Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Antoni dan Paul Nugraha. 2007. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi

Publishing.

2. ASTM Standards, 2004, ASTM C 150 150 – 04 Standards Specification

For Portland Cement, ASTM International, West Conshohocken, PA.

3. Davis, H, E, dkk. 1982. The Testing of Engineering Materials, Auckland:

Mc Graw Hill Inc.

4. DPU, 1990, SK SNI T – 15 – 1990 – 03 Tata Cara Pembuatan Rencana

Campuran Beton Normal, Yayasan LPMB, Bandung.

5. Fauzi, Y. , 2012. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Penebar Swadanya. Jakarta

6. Gambhir, M.L., 1986, Concrete Technology. Tata Mc Grow Hill Publising

Company Limited. New Delhi.

7. Jackson, N. 1977. Civil Engineering Material Third Edition. England:

Great Britain, Unwin Brothers.

8. Mietha. 2008. Kandungan Gizi Telur.http://mietha.wordpress.com.

9. Mindess , S., Young , J. F. dan Darwin, D. 2003. Concrete. Sidney :

Prentice Hall

10. Mulyono, Tri, Ir. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Andi Publishing.

11. Mulyono, Tri. 2003, Teknologi Beton, Penerbit ANDI Yogyakarta.

12. Nasution.1997.kebutuhan tubuh.Gramedia: jakarta

13. Nawy, Edward G. (1998). “Beton Bertulang (Suatu Pendekatan Dasar)”.

Bandung : Refika Aditama.

66

Universitas Sumatera Utara


14. Neville dan Brooks, 1987, Bahan Dan Praktek Beton, penerbit Erlangga,

Jakarta.

15. Pardamean M. 2014. Mengelola Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit Secara

Profesional. Penebar Swadaya. Jakarta.

16. Rajput, R.K. 2000. Engineering Materials. New Delhi, India: S. Chand &

Company Ltd New Delhi, India.

17. Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka,

Jakarta

18. Schaafsma.2000.makanan dan minuman.Gramedia: jakarta

19. Sipil Fakultas Teknik UGM, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

20. Siregar, Pordinan.2008. Pemanfaatan Abu Kerak Boiler Cangkang Kelapa

Sawit Sebagai Campuran Semen Pada Beton, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil

Universitas Sumatera Utara.

21. Sunarko. 2009. Budi Daya Dan Pengelolaan Kebun Kelapa sawit dengan

system Kemitraan. Cetakan Pertama.Jakarta: Agromedia Pustaka.

22. Tjokrodimuljo, K., 1992, Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

23. Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

24. Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2007. Teknologi Beton. Biro Penerbit Jurusan

Teknik

25. Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002., Telur : Komposisi, Penanganan dan

Pengolahannya, M-Brio Press, Bogor.

67

Universitas Sumatera Utara


26. Wuryati S dan Candra R, 2001, “ Teknologi Beton “, Yokyakarta

:KANISIUS.

68

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kajian

eksperimental. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Rekayasa,

Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun

urutan tahap penelitian yang dilakukan yaitu:

a. Pemilihan dan penyediaan bahan penyusun beton

b. Penghalusan kerak boiler dan cangkang telur

c. Pengujian bahan penyusun beton

d. Perencanaan proporsi campuran beton (mix design)

e. Penimbangan bahan penyusun beton

f. Pembuatan cetakan

g. Pengecoran

h. Pengujian slump test

i. Perawatan

j. Pengujian absorbsi beton

k. Pengujian kuat tekan beton

l. Pengujian kuat tarik beton.

38

Universitas Sumatera Utara


3.2 Diagram Alur Penelitian

Mulai

Penghalusan Penghalusan
Kerak Boiler Persiapan Alat dan Bahan Cangkang
Telur

Campuran Campuran
pada Agregat Semen Air Pasir Kerikil pada Semen

Jika Tidak
Pemeriksaan Bahan
Memenuhi Syarat
Jika Memenuhi Syarat

Perencanaan Mix Design

Penimbangan Bahan Pembuatan Cetakan

Pengujian Slump Test

Perawatan beton

Pengujian Absorbsi Beton Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian Kuat Tarik Belah

Analisa

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian

39

Universitas Sumatera Utara


3.3 Bahan Penyusun Beton

Bahan utama penyusun beton segar normal terdiri dari semen, pasir

(agregat halus), kerikil (agregat kasar), dan air. Dengan menggunakan proporsi

campuran yang tepat, bisa didapat karakteristik yang diinginkan. Namun selain

beton normal, bisa juga ditambah dengan bahan tambahan lainnya untuk

mendapatkan kekuatan yang lebih efektif dan lebih ekonomis.

