
3.3.1 Semen
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC
(ordinary Portland cement) tipe I, yang diproduksi oleh PT. SEMEN PADANG
a. Analisa ayakan
Analisa Ayakan
a. Tujuan :
40
c. Pedoman :
%� � � �ℎ� ℎ� �� � � , 5
�� =
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
41
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%
(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus
dicuci.
a. Tujuan :
(absorbsi) pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Absorbsi : 1,11%
c. Pedoman :
Berat jenis SSD adalah perbandingan antara berat dalam keadaan SSD
Dry) dimana permukaan jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering,
42
kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana basah
total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat yang hilang terhadap berat kering dimana absorbsi
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu
a. Tujuan :
Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan
longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi dengan cara merojok
lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa
pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui
berat isi maka kita dapat mengetahui berat dengan hanya mengetahui
volumenya saja.
43
disintegrasi dari batu-batuan atau berupa batu pecah (split) yang diperoleh dari
alat pemecah batu dengan syarat ukuran butiran olos ayakan 38,1 mm dan tertahan
berikut:
a. Analisa ayakan
Analisa Ayakan
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
%� � � ℎ ℎ� � , 5
1.�� =
44
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
� � − � ℎ��
1.% � � = %
� �
45
a. Tujuan :
Untuk memeriksa berat isi (unit weight) agregat kasar dalam keadaan
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi dengan cara merojok
lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa
kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui
berat isi maka kita dapat mengetahui berat dengan hanya mengetahui
volumenya saja.
a. Tujuan :
(absorbsi) kerikil.
b. Hasil pemeriksaan :
Absorbsi : 1,3%
46
Berat jenis SSD adalah perbandingan antara berat dalam keadaan SSD
Dry) dimana permukaan jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering,
kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana basah
total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat yang hilang terhadap berat kering dimana absorbsi
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu
Dalam penelitian ini, kerak boiler yang dimasukkan berasal dari PT. Surya
Panen Subur 2, lokasi di Desa Pulo Kruet, Kec. Darul Makmur, Kab. Nagan Raya,
Aceh. Abu kerak boiler ini didapat dari penghalusan dari Kerak Boiler Kelapa
Sawit. Abu kerak boiler yang dipakai yaitu yang lolos saringsan 4,75 mm.
a. Analisa ayakan
ayakan no 200)
47
Analisa Ayakan
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
%� � � �ℎ� ℎ� �� � � , 5
�� =
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
48
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%
(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus
dicuci.
a. Tujuan :
b. Hasil pemeriksaan :
49
c. Pedoman :
Berat jenis SSD adalah perbandingan antara berat dalam keadaan SSD
Dry) dimana permukaan jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering,
kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana basah
total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat yang hilang terhadap berat kering dimana absorbsi
Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu
a. Tujuan :
Untuk menentukan berat isi (unit weight) abu kerak boiler dalam keadaan
b. Hasil pemeriksaan :
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi dengan cara merojok
lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa
50
berat isi maka kita dapat mengetahui berat dengan hanya mengetahui
volumenya saja.
Cangkang telur yang dikumpulkan berasal dari rumah makan ataupun took
roti. Cangkang telur yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan
telur ayam. Cangkang yang didapat dibersihkan dari bahan organik, kemudian
3.3.6 Air
Syarat air yang layak digunakan dalam campuran adalah air yang tidak
berwarna, jernih dan tidak mengandung kotoran. Jadi air harus berasal dari
sumber yang bersih. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang
yang tepat pada saat pengecoran serta untuk mendapatkan beton yang ekonomis
juga. Namun apabila menggunakan bahan penyusun yang baik belum tentu
menjamin akan menghasilkan beton yang baik apabila proporsi campuran tidak
51
sebagai berikut:
Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,42 : 1,08 : 2,68 : 0,05 : 0,12
Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,42 : 1,02 : 2,67 : 0,05 : 0,18
Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,42 : 0,92 : 2,61 : 0,05 : 0,31
Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,43 : 1,11 : 2,75 : 0,08 : 0,12
Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,43 : 1,05 : 2,74 : 0,08 : 0,19
52
Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,43 : 0,95 : 2,68 : 0,08 : 0,32
No Variasi
Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV
Material
1 Semen (kg) 1 1 1 1
2 Air (kg) 0,40 0,42 0,42 0,42
3 Pasir (kg) 1,12 1,08 1,02 0,92
4 Kerikil (kg) 2,60 2,68 2,67 2,61
5 AKB (kg) - 0,12 0,18 0,31
6 CT (kg) - 0,05
No Variasi
Variasi V Variasi VI Variasi VII
Material
1 Semen (kg) 1 1 1
2 Air (kg) 0,43 0,43 0,43
3 Pasir (kg) 1,11 1,05 0,95
4 Kerikil (kg) 2,75 2,74 2,68
5 AKB (kg) 0,12 0,19 0,32
6 CT (kg) 0,08
53
Waktu ikat semen merupakan suatu proses reaksi kimia yang terjadi
karena adanya pencampuran air dengan semen, semen yang terkena air akan
bereaksi membentuk suatu ikatan dari pasta menjadi beton, lama proses
semen yang digunakan dan apabila terdapat bahan tambahan maka waktu ikat
semen juga akan berubah. Pengujian waktu ikat semen didasarkan pada SNI-03-
6827-2002. Hasil pengujian waktu ikat semen disajikan pada tabel 4.1.
Penurunan (cm)
Waktu Penelitian
No
(menit) Cangkang Telur 5% Cangkang Telur 7.5%
1 30 4.3 4
2 45 4.3 4
3 60 4.3 3.8
4 75 4.3 3.2
5 90 4.3 2.7
6 105 4 2.1
7 120 4 1.3
8 135 4 0.7
9 150 3.5 0
54