3.3.1 Semen

Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC

(ordinary Portland cement) tipe I, yang diproduksi oleh PT. SEMEN PADANG

dalam kemasan 1 zak 50 kg.

3.3.2 Agregat Halus

Agregat halus yang dipakai dalam campurandilakukan pemeriksaan-

pemeriksaan sebagai berikut:

a. Analisa ayakan

b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian pasir lewat ayakan no 200)

c. Pemeriksaan kandungan organik (colorimetric test)

d. Pemeriksaan kadar liat (clay lump)

e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi

f. Pemeriksaan berat isi

Analisa Ayakan

a. Tujuan :

Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai

modulus kehalusan pasir (FM).

40

Universitas Sumatera Utara


b. Hasil pemeriksaan :

Modulus kehalusan pasir (FM) : 2,62

Pasir dapat dikategorikan pasir sedang.

c. Pedoman :

%� � � �ℎ� ℎ� �� � � , 5
�� =

Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam

beberapa kelas, yaitu:

 Pasir halus : 2,20 < FM < 2,60

 Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90

 Pasir kasar : 2,90 < FM < 3,20

Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan no 200)

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

Kandungan lumpur : 2.1% < 5%, memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

Kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan

melebihi 5% (dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 5%

maka pasir harus dicuci.

41

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump)

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kandungan liat pada pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

Kandungan liat : 0,8% < 1%, memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%

(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus

dicuci.

Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air

(absorbsi) pasir.

b. Hasil pemeriksaan :

 Berat jenis SSD : 2490 kg/m3

 Berat jenis kering : 2470 kg/m3

 Beart jenis semu : 2540 kg/m3

 Absorbsi : 1,11%

c. Pedoman :

Berat jenis SSD adalah perbandingan antara berat dalam keadaan SSD

dengan volume dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface

Dry) dimana permukaan jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering,

42

Universitas Sumatera Utara


keadaan kering dimana pori-pori berisikan udara tanpa air dengan

kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana basah

total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah

persentase dari berat yang hilang terhadap berat kering dimana absorbsi

terjadi dari keadaan SSD sampai kering.

Hasil pengujian harus memenuhi:

Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu

Pemeriksaan Berat Isi

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan

longgar.

b. Hasil pemeriksaan :

Berat isi keadaan rojok/padat : 1388,94 kg/m3

Berat isi keadaan longgar : 1247,32 kg/m3

c. Pedoman :

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi dengan cara merojok

lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa

pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui

berat isi maka kita dapat mengetahui berat dengan hanya mengetahui

volumenya saja.

43

Universitas Sumatera Utara


3.3.3 Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan untuk beton merupakan kerikil hasil

disintegrasi dari batu-batuan atau berupa batu pecah (split) yang diperoleh dari

alat pemecah batu dengan syarat ukuran butiran olos ayakan 38,1 mm dan tertahan

pada ayakan 4,76 mm. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Analisa ayakan

b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian kerikil lewat ayakan no 200)

c. Pemeriksaan keausan menggunakan mesin Los Angeles

d. Pemeriksaan berat isi

e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi

Analisa Ayakan

a. Tujuan :

Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai

modulus kehalusan (fineness modulus / FM) kerikil.

b. Hasil pemeriksaan :

Modulus kehalusan kerikil (FM) : 6,91

5,5 <6,91 < 7,5, memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

%� � � ℎ ℎ� � , 5
1.�� =

2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan

modulus kehalusan (FM) antara 5,5 sampai 7,5.

44

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Kerikil Lewat Ayakan no 200)

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kandungan lumpur pada kerikil.

b. Hasil pemeriksaan :

Kandungan lumpur : 0,5% < 1%, memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

Kandungan lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan

melebihi 1% (ditentukan dari berat kering). Apabila kadar lumpur

melebihi 1% maka kerikil harus dicuci.

Pemeriksaan Keausan Menggunakan Mesin Los Angeles

a. Tujuan :

Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar.

b. Hasil pemeriksaan :

Persentase keausan : 17,28% < 50%, memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

� � − � ℎ��
1.% � � = %
� �

2. Pada pengujian keausan dengan mesin Los Angeles, persentaase

keausan tidak boleh lebih dari 50%.

45

Universitas Sumatera Utara


Pemeriksaan Berat Isi

a. Tujuan :

Untuk memeriksa berat isi (unit weight) agregat kasar dalam keadaan

padat dan longgar.

b. Hasil pemeriksaan :

Berat isi keadaan rojok/padat : 1744,96 kg/m3

Berat isi keadaan longgar : 1640,87 kg/m3

c. Pedoman :

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi dengan cara merojok

lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa

kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui

berat isi maka kita dapat mengetahui berat dengan hanya mengetahui

volumenya saja.

Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air

(absorbsi) kerikil.

b. Hasil pemeriksaan :

 Berat jenis SSD : 2600 kg/m3

 Berat jenis kering : 2570 kg/m3

 Berat jenis semu : 2660 kg/m3

 Absorbsi : 1,3%

46

Universitas Sumatera Utara


c. Pedoman :

Berat jenis SSD adalah perbandingan antara berat dalam keadaan SSD

dengan volume dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface

Dry) dimana permukaan jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering,

keadaan kering dimana pori-pori berisikan udara tanpa air dengan

kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana basah

total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah

persentase dari berat yang hilang terhadap berat kering dimana absorbsi

terjadi dari keadaan SSD sampai kering.

Hasil pengujian harus memenuhi:

Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu

3.3.4 Abu Kerak Boiler

Dalam penelitian ini, kerak boiler yang dimasukkan berasal dari PT. Surya

Panen Subur 2, lokasi di Desa Pulo Kruet, Kec. Darul Makmur, Kab. Nagan Raya,

Aceh. Abu kerak boiler ini didapat dari penghalusan dari Kerak Boiler Kelapa

Sawit. Abu kerak boiler yang dipakai yaitu yang lolos saringsan 4,75 mm.

Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Analisa ayakan

b. Pemeriksaan kadar lumpur (pencucian cangkang kelapa sawit lewat

ayakan no 200)

c. Pemeriksaan kandungan organic (colorimetric test)

d. Pemeriksaan clay lump

47

Universitas Sumatera Utara


e. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi

f. Pemeriksaan berat isi

Analisa Ayakan

a. Tujuan :

Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai

modulus kehalusan abu kerak boiler (FM).

b. Hasil pemeriksaan :

Modulus kehalusan pasir (FM) : 3,01

Abu kerak boiler dapat dikategorikan pasir kasar.

c. Pedoman :

%� � � �ℎ� ℎ� �� � � , 5
�� =

Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam

beberapa kelas, yaitu:

 Pasir halus : 2,20 < FM < 2,60

 Pasir sedang : 2,60 < FM < 2,90

 Pasir kasar : 2,90 < FM < 3,20

Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan no 200)

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kandungan lumpur pada abu kerak boiler.

b. Hasil pemeriksaan :

Kandungan lumpur : 0,9% < 5%, memenuhi persyaratan.

48

Universitas Sumatera Utara


c. Pedoman :

Kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan

melebihi 5% (dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 5%

maka pasir harus dicuci.

Pemeriksaan Kadar Liat (Clay Lump)

a. Tujuan :

Untuk memeriksa kandungan liat pada abu kerak boiler.

b. Hasil pemeriksaan :

Kandungan liat : 0,6% < 1%, memenuhi persyaratan.

c. Pedoman :

Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1%

(dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus

dicuci.

Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air

(absorbsi) abu kerak boiler.

b. Hasil pemeriksaan :

 Berat jenis SSD : 1880 kg/m3

 Berat jenis kering : 1780 kg/m3

 Beart jenis semu : 1970 kg/m3

49

Universitas Sumatera Utara


 Absorbsi : 5.27%

c. Pedoman :

Berat jenis SSD adalah perbandingan antara berat dalam keadaan SSD

dengan volume dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface

Dry) dimana permukaan jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering,

keadaan kering dimana pori-pori berisikan udara tanpa air dengan

kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu dimana basah

total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah

persentase dari berat yang hilang terhadap berat kering dimana absorbsi

terjadi dari keadaan SSD sampai kering.

Hasil pengujian harus memenuhi:

Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu

Pemeriksaan Berat Isi

a. Tujuan :

Untuk menentukan berat isi (unit weight) abu kerak boiler dalam keadaan

padat dan longgar.

b. Hasil pemeriksaan :

Berat isi keadaan rojok/padat : 1348,09 kg/m3

Berat isi keadaan longgar : 1199,66 kg/m3

c. Pedoman :

Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi dengan cara merojok

lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa

50

Universitas Sumatera Utara


pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui

berat isi maka kita dapat mengetahui berat dengan hanya mengetahui

volumenya saja.

3.3.5 Cangkang Telur

Cangkang telur yang dikumpulkan berasal dari rumah makan ataupun took

roti. Cangkang telur yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan

telur ayam. Cangkang yang didapat dibersihkan dari bahan organik, kemudian

dijemur dibawah terik matahari selama 5 hari kemudian dihaluskan hingga

mencapai lolos ayakan 200.

3.3.6 Air

Syarat air yang layak digunakan dalam campuran adalah air yang tidak

berwarna, jernih dan tidak mengandung kotoran. Jadi air harus berasal dari

sumber yang bersih. Air yang digunakan dalam penelitian ini adalah air yang

berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa, Departemen

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.4 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)

Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mendapatkan kubikasi

yang tepat pada saat pengecoran serta untuk mendapatkan beton yang ekonomis

juga. Namun apabila menggunakan bahan penyusun yang baik belum tentu

menjamin akan menghasilkan beton yang baik apabila proporsi campuran tidak

dirancang dengan benar.

51

Universitas Sumatera Utara


Unsur-unsur pembentuk beton harus ditentukan secara proporsional,

sehingga terpenuhi syarat-syarat:

1. Nilai kekenyalan atau kelecakan tertentu yang memudahkan adukan beton

yang akan ditempatkan pada cetakan/bekisting (sifat kemudahan dalam

mengerjakan/workability) dan memberikan kehalusan permukaan beton

segar. Kekenyalan ditentukan dari volume pasta adukan, keenceran pasta

adukan, serta perbandingan campuran agregat halus dan kasar.

2. Kekuatan rencana dan ketahanan beton setelah mencapai umur layan.

3. Ekonomis dan optimum dalam pemakaian semen.

Dari hasil perhitungan mix design diperoleh perbandingan campuran beton

sebagai berikut:

a. Variasi I (Beton Normal)

Semen : air : pasir : kerikil = 1 : 0,40 : 1,12 : 2,60

b. Variasi II (tambahan 5% CT & 10% AKB)

Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,42 : 1,08 : 2,68 : 0,05 : 0,12

c. Variasi III (Tambahan 5% CT & 15% AKB)

Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,42 : 1,02 : 2,67 : 0,05 : 0,18

d. Variasi IV (Tambahan 5% CT & 25% AKB)

Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,42 : 0,92 : 2,61 : 0,05 : 0,31

e. Variasi V (Tambahan 7,5% CT & 10% AKB)

Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,43 : 1,11 : 2,75 : 0,08 : 0,12

f. Variasi VI (Tambahan 7,5% CT & 15% AKB)

Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,43 : 1,05 : 2,74 : 0,08 : 0,19

52

Universitas Sumatera Utara


g. Variasi VII (Tambahan 7,5% CT & 25% AKB)

Semen : air : pasir : kerikil : CT : AKB = 1 : 0,43 : 0,95 : 2,68 : 0,08 : 0,32

No Variasi
Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV
Material
1 Semen (kg) 1 1 1 1
2 Air (kg) 0,40 0,42 0,42 0,42
3 Pasir (kg) 1,12 1,08 1,02 0,92
4 Kerikil (kg) 2,60 2,68 2,67 2,61
5 AKB (kg) - 0,12 0,18 0,31
6 CT (kg) - 0,05
No Variasi
Variasi V Variasi VI Variasi VII
Material
1 Semen (kg) 1 1 1
2 Air (kg) 0,43 0,43 0,43
3 Pasir (kg) 1,11 1,05 0,95
4 Kerikil (kg) 2,75 2,74 2,68
5 AKB (kg) 0,12 0,19 0,32
6 CT (kg) 0,08

Tabel 3.1 Komposisi Kebutuhan Bahan Campuran Beton untuk 1 m 3

53

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Waktu Ikat Semen

Waktu ikat semen merupakan suatu proses reaksi kimia yang terjadi

karena adanya pencampuran air dengan semen, semen yang terkena air akan

bereaksi membentuk suatu ikatan dari pasta menjadi beton, lama proses

pengikatan ini yang dinamakan waktu ikat semen.

Lama proses pengikatan yang terjadi terjadi berbeda-beda tergantung dari

semen yang digunakan dan apabila terdapat bahan tambahan maka waktu ikat

semen juga akan berubah. Pengujian waktu ikat semen didasarkan pada SNI-03-

6827-2002. Hasil pengujian waktu ikat semen disajikan pada tabel 4.1.

Penurunan (cm)
Waktu Penelitian
No
(menit) Cangkang Telur 5% Cangkang Telur 7.5%

1 30 4.3 4

2 45 4.3 4

3 60 4.3 3.8

4 75 4.3 3.2

5 90 4.3 2.7

6 105 4 2.1

7 120 4 1.3

8 135 4 0.7

9 150 3.5 0

54

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